Anda di halaman 1dari 8

Sindrom Skeeter adalah reaksi alergi terhadap gigitan nyamuk, yang ditandai oleh proses inflamasi dan

demam. Kondisi ini berkembang karena adanya polipeptida yang bersifat alergenik yang terdapat pada air
liur nyamuk. Sindrom Skeeter berkembang dalam hitungan jam sejak digigit, yang hal ini berbeda
dengan cellulitis (yang dialami Hanna sebelumnya) yang berkembang dalam beberapa hari sejak paparan.
Untuk memastikan diagnosisnya, diperlukan riwayat kejadian yang detail. Selain itu, ada penanda khas
yaitu IgE dan IgG, suatu antibody yang terbentuk ketika terjadi alergi gigitan nyamuk.
Infeksi adalah
1. Masuknya kuman penyakit kedalam tubuh hingga menimbulkan gejala gejala penyakit
2. invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkancedera selular
lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intraseluler, atau respon antigen antibodi.

Pembagian Infeksi :
PRIMER : Apabila terjadi secara langsung sebagai akibat dari proses yang ditimbulkan mikroorganisme
sendiri
SEKUNDER : Terjadi oleh sesuatu sebab, misalnya : kelemahan tubuh, kelaparan, kelelahan, luka dan
sebagainya
Macam Infeksi lainnya
REINFEKSI :Penyakit yang mula-mula sudah sembuh tapi kemudian muncul lagi. Disebut juga Residif.
SUPER INFEKSI : Proses penyakit belum sembuh akan tetapi sudah disusul oleh infeksi yang lain. Disebut
juga infeksi Ganda.
INFEKSIOUS : Penyakit infeksi yang mudah menular dari seorang kepada orang lain. Disebut juga
Infeksiosa.
EPIDEMI : Penyakit infeksi yang bersifat menular, kadang kadang dapat menyerang orang bayak dalam
waktu singkat
PANDEMI : Merupakan Epidemi yang menyebar ke Negara lain
ENDEMI : Suatu penyakit yang terus menerus secara menetap terdapat dalam daerah tertentu
Stadium stadium Infeksi:
Tahap Rentan
Tahap Inkubasi
Tahap Sakit / klinis
Tahap Penyembuhan / Akhir Penyakit

TAHAP RENTAN
Pada tahap ini individu masih dalam kondisi relatif sehat, namun peka atau labil, disertai faktor predisposisi
yang mempermudah terkena penyakit, seperti umur, keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi,
dll. faktor fator predisposisi tersebut mempercepat masuknya agen penyebab penyakit (mikroba patogen)
untuk berinteraksi dengan pejamu.
TAHAP INKUBASI
Inkubasi disebut juga masa tunas, masa dari mulai masuknya kuman kedalam tubuh (waktu kena tular)
sampai pada waktu penyakit timbul. Setiap penyakit berlainan masa ikubasinya. Penularan penyakit dapat
terjadi selama masa inkubasi
Lamanya masa inkubasi dipengaruhi oleh:
1. Jenis mikroorganisme
Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang tertentu, tergantung pada agen penyebab penyakit. Kadang-
kadang waktu inkubasi ini konstan, sedangkan pada beberapa penyakit lain waktu inkubasinya tidak tentu.
Pada beberapa penyakit kelamin, masa inkubasi umumnya konstan, misalnya : Gonorrhoe (3 8 hari), Lues
(3 4 minggu) dan ulkus molle (1 2 hari).
Pada umumnya penyakit infeksi yang berjalan akut masa inkubasinya tidak tentu. Faktor lain yang
mempengaruhi konstan atau tidaknya masa inkubasi adalah tidak diketahuinya masa penularan. Pada
penyakit menahun seperti penyakit TBC dan lepra. Biasanya waktu inkubasi tidak jelas, karena kita tidak
mengetahui kapan kontaminasi terjadi.
2. Virulensi atau ganasnya mikroorganisme dan Jumlah mikroorganisme
Kedua faktor ini berhubungan satu sama lain. Virulensi adalah kekuatan suatu mikroorganisme atau
ganasnya mikroorganisme. Makin banyak mikroorganisme yang menyerang tubuh maka mikroorganisme itu
lebih virulen. Jumlah mikroorganisme yang masuk tergantung dari cara penularan. Virulensi suatu
mikroorganisme dapat dilihat dari hebat atau tidaknya penyakit yang ditimbulkannya. Secara umum dapat
dikatakan bahawa makin hebat gejala penyakit maka makin virulen mikroorganisme yang menyebabkannya,
akan tetapi hal ini tidak selalu benar karena bagaimanapun daya tahan tubuh seseorang dapat pula
mempengaruhinya.
3. Kecepatan berkembang biaknya mikroorganisme dan Kecepatan pembentukan toksin dari
mikroorganisme. Hal ini berhubungan dengan virulensi. Mikroorganisme yang virulen akan lebih cepat
berkembangbiak dan membentuk toksin, bila suasana memungkinkan.
4. Porte deentre (pintu masuk dari mikroorganisme)
Hal ini dapat merubah waktu inkubasi. Misalnya penyakit Pes, yang sebenarnya adalah penyakit pada tikus.
Manusia akan ketularan penyakit pes apabila digigit oleh pinjal tikus yang menderita pes. Pintu masuk
kuman dapat dengan perantaraan getah bening, maka dengan demikian terjadi pes bubo, akan tetapi pintu
masuk dapat langsung kedalam pembuluh darah, maka dengan demikian jalan penyakit pun akan berubah.
Setelah masuk aliran darah maka terjadi pes sepsis. Demikian pula bila pintu masuk melalui paru paru bagi
penderita pes paru paru, dapat secara langsung menyebabkan penularan pes paru paru.
5. Endogen (daya tahan host atau tuan rumah)
Secara fisiologis, tubuh manusia mempunyai suatu sistem kekebalan tubuh sebagai bentuk pertahanan
terhadap masuknya mikroorganisme penyebab penyakit. Sistem ini disebut juga sistem imun yang
melibatkan sel sel darah putih dan jaringan lainnya. Kekuatan sistem imun salah satunya dipengaruhi oleh
asupan nutrien yang adekuat, misalnya makanan tinggi protein, vitamin C, dll.

TAHAP SAKIT
Penderita dalam keadaan sakit. Merupakan tahap tergangunya fungsi organ yang dapat memunculkan tanda
dan gejala (signs and symptoms) penyakit. Dalam perjalanannya penyakit akan berjalan bertahap. Pada
tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan aktivitas harian dan
masih dapat diatasi dnegan berobat jalan. Pada tahap lanjut, penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat
jalan, karena penyakit bertambah parah, baik secara obyektif maupun subyektif. Pada tahap ini penderita
tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari dan jika berobat umumnya membutuhkan perawatan.
Penularan mikroorganisme melalui hidung, mulut, telinga, mata, urin, feses, sekret dari ulkus, luka, kulit,
organ-organ dalam
Tahap sakit atau klinis ini dapat berlangsung secara:
Akut : berlangsung untuk beberapa hari atau minggu
Kronik : berlangsung untuk beberapa bulan atau tahun

INFEKSI OPORTUNISTIK
Konsep infeksi oportunistik mencerminkan adanya banyak mikroorganisme yang tidak kita pikirkan akan
berbuat banyak terhadap individu sehat, tetapi dengan adanya lingkungan yang salah, akan berubah dan
menimbulkan penyakit menular.
Organisme organisme semacam itu disebut Oportunistik, sebab mereka kelihatannya mengambil
keuntungan pada keadaan tertentu dari hospes.
Agen menular endogen adalah organisme oprtunistik yang secara tetap bertempat tinggal dalam hospes.
Infeksi oportunistik timbul jika beberapa faktor atau sekelompok faktor membahayakan mekanisme
pertahanan instrinsik hospes atau dengan cara mengubah ekologi jasad renik penghuni normal.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan infeksi oportunistik:
1. Penderita gangguan gizi buruk
2. Penderita gangguan imunologis
3. Penderita yang mendapatkan terapi antimikroba
4. Penderita yang mendapatkan terapi kortikosteroid adrenal
INFEKSI NOSOKOMIAL
Nosokomial berasal dari bahsa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan komeo yang artinya
merawat. Nosokomion berarti tempat ntuk merawat/rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial dapat diartikan
sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit.
Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan
angka kematian(mortality) di rumah sakit. Angka nosokomial menjadi salah satu tolak ukur mutu pelayanan
rumah sakit. Ijin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi
nosokomial. Bahkan pihak asuransi tidak mau membayar biaya yang ditimbulkan akibat infeksi nosokomial.
Beberapa hal yang memberikan konstribusi terjadinya infeksi nosokomial, adalah:
1. Penderita lain yang juga sedang dalam proses keperawatan
2. Petugas pelaksana (dokter, perawat, dll.)
3. Peralatan medis yang digunakan
4. Tempat (ruangan/bangsal/kamar) dimana penderita dirawat
5. Tempat/kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut (ruang operasi, kamar bersalin, dll)
6. Makanan atau minuman yang disajikan
7. Lingkungan rumah sakit secara umum.
Obyek pengendalian infkesi nosokomial adalah masuknya mikroba patogen yang dapat berasal dari unsur-
unsur tersebut diatas.

Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan
sakit (Potter & Perry, 2005).
Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi di dalam jaringan tubuh (Kozier, at al,
1995).
Menurut kamus keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan
tubuh. Khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin,
replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.
Tanda-tanda infeksi (peradangan) ini oleh Celsus, seorang sarjana Roma yang hidup pada abad pertama
sesudah Masehi, sudah dikenal dan disebut tanda-tanda infeksi utama. Tanda-tanda infeksi ini masih
digunakan hingga saat ini. Tanda-tanda infeksi mencakup rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa
sakit), dan tumor (pembengkakan). Tanda pokok yang kelima ditambahkan pada abad terakhir yaitu functio
laesa (perubahan fungsi) (Abrams, 1995; Rukmono, 1973; Mitchell & Cotran, 2003).
Dolor
Dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada jaringan yang mengalami infeksi. Ini terjadi karena sel yang
mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan nyeri menangis. Rasa nyeri
mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan atau sesuatu yang tidak normal [patofisiologis] jadi jangan abaikan
rasa nyeri karena mungkin saja itu sesuatu yang berbahaya.
Kalor
Kalor adalah rasa panas, pada daerah yang mengalami infeksi akan terasa panas. Ini terjadi karena tubuh
mengkompensasi aliran darah lebih banyak ke area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih banyak
antibody dalam memerangi antigen atau penyebab infeksi.
Tumor
Tumor dalam kontek gejala infeksi bukanlah sel kanker seperti yang umum dibicarakan tidak boleh tapi
pembengkakan. Pada area yang mengalami infeksi akan mengalami pembengkakan karena peningkatan
permeabilitas sel dan peningkatan aliran darah.
Rubor
Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami infeksi karena peningkatan aliran darah ke
area tersebut sehingga menimbulkan warna kemerahan.
Fungsio Laesa
Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami infeksi. Contohnya jika luka di kaki
mengalami infeksi maka kaki tidak akan berfungsi dengan baik seperti sulit berjalan atau bahkan tidak bisa
berjalan.
Jika infeksi sudah cukup lama maka akan timbuh nanah (pes). Nanah terbentuk karena "perang" antara
antibody dengan antigen bertarung sehingga timbulah nanah. Dengan pemeriksaan nanah ini kita bisa
mengetahui jenis antigen yang menyebabkan infeksi.

Infeksi yaitu invasi dan pembiakan mikroorganisme di jaringan tubuh, secara klinis tidak tampak atau timbul
cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intrasel, atau respon antigen-antibodi.
(Dorland, 2002)
Radang atau inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan
jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurunng (sekuester) baik agen pencedera
maupun jaringan yang cedera itu. (Dorland, 2002)
Infeksi
Infeksi menembus permukaan kulit atau berasal dari dalam tubuh. Gambaran klinisnya tergantung pada:
1. Letaknya di dalam kulit
2. Sifat alami organisme
3. Sifat respon tubuh terhadap organisme
Sebagian besar infeksi melalui jalan eksternal dengan menembus barier kulit yang dapat menyebabkan lesi
kulit saat organisme menginfeksi tubuh lainnya dan menimbulkan bercak-bercak kulit. Infeksi dapat
disebabkan oleh berbagai macam organisme, seperti fungi, virus, bakteri, protozoa dan virus metazoa.
Banyak organisme yang hidup atau bahkan tumbuh di dalam kulit tetapi tidak menimbulkan kerugian
terhadap inang yang disebut komensal, atau apabila organisme ini mengkonsumsi bahan-bahan yang mati
maka mereka disebut saprofit.
(Underwood, 1999)
Mekanisme kerusakan jaringan yang diakibatkan organisme infeksius beraneka ragam, karena produk atau
sekresi yang berbahaya dari bakteri-bakteri. Jadi, sel hospes menerima rangsangan bahan kimia yang
mungkin bersifat toksik terhadap metabolisme atau terhadap keutuhan membran sel. Sebagai tambahan,
sering timbul respon peradangan dari hospes yang dapat menyebabkan kerusakan kimiawi terhadap sel.
Agen intraseluler misalnya virus sering menyebabkan ruptura sel yang terinfeksi. Selanjutnya terjadi
kerusakan jaringan lokal. (Underwood, 1999)
Infeksi kronik adalah infeksi yang virusnya secara kontinu dapat dideteksi, sering pada kadar rendah, gejala
klinis dapat ringan atau tidak terlihat. Terjadi akibat sejumlah virus hewan, dan persistensi pada keadaan
tertentu bergantung pada usia orang saat terinfeksi. Pada infeksi kronik oleh virus RNA, populasi virus
sering mengalami banyak perubahan genetik dan antigenik.
Infeksi laten adalah infeksi yang virusnya kebanyakan menetap dalam bentuk samar atau kriptik. Penyakit
klinis dapat timbul serangan akut intermiten; virus infeksius dapat ditemukan selama timbulnya serangan
tersebut.
Infeksi subklinik (tidak tampak) adalah infeksi yang tidak memperlihatkan tanda jelas adanya infeksi.
(Brooks, 2007)
Radang
Peradangan ditandai oleh:
1. Vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang
berlebihan
2. Peningkatan permeabilitas kapiler, memungkinkan kebocoran banyak sekali cairan ke dalam ruang
intersisiel
3. Seringkali terjadi pembekuan cairan di dalam ruang intersisiel yang disebabkan oleh fibrinogen dan
protein yang lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah besar
4. Migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan
5. Pembengkakan sel jaringan
(Guyton, 2007)
Biasanya diklasifikasikan berdasarkan waktu kejadiannya, antara lain:
1. Radang akut
Yaitu reaksi jaringan yang segera dan hanya dalam waktu yang tidak lama
2. Radang kronis
Yaitu reaksi jaringan selanjutnya yang diperlama mengikuti respon awal
Penyebab utama radang akut adalah:
Infeksi mikrobial
Merupakan penyebab yang paling sering ditemukan. Virus menyebabkan kematian sel dengan cara
multiplikasi intraseluler. Bakteri melepaskan endotoksin yang spesifik atau melepaskan endotoksin yang ada
hubungannya dengan dinding sel. Di samping itu, beberapa macam organisme, melalui reaksi
hipersensitivitas, dapat menyebabkan radang yang diperantarai imunologi.
Reaksi hipersensitivitas
Terjadi bila perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi
imun yang akan merusak jaringan.
Agen fisik
Kerusakan jaringan yang terrjadi pada proses radang dapat melalui trauma fisik, ultraviolet atau radiasi ion,
terbakar atau dingin yang berlebihan (fostbite).
Bahan kimia iritan dan korosif
Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akan merusak jaringan, yang
kemudian akan memprovokasi terjadinya proses radang. Di samping itu, agen penyebab infeksi dapat
melepaskan bahan kimiawi spesifik yang mengiritasi, dan langsung mengakibatkan radang.

Jaringan nekrosis
Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen dan makanan pada
daerah bersangkutan, yang akan mengakibatkan terjadinya kematian jaringan. Kematian jaringan sendiri
merupakan stimulus yang kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi daerah infark sering memperlihatkan suatu
respon radang akut.
(Underwood, 1999)
Proses peradangan
Salah satu efek pertama dari peradangan adalah pembatasan (wall of) area yang cedera dari sisa jaringan
yang tidak mengalami radang. Ruang jaringan dan cairan limfatik di daerah yang meradang dihalangi oleh
bekuan fibrinogen, sehingga untuk sementara waktu hampir tidak ada cairan yang melintasi ruangan. Proses
pembatasan akan menunda penyebaran bakteri atau produk toksik.
Dalam waktu beberapa menit setelah peradangan dimulai, makrofag telah ada di dalam jaringan dan segera
memulai kerja fagositiknya. Bila diaktifkan oleh produk infeksi dan peradangan, efek yang mula-mula
terjadi adalah pembengkakan setiap sel-sel ini dengan cepat. Selanjutnya, banyak makrofag yang
sebelumnya terikat kemudian lepas dari perlekatannya dan menjauh mobil, membentuk lini pertama
pertahanan tubuh terhadap infeksi selama beberapa jam pertama.
Dalam beberapa jam setelah peradangan dimulai, sejumlah besar netrofil dari darah mulai menginvasi
daerah yang meradang. Hal ini disebabkan oleh produk yang berasal dari jaringan yang meradang akan
memicu reaksi berikut:
1. Produk tersebut mengubah permukaan bagian dalam endotel kapiler, menyebabkan netrofil melekat
pada dinding kapiler di area yang meradang. Efek ini disebut marginasi.
2. Produk ini menyebabkan longgarnya perlekatan interseluler antara sel endotel kapiler dan sel endotel
vanula kecil sehingga terbuka cukup lebar, dan memungkinkan netrofil untuk melewatinya dengan cara
diapedesis langsung dari darah ke dalam ruang jaringan.
3. Produk peradangan lainnya akan menyebabkan kemotaksis netrofil menuju jaringan yang cedera.
Jadi, dalam waktu beberapa jam setelah dimulainya kerusakan jaringan, tempat tersebut akan diisi oleh
netrofil. Karena netrofil darah telah berbentuk sel matur, maka sel-sel tersebut sudah siap untuk segera
memulai fungsinya untuk membunuh bakteri dan menyingkirkan bahan-bahan asing.
Dalam waktu beberapa jam sesudah dimulainya radang akkut yang berat, jumlah netrofil di dalam darah
kadang-kadang menigkat sebanyak 4-5 kali lipat menjadi 15.000-25.000 netrofil per mikroliter. Keadaan ini
disebut netrofilia. Netrofilia disebabkan oleh produk peradangan yang memasuki aliran darah, kemudian
diangkut ke sumsum tulang, dan disitu bekerja pada netrofil yang tersimpan dalam semsum untuk
menggerakkan netrofil-netrofil ini ke sirkulasi darah. Hal ini membuat lebih banyak lagi netrofil yang
tersedia di area jaringan yanng meradang.
Bersama dengan invasi netrofil, monosit dari darah akan memasuki jaringan yang meradang dan membesar
menjadi makrofag. Setelah menginvasi jaringan yang meradang, monosit masih merupakan sel imatur, dan
memerlukan waktu 8 jam atau lebih untuk membengkak ke ukuran yang jauh lebih besar dan membentuk
lisosom dalam jumlah yang sangat banyak, barulah kemudian mencapai kapasitas penuh sebagai makrofag
jaringan untuk proses fagositosis. Ternyata setelah beberapa hari hingga minggu, makrofag akhirnya datang
dan mendominasi sel-sel fagositik di area yang meradang, karena produksi monosit baru yang sangat
meningkat dalam sumsum tulang.
Pertahanan tubuh yang keempat adalah peningkatan hebat produksi granulosit dan monosit oleh sumsum
tulang. Hal ini disebabkan oleh perangsangan sel-sel progenitor granulositik dan monositik di sumsum.
Namun hal tersebut memerlukan waktu 3-4 hari sebelum granulosit dan monosit yang baru terbentuk ini
mencapai tahap meninggalkan sumsum tulang. (Guyton, 2007)
Pembentukan pus
Bila netrofil dan makrofag menelan sejumlah besar bakteri dan jaringan nekrotik, pada dasarnya semua
netrofil dan sebagian besar makrofag akhirnya akan mati. Sesudah beberapa hari, di dalam jaringan yang
meradang akan terbentuk rongga yang mengandung berbagai bagian jaringan nekrotik, netrofil mati,
makrofag mati, dan cairan jaringan. Campuran seperti ini biasanya disebut pus. Setelah proses infeksi dapat
ditekan, sel-sel mati dan jaringan nekrotik yang terdapat dalam pus secara bertahap akan mengalami
autokatalisis dalam waktu beberapa hari, dan kemudian produk akhirnya akan diabsorpsi ke dalam jaringan
sekitar dan cairan limfe hingga sebagian besar tanda kerusakan jaringan telah hilang.
(Guyton, 2007)
Efek radang akut
Cairan dan eksudat seluler, keduanya dapat mempunyai efek yang berguna. Manfaat cairan eksudat adalah
sebagai berikut:
Mengencerkan toksin
Pengenceran toksin yang diproduksi oleh bakteria akan memungkinkan pembuangannya melalui saluran
limfatik
Masuknya antibodi
Akibat naiknya permeabilitas vaskuler, memugkinkan antibodi masuk ke dalam rongga ekstravaskuler.
Antibodi dapat mengakibatkan lisisnya mikro-organisme dengan mengikutsertakan komplemen, atau
mengakibat-kan fagositosis melalui opsonisasi. Antibodi juga penting untuk menetralisir toksin.
Transpor obat
Seperti antibiotik ke tempat bakteri berkembang biak.
Pembentukan fibrin
Dari eksudat fibrinogen dapat menghalangi gerakan mikro-organsme, menangkapnya dan memberikan
fasilitas terjadinya fagositosis.
Mengirim nutrisi dan oksigen
Yang sangat penting untuk sel seperti neutrofil yang mempunyai aktivitas metabolisme yang tinggi, yang
dibantu dengan menaikkan aliran cairan melalui daerah tersebut
Merangsang respon imun
Dengan cara menyalurkan cairan eksudat ke dalam saluran limfatik yang memungkinkan partikel dari
larutan antigen mencapai limfonodus regionalnya, dimana partikel dapat merangsang respon imun.
Pembebasan enzim-enzim lisosom oleh sel radang dapat pula mempunyai efek yang merugikan, yaitu:
Mencerna jaringan normal
Enzim-enzim seperti kolagenase, protease dapat mencerna jaringan normal, yang menyebabkan kerusakan.
Kondisi ini mungkin terutama sebagai hasil kerusakan vaskuler, misalnya pada reaksi hipersensitivitas tipe
III.
Pembengkakan
Pembengkakan jaringan yang mengalami radang akut dapat merugikan. Pembengkakan karena radang akan
berbahaya apabila terjadi di dalam ruang yang tertutup seperti rongga kepala.
Respon radang yang tidak sesuai
Kadang-kadang respon radang akut tampak tidak sesuai, seperti yang terjadi pada reaksi hipersensitivitas
tipe I, dimana antigen di sekitarnya berkemampuan menyebabkan reaksi yang tidak mengancam dan
merugikan individu. Pada respon radang karena alergi mungkin dapat mengancam hidupnya, misalnya asma
ekstrinsik.

Sebenarnya sebutan yang tepat bukan digigit, akan tetapi dibedah. Karena, ketika nyamuk hinggap pada
tubuh mangsanya, ia akan segera menempelkan proboscis-nya pada kulit. Proboscis adalah alat yang
berfungsi untuk menghisap darah mangsanya. Proboscis ini mirip jarum, sangat halus dan berukuran lebih
panjang dari ukuran kepalanya. Pada proboscis ini terdapat alat tajam seperti pisau yangdapat merobek kulit
maju-mundur hingga menemukan pembuluh darah. Kemudian nyamuk mulai menghisap darah dengan
menggunakan proboscis.
Ketika nyamuk menghisap darah manusia dengan proboscis-nya, pada saat yang sama nyamuk juga
menyuntikkan air liurnya. Air liur ini mengandung zat-zat yang berfungsi sebagai zat antikoagulan (zat anti
pembekuan darah), sehingga nyamuk bisa menghisap darah dengan cepat, karena darah tetap encer.
Air liur yang masuk pada jaringan darah, dan menempel pada kulit Anda, merupakan zat asing bagi tubuh.
Sehingga sistem kekebalan tubuh secara spontan segera bereaksi dengan mengeluarkan antibodi untuk
melawan zat-zat asing pada air liur nyamuk tersebut. Reaksi ini memicu pelepasan suatu senyawa yang
disebut histamin.
Histamin adalah senyawa yang dapat memicu peradangan atau inflamasi pada jaringan tubuh. Histamin
tersebut berperan penting dalam membantu zat antibodi dan senyawa protein lain dalam melawan zat atau
benda asing yang masuk dalam jaringan tubuh. Reaksi histamin selain menimbulkan peradangan juga
dapat menyebabkan pembengkakan pada pembuluh darah yang ditusuk oleh proboscis nyamuk. Hal ini
terlihat jelas pada munculnya gejala benjolan merah muda atau bentol dan terasa gatal pada permukaan kulit
yang digigit/ditusuk nyamuk.

Nyamuk adalah serangga yang tampaknya tidak berbahaya, yang menyusu pada hampir semua hal. Namun,
nyamuk betina membutuhkan darah manusia untuk bertahan hidup. Nyamuk memasukkan belalai panjang
mereka pada kulit manusia dan pelepasan air liur. Air liur ini mengandung protein yang mencegah darah
dari pembekuan manusia dan juga membuat darah mengalir di mulut nyamuk. Bahkan, itu adalah protein
inilah yang menyebabkan reaksi alergi terhadap gigitan nyamuk pada beberapa orang.
Reaksi terhadap Gigitan Nyamuk
Gejala gigitan nyamuk dapat berbeda dari orang ke orang. Selain itu, gejala dapat muncul segera atau
mereka mungkin tertunda. Reaksi khas gigitan nyamuk adalah pembengkakan di sekitar gigitan yang gatal
banyak. Sebuah benjolan merah mungkin meletus setelah beberapa waktu, jika orang goresan daerah digigit.
Menggaruk berlebihan dapat menyebabkan gigitan nyamuk yang terinfeksi, yang mungkin memerlukan
perawatan yang terpisah. Gigitan nyamuk reaksi mereda dalam beberapa jam atau hari paling lama.
Mendapatkan gigitan nyamuk selama periode waktu yang pada akhirnya mengurangi keparahan gejala,
seperti tubuh mengembangkan kekebalan terhadap protein tersebut. Reaksi alergi terhadap gigitan nyamuk
pada anak cukup umum karena mereka belum mengembangkan kekebalan terhadap gigitan nyamuk.
Reaksi Alergi terhadap Gigitan Nyamuk
Orang yang menderita reaksi alergi dikatakan menderita sindrom Skeeter. Gejala sindrom Skeeter adalah
benjolan besar, pembengkakan yang tidak membatasi ke daerah gigitan, memar, lecet, dll Dalam kasus yang
jarang terjadi, mungkin berkembang menjadi angioedema, anafilaksis atau mungkin memperburuk gejala
asma. Sindrom Skeeter cukup langka dan mempengaruhi orang-orang yang memiliki riwayat reaksi serupa.
Kelompok Risiko
Meskipun nyamuk dapat menggigit siapa pun, ada orang-orang tertentu yang lebih rentan terhadap gigitan
nyamuk dan reaksi alergi yang berasal dari mereka. Sesuai penelitian, 2 juta orang Amerika berada pada
risiko mengembangkan reaksi alergi dari lebah, tawon, sengatan nyamuk. Diberikan di bawah ini adalah
kelompok risiko reaksi alergi terhadap gigitan nyamuk.
Pekerja yang bekerja di daerah berawa.
Orang yang tinggal dekat daerah saluran terbuka atau berawa.
Anak-anak dan orang lain dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
Orang yang menderita penyakit imunodefisiensi seperti AIDS dan kanker.
Jika Anda termasuk kelompok risiko, satu-satunya cara Anda dapat mencegah reaksi alergi adalah dengan
mencegah nyamuk menggigit sendiri. Jika tidak mungkin untuk menghindari tempat nyamuk menghuni,
setidaknya pastikan Anda menutupi diri dengan baik.
Diagnosa dan Pengobatan
Diagnosis dibuat tergantung pada hasil tes kulit yang menggunakan nyamuk ekstrak seluruh tubuh. Radio
Allergo Uji Sorbent (RAST), adalah tes yang sangat efektif yang mendeteksi adanya IgE terhadap berbagai
alergen dilakukan pada darah yang diambil dari pasien. Pengobatan untuk reaksi alergi melibatkan
penggunaan kortikosteroid atau antihistamin oral. Anafilaksis dapat diobati dengan mengambil gigitan
serangga tembakan. Mengambil hidroklorida Cetirizine setiap hari selama musim panas (ketika gigitan
nyamuk sangat umum) juga membantu banyak untuk orang-orang dengan alergi nyamuk dikenal.
Sementara reaksi alergi terhadap gigitan nyamuk memang layak diperhatikan, masalah sebenarnya dari
nyamuk datang dalam bentuk malaria dan demam berdarah. Kedua penyakit ini cukup umum di negara-
negara tropis. Mereka bisa membahayakan nyawa seseorang jika perawatan yang tepat tidak diterima.
Seperti disebutkan di atas, pencegahan adalah cara terbaik untuk mengobati reaksi alergi terhadap gigitan
nyamuk. Gunakan penolak serangga dengan diethyltoluamide (DEET) atau masker terjaring adalah yang
terbaik perlindungan terhadap gigitan nyamuk. Juga, akan lebih bijaksana untuk membawa obat anti alergi
Anda saat menginjak di daerah dihuni nyamuk. Meskipun, sangat jarang untuk gigitan nyamuk untuk
berkembang menjadi beberapa kondisi medis yang serius, lebih baik untuk berkonsultasi dengan dokter, jika
Anda mengalami beberapa gejala yang tidak biasa seperti kesulitan bernapas atau pembengkakan yang
berlebihan dari bagian tubuh manapun.

Ruam atau kemerahan pada kulit adalah bentuk iritasi yang terjadi dikulit. Ruam kulit bisa terjadi pada
semua orang, baik dewasa maupun anak-anak, meskipun memang lebih sering terjadi pada anak-anak.
Jenis-jenis ruam pada kulit
Ruam pada kulit ditandai dengan bengkak atau iritasi kulit, bisa berbentuk kemerahan, kulit kering, bersisik
& gatal, Bahkan terkadang gejala ruam kulit bisa berupa bentol, kulit melepuh atau seperti berjerawat.
Sebagian besar orang pernah mengalami ruam pada kulit, bila dialami oleh bayi maka biasanya akibat
pemakaian popok sekali pakai (ruam popok).
Meskipun ruam pada kulit sebenarnya tidak berbahaya, tetapi orang tua perlu mewaspadai bila ruam kulit
tersebut juga disertai dengan demam, karena bisa jadi gejala penyakit lain yang lebih serius, seperti misalnya
alergi & memerlukan penanganan segera.
Hives atau urtikaria adalah penyakit yang memiliki gejala seperti ruam kulit, berupa bengkak yang berwarna
pucat atau kemerahan. Hives akan muncul bila tubuh melepaskan senyawa histamine sebagai respon
terhadap zat allergen (zat yang menimbulkan reaksi alergi). Zat allergen ini bisa dari obat-obatan, makanan,
atau gigitan serangga. Selain itu, hives ini juga bisa disebabkan karena infeksi virus.
Berikut adalah beberapa jenis ruam pada kulit :
Eksim atau dermatitis atopik : yaitu ruam yang sering terjadi pada anak-anak. Eksim bisa menyebabkan
tampilan kulit menjadi kering, pecah-pecah & kasar di sekitar siku & lutut. Pada kasus yang lebih berat,
eksim ini bisa menyebabkan kulit menjadi kemerahan, bersisik & bengkak di seluruh tubuh.
Dermatitis akibat iritasi kontak : Hal ini bisa disebabkan karena kulit bersentuhan dengan zat yang
menimbulkan iritasi, bisa berupa bahan kimia tertentu, sabun atau detergen. Dermatitis ini ditandai dengan
kulit yang kemerahan, bengkak & gatal. Luka terbakar akibat terkena sinar matahari juga merupakan salah
satu bentuk iritasi dermatitis karena menimbulkan kemerahan & juga timbul rasa gatal saat proses
penyembuhannya.
Dermatitis akibat alergi kontak : Adalah ruam yang disebabkan karena bersentuhan dengan zat allergen.
Zat allergen adalah zat yang bisa menimbulkan alergi, zat ini bisa berbeda-beda untuk tiap orang, contohnya
antara lain : karet, pewarna rambut, nikel (logam yang terdapat pada beberapa perhiasan). Seperti misalnya
bila seseorang mempunyai alergi terhadap nikel, maka ia akan mengalami ruam yang berupa kemerahan,
bersisik & kasar setiap ada perhiasan dengan bahan tersebut menyentuh kulit, contohnya : ruam di sekitar
jari ketika mengenakan cincin yang mengandung zat allergen.

Anda mungkin juga menyukai