1. 1. Latar Belakang
Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan penjamu rentan
yang meninvasi tubuh oleh patogen yang menyebabkan sakit. Cara penularan
dapat terjadi melalui darah, udara dan kontak langsung. Di rumah sakit dan sarana
kesehatan lainnya, infeksi dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas, dari
pasien ke penunggu pasien. dari petugas ke petugas, dan daripetugas ke pasien.
Infeksi ini terdapat dalam sarana kesehatan tersebut disebut "Infeksi Nosokomial"
(Potter & Perry, 2012).
Rumah sakit bisa menjadi tempat yang paling mungkin mendapat infeksi
karena mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen
yang mungkin resisten terhadap antibiotik. Pasien yang berada dalam lingkungan
perawatan kesehatan beresiko tinggi mendapatkan infeksi. Jumlah tenaga
pelayanan kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, jenis dan jumla
prosedur invasif, terapi yang diterima, dan lama perawatan memengaruhi resiko
terinfeksi. Tempat utama untuk infeksi nosokomial termasuk traktus urinarius,
luka trauma bedah, traktus respirotarius, dan pembuluh darah (Potter & Perry,
2012).
Infeksi yang terjadi di rumah sakit atau biasa disebut infeksi nosokomial dapat
berasal dari proses penyebaran di pelayanan kesehatan, baik pasien, petugas
kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya. Infeksi nosokomial diperoleh
ketika seseorang dirawat di rumah sakit, tanpa adanya tanda-tanda infeksi
sebelumnya dan minimal terjadi 3x24 jam sesudah masuk kuman (Darmadi,
2008).
Wigglesworth (2014) menyebutkan bahwa langkah pencegahan dan
pengendalian infeksi dasar (PPI Dasar), diperlukan untuk mengurangi resiko
penularan mikroorganisme dari yang diketahui atau tidak diketahui sumber
infeksinya sehingga Komite PPI merupakan salah satu unsur penting yang wajib
ada di rumah sakit, berdasarkan Permenkes Nomor 8 Tahun 2015 tentang program
pengendalian resistensi anti mikroba di RS (Menkes, 2015).
3
Upaya pencegahan infeksi nosokomial (hospital acquired infection)
melibatkan berbagai unsur, mulai dari para pimpinan sebagai pengambil
kebijakan sampai petugas kesehatan dan penunggu pasien itu sendiri. Peran
petugas adalah sebagai pelaksana dalam upaya pencegahan infeksi. Namun
petugas kesehatan wajib memperhatikan kesehatan dirinya. Petugas kesehatan
wajib melindungi dirinya misalnya dengan mengikuti seluruh prosedur universal
precaution ketika bertugas (Utama, 2006).
1. 2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini:
1. Konsep penyebaran infeksi
2. Konsep pengendalian infeksi
3. Peran perawat dalam pengendalian infeksi
4. Prosedur pengendalian infeksi di ruang rawat/ tindakan keperawatan
5. Konsep steril dan sterilisasi alat
6. Pengertian Infeksi nosocomial
7. Batas infeksi nosocomial
8. Dampak infeksi nosocomial
9. Cara penularan infeksi nosocomial
10. Tahap Infeksi nosocomial
11. Proses transmisi pathogen melalui tangan
12. Jenis Infeksi nosocomial
13. Cara pencegahan Infeksi nosocomial
14. Yang beresiko terkena infeksi nosocomial
1. 3. Tujuan Penulisan
1. Memahami konsep penyebaran infeksi
2. Memahami konsep pengendalian infeksi
3. Mengetahui peran perawat dalam pengendalian infeksi
4. Mengetahui prosedur pengendalian infeksi di ruang rawat/ tindakan
keperawatan
5. Memahami konsep steril dan sterilisasi alat
4
6. Memahami pengertian Infeksi nosocomial
7. Mengetahui batas infeksi nosocomial
8. Mengetahui dampak infeksi nosocomial
9. Mengetahui cara penularan infeksi nosocomial
10. Mengetahui tahap Infeksi nosocomial
11. Mengetahui proses transmisi pathogen melalui tangan
12. Mengetahui jenis Infeksi nosocomial
13. Mengetahui cara pencegahan Infeksi nosocomial
14. Mengetahui siapa yang beresiko terkena infeksi nosocomial
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
c. Ibu ke bayi, penyebaran mikroorganisme patogen juga bisa
ditularkan oleh ibu kepada bayinya baik saat masih di dalam
kandungan, saat melahirkan, bahkan bisa juga saat menyusui melalui
ASI. Mikroorganisme patogen juga bisa berpindah melalui plasenta
dan menyebabkan penyakit bawaan lahir atau kongenital (RSUD
Sawahlunto, 2021).
7
karena mungkin saja mikroorganisme patogen tidak mati sepenuhnya
dan masih memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit.
d. Water borne
Kualitas air bersih juga sangat penting dalam kehidupan. Air bisa
dengan sangat mudah menjadi perantara penyebaran
mikroorganisme patogen baik melalui pintu saluran cerna ataupun
yang lainnya.
e. Air borne
Ukuran mikroorganisme patogen yang sangat kecil menyebabkan
udara menjadi perantara untuk penularannya. Droplet nuclei yang
dikeluarkan oleh penderita dapat masuk ke saluran napas pejamu
melalui udara. Sangat sulit untuk mendeteksi udara yang
terkontaminasi, maka dari itu penting untuk selalu menjaga
sirkulasi udara dengan baik.
8
seolah-olah perjalanan penyakit sudah berhenti namun agen penyebab
penyakit masih ada dan berpotensi untuk menularkannya, selanjutnya kronis
artinya perjalanan penyakitnya bergerak lambat dengan tanda dan gejala yang
juga tidak tetap, terakhir yaitu meninggal dunia yang berarti adanya
kegagalan fungsi-fungsi organ (Darmadi, 2013).
2. 2. 1. Kewaspadaan Isolasi
a) Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar diberlakukan pada semua pasien dan tidak
bergantung pada jenis infeksi. Hal ini dirancang untuk mengurangi
resiko terinfeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari
sumber infeksi yang diketahui maupun tidak diketahui. Kewaspadaan
standar terdiri atas (Kurniasih, 2020):
• Kebersihan tangan
9
• Alat Pelindung Diri (APD)
• Peralatan perawatan pasien
• Pengendalian lingkungan
• Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
• Kesehatan karyawan atau perlindungan petugas kesehatan
• Penempatan pasien
• Etika batuk/ hygiene respirasi
• Praktek menyuntik yang aman
• Praktek untuk lumbal pungsi
2. 2. 3. Bundles
Bundles adalah kumpulan proses yang dibutuhkan untuk
perawatan secara efektif dan aman untuk pasien dengan treatment tertentu
dan memiliki risiko tinggi. Beberapa intervensi di bundle bersama, dan
10
ketika dikombinasikan dapat memperbaiki kondisi pasien secara
signifikan.
11
perawat. Infeksi nosocomial dapat dicegah melalui penerapan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi khususnya yaitu prinsip kewaspadaan universal (universal
precautions). Penerapan kewaspadaan universal merupakan bagian dari upaya
pengendalian infeksi yang terdiri dari:
1) Tindakan mencuci tangan
2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
3) Pengelolaan jarum dan alat tajam secara hati-hati
4) Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan benar
5) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan (Purbandaru & Supriyadi, 2022)
12
r. Lepaskan sarung tangan
s. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
t. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons
pasien (PPNI, 2021)
13
2. 5. Konsep Steril dan Sterilisasi Alat
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan setiap benda atau
substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Secara klasik, sterilisasi
didefinisikan sebagai suatu kondisi yang bebas secara sempurna dari semua
mikroorganisme hidup. Sterilisasi merupakan tingkat pemrosesan ulang yang
diperlukan saat memproses peralatan/perangkat medis dengan menghancurkan
semua bentuk kehidupan mikroba termasuk bakteri, virus, spora dan jamur (Ulfa,
2018).
Sterilisasi adalah cara yang paling aman dan efektif untuk mengelola alat
kesehatan yang berhubungan dengan darah atau jaringan dibawah kulit yang
secara normal bersifat steril. Yang memiliki fungsi:
1. Mencegah terjadinya infeksi (bakteri, virus, jamur).
2. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri.
3. Mencegah makanan jadi rusak.
2. Filtrasi
Sterilisasi filtrasi dilakukan dengan cara menyaring bakteri
menggunakan saringan dengan pori-pori yang sangat halus. Namun,
cara ini kurang efektif mengingat hanya disaring menggunakan
penyaringan dan bukan dimatikan.
14
3. Khemis
Sterilisasi khemis biasa dilakukan dengan cara mencegah
pertumbuhan/aktivitas mikroorganisme, menghambat maupun
membunuh mikroorganisme menggunakan antiseptik. Desinfeksi juga
merupakan cara lain untuk melakukan sterilisasi khemis
menggunakan desinfektan (Kemendikbud, 2020).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit infeksi adalah penyakit atau kondisi yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit yang bersifat
dinamis. Mikroorganisme patogen hidup pada suatu reservoir yang mana akan
mencari reservoir baru untuk berkembang biak. Secara garis besar penyebaran
infeksi ke pejamu yang rentan atau susceptible host melalui dua cara, yaitu penularan
langsung dan penularan tidak langsung. Penularan secara langsung akan terjadi
apabila terjadi kontak fisik. Caranya dari orang ke orang, hewan ke manusia, dan ibu
ke bayi. Sedangkan openularan secara tidak langsung memiliki beberapa vector
seperti: Vehicle borne, Vector borne, Food borne, Water borne, dan Air borne.
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
membutuhkan prosedur dan protokol disebut dengan “pengendalian”. Hal ini sudah
disusun sesuai dengan efektivitas pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection
Prevention and Control/IPC) yang meliputi:
1. Pengendalian bersifat administratif
2. Pengendalian dan Rekayasa Lingkungan
3. Alat Pelindung Diri (APD)
16
4) Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan benar
5) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
17
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
18
Biomolecular, 7(1), 1–14.
https://jnc.stikesmaharani.ac.id/index.php/JNC/article/download/252/224/1036.
Diakses pada Rabu, 04 Oktober 2023 pukul 17.00 WIB.
Ulfa, M. (2018). Disinfektan dan Sterilisasi di Fasilitas Kesehatan.
https://mars.umy.ac.id/disinfektan-dan-sterilisasi-di-fasilitas-kesehatan/.Diakses
pada 4 Oktober 2023 pukul 16.42 WIB.
West, J. (2023). The Role of an Infection Prevention and Control Nurse.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8528055/. Diakses pada Rabu,
04 Oktober 2023 pukul 17.30 WIB. Kemendikbud. (2020). Sterilisasi.
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/644538/mod_resource/content/
1/BAB%207%20STERILISASI.pdf. Diakses pada 4 Oktober 2023 pukul 16.57
WIB.
19