Anda di halaman 1dari 5

Nama: Diah Ayu Utami

NIM: 181810401046

RESUME WEBINAR KUPAS TUNTAS VAKSIN COVID-19

TANGGAL 4 MARET 2021

Covid-19 merupakan virus single strand RNA berkembang mulai tahun


1960 yang dikenal dengan nama human coronavirus dengan natural host berupa
tikus. Kemudian terdapat virus jenis SARS-CoV dengan natural host berupa
kelelawar mulai pada tahun 2003, dan SARS-CoV-2 dengan natural host berupa
kelelawar pada tahun 2019. Dari data epidemiologi, Indonesia menempati peringkat
ke-18 dengan jumlah sekitar 1 juta kasus, sedangkan Jawa Timur peringkat ke-4 di
Indonesia dengan jumlah 129 ribuan kasus.

Virus Covid-19 terdapat 4 protein penting yaitu spike, membran,


nukleokapsid, dan envelope. Protein spike berperan untuk proses penempelan pada
tubuh manusia. Bagian spike diantaranya ada 3 globulin yang merupakan domain
dan bagian S2 yang nantinya akan menempel pada membran. Spike merupakan
protein yang paling sering bermutasi dan dapat dikenali oleh sistem imun. Spike
akan menempel pada bagian yang dinamakan ACE2. ACE2 expression ada di nasal
mukosa, oral mukosa, serta paru-paru. Virus yang menempel akan memberikan
dampak secara langsung maupun tidak langsung Dampak secara langsung antara
lain adalah pada sistem pencernaan yang biasanya terdapat kasus diare, pada timus,
paru-paru, serta sistem jantung. Dampak secara tidak langsung terjadi di sistem
reproduksi, pankreas, dan hati.

Hal yang dapat membuat tubuh mengalami gejala adalah respon tubuh kita
terhadap virus (respon imun). Hal ini mengakibatkan adanya gejala ringan, berat,
bahkan tidak ada gejala apapun. Gejala yang bermacam-macam dikarenakan respon
imun yang berbeda pada masing-masing orang.
Virus Covid-19 akan masuk dan menempel pada ACE2 receptor expression
dan akan berendositosis. Sel yang mengekspresikan ACE2 antara lain adalah:

1. Makrofag
2. Epitel sel di mukosa mata, hidung, pencernaan
3. Mikroglia (makrofag di otak)
4. Sel saraf

Virus Covid-19 memiliki suatu life cycle dalam hidupnya. Life cycle membutuhkan
proses dan memakan waktu mulai dari virus terendositosis hingga assembling dan
virus akan keluar dari sel inang. Penularan virus juga membutuhkan waktu hingga
virus berada di mukosa hidung.

Selain gejala yang dapat terlihat, virus ini juga dapat menyerang mental
(psikiatrik) seperti depresi dan cemas. Hal ini dikarenakan orang tersebut terserang
virus, bukan karena cemas yang disebabkan oleh perasaan ketakutan. Terkadang
penderita akan terkena gangguan insomnia, emosi yang tidak terkontrol, hingga
terkena stress walaupun setelah terkena gejala dan bertambah berat gejalanya.
Gejala yang paling banyak terjadi antara lain adalah mual, diare, dada yang sakit,
dan permasalahan pada jantung.

Sistem imun dibagi menjadi dua, yaitu adequate dan non adequate.
Adequate adalah keadaan dimana virus tidak dapat menempel karena diblokir oleh
antibodi yang terbentuk. Keadaan tertentu dapat menyebabkan virus dapat
menempel namun difagositosis dan dihancurkan oleh makrofag lalu terbentuk
imun. Sedangkan imun nonadequate merupakan keadaan yang mudah rusak dan
virus mudah masuk dan menyebabkan sel endotel rusak. Hal ini akan mengaktifkan
sel T dan terjadi badai cytokine. Cytokine merupakan mediator kimia yang sel satu
dengan yang lain dapat berkomunikasi dan terjadi peradangan hebat pada sel paru.

Virus memiliki fase hidup pada tubuh manusia setelah menginfeksi. Fase virusnya
adalah tidak bergejala pada 3 hari pertama – tak bergejala tapi infeksius selama 5
hari – terdapat gejala pada hari ke 5 – hari ke 12 terdapat immunopathologic phase
yang terjadi di cytokine fase. Orang yang tidak mengalami gejala atau OTD kurang
lebh ada 40%. Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-5 karena sudah mulai terlihat
gejalanya. Sedangkan memori sistem imun akan terbentuk hingga 8 bulan setelah
infeksi. Memori sel imun akan mulai kuat terbentuk setelah paparan kedua. Yang
sudah terinfeksi sudah terinfeksi kembali karena infeksi awal ringan dan
setelahnya lebih parah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun
terhadap covid-19 adalah:

1. Intristic host factors: umur, jenis kelamin, genetik


2. Perinatal host factors: berat badan saat lahir, menyusui, antibodi maternal,
infeksi maternal saat hamil, dan faktor maternal lainnya
3. Extrinsic factors: infeksi, parasit, antibiotik, probiotik dan prebiotic, dan
microbiota
4. Behavioral factors: merokok, konsumsi alkohol, latihan, stres psikologi akut
maupun kronis, dan tidur
5. Nutritional factors: body mass index, mikronutrisi, status nutrisi, enteropati
6. Environmental factors: rural dan urban, lokasi geografi, cuaca, ukuran keluarga
7. Vaccine factors: tipe, produk, strain, dosis vaksin
8. Administration factors: jadwal vaksin, tempat vaksin, rute vaksin

Produksi vaksin biasanya membutuhkan waktu sekitar 10 – 15 tahun hingga


mendapatkan produk yang dapat disebarluaskan. Produksi dimulai dari uji
menggunakan hewan, uji klinis pada beberapa atau sedikit orang, pengujian pada
beberapa orang yang jumlahnya ditambah, dicek keamanan dan efek sampingnya
yang dapat terjadi, kemudian uji klinisnya ditambahkan jumlah orang, kemudian
di approval dan diproduksi secara massal. Vaksin ada beberapa macam hingga saat
ini, antara lain DNA, RNA (dimasukkan ke vektor virus atau bakteri dan
disuntikkan pada manusia), viral vector, dan inactivated (antibodi tubuh akan
membentuk antibodi terhadap spike. Vaksin yang digunakan di Indonesia adalah
inactivated yang sifat spesifitasnya rendah dan tidak ada. Hal ini menyebabkan
vaksin tersebut tidak memiliki efek samping, namun bisa menyebabkan alergi pada
orang yang memiliki alergi tertentu.
Vaksin saat ini terus dikembangkan yang bertujuan untuk mengehentikan
dan memperlambat laju penularan, pelayanan kesehatan, serta meminimalkan
dampak pandemi. Pilar penanganan pandemi yang dilakukan saat ini adalah aspek
edukasi, pelayanan RS, Tracing testing dan isolasi, penegakan hukum, dan
vaksinasi. Penanganan-penanganan tersebut terus dikembangkan hingga saat ini.
Vaksinasi snagat penting karena sangat esensial dan mengurangi pembiayaan
kesehatan terhadap orang terinfeksi. Tujuan vaksinasi untuk membentuk memori
yang spesifik terhadap bagian virus yang diberikan, kemudian tubuh akan dapat
mengidentifikasi virus yang masuk dan melawannya. Terdapat isu yang selama ini
beredar antara lain adalah keamanannya, halal haram, efektif, vaksinasinya,
kesembuhan, perbedaan vaksin pejabat dengan vaksin masyarakat, efek samping,
kontra indikasi, serta vaksin untuk penyintas. Vaksin dilakukan sebanyak dua kali
karena yang pertama membentuk memori dan kedua memicu memori untuk
berproliferasi. Namun ada beberapa kondisi seseorang yang menyebabkan tidak
boleh melakukan vaksin, salah satunya adalah penderita hipertensi. Penderita
hipertensi ditakutkan akan mengalami stres saat divaksin dan mengakibatkan
penyakit stroke.

Virus seringkali mengalami mutasi dan variasi. Mutasi sering terjadi pada
spike protein, karena spike paling penting sebagai reseptor pada host. Mutasi ini
terkadang menjadi baik atau menjadi tambah buruk bagi virus, mulai dari
meningkatkan respon terhadap antibodi, meningkatkan penyebarannya, dan
meningkatkan kemampuan menghindari sistem imun. Mutasi nantinya akan
menimbulkan variasi. Variasi virus yang paling banyak adalah varian B.1.1.7 yang
berasal dari UK pada bulan Desember 2020. Perubahan virus ini terdapat pada
subtitusi di 681 dari asam amino P menjadi H serta delesi pada kodon 144 dan 145.
Efek dari varian ini lebih infeksius dan mudah berinteraksi menghindari sistem
imun. Saat ini sudah ditemukan ada 2 kasus di Indonesia. Selain varian diatas juga
terdapat varian lain antara lain varian B.1.351 dari Afrika Selatan pada Desember
2020 dan P.1 dari Jepang/Brazil pada bulan Oktober 2020. Varian P.1 dekat dengan
B.1.351.
Bukti Keikutsertaan di Webinar:

Anda mungkin juga menyukai