TINAJUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang selama pasien di rawat di rumah
(2014) infeksi nosokomial adalah infeksi yang berasal dari internal (endogen) dan
eksternal (eksogen), yang disebabkan oleh hubungan langsung dengan rawat inap
pada saat pasien mulai dirawat dirumah sakit tidak didapatkan tandatanda klinik
dari infeksi, pada saat pasien mulai dirawat dirumah sakit, tidak sedang dalam
masa inkubasi dari infeksi (Kozier, 2010). Infeksi nosokomial menurut Brooker
(2008) adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit yang terjadi pada pasien yang
dirawat selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan tanda dan gejala
Sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala tersebut dan tidak dalam
11
12
penyakit yang telah dideritanya. Pasien, pet ugas kesehatan, pengunjung dan
nosokomial, karena infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas kesehatan,
dari pasien ke pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien (Husain,
2008).
Bakteri dapat hidup dan berkembang biak pada kondisi flora normal yang
dapat menyebabkan infeksi. Infeksi ini dapat terjadi bila sebagian dari flora
crossinfection)
bukan merupakan flora normal seperti melalui kontak langsung antara pasien
(tangan, tetesan air liur, atau cairan tubuh yang lain), melalui udara (tetesan atau
kontaminasi dari debu yang berasal dari pasien lain), melalui petugas kesehatan
yang telah terkontaminasi dari pasien lain (tangan, pakaian, hidung dan
kesehatan, pengunjung atau dari sumber lingkungan yang lain (air dan makanan).
13
sakit yaitu: dalam air, tempat yang lembab, dan kadang-kadang di produk yang
perawatan atau perlengkapan rumah tangga; dalam makanan; dalam inti debu
halus dan tetesan yang dihasilkan pada saat berbicara atau batuk.
1. Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan tidak
2. Infeksi terjadi sekurang-kurangnya 3x24 jam (72 jam) sejak pasien mulai
dirawat.
3. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang lebih lama dari
4. Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya pada saat persalinan
5. Bila dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti infeksi
tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada
waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
14
Infeksi rumah sakit sering terjadi pada pasien berisiko tinggi yaitu pasien
dan/atau steroid, imunitas turun misal pada pasien yang menderita luka bakar atau
pasien yang mendapatkan tindakan invasif, pemasangan infus yang lama, atau
pemasangan kateter urin yang lama dan infeksi nosokomial pada luka operasi
(Depkes RI, 2001). Infeksi nosokomial dapat mengenai setiap organ tubuh, tetapi
yang paling banyak adalah infeksi nafas bagian bawah, infeksi saluran kemih
infeksi luka operasi, dan infeksi aliran darah primer atau phlebitis (Depkes RI,
2003).
2.1.4 Etiologi
terhadap kuman langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril:
Infeksi oleh populasi kuman rumah sakit terhadap seseorang pasien yang
harus diusahakan agar sebersih mungkin dan sesteril mungkin. Hal tersebut tidak
selalu bisa sepenuhnya terlaksana, karenanya tak mungkin infeksi nosokomial ini
risiko terjadinya infeksi nosokomial. Yang paling penting adalah kembali kepada
kaidah sepsis dan antisepsis dan perbaikan sikap/perilaku personil rumah sakit
Pada pasien dengan daya tahan yang kurang oleh karena penyakit kronik,
patogen dan hidup simbiosis berdampingan secara damai dengan penjamu, akibat
daya tahan yang turun, dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Maka infeksi
manusia dapat ditemukan pada kulit, saluran pernafasan bagian atas, usus, dan
organ genital. Disamping itu, mikroorganisme juga dapat hidup pada hewan,
tumbuhan, tanah, air, dan udara. Beberapa mikroorganisme lebih pathogen dari
yang lain, atau lebih mungkin menyebabkan penyakit. Ketika daya tahan manusia
Semua manusia rentan terhadap infeksi bakteri dan sebagian besar jenis
infeksi pada pejamu/host yang rentan bervariasi sesuai dengan lokasi. Risiko
infeksi cukup rendah ketika mikroorganisme kontak dengan kuli yang utuh dan
dipermukaannya. Risiko infeksi akan meningkat bila area kontak adalah membran
mukosa atau kulit yang tidak utuh. Risiko infeksi menjadi sangat meningkat
ketika mikroorganisme berkontak dengan area tubuh yang biasanya tidak steril,
(Depkes, 2007).
Agar bakteri, virus dan penyebab infeksi lain dapat bertahan hidup dan
1. Reservoir agen
tetapi dapat atau tidak dapat berkembang biak. Pseudomonas bertahan hidup dan
pasien dengan gangguan pernafasan. Resevoir yang paling umum adalah tubuh
manusia. Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan rongga tubuh, cairan,
menjadi sakit. Carrier (penular) adalah manusia atau binatang yang tidak
mereka yang dapat ditularkan ke orang lain. Misalnya, seseorang dapat menjadi
carrier virus hepatitis B tanpa ada tanda dan gejala infeksi. Binatang, makanan,
air, insekta, dan benda mati dapat juga menjadi reservoir bagi mikroorganisme
lingkungan yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH, dan
berkembang biak, mereka harus menemukan jalan ke luar jika mereka masuk ke
dapat berupa saluran pencernaan, pernafasan, kulit, kelamin, dan plasenta (Perry
misalnya; darah/cairan tubuh, dan hubungan kelamin, dan secara tidak langsung
melalui manusia, binatang, benda-benda mati, dan udara (Perry & Potter, 2005).
bagian rentang terhadap infeksi dan adanya luka pada kulit merupakan tempat
rumah sakit ataupun mengurangi angka infeksi yang terjadi dirumah sakit.
Sebagian infeksi nosokomial ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia
untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti
dalam ruang operasi dan area berisiko tinggi lainnya sebagaiman kecelakaan
perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi sering
2. Faktor-faktor yang ada dalam diri penderita (instrinsic factors) seperti umur,
jenis kelamin, kondisi umum penderita, risiko terapi, atau adanya penyakit
satu ruangan.
Nosokomial
jenis dan jumlah prosedur invasif, terapi yang diterima, lama perawatan, dan
dan mempraktikkan teknik aseptik, peralatan dan obat yang sesuai, siap pakai dan
cukup, ruang perawatan yang secara fisik dan hygiene yang memadai, aspek
beban kerja dalam pembagian jumlah penderita dengan tenaga keperawatan, dan
dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air yang
mengalir (Depkes RI, 2007). Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan suatu
kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik
membutuhkan peralatan seperti sabun, air mengalir yang bersih, dan handuk yang
tangan dengan sabun dan air mengalir dan mencuci tangan dengan larutan yang
berbahan dasar alkohol (Wati, 2011). Mencuci tangan adalah prosedur kesehatan
yang paling penting yang dapat dilakukan oleh semua orang untuk mencegah
penyebaran kuman. Mencuci tangan adalah tindakan aktif dan singkat menggosok
tangan dengan sabun dibawah air hangat yang mengalir (Depkes, 2013).
. Perilaku mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan cara
membersihkan tangan dan jari-jemari dengan menggunakan air atau cairan lainnya
yang bertujuan agar tangan menjadi bersih. Mencuci tangan yang baik dan benar
22
adalah dengan menggunakan sabun karena dengan air saja terbukti tidak efektif
(Danuwirahadi, 2010).
mikoorganisme, debu, dan kotoran dengan cara menggosok kedua tangan dengan
menggunakan air dan sabun secara bersamaan kemudian dibilas dengan air
mengalir.
Tujuan mencuci tangan menurut Depkes RI tahun 2007 adalah salah satu
ada di tangan, mencegah infeksi silang (cross infection), menjaga kondisi steril,
melindungi diri dan pasien dari infeksi, dan memberikan perasaan segar dan
lendir, darah, atau cairan tubuh lainnya (sekresi atau eksresi); kontak yang
1. Cuci tangan dengan air dan sabun ketika terlihat kotor atau terpapar
dengan darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menggunakan toilet.
sarung tangan.
5. Bila berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian tubuh
Cuci tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan
dokter dan seluruh orang yang terlibat dalam perawatan pasien. Salah satu
dari mikroorganisme dengan cara menggosok kedua tangan menggunakan air dan
safecare, yang artinya adalah perawatan yang bersih maupun higienis adalah
untuk petugas kesehatan dengan five moments for hand hygiene atau 5 momen
Mencuci tangan segera setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien yang
bila tidak menyentuh pasien dalam situasi mengganti linen tempat tidur
2. Atur posisi berdiri terhadap kran air agar diperoleh posisi yang nyaman.
tangan.
8. Bersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara bergantian.
11. Bilas tangan sampai bersih sehinggatidak ada cairan sabun dengan ujung
12. Tutup kran air. Gunakan siku untuk menutup kran, bukan dengan jari.
biasa. Hal ini dilakukan pada kondisi pasien yang tidak terlalu rentan.
e. Keringkan tangan dengan lap kertas atau pengering dan gunakan lap
Tujuan cuci tangan bedah adalah untuk menghilangkan kotoran, debu, dan
asistennya.
b. Basahi kedua belah tangan dan lengan bawah hingga sikut dengan
bawah siku dan gosok tangan dan lengan bawah dengan kuat sekurang-
kurangnya 2 menit.
f. Angkat tangan lebih tinggi dari siku, bilas tangan dan lengan bawah
g. Tegakkan kedua tangan ke atas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh
langkah mencuci tangan menurut WHO (2011) yang berlaku bagi seluruh
e. Langkah kelima, gosok dan putar ibu jari tangan kanan dan sebaliknya.
f. Langkah keenam, letakkan kelima jari tangan kiri di atas telapak tangan
Tomova, 2014)
mencegah infeksi nosokomial. Cuci tangan telah diperkenalkan lebih dari 100
tahun lalu oleh Semmelweis. Setelah saat itu, cuci tangan selalui digambarkan
sebagai sarana utama untuk mengurangi penuaran agen infeksius antara staf dan
Sesuai dengan dengan promosi dari WHO (2009), terdapat lima momen
cuci tangan yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan dirumah sakit terutama
perawat. Adapun lima momen tersebut yaitu 1) sebelum kontak dengan pasien, 2)
setelah kontak dengan pasien, dan 5) setelah kontak dengan lingkungan sekitar
pasien. Lima momen ini harus dilakukan perawat karean dapat mengurangi dan
Transmisi bakteri dari satu pasien ke pasien lain dapat melalui tangan
menghilangkan bakteri patogen yang ada ditangan (Boyce & Pittet, 2001). Untuk
benar.
Menurut WHO (2011) ada enam langkah cara melakukan cuci tangan pada
jari terkunci.
5. Langkah kelima, gosok dan putar ibu jari tangan kanan dan sebaliknya.
32
6. Langkah keenam, letakkan kelima jari tangan kiri di atas telapak tangan
- Frekuensi
cuci tangan Angka kejadian
infeksi nosokomial
- Kualitas cuci
tangan
Skema 2.1 Kerangka penelitian hubungan antara frekuensi dan kualitas cuci
Aceh Tamiang
2.4 Hipotesis
Tamiang.
2. Hipotesa null yaitu tidak terdapat hubungan antara frekuensi dan kualitas cuci
Tamiang.