Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan penjamu rentan
yang meninvasi tubuh oleh patogen yang menyebabkan sakit. Cara penularan
dapat terjadi melalui darah, udara dan kontak langsung. Di rumah sakit dan sarana
kesehatan lainnya, infeksi dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas, dari
pasien ke penunggu pasien. dari petugas ke petugas, dan daripetugas ke pasien.
Infeksi ini terdapat dalam sarana kesehatan tersebut disebut "Infeksi Nosokomial"
(Potter & Perry, 2012).
Rumah sakit bisa menjadi tempat yang paling mungkin mendapat infeksi
karena mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen
yang mungkin resisten terhadap antibiotik. Pasien yang berada dalam lingkungan
perawatan kesehatan beresiko tinggi mendapatkan infeksi. Jumlah tenaga
pelayanan kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, jenis dan jumla
prosedur invasif, terapi yang diterima, dan lama perawatan memengaruhi resiko
terinfeksi. Tempat utama untuk infeksi nosokomial termasuk traktus urinarius,
luka trauma bedah, traktus respirotarius, dan pembuluh darah (Potter & Perry,
2012).
Infeksi yang terjadi di rumah sakit atau biasa disebut infeksi nosokomial dapat
berasal dari proses penyebaran di pelayanan kesehatan, baik pasien, petugas
kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya. Infeksi nosokomial diperoleh
ketika seseorang dirawat di rumah sakit, tanpa adanya tanda-tanda infeksi
sebelumnya dan minimal terjadi 3x24 jam sesudah masuk kuman (Darmadi,
2008).
Wigglesworth (2014) menyebutkan bahwa langkah pencegahan dan
pengendalian infeksi dasar (PPI Dasar), diperlukan untuk mengurangi resiko
penularan mikroorganisme dari yang diketahui atau tidak diketahui sumber
infeksinya sehingga Komite PPI merupakan salah satu unsur penting yang wajib
ada di rumah sakit, berdasarkan Permenkes Nomor 8 Tahun 2015 tentang program
pengendalian resistensi anti mikroba di RS (Menkes, 2015).

3
Upaya pencegahan infeksi nosokomial (hospital acquired infection)
melibatkan berbagai unsur, mulai dari para pimpinan sebagai pengambil
kebijakan sampai petugas kesehatan dan penunggu pasien itu sendiri. Peran
petugas adalah sebagai pelaksana dalam upaya pencegahan infeksi. Namun
petugas kesehatan wajib memperhatikan kesehatan dirinya. Petugas kesehatan
wajib melindungi dirinya misalnya dengan mengikuti seluruh prosedur universal
precaution ketika bertugas (Utama, 2006).

1. 2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini:
1. Konsep penyebaran infeksi
2. Konsep pengendalian infeksi
3. Peran perawat dalam pengendalian infeksi
4. Prosedur pengendalian infeksi di ruang rawat/ tindakan keperawatan
5. Konsep steril dan sterilisasi alat
6. Pengertian Infeksi nosocomial
7. Batas infeksi nosocomial
8. Dampak infeksi nosocomial
9. Cara penularan infeksi nosocomial
10. Tahap Infeksi nosocomial
11. Proses transmisi pathogen melalui tangan
12. Jenis Infeksi nosocomial
13. Cara pencegahan Infeksi nosocomial
14. Yang beresiko terkena infeksi nosocomial

1. 3. Tujuan Penulisan
1. Memahami konsep penyebaran infeksi
2. Memahami konsep pengendalian infeksi
3. Mengetahui peran perawat dalam pengendalian infeksi
4. Mengetahui prosedur pengendalian infeksi di ruang rawat/ tindakan
keperawatan
5. Memahami konsep steril dan sterilisasi alat

4
6. Memahami pengertian Infeksi nosocomial
7. Mengetahui batas infeksi nosocomial
8. Mengetahui dampak infeksi nosocomial
9. Mengetahui cara penularan infeksi nosocomial
10. Mengetahui tahap Infeksi nosocomial
11. Mengetahui proses transmisi pathogen melalui tangan
12. Mengetahui jenis Infeksi nosocomial
13. Mengetahui cara pencegahan Infeksi nosocomial
14. Mengetahui siapa yang beresiko terkena infeksi nosocomial

5
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1. Konsep Penyebaran Infeksi


Penyakit infeksi adalah penyakit atau kondisi yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit yang bersifat
dinamis. Dalam tubuh manusia sendirinya sebenarnya sudah terdapat banyak
organisme, namun di beberapa kondisi mikroorganisme ini akan menyebabkan
penyakit (RSUD Sawahlunto, 2021). Mikroorganisme patogen hidup pada suatu
reservoir yang mana akan mencari reservoir baru untuk berkembang biak.
Mikroorganisme patogen ini menyebar melalui mekanisme penularan atau disebut
dengan mode of transmission. Secara garis besar penyebaran infeksi ke pejamu
yang rentan atau susceptible host melalui dua cara, yaitu penularan langsung dan
penularan tidak langsung.

2. 1. 1. Penularan Langsung (direct transmission)


Penularan secara langsung akan terjadi apabila terjadi kontak fisik
dengan objek yang terinfeksi. Biasanya yang menjadi pintu dari masuknya
mikroorganisme patogen ini secara langsung ke dalam tubuh adalah
jaringan mukosa (selaput lendir), seperti mata, mulut, hidung, luka
terbuka, atau lecet. contohnya dengan adanya sentuhan, gigitan, ciuman,
atau karena adanya droplet nuclei yaitu batuk, bersin, berbicara, atau bisa
juga karena transfusi darah dengan darah yang terkontaminasi (Darmadi,
2013).

Terdapat 3 cara dalam penyebaran secara langsung:


a. Dari orang ke orang, cara ini merupakan cara yang paling sering
terjadi baik melalui cairan tubuh, air liur, pernapasan, atau sentuhan.
Seseorang yang tidak menunjukkan gejala pun berkemungkinan
untuk membawa mikroorganisme patogen dan menularkannya ke
orang lain.
b. Hewan ke manusia, dapat menular melalui gigitan hewan ataupun
dagingnya yang kita konsumsi. penyakit yang ditular oleh hewan ini
disebut dengan penyakit zoonosis.

6
c. Ibu ke bayi, penyebaran mikroorganisme patogen juga bisa
ditularkan oleh ibu kepada bayinya baik saat masih di dalam
kandungan, saat melahirkan, bahkan bisa juga saat menyusui melalui
ASI. Mikroorganisme patogen juga bisa berpindah melalui plasenta
dan menyebabkan penyakit bawaan lahir atau kongenital (RSUD
Sawahlunto, 2021).

2. 1. 2. Penularan Tidak Langsung (indirect transmission)


Penularan tidak langsung ini berarti mikroorganisme patogen ini
dapat berpindah dengan bantuan perantara baik itu berupa barang, air,
udara, makanan atau minuman, ataupun vektor.
a. Vehicle borne
Barang yang terkontaminasi dapat menjadi perantara penyebaran
infeksi. Benda-benda yang sering disentuh memiliki potensi yang
besar untuk menularkan seperti gagang pintu, peralatan makan dan
minum, jarum suntik, dan lainnya. Benda-benda ini mungkin saja
sebelumnya terkena droplet atau lainnya dari orang yang sakit yang
dapat mengakibatkan terkontaminasinya benda tersebut.
b. Vector borne
Perantara penularan infeksi juga bisa berupa vektor atau serangga.
Secara mekanis, mungkin saja pada kaki serangga terdapat
mikroorganisme patogen yang kemudian mereka hinggap di makanan
atau minuman yang pada akhirnya dikonsumsi oleh seseorang. Secara
biologisnya, mungkin saja dalam tubuh serangga terjadi
perkembangbiakkan mikroorganisme patogen yang dapat
ditularkannya melalui gigitan.
c. Food borne
Makanan dan minuman merupakan salah satu perantara yang efektif
untuk menularkan infeksi. Melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi akan membawa mikroorganisme patogen masuk ke
dalam tubuh melalui pintu saluran cerna. Makanan yang tidak diolah
dengan baik atau mentah juga bisa menjadi perantara penularan

7
karena mungkin saja mikroorganisme patogen tidak mati sepenuhnya
dan masih memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit.
d. Water borne
Kualitas air bersih juga sangat penting dalam kehidupan. Air bisa
dengan sangat mudah menjadi perantara penyebaran
mikroorganisme patogen baik melalui pintu saluran cerna ataupun
yang lainnya.
e. Air borne
Ukuran mikroorganisme patogen yang sangat kecil menyebabkan
udara menjadi perantara untuk penularannya. Droplet nuclei yang
dikeluarkan oleh penderita dapat masuk ke saluran napas pejamu
melalui udara. Sangat sulit untuk mendeteksi udara yang
terkontaminasi, maka dari itu penting untuk selalu menjaga
sirkulasi udara dengan baik.

Mekanisme penularan penyakit infeksi dari penderita atau reservoir ke pejamu


yang rentan atau peka secara alamiah akan melalui 4 tahapan, yaitu:
1. Tahap Rentan, pada tahap ini pejamu biasanya masih terlihat dalam kondisi
sehat. Faktor-faktor predisposisi seperti umur, pola hidup, kondisi fisik, dan
lainnya dapat mempercepat proses masuknya mikroorganisme patogen ke
dalam tubuh.
2. Tahap Inkubasi, tahap inkubasi ini adalah saat dimana masuknya
mikroorganisme patogen ke dalam tubuh pejamu hingga saat dimana mulai
muncul tanda dan gejala pada pejamu. Lama dari tahap inkubasi ini sendiri
berbeda-beda bagi setiap penyakit.
3. Tahap Klinis, tahap ini merupakan tahap dimana terganggunya fungsi organ
yang dapat menimbulkan tanda dan gejala penyakit. Tanda dan gejala suatu
penyakit juga akan berkembang secara bertahap dari yang ringan hingga
tahap lanjut yang mengakibatkan terganggunya aktivitas penderita.
4. Tahap Akhir Penyakit, tahap akhir penyakit akan berakhir dengan 5 alternatif,
yaitu sembuh sempurna yang berarti kembali sehat seperti sedia kala, sembuh
dengan cacat yang berarti penderita sembuh namun disertai dengan
kecacatan, pembawa atau carrier yang berarti hilangnya tanda dan gejala

8
seolah-olah perjalanan penyakit sudah berhenti namun agen penyebab
penyakit masih ada dan berpotensi untuk menularkannya, selanjutnya kronis
artinya perjalanan penyakitnya bergerak lambat dengan tanda dan gejala yang
juga tidak tetap, terakhir yaitu meninggal dunia yang berarti adanya
kegagalan fungsi-fungsi organ (Darmadi, 2013).

2. 2. Konsep Pengendalian Infeksi


Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2017 dijelaskan bahwa pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) merupakan
upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi dan mencegah terjadinya infeksi
pada pasien, pengunjung, petugas, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan. Mencegah atau membatasi penularan infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan (infeksi nosokomial) membutuhkan prosedur dan protokol yang disebut
dengan “pengendalian”. Hal itu sudah disusun sesuai dengan efektivitas
pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection Prevention and Control/IPC)
yang meliputi (Hayati, 2016):
1. Pengendalian bersifat administratif
2. Pengendalian dan Rekayasa Lingkungan
3. Alat Pelindung Diri (APD)

Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menerapkan pencegahan dan


pengendalian infeksi yang diterapkan melalui prinsip kewaspadaan isolasi yang
terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi,
penggunaan antimikroba secara bijak, dan bundles (PMK Nomor 27 Tahun 2017).

2. 2. 1. Kewaspadaan Isolasi
a) Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar diberlakukan pada semua pasien dan tidak
bergantung pada jenis infeksi. Hal ini dirancang untuk mengurangi
resiko terinfeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari
sumber infeksi yang diketahui maupun tidak diketahui. Kewaspadaan
standar terdiri atas (Kurniasih, 2020):
• Kebersihan tangan

9
• Alat Pelindung Diri (APD)
• Peralatan perawatan pasien
• Pengendalian lingkungan
• Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
• Kesehatan karyawan atau perlindungan petugas kesehatan
• Penempatan pasien
• Etika batuk/ hygiene respirasi
• Praktek menyuntik yang aman
• Praktek untuk lumbal pungsi

b) Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


Kewaspadaan berdasarkan transmisi dirancang untuk memutus rantai
penyebaran infeksi oleh pasien yang diketahui maupun suspek
terinfeksi atau terkolonisasi patogen yang dapat bertransmisi lewat
udara, droplet, kontak dengan kulit ataupun permukaan
terkontaminasi, serta vektor seperti lalat, tikus, dan nyamuk
(Kurniasih, 2020).

2. 2. 2. Penggunaan antimikroba secara bijak


Pemberian terapi antimikroba merupakan salah satu tatalaksana
penyakit infeksi yang bertujuan membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroba di dalam tubuh. Mikroba yang melemah atau mati
akibat antimikroba, akan dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh secara
alamiah. Penggunaan antimikroba yang tidak bijak dapat menyebabkan
mikroba penyebab infeksi menjadi resisten. Jika mikroba penyebab infeksi
telah resisten terhadap antimikroba yang digunakan, maka mikroba
tersebut tetap bertahan hidup dan berkembang biak sehingga proses
infeksi terus berlanjut (PMK Nomor 27 Tahun 2017).

2. 2. 3. Bundles
Bundles adalah kumpulan proses yang dibutuhkan untuk
perawatan secara efektif dan aman untuk pasien dengan treatment tertentu
dan memiliki risiko tinggi. Beberapa intervensi di bundle bersama, dan

10
ketika dikombinasikan dapat memperbaiki kondisi pasien secara
signifikan.

2. 3. Peran Perawat dalam Pengendalian Infeksi


Selama masa perawatan, pasien dapat mengalami perburukan kondisi akibat
penyakit infeksi. Seorang perawat mungkin diberi tanggung jawab keseluruhan
untuk pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit atau klinik. Hal itu
merupakan sebuah peran yang sangat penting untuk memastikan keselamatan
pasien. Salah satu upaya yang dilakukan oleh para profesional pemberi asuhan
(PPA) untuk mencegah dan mengendalikan kejadian infeksi adalah melaksanakan
Standar Prosedur Operasional (SPO) ketika melakukan tindakan kepada pasien
(Setiawan, dkk., 2022; West, 2021)
Selain itu, hal yang dapat diperhatikan oleh perawat sebagai peran penting
dalam pengendalian infeksi yaitu meningkatkan pengetahuan perawat terhadap
pengendalian dan pencegahan infeksi termasuk konsep mengenai penyakit
infeksi. Perawat dalam melaksanakan tugasnya memiliki banyak cara yang dapat
dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien. Terdapat lima
bidang dalam praktik keperawatan yang dapat membantu dan memantau
pengendalian dan pencegahan terjadinya infeksi, seperti promosi kebersihan
tangan, penggunaan aseptik sebaik-baiknya, teknik dan praktik kewaspadaan
universal (praktik memperlakukan semua cairan tubuh seolah-olah itu terinfeksi
HIV, HBV, atau patogen yang ditularkan melalui darah meliputi: pengelolaan alat
kesehatan, cuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung
diantaranya sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan
infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan,
pengelolaan limbah), juga pendidikan pasien dan praktik pembersihan, desinfeksi,
dan sterilisasi. (Sukarwan dan Wardani, 2022; Dunders, dkk., 2020)

2. 4. Prosedur Pengendalian Infeksi di Ruang Rawat/Tindakan


Keperawatan
Tindakan pengendalian infeksi merupakan upaya untuk mencegah
terjadinya penularan infeksi terhadap pasien maupun tenaga medis khususnya

11
perawat. Infeksi nosocomial dapat dicegah melalui penerapan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi khususnya yaitu prinsip kewaspadaan universal (universal
precautions). Penerapan kewaspadaan universal merupakan bagian dari upaya
pengendalian infeksi yang terdiri dari:
1) Tindakan mencuci tangan
2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
3) Pengelolaan jarum dan alat tajam secara hati-hati
4) Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan benar
5) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan (Purbandaru & Supriyadi, 2022)

2. 4. 1. Prosedur Pencegahan Infeksi


1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama
lengkap, tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dari langkah-langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
a. Sarung tangan bersih
b. Handrub atau hand soap
c. Hand towel atau tisu
d. Alat pelindung diri sesuai kebutuhan (seperti topi pelindung,
masker, apron, atau jubah)
e. Tempat sampah
f. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
g. Pasang sarung tangan bersih
h. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
i. Batasi jumlah pengunjung
j. Lakukan perawatan kulit jika ada risiko gangguan integritas kulit
k. Pertahankan teknik aseptik pada pasien dengan risiko tinggi
l. Jelaskan tanda dan gejala infeksi pada luka
m. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
n. Ajarkan etika batuk
o. Ajarkan cara memeriksa tanda dan gejala infeksi pada luka
p. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
q. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

12
r. Lepaskan sarung tangan
s. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
t. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons
pasien (PPNI, 2021)

2. 4. 2. Prosedur Pengontrol Infeksi


1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama
lengkap, tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis
2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan :
a. Sarung tangan bersih
b. Handrub atau hand soap
c. Hand towel atau tisu
d. Alat pelindung diri sesuai kebutuhan
e. Tempat sampah
4. Lakukan kebersihan 6 langkah
5. Terapkan kewaspadaan universal dengan menggunakan alat
pelindung diri (seperti sarung tangan, masker, pelindung wajah,
pelindung mata, apron, sepatu boot sesuai model transmisi
mikroorganisme)
6. Tempatkan pasien pada ruang isolasi bertekanan positif untuk pasien
yang mengalami penurunan imunitas
7. Tempatkan pasien pada ruang isolasi bertekanan negatif untuk pasien
dengan risiko penyebaran infeksi via droplet atau udara
8. Sterilisasi dan desinfeksi alat-alat, furnitur, lantai, sesuai kebutuhan
9. Gunakan hepafilter pada area khusus (seperti kamar operasi)
10. Berikan tanda khusus untuk pasien-pasien dengan penyakit menular
11. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
12. Ajarkan etika batuk dan/atau bersin
13. Lepaskan sarung tangan dan alat pelindung diri lainnya
14. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
15. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
(PPNI, 2021)

13
2. 5. Konsep Steril dan Sterilisasi Alat
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan setiap benda atau
substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Secara klasik, sterilisasi
didefinisikan sebagai suatu kondisi yang bebas secara sempurna dari semua
mikroorganisme hidup. Sterilisasi merupakan tingkat pemrosesan ulang yang
diperlukan saat memproses peralatan/perangkat medis dengan menghancurkan
semua bentuk kehidupan mikroba termasuk bakteri, virus, spora dan jamur (Ulfa,
2018).
Sterilisasi adalah cara yang paling aman dan efektif untuk mengelola alat
kesehatan yang berhubungan dengan darah atau jaringan dibawah kulit yang
secara normal bersifat steril. Yang memiliki fungsi:
1. Mencegah terjadinya infeksi (bakteri, virus, jamur).
2. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri.
3. Mencegah makanan jadi rusak.

2. 5. 1. Cara sterilisasi yang penting diantaranya:


1. Fisik
• Sterilisasi panas kering: Sterilisasi panas kering berfungsi untuk
mematikan organisme dengan cara mengoksidasi komponen sel
ataupun mendenaturasi enzim. Metode ini tidak dapat digunakan
ke alat yang berbahan karet atau plastik karena membutuhkan
suhu yang tinggi.
• Sterilisasi panas basah: Sterilisasi panas basah bisa dilakukan
dengan autoklaf, sterilisasi uap, atau perebusan. Suhu yang
dibutuhkan sterilisasi panas basah cenderung lebih rendah
dibanding panas kering (Rachmawati, dkk., 2023).

2. Filtrasi
Sterilisasi filtrasi dilakukan dengan cara menyaring bakteri
menggunakan saringan dengan pori-pori yang sangat halus. Namun,
cara ini kurang efektif mengingat hanya disaring menggunakan
penyaringan dan bukan dimatikan.

14
3. Khemis
Sterilisasi khemis biasa dilakukan dengan cara mencegah
pertumbuhan/aktivitas mikroorganisme, menghambat maupun
membunuh mikroorganisme menggunakan antiseptik. Desinfeksi juga
merupakan cara lain untuk melakukan sterilisasi khemis
menggunakan desinfektan (Kemendikbud, 2020).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit infeksi adalah penyakit atau kondisi yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit yang bersifat
dinamis. Mikroorganisme patogen hidup pada suatu reservoir yang mana akan
mencari reservoir baru untuk berkembang biak. Secara garis besar penyebaran
infeksi ke pejamu yang rentan atau susceptible host melalui dua cara, yaitu penularan
langsung dan penularan tidak langsung. Penularan secara langsung akan terjadi
apabila terjadi kontak fisik. Caranya dari orang ke orang, hewan ke manusia, dan ibu
ke bayi. Sedangkan openularan secara tidak langsung memiliki beberapa vector
seperti: Vehicle borne, Vector borne, Food borne, Water borne, dan Air borne.
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
membutuhkan prosedur dan protokol disebut dengan “pengendalian”. Hal ini sudah
disusun sesuai dengan efektivitas pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection
Prevention and Control/IPC) yang meliputi:
1. Pengendalian bersifat administratif
2. Pengendalian dan Rekayasa Lingkungan
3. Alat Pelindung Diri (APD)

Selama masa perawatan, pasien dapat mengalami perburukan kondisi akibat


penyakit infeksi. Hal itu merupakan sebuah peran yang sangat penting untuk
memastikan keselamatan pasien. Selain itu, hal yang dapat diperhatikan oleh perawat
sebagai peran penting dalam pengendalian infeksi yaitu meningkatkan pengetahuan
perawat terhadap pengendalian dan pencegahan infeksi termasuk konsep mengenai
penyakit infeksi. Perawat dalam melaksanakan tugasnya memiliki banyak cara yang
dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien.

Adapun prosedur pengendalian infeksi yang terdiri dari memiliki penerapan


kewaspadaan universal yang terdiri dari:
1) Tindakan mencuci tangan
2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
3) Pengelolaan jarum dan alat tajam secara hati-hati

16
4) Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan benar
5) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan

Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan setiap benda atau substansi


dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Sterilisasi merupakan tingkat pemrosesan
ulang yang diperlukan saat memproses peralatan/perangkat medis dengan
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk bakteri, virus, spora dan
jamur. Sterilisasi adalah cara yang paling aman dan efektif untuk mengelola alat
Kesehatan karena berfungsi untuk: Mencegah terjadinya infeksi (bakteri, virus, jamur)
dan mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri.

17
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi. (2013). INFEKSI NOSOKOMIAL Problematika dan Pengendaliannya.


Jakarta: Salemba Media.
Dunders, G., dkk. (2020). Mikrobiologi Medis II: Sterilisasi, Diagnosis Laboratorium,
dan Respon Imun. UK: Cambridge Stanford Books.
Hayati, D. A. (2016). KETEPATAN DAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT
PELINDUNG DIRI (APD) PERAWAT DI BANGSAL AR-ROYAN RS PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING. Undergraduate Thesis, Program Studi
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Kurniasih, M. A. (2020). GAMBARAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI DI RUMAH SAKIT BERDASARKAN
LITERATUR RIVIEW. Undergraduate thesis, STIKES Yayasan RS Dr. Soetomo
Surabaya.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep,
proses, dan praktik (Ed. 4). Jakarta: EGC
PPNI. 2021. Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI.
Purbandaru, E. P. & Supriyadi. 2022. Tindakan Pengendalian Infeksi di Ruang Rawat
Inap di Rumah Sakit Kota Semarang. Jurnal LINK, 18 (2), 2022, 141 - 148 DOI:
10.31983/link.v18i2.9350. https://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/link. Diakses Pada 4 September 2023 Pukul 19.22 WIB.
Rachmawati, D. S., dkk. (2023). Manajemen + Kesehatan Pasien. Jambi: PT. Sonpedia
Publishing Indonesia.
RSUD Sawahlunto. (2021). Memahami Metode Penyebaran Penyakit Infeksi dan Cara
Mencegah Penularannya. https://rsud.sawahluntokota.go.id/memahami-metode-
penyebaran-penyakit-infeksi-dan-cara-mencegah-
penularannya/#:~:text=Penularan%20dari%20orang%20ke%20orang,berpindah
%20ke%20orang%20sehat%20lainnya. Diakses pada 04 Oktober 2023 pukul
09.30 WIB.
Setiawan, H., dkk. (2022). Peran Perawat dalam Pencegahan Kejadian Flebitis di Rumah
Sakit. Yogyakarta: Rizmedia Pustaka Indonesia.
Sukarwan, A. dan Wardani, R. (2022). Peran Perawat dalam Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi pada Pemasangan Kateter Urin. Journal of Nursing Care &

18
Biomolecular, 7(1), 1–14.
https://jnc.stikesmaharani.ac.id/index.php/JNC/article/download/252/224/1036.
Diakses pada Rabu, 04 Oktober 2023 pukul 17.00 WIB.
Ulfa, M. (2018). Disinfektan dan Sterilisasi di Fasilitas Kesehatan.
https://mars.umy.ac.id/disinfektan-dan-sterilisasi-di-fasilitas-kesehatan/.Diakses
pada 4 Oktober 2023 pukul 16.42 WIB.
West, J. (2023). The Role of an Infection Prevention and Control Nurse.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8528055/. Diakses pada Rabu,
04 Oktober 2023 pukul 17.30 WIB. Kemendikbud. (2020). Sterilisasi.
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/644538/mod_resource/content/
1/BAB%207%20STERILISASI.pdf. Diakses pada 4 Oktober 2023 pukul 16.57
WIB.

19

Anda mungkin juga menyukai