Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dian Fadhilla Humaida

NIM : 2011312052
Kelompok :E
Kelas : A3 2020

RESUME PRAKTIKUM IDK II


MIKROSKOPIS AGEN INFEKSI

Mikroskopis merupakan suatu benda/objek ,partikel yang berukuran sangat kecil yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang harus memakai Mikroskop.
Infeksi atau jangkitan adalah serangan dan perbanyakan diri yang dilakukan oleh
patogen pada tubuh makhluk hidup. Patogen penyebab infeksi di antaranya mikroorganisme
seperti virus, prion, bakteri, dan fungi. Sementara itu, parasit seperti cacing dan organisme
uniseluler juga dapat menyebabkan infeksi, meskipun terkadang istilah infeksi dan infestasi
dipakai bergantian untuk menyebut serangan agen parasitik. Serangan patogen-patogen
tersebut, maupun racun yang mereka hasilkan, dapat menimbulkan penyakit pada organisme
inang. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang dihasilkan oleh infeksi.
Individu terinfeksi dapat melawan infeksi menggunakan sistem imun mereka.
Mamalia yang terinfeksi bereaksi dengan sistem imun bawaan, yang sering kali melibatkan
peradangan, dan kemudian diikuti oleh sistem imun adaptif.

Penyebab :
Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai entitas biologi yang dikenal dengan sebutan agen
infeksi. Kata sifat patogenik disematkan kepada entitas biologi yang mampu menimbulkan
penyakit, misalnya bakteri patogenik dan cacing patogenik. Hal ini juga menunjukkan bahwa
tidak semua bakteri dan cacing bersifat patogenik; banyak di antara mereka yang mampu
hidup dan berkembang biak tanpa menyerang dan menimbulkan penyakit pada organisme
lain. Entitas biologi yang mengakibatkan penyakit disebut sebagai patogen, dan sering
disinonimkan dengan agen infeksi.
Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme infeksius, seperti bakteri, virus, fungi, prion,
dan cacing. Dalam penggunaan medis, agen infeksi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
mikroorganisme patogenik (bakteri, virus, prion, fungi) dan parasit (seperti cacing, protozoa,
dan artropoda). Meskipun secara konseptual serupa dengan infeksi, tetapi serangan parasit
pada tubuh manusia atau hewan biasanya disebut infestasi alih-alih infeksi. Umumnya, istilah
infestasi digunakan untuk menyebut serangan ektoparasit, misalnya kutu, tungau, caplak, dan
pinjal, yang menginvasi bagian luar tubuh inangnya dalam jumlah besar.

Klasifikasi :
Infeksi yang menimbulkan gejala dan tanda yang terlihat jelas disebut infeksi klinis,
sedangkan infeksi yang aktif tetapi tidak menghasilkan gejala yang nyata dapat disebut
infeksi diam atau subklinis. Infeksi yang tidak aktif atau dorman disebut infeksi laten.
Contoh infeksi bakteri laten adalah tuberkulosis laten. Beberapa infeksi virus juga bisa
bersifat laten, contoh virus laten berasal dari keluarga Herpesviridae.
Beberapa istilah berbeda digunakan untuk menggambarkan infeksi. Istilah pertama adalah
infeksi akut, yaitu infeksi dengan gejala yang berkembang dengan cepat, jalannya penyakit
bisa cepat atau berlarut-larut. Istilah selanjutnya adalah infeksi kronis, ketika gejala penyakit
berkembang secara bertahap, selama beberapa minggu atau bulan, dan lambat untuk
disembuhkan. Infeksi subakut adalah infeksi dengan gejala yang memakan waktu lebih lama
dibandingkan infeksi akut tetapi timbul lebih cepat dibandingkan infeksi kronis. Infeksi laten
adalah jenis infeksi yang dapat terjadi setelah fase akut; organisme patogennya ada tetapi
gejalanya tidak; setelah beberapa waktu penyakit ini dapat muncul kembali. Infeksi fokal
didefinisikan sebagai tempat infeksi awal suatu patogen sebelum mereka menyebar melalui
aliran darah ke area lain tubuh.

Salah satu cara untuk membuktikan bahwa suatu penyakit bersifat infeksius, adalah
untuk mengujinya menggunakan postulat Koch, yang mensyaratkan bahwa, pertama, agen
infeksi hanya dapat diidentifikasi dari individu yang memiliki penyakit dan bukan dari
kontrol yang sehat, dan kedua, bahwa individu dengan agen infeksi juga mengembangkan
penyakit tersebut. Postulat ini pertama kali digunakan dalam penemuan bahwa spesies
Mycobacterium mengakibatkan tuberkulosis.
Penyakit infeksi kadang-kadang disebut penyakit menular ketika mudah ditularkan
melalui kontak dengan orang yang sakit atau sekresi mereka (misalnya influenza). Dengan
demikian, penyakit menular adalah bagian dari penyakit infeksi, terutama penyakit yang
mudah berpindah atau ditransmisikan. Jenis penyakit menular lain memiliki rute infeksi yang
lebih khusus, seperti penularan melalui vektor atau hubungan seksual, biasanya tidak
dianggap sebagai "menular", dan sering kali tidak memerlukan isolasi medis (kadang-kadang
disebut karantina) bagi penderitanya. Namun, konotasi khusus dari kata "menular" dan
"penyakit menular" (mudah ditransmisikan) tidak selalu dipertimbangkan dalam penggunaan
populer. Penyakit infeksi biasanya ditularkan antarindividu melalui kontak langsung. Jenis
kontak yang dimaksud yaitu dari orang ke orang dan penyebaran percikan atau tetesan.
Kontak tidak langsung seperti penularan melalui udara, benda yang terkontaminasi, makanan
dan air minum, kontak orang dengan hewan (yang bertindak sebagai reservoir), gigitan
serangga, dan lingkungan yang terkontaminasi, merupakan cara lain penularan penyakit
infeksi.
Infeksi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi anatomi atau sistem organ yang
terinfeksi, misalnya infeksi saluran kemih, infeksi kulit, infeksi saluran pernapasan, infeksi
odontogenik (infeksi yang berasal dari gigi atau jaringan yang berdekatan), infeksi vagina,
dan infeksi intraamniotik. Selain itu, lokasi peradangan yang menjadi tempat infeksi dapat
dijadikan penamaan radang tersebut, misalnya pneumonia, meningitis, dan salpingitis.

Tanda dan Gejala :


Gejala dan tanda klinis infeksi tergantung pada masing-masing penyakit. Beberapa
tanda infeksi mempengaruhi keseluruhan tubuh secara umum, seperti kelelahan, kehilangan
nafsu makan, penurunan berat badan, demam, keringat malam, kedinginan, sakit, dan nyeri.
Beberapa tanda lain bersifat khusus untuk bagian tubuh tertentu, seperti ruam kulit, batuk,
atau keluarnya cairan dari hidung.
Dalam kasus-kasus tertentu, penyakit infeksi mungkin asimtomatik (tidak bergejala)
untuk sebagian besar atau bahkan keseluruhan proses penyakit. Pada kasus ini, individu lain
dapat menderita penyakit, sebagai penderita sekunder, setelah mengalami kontak dengan
pembawa penyakit yang asimtomatik. Suatu infeksi tidak selalu identik dengan penyakit
infeksi, karena beberapa infeksi tidak menimbulkan penyakit pada inang.

Patofisiologi :
Ada serangkaian peristiwa yang terjadi selama infeksi. Rantai peristiwa tersebut
meliputi beberapa tahapan, yang melibatkan agen infeksi, reservoir, masuknya agen ke inang
yang rentan, keluarnya agen dari inang tersebut, dan penularan ke inang baru. Masing-masing
mata rantai harus terjadi secara berurutan agar infeksi dapat berkembang. Pemahaman
terhadap langkah-langkah ini membantu petugas kesehatan mengendalikan infeksi dan
mencegahnya agar tidak terjadi.
Penularan :
Agar agen penginfeksi dapat bertahan dan mengulangi siklus infeksi pada inang lain,
mereka (atau keturunannya) harus meninggalkan inang atau reservoir yang ditempatinya dan
menyebabkan infeksi di tempat lain. Penularan infeksi dapat terjadi melalui banyak rute:
1. Kontak tetesan atau percikan, yang juga dikenal sebagai rute pernapasan, dan infeksi yang
diakibatkannya dapat disebut penyakit bawaan udara. Jika orang yang terinfeksi batuk
atau bersin dan partikelnya sampai ke orang lain, mikroorganisme, yang tersuspensi
dalam tetesan yang hangat dan lembab, dapat masuk ke dalam tubuh melalui permukaan
hidung, mulut atau mata.
2. Penularan fekal–oral, yaitu ketika bahan makanan atau air menjadi terkontaminasi
partikel feses (oleh orang-orang yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan
makanan atau limbah yang tidak diolah dilepaskan ke dalam air minum) sehingga orang-
orang yang makan dan minum menjadi terinfeksi. Patogen yang ditularkan melalui
metode ini di antaranya Vibrio cholerae, spesies Giardia, Rotavirus, Entamoeba
histolytica, Escherichia coli, dan cacing pita.[27] Sebagian besar patogen ini
menyebabkan gastroenteritis.
3. Penularan seksual, dengan penyakit yang dihasilkan disebut penyakit menular seksual.
4. Penularan melalui mulut. Penyakit yang ditularkan terutama melalui kontak oral langsung
seperti ciuman, atau melalui kontak tidak langsung seperti dengan berbagi gelas minum
atau rokok.
5. Penularan melalui kontak langsung, Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui
kontak atau sentuhan langsung termasuk tinea pedis, impetigo, dan kutil.
6. Penularan melalui benda mati, misalnya makanan, air, dan tanah yang terkontaminasi.[28]
7. Penularan vertikal, yaitu penularan langsung dari ibu ke embrio, janin, atau bayi selama
kehamilan atau persalinan. Hal ini bisa terjadi ketika ibu mendapat infeksi sebagai
penyakit penyerta dalam kehamilan.
8. Penularan iatrogenik, karena prosedur medis seperti injeksi atau transplantasi bahan yang
terinfeksi.
9. Penularan melalui vektor, yaitu organisme yang tidak menderita penyakit tetapi ikut
menularkan infeksi dengan membawa patogen dari satu inang ke inang lainnya.[29]
Hubungan antara virulensi dan penularan sangat kompleks; jika suatu penyakit bersifat fatal,
inang dapat mati sebelum patogen dapat ditularkan ke inang lain.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Mikrobiologi-dan-Parasitologi-Komprehensif.pdf

Anda mungkin juga menyukai