NIM: 181810401046
Hal yang dapat membuat tubuh mengalami gejala adalah respon tubuh kita
terhadap virus (respon imun). Hal ini mengakibatkan adanya gejala ringan, berat,
bahkan tidak ada gejala apapun. Gejala yang bermacam-macam dikarenakan respon
imun yang berbeda pada masing-masing orang.
Virus Covid-19 akan masuk dan menempel pada ACE2 receptor expression
dan akan berendositosis. Sel yang mengekspresikan ACE2 antara lain adalah:
1. Makrofag
2. Epitel sel di mukosa mata, hidung, pencernaan
3. Mikroglia (makrofag di otak)
4. Sel saraf
Virus Covid-19 memiliki suatu life cycle dalam hidupnya. Life cycle membutuhkan
proses dan memakan waktu mulai dari virus terendositosis hingga assembling dan
virus akan keluar dari sel inang. Penularan virus juga membutuhkan waktu hingga
virus berada di mukosa hidung.
Selain gejala yang dapat terlihat, virus ini juga dapat menyerang mental
(psikiatrik) seperti depresi dan cemas. Hal ini dikarenakan orang tersebut terserang
virus, bukan karena cemas yang disebabkan oleh perasaan ketakutan. Terkadang
penderita akan terkena gangguan insomnia, emosi yang tidak terkontrol, hingga
terkena stress walaupun setelah terkena gejala dan bertambah berat gejalanya.
Gejala yang paling banyak terjadi antara lain adalah mual, diare, dada yang sakit,
dan permasalahan pada jantung.
Sistem imun dibagi menjadi dua, yaitu adequate dan non adequate.
Adequate adalah keadaan dimana virus tidak dapat menempel karena diblokir oleh
antibodi yang terbentuk. Keadaan tertentu dapat menyebabkan virus dapat
menempel namun difagositosis dan dihancurkan oleh makrofag lalu terbentuk
imun. Sedangkan imun nonadequate merupakan keadaan yang mudah rusak dan
virus mudah masuk dan menyebabkan sel endotel rusak. Hal ini akan mengaktifkan
sel T dan terjadi badai cytokine. Cytokine merupakan mediator kimia yang sel satu
dengan yang lain dapat berkomunikasi dan terjadi peradangan hebat pada sel paru.
Virus memiliki fase hidup pada tubuh manusia setelah menginfeksi. Fase virusnya
adalah tidak bergejala pada 3 hari pertama – tak bergejala tapi infeksius selama 5
hari – terdapat gejala pada hari ke 5 – hari ke 12 terdapat immunopathologic phase
yang terjadi di cytokine fase. Orang yang tidak mengalami gejala atau OTD kurang
lebh ada 40%. Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-5 karena sudah mulai terlihat
gejalanya. Sedangkan memori sistem imun akan terbentuk hingga 8 bulan setelah
infeksi. Memori sel imun akan mulai kuat terbentuk setelah paparan kedua. Yang
sudah terinfeksi sudah terinfeksi kembali karena infeksi awal ringan dan
setelahnya lebih parah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun
terhadap covid-19 adalah:
Virus seringkali mengalami mutasi dan variasi. Mutasi sering terjadi pada
spike protein, karena spike paling penting sebagai reseptor pada host. Mutasi ini
terkadang menjadi baik atau menjadi tambah buruk bagi virus, mulai dari
meningkatkan respon terhadap antibodi, meningkatkan penyebarannya, dan
meningkatkan kemampuan menghindari sistem imun. Mutasi nantinya akan
menimbulkan variasi. Variasi virus yang paling banyak adalah varian B.1.1.7 yang
berasal dari UK pada bulan Desember 2020. Perubahan virus ini terdapat pada
subtitusi di 681 dari asam amino P menjadi H serta delesi pada kodon 144 dan 145.
Efek dari varian ini lebih infeksius dan mudah berinteraksi menghindari sistem
imun. Saat ini sudah ditemukan ada 2 kasus di Indonesia. Selain varian diatas juga
terdapat varian lain antara lain varian B.1.351 dari Afrika Selatan pada Desember
2020 dan P.1 dari Jepang/Brazil pada bulan Oktober 2020. Varian P.1 dekat dengan
B.1.351.
Bukti Keikutsertaan di Webinar: