Anda di halaman 1dari 32

INFEKSI

NOSOKOMIA
L

ABDUL RAHMAN S. KEP.,NS.,MH


DEFINISI

Nosokomial Bahasa Greek/Yunani

Nosos (penyakit) dan komeion (merawat),


Nosocomion berarti rumah sakit.
Nosokomial Setiap infeksi yang didapat selama perawatan di
rumah sakit, tetapi bukan timbul ataupun pada stadium
inkubasi pada saat masuk dirawat di rumah sakit, atau
merupakan infeksi yang berhubungan dengan perawatan di
rumah sakit sebelumnya.
EPIDEMIOLOGI

Pada anak, keseluruhan angka infeksi lebih rendah


dari pada orang dewasa di rumah sakit yang sama.
Infeksi nosokomial paling tinggi terjadi di bangsal
anak pada umur <1 tahun.
Angka infeksi tertinggi (terutama infeksi
sistemik)terjadi di NICU (neonatal intensive care)
oleh karena risiko infeksi bertambah tinggi (misalnya
pada bayi berat badan lahir rendah).
FAKTOR RISIKO
Umur
Perubahan mikroflora normal
Interupsi barier anatomis infeksi
*Kateter urin
*Intubasi pernapasan
Implantasi benda asing
*Prostheses valvular & vascular endocarditis
*Surgical suture material
Gangguan metabolik & sirkulasi
*DM
*Gagal ginjal
*Iskemia lokal
Perubahan respon imun spesifik & nonspesifik
ETIOLOGI

 Setiap mikroorganisme pathogen (bakteri, virus, fungi, danprotozoa).


 Sering disebabkan oleh bakteri yang berasal dari floraendogen pasien sendiri.

 1. Staphylococcus aureus
 Umumnya ditularkan oleh para petugas yang biasanya “karier” dan ditularkan
melalui tangan
 Dapat ditemukan di kulit, lubang hidung dan nasofaring.
 Manifestasi berupa pustula dikulit, konjungtivitis, absessubkutan,
paronikia, sepsis, pneumonia, meningitis,osteomielitis, enteritis.
ETIOLOGI

2. Streptococcus
 Dibawa oleh bayi pada waktu lahir / didapat di tempat perawatan yang
ditularkan oleh petugas bangsal.
 Masuk ke tubuh melalui kulit yang lecet, jalan nafas atau pencernaan

menimbulkan erisipelas di kulit, selulitis, pneumonia, sepsis, meningitis.

3.Pneumococcus
 Penularan biasanya berasal dari“karier” yaitu petugas.

Manifestasi pneumonia, infeksi kulit, infeksi tali pusat,


sepsis, meningitis dan lain sebagainya.
ETIOLOGI
4. Listeria monocytogenes
Infeksi dapat terjadi di dalam kandungan (melalui plasenta. ke janin atau melalui
jalan lahir) / saat bayi lahir melalui jalan lahir.
Koloni kuman ini dijumpai di hidung, tenggorokan, mekonium, darah &nair seni
Manifestasi : pneumonia, sepsis, abses milier & abses hati.

5. Infeksi kuman gram negative


Klebsiella pneumonia, Flavobacterium meningosepticum,Pseudomonas
aeruginosa, Proteus mirabilis, E.coli, Salmonella, Shigella
Didapatkan di jalan lahir/daerah perineum ibu, atau bayi menelan cairan yang
mengandung mikro organisme tersebut pasca waktu lahir.
Maniferstasi : enteritis, sepsis, meningitis, pneumonia, abses hati, NEC dan infeksi
traktus urinarius.
ETIOLOGI

6.Neisseria gonorrhoeae
Infeksi pada mata : Gonococcal ophthalmia neonatorum.
gonococcal arthritis dan disseminated gonorrhoe.

7. Infeksi kuman anaerob


Clostridium tetani. --> membentuk spora bila diluar tubuh
manusia dan di dalam tubuh akan mengeluarkan tetanospasmin
- toksin neurotropik yang menyebabkan kejang otot.
Tempat masuknya kuman ini biasanya dari tali pusat
ETIOLOGI

8. Infeksi jamur
Candida albicans
Didapatkan Intra uterin sebagai akibat naiknya mikroorganisme ini dari
vagina ke uterus, menimbulkan pneumonia kongenital dan septikemia.
Didapat di tempat perawatan, misalnya ditularkan melalui dot, tangan
para petugas
Manifestasi  Oral Thrush (Candidiasis mulut).
Memudahkan terjadinya Candidiasis usus dengan tanpa diare,
candidiasis perianal, candidiasis paru dan candidia sissistemik.
Pemakaian obat antibiotika dan kortikosteroid yang lama juga
memudahkan timbulnya infeksi candida.
ETIOLOGI

9.Infeksi virus
ECHO (Enteric Cythopathogenic Human Orphan) virus
 menyerang alat pernafasan, pencernaan, meningitis
Coxsackie virus  miokarditis, meningoensefalitis,
Adeno virus  pneumonia, hepatosplenomegali, ikterus
& perdarahan
Syncytial virus  terutama menyerang alat pernafasan.
PATOFISIOLOGI
 Terdapat dua faktor yang memegang peranan penting dalam
terjadinya infeksi nosokomial :
Faktor Endogen
Faktor yang ada di dalam penderita sendiri seperti umur,
sex, dan penyakit penyerta.

Faktor Eksogen
Faktor di luar penderita, seperti lama penderita dirawat di
rumah sakit, kelompok yang merawat penderita, lingkungan,
peralatan, dan teknik medis yang dilakukan.
PATOFISIOLOGI
Susan c, (2001)
berpendapat faktor-faktor yang memegang
peranan penting adalah:
Agent, yaitu adanya mikroba yang infeksius
Reservoir, yaitu tempat bagi mikroba untuk berkembang
biak
Portal of exit, misalnya saluran nafas, pencernaan,
urogenital
Means of transmission, misalnya melalui udara, kontak
langsung atau melalui alat
Portal of entry, misalnya kulit dinding mukosa,
urogenital,dan saluran pencernaan
PATOFISIOLOGI
Cara Penularan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit
CARA PENULARAN INFEKSI NOSOCOMIAL DI RS
KLASIFIKASI

Berdasarkan sumber penyebabnya:


 Infeksi sendiri (self infection) Atau auto infection

Yaitu penularan infeksi melalui pasien itu sendiri, dengan kuman penyebab
berasal dari pasien itu sendiri (endogenous floral)
 Infeksi silang (cross infection)

Yaitu infeksi yang disebabkan oleh kuman dari pasien, sebagai sumber
infeksi kepada pasien lain di rumah sakit, baik secara langsung maupun tidak
langsung
 Infeksi lingkungan (environmental infection)

Yaitu kejadian infeksi nosokomial yang kuman penyebabnya berasal dari


benda atau bahan yang tidak bernyawa dilingkungan rumah sakit.
KLASIFIKASI

Berdasarkan manifestasinya, infeksi nosokomial menurut Manual of Surveilance


on Nosocomial Infection National Survey , USA dibagi menjadi:
Infeksi saluran kemih Infeksi luka operasi
Pneumonia Bakteriemia primer
Infeksi tulang dan sendi Infeksi system saraf pusat
Infeksi sistem kardiovaskuler Infeksi pada mata, THT, dan
mulut
Sistem saluran pencernaan Saluran pernafasan bawah
Infeksi saluran reproduksi Infeksi kulit & jaringan lemak
Infeksi sistemik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Dilakukan oleh Laboratorium Rumah Sakit, khususnya laboratorium
mikrobiologi.
 Mempunyai peranan yang cukup penting dalam membantu program
surveillans, dan pencegahan serta penanggulangan infeksi nosokomial.
 Peran tersebut mencakup beberapa hal, antara lain:

*Identifikasi secara tepat mikroorganisme penyebab INfeksi


*Pelaporan berkala data pola kuman RS dan pola antibiotik
*Pelacakan secara tepat penyebab infeksi tertentu RS
*Melakukan pemeriksaan mikrobiologik bilamana diperlukan terhadap
petugas atau lingkungan Rumah Sakit
DIAGNOSA
Untuk menentukan apakah suatu penyakit yang diderita pasien merupakan
infeksi nosokomial atau bukan, terdapat beberapa kriteria yang harus terpenuhi,
yaitu:
1. Menurut Centers for Disease Control and Prevfention, 1988, suatu infeksi
dikatakan didapatkan di rumah sakit apabila,
*Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-
tanda klinis dari infeksi tersebut
*Tanda-tanda klinis indeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah
2 x 24 jam sejak mulai perawatan
*Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya
*Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan
terbukti infeksi didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada
waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
DIAGNOSA

2. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


1993,infeksi dikatakan didapat di rumah sakit apabila:
 Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/ gejala atau
tidak dalam masa inkubasi infeksi tersebut
 Infeksi terjadi 3 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah
sakit atau,
 Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh
mikroorganisme yang berbeda dari mikroorganisme pada
saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama
tetapi lokasi infeksi berbeda
PENATALAKSANAAN DANPENCEGAHAN
 Untuk menurunkan angka infeksi nosokomial, diperlukan
pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial dalam pelayanan
kesehatan.
 Pengendalian dapat dilakukan dengan memutus mata rantai
terjadinya infeksi nosokomial, yaitu :
 Meningkatkan pengetahuan personil rumah sakit tentang infeksi
nosokomial.
 Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang risiko infeksi
nosokomial bagi pasien yang dirawatnya.
 Melakukan semua standar prosedur kerja dengan benar dan
sempurna (SOP : perawatan, tindakan dan penggunaan/pemilihan
alat-alat).
PENATALAKSANAAN DANPENCEGAHAN
 Sedangkan, untuk pencegahan diperlukan suatu rencana yang
terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk:
 Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara
mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan
aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
 Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
 Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat,
nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.
 Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur
invasif.
 Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol
penyebarannya
PENATALAKSANAAN DANPENCEGAHAN

1. Dekontaminasi tangan
Transmisi penyakit melalui tangan dapat
diminimalisasi dengan menjaga hiegene dari tangan.
Contoh: memakai sarung tangan ketika akan
mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh,
atau keringat, tinja, urin, membran mukosa dan
bahan yang kita anggap telah terkontaminasi, dan
segera mencuci tangan setelah melepas sarung
tangan.
PENATALAKSANAAN DANPENCEGAHAN

2. Instrumen yang sering digunakan Rumah Sakit


Cth : Jarum suntik
Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum
suntik, maka diperlukan:
 Pengurangan penyuntikan yg kurang diperlukan
 Pergunakan jarum steril
 Penggunaan alat suntik yang disposabel.
PENATALAKSANAAN DANPENCEGAHAN
3.Pemakaian alat pelindung
Penggunaan alat pelindung yang sesuai tindakan juga berperan dalam infeksi
nosokomial.
 Masker

 Berfungsi sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara.


 Sarung tangan

 Sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah, cairan tubuh, feses


maupun urine.
 Sarung tangan harus selalu diganti untuk tiap pasiennya.
 Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita
melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin
dan feses.
PENATALAKSANAAN DANPENCEGAHAN
4. Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit
 Pembersihan rutin  untuk meyakinkan bahwa rumah sakit benar-
benar bersih dari debu, minyak dan kotoran.
 Pengaturan udara yang baik di fasilitas kesehatan, adanya
pemakaian penyaring udara,
 Fasilitas penyaring air & menjaga kebersihan pemrosesan serta
filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri.
 Sterilisasi air, pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas
dapat menggunakan panas matahari.
 Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan
pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien.
PENATALAKSANAAN DANPENCEGAHAN
 Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien.
 Disinfeksi yang dipakai adalah:

 Mempunyai kriteria membunuh kuman


 Mempunyai efek sebagai detergen
 Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan
protein
 Tidak sulit digunakan
 Tidak mudah menguap
 Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas
maupun pasien
 Efektif
 Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak
PENATALAKSANAAN DANPENCEGAHAN

5. Memperbaiki ketahanan tubuh


 Di dalam tubuh manusia, terdapat bakteri pathogen oportunis, &
bakteri yang secara mutualistik ikut membantu proses fisiologis
tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik
patogen,serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik
komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di
dalam saluran cerna manusia.
Pengetahuan tersebut perlu diidentifikasi secara tuntas,  dapat
dipakai dalam mempertahankan ketahanan tubuh  bahaya infeksi
dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi
tanpa harusmenggunakan antibiotika.
PENATALAKSANAAN DANPENCEGAHAN
6. Ruangan Isolasi
 Membuat suatu pemisahan pasien.
 Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui
udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat.

7. Rumah sakit juga berperan sangat besar terhadap pencegahan &pengendalian Infeksi
nosokomial, yaitu dengan cara:
 Mempersiapkan pedoman atau standart prosedur-prosedur tetap.
 Melengkapi kebijakan-kebijakan umum Rumah sakit, seperti:
 Kebijakan penggunaan antiseptik dan desinfektan,
 Kebijakan isolasi ruang perawatan,
 Kebijakan kamar operasi.
 Melakukan Surveilans Infeksi Nosokomial.
AKIBAT INFEKSI NOSOKOMIAL

Berikut adalah beberapa akibat dari tingginya angka kejadian infeksi


nosokomial:
 Bagi rumah sakit atau penyedia pelayanan

 Menurunnya mutu pelayanan rumah sakit


 Bagi tenaga kesehatan

 Tertularnya penyakit dari pasien


 Bagi pasien

 Bertambah lamanya waktu perawatan


 Bertambahnya biaya perawatan
 Bertambah beratnya penyakit sebelumnya, hingga ancaman
PROGNOSA

Infeksi nosokomial dapat dikendalikan dan angka


kejadiannya dapat diturunkan hingga sepertiganya.
Agar hal tersebut tercapai, diperlukan:
 Kesadaran dan pemahaman setiap petugas
rumah sakit atas peranannya masing-masing dalam
mencegah penyebaran infeksi nosokomial
Pengendalian yang dilakukan dengan terencana,
terkoordinir serta terkendali.
KESIMPULAN
 Infeksi nosokomial adalah infeksi oleh mikroorganisme
yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit.
Penyebaran infeksi nosokomial dapat terjadi melalui tiga
cara, yaitu infeksi sendiri, infeksi silang dan infeksi
lingkungan.
Manifestasi infeksi nosokomial tergantung dengan
mikroorganisme penyebabnya.
Dalam pencegahan dan penanggulangan infeksi nosocomial
diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, yaitu pihak
rumah sakit, tenaga pelayanan kesehatan, pasien bahkan
keluarga pasien dan para pengunjung
TERIMA KASIH

Semoga Bermanfaat =)

Anda mungkin juga menyukai