PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data statistik, peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS diindonesia begitu cepat.
Ternyata dasar penularan awal epidemi ini disebabkan oleh jarum suntik. Diperkirakan saat
ini terdapatlebih dari 1,3 juta penderita HIV/AIDS akibat jarum suntik. Jika terus berlanjut
makan diperkirakan tahun 2020 jumlah itu akan meningkat menjadi 2,3 juta orang.
Dan sebagai mahasiswa keperawatan perlu memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS dan
penatalaksanaaannya secara komprehensif.
Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini selain tugas kelompok dan juga
merupakan materi bahasa mata kuliah KMB . dimana mahasiswa dari setiap kelompok akan
membahas materi, sesuai judul masing-masing yang telah ditugaskan kepada masing-masing
kelompok. Dalam makalah ini akan dibahas tentang Asuhan keperawatan pada pasien
HIV/AIDS yang merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebln tubuh manusia, yang
dapat memudahkan atau membuat rentan si penderita terhadap penyakit dari luar maupun dari
dalam tubuh. AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh Human Immuno deficiency
virus HIV.
1. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
1. Tujuan Khusus :
1. agar bisa mengerti dan memahami konsep dasar HIV/AIDS
2. agar bisa mengerti dan memahami Asuhan Keperawatan Pada Pasien
HIV/AIDS.
3. agar dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS
1. SISTEMATIKA
Makalah ilmiah ini terdiri dari tiga bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN HIV/AIDS
1. HIV adalah singkatan dari human Immunodeficiency Virus merupakan virus
yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan
menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah
dalam melawan infeksi Yang menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem
imun.
2. Aids adalah singkatan dari Acquired imune deficiency syndrome yaitu
menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya
infeksi virus HIV (human Immunodeficiency virus). Antibodi HIV positif
tidak diidentik dengan AIDS, karena AIDS harus menunjukan adanya satu
atau lebih gejala penyakit skibat defisiensi sistem imun selular.
3. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency
Virus). (Aziz Alimul Hidayat, 2006)
4. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau
kurang ) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)
5. AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat
yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan
kelainan imunolegik. (Price, 2000 : 241)
1. ETIOLOGI
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV).
HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada
tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2
dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase
yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari,
B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang
termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. PATOFISIOLOGI
Infeksi opurtinistik
↓ ↓ ↓ ↓
↓ ↓ ↓ ↓
Tanda dan gejala infeksi HIV sangat luat spektrumnya, karena itu ada beberapa macam
klasifikasi. Yang paling umuum dipakai adalah klasifikasi yang dibuat oleh CDC,USA, sbb :
MASA INKUBASI
Masa ini adalah waktu dari terjadnya infeksi pertama sampai munculnya gejala yang pertaa
pada pasien. Pada infeksi HIV hal ini sulit diktahui. Dari penelitian pada sebagian besar kasus
dikatakan masa inkubasi rata-rata 5-10 tahun , dan bervariasi sangat lebar, yaitu antara 6
bulan sampai lebih dari 10 tahun. Walaupun belum ada gejala tapi yang bersangkuan telah
dapat menjadi sumber penularan.
1. Infeksi Akut
Sekitar 30-50% dari mereka yang terinfeksi HIV akan memberikan gejala infeksi
mononukleosis, yaitu demam, sakit tenggorokan , letargi, batuk, mialgia, keringat alam dan
keluhan GIT berupa nyeri menelan, mual, dan muntah dan diare. Mungkin bisa didpat adanya
pembesaran kelenjar limfe leher, faringitis, macular rash, dan aseptik meningitis yang akan
sembuh dala waktu 6 bulan.
Fase akut akan diikuti fase kronik asimsomatik yang lamanya bisa bertahun-tahun. Walaupun
tidak ada gejala, tapi teteap dapat mengisolasi virus dari darh pasien dan ini berarti bahwa
selama fase ini pasien juga infeksius. Tidak dketahui secara pasti apa yg terjadi pada fase ini.
Mungkin terjadi repikasi lampat pada selsel tertentu dan laten pada sel lainnya. Tapi pada
fase ini dikuti dengan penurunan fungsi sistem imun dari waktu kewaktu.
Pada kebaykan kasus gejala pertama yang muncul adalah PGL. Ini menunjukan adanya
hipersensitivitas sel limfosit B dalam kelenjar limfe, dapat persisten selama bertahun-tahun,
dan pasien tetap merasa sehat.terjadi progresi bertahap dari adanya hiperplasia folikel dalam
kelenjar limfe sampai timaul involunsi dengan adanya sel limfosit T8. Ini merupakan reaksi
tubuh yang menghancurkan sel dendrit folike yang terinfeksi HIV.
1. Dengan menurunnya sel limfosit T4, makin jelas nampak gejala klinis yang dapat
dibedakan menjadi beberapa keadaan. Gejala ini dapat dibag atas :
1) Gejala atau keluhan yang tidak langsung berhubungan dengan HIV : diare, demam,
keringat malam, rasa lelah berlebihan , batuk kronik lebih dari 1 bulan dan penurunan berat
badan 10% atau lebih.
2) Gejala yang langsung akibat HIV, misalnya : mielopati, neuropati perifer dan penyakit
susunan saraf otak.hampir 30% pasien dalam stadium akhir akan menderita AIDS dementia
kompleks, yaitu menurunnya sampai hilang daya ngat, gangguan fungsi motorik dan kognitif,
sehingga pasien suli berkomunikasi dan tdk bisa jalan.
1. KOMPLIKASI
2. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat
badan, keletihan dan cacat.
1. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV)
pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
1. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat
infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
1. Respirasi
1. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi
otot, lesi scabies / tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder
dan sepsis.
1. Sensorik
1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Pemeriksaan Laboratorium
HIV terdiri dari selubung , kapsid dan inti.Masing- masing terdiri dari protein yang bersifat
sebagai antigen dan menimbulkan pembentukan antibodi dalam tubuh yang terinfeksi. Jenis
antibody yang penting untuk diagnostik diantaranya adalah antibody gp41, gp140, dan p24.
a) Tes untuk menguji Ab HIV. terdapat berbagai macam cara yaitu ELISA, Western Blot,
RIPA dan IFA
b) Tes untuk menguji antigen HIV dapat dengan cara pembiakan virus, antigen P24 dan
PCR
Infeksi oportunistik atau kanker sekunder yang ada pada pasien AIDS diperiksa sesuai
dengan metoda diagnostik penyakitnya masing-masing. Misalnya pemeriksaan makroskopik
untuk kandidiasis, PCP,TBC Paru dll. Adapun pemeriksaan peunjang lain seperti aboraturium
rutin, serologis, radiologis, USG, CTScan, bronkoskopi, pembiakan, histopatologis dll.
1. PENATALAKSANAAN HIV/AIDS
1. Pengobatan
– Virus HIV
– Infeksi oportunistik
– Kanker sekunder
1. Obat Retrovirus
1) Zidovudine (AZT) berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian obat
ini dapat menguntungkan diantaranya yaitu Dapat memperpanjang masa hidup (1-2 tahun),
mengurangi frekuensi dan berat infeksi oportunistik, menunda progresivitas penyakit,
memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi resiko penularan perinatal, mengurangi
kadar Ag p24 dalam serum dan cairan spinal. Efek samping zidovudine adalah: sakit kepala,
nausea, anemia, neutropenia, malaise, fatique, agitasi, insomnia, muntah dan rasa tidak enak
diperut. Setelah pemakaian jangka panjang dapat timbul miopati. Dosis yang sekarang
dipakai 200mg po tid, dan dosis diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-tanda
toksik.
Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadap AZT, atau bisa sebagai
kombinasi dengan AZT bila ternyata ada kemungkinan respon terhadap AZT menurun.
Untuk menunda infeksi oportunistik respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi
oportunistik pada ARC dan asimtomatik hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping:
neuropati perifer, pankreatitis (7%), nausea, diare.
Dosis: 200mg po bid ( untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg) Mulanya hanya
dipakai untuk kombinasi denganAZT. Secara invitro merupakan obat yang paling kuat, tapi
efek samping terjadinya neuropati ( 17-31%) dan pankreatitis. Dosis : 0,75mg po tid.
– Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila cCD4 , 250 mm/mm3. Dengan
kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2 tablet, atau dengan aerosol pentamidine 300mg, dan
dapsone atau fansidar.
– Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien anergik. Dipakai INH
300mg po qd dengan vit.b6, atau rifampisin 600mg po qd bila intolerans INH.
Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV. Untuk Sakorma Kaposi, KS
soliter:radiasi, dan untuk KS multipel:kemoterapi. Untuk limfoma maligna: sesuai dengan
penanganan limfoma paa pasien non HIV.
Obat-obat ini diharapkan dapat memperbaiki fungsi sel limfosit, menambah jumlah limfosit,
sehingga dapat memperbaiki status kekebalan pasien. Bisa dengan memakai:
– Interleukin 2 -Levamisol
b) Mengganti sel limfosit dengan cara: transfusi limfosit, transplantasi timus dan
transplantasi sumsum tulang.
1. Pengobatan simtomatik supportif
Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan pada seseorang yang telah
menderita ADIS, antara lain yang sering yaitu: analgetik, tranquiller minor, vitamin, dan
transfusi darah.
1. Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau orang terdekat,
dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk :
1. Edukasi
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan keluarganya tentang
bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS, kemungkinan diskriminasi masyaratak sekitar,
bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga
diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaan yang dapat merugikan
kesehatan, antara lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.
BAB III
Limpadenopati
Candidiasis mulut
Jumlah sel CD, 500/mm3 ataukurang
Demam intermiten dengan banyak keringat pada malam hari ( sering merupakan
gejala awal )
Diare menetap ( terus menerus )
Anoreksia ( tidak nafsu makan )
Kelelahan terusmenerus
Mudah memar dan berdarah ( indikasi idiopatik trombositopenia purpura )
Penurunan berat badan
Ruam pada kulit
AIDS disebabkan tumor, misal penyakit Hodgkin’s atau kanker pada mulut
Komplikasi neurologis seperti psikosa( hilang ingatan, pelupa, dimensia, kejang,
lumpuh sebagian , nyeri perifer pada neuropati dan kehilangan koordinasi.
1. AIDS
1. Tes diagnostic
1. Kaji pengertian kondisi dan respon emosi terhadap diagnose dan rencana pengobatan.
1. DIAGNOSA
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan
responimun , kerusakan kulit.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan. Berhubungan dengan faktor : Tidak
adekuatnya pemasukan nutrisi sebagai faktor sekunder AIDS pada sistem
pembuangan (GI), nyeri lesi dimulut.
3. Risiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
berhubungan dengan faktor : kurang pengetahuan tentang kondisi serta
langkah-langkah untuk mengontrol penyebaran infeksi, kurangnya biaya, tidak
ada pendukung yang cukup, untuk memberikan bantuan yang diberikan .
1. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA : risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor
:Penurunan respon imun , kerusakan kulit.
INTERVENSI
1. Pantau :
1. Berikan obat antibiotik dan evaluasi ke efektifannya . jamin pemasukan cairan paling sedikit 2-
3 liter sehari.
2. Rujuk keahli diet untuk membantu memilih dan merencanakan makanan untuk kebutuhan
nutrisi. Ikuti prinsip-prinsip kewaspadaan umum terhadap darah dan cairan tubuh. Gunakan
pencegahan dasar yang sesuai untuk mencegah kontaminasi terhadap kulit dan mukosa
membran, bila kontak dengan darah atau cairan tubuh:
Pakai sarung tangan bila kontak dengan darah atau cairan tubuh adalah mungkin terjadi.
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien , termasuk sebelum dan sesudah
memakai sarung tangan.
Pasang label katagori spesifik isolasi pada pintu kamar pasien. Jika ada TB
paru, pakai masker dan nasehatkan semua anggota keluarga pasien untuk
skrining TB, jelaskan TB adalah menular.
Masker tidak diperlukan untuk PCP sebab kemungkinan infeksi disebabkan oleh
jamur yang ada pada tubuhnya sendiri.
Pakai skort dan kacamata untuk menghindarkan bila ada percikan cairan tubuh yang mungkin
terjadi.
Hindarkan penggunaan jarum yang telah dipakai. Tempatkan semua benda tajam kedalam
kontainer pembuangan.
Bersihkan tumpahan darah dengan 1:10 cairan pemutih (natrium hipoklorida)
Tidak untuk dianjurkan utnuk sembarang orang untuk memberikan perawatan pada pasien
yang mempunyai luka atau lesi berek sudat dan dermatitis yang luas atau lesi sembuh.
KRITERIAEVALUASI: Tidak ada penurunan berat badan lebih lanjut, hasil laboratorium
keseimbangan nitrogen positifdan albumin serum sampai kebatas normal, lemah dan letih
berkurang, secara verbal dinyatakan sehat.
INTERVENSI
1. Pantau :
1. Rujuk keahli diet untuk membantu memilih dan merencanakan makanan untuk
kebutuhan nutrisi.
INTERVENSI
Gunakan kondom dari lateks yang mengandung spermisida pada waktu hubungan
seks. Hindari pemakaian alat-alat perawatan diri yang mungkin dapat menularkan
melalui darah, seperti sikat gigi, alat-alat pencukur,
Cuci alat-alat makan dengan air sabun panas. Tidak perlu memisahkan mencuci alat-
alat makan atau sprei, kecuali bila terkena oleh darah segar. Tambahkan pemutih bila
alat-alatnya terkena darah atau cairant ubuh.
Makan – makanan sehat seimbang .mengandung banyak protein , kaya gizi untuk
fungsi imun. Berunding dengan ahli diet untuk membantu perencanaan makanan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang sesuai dengan status kesehatan sekarang dan
keadaaan ekonomi kurangi diet lemak dan penggunaaaan yang berlebihan suplemen
vitamin/mineral. Jelaskan penggunaan pengguna antambahanzat – zat nutrisi
seharusnya di bawah pengarahan langsung oleh ahli diet dan dokter sesuai dengan
analisa nutrisi
Berikan imunisasi langsung untuk mencegah infeksi :
o Tetanus booster setiap 10 tahun.
o Periksa kadar antibody hepatitis B . jelaskan tentang vaksin hepatitis B
(recombivax HB, Heptavax-B , Engerix – B ) diperlukan jika belum ada
antibody. Beritahu pasien tentang vaksin hepatitis B diberikan dalam 3 kali
injeksi
o Anjurkan ibu-ibu untuk memerikasakan pelvis dan pap smear setiap 6 bulan.
jelaskan bahwa infeksi pada vagina sering terjadi dan diperlukan pengobatan
yang intensif padawanitadengan HIV/AIDS.
o Kurangi sumber stres . tidur cukup , latihan terratur, berhenti merokok, minum
alkohol dan gunakan obat golongan ke empat. Jika ini merupakan kebiasaan ,
rujuk ke tokoh masyarakat untuk membantu memecahkan ketergantungan ini .
o Hindari tempat yang ramai, keadaaan yang dapat membuat kongestiv pada
bulan-bulan musim dingin ketika insiden influenza dan filek meningkat.
1. PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Penyebab HIV/AIDS
2. Penularan HIV/AIDS
3. Tanda dan gejala klinis penderita HIV/AIDS
4. Pencegahan HIV/AIDS
5. Penatalaksanaan HIV/AIDS
2. Penularan HIV/AIDS
4. Pencegahan HIV/AIDS
5. Penatalaksanaan HIV/AIDS
Metode pembelajaran :
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
Kegiatan/strategi :
Waktu : 1 x 30 menit
MATERI PENYULUHAN
“HIV/AIDS”
1. A. Pengertian HIV/AIDS
AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan
penyebab dasar AIDS.
1. B. Penyebab HIV/AIDS
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko
besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
1. C. Penularan HIV/AIDS
1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom)
dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
4. Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan,
berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk,
kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah
bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
1. E. Pencegahan HIV/AIDS
1. Pengobatan
– Virus HIV
– Infeksi oportunistik
– Kanker sekunder
1. Obat Retrovirus
1) Zidovudine (AZT)
– Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila CD4 , 250 mm/mm3. Dengan
kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2 tablet, atau dengan aerosol pentamidine 300mg, dan
dapsone atau fansidar.
– Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien anergik. Dipakai INH
300mg po qd dengan vit.b6, atau rifampisin 600mg po qd bila intolerans INH.
Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV. Untuk Sakorma Kaposi, KS
soliter:radiasi, dan untuk KS multipel: kemoterapi. Untuk limfoma maligna: sesuai dengan
penanganan limfoma paa pasien non HIV.
– Interleukin 2 -Levamisol
d) Mengganti sel limfosit dengan cara: transfusi limfosit, transplantasi timus dan
transplantasi sumsum tulang.
Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan pada seseorang yang telah
menderita ADIS, antara lain yang sering yaitu: analgetik, tranquiller minor, vitamin, dan
transfusi darah.
1. Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau orang terdekat,
dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk :
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan keluarganya tentang
bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS, kemungkinan diskriminasi masyaratak sekitar,
bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga
diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaan yang dapat merugikan
kesehatan, antara lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.
BAB IV
PENUTUP
1. A. KESIMPULAN
– AIDS adalah singkatan dari Acquired imune deficiency syndrome yaitu menurunnya
daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi virus HIV (human
Immunodeficiency virus). Antibodi HIV positif tidak diidentik dengan AIDS, karena AIDS
harus menunjukan adanya satu atau lebih gejala penyakit skibat defisiensi sistem imun
selular.
– HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai
risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
– Penularan HIV/AIDS
1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan
orang yang telah terinfeksi HIV.
1. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
2. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
3. Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan,
berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk,
kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah
bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
– Pencegahan HIV/AIDS
– Penatalaksanaan HIV/AIDS
1. B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
berharap kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Share this:
Twitter
Facebook4
Google