Anda di halaman 1dari 38

INFEKSI NOSOKOMIAL

Oleh : Jennifer (406107071)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak

RSUD Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Mei 2011 6 Agustus 2011

DEFINISI

Nosokomial Greek nosos (penyakit) dan komeion (merawat), Nosocomion berarti rumah sakit.

Nosokomial Setiap infeksi yang didapat selama perawatan di rumah sakit, tetapi bukan timbul ataupun pada stadium inkubasi pada saat masuk dirawat di rumah sakit, atau merupakan infeksi yang berhubungan dengan perawatan di rumah sakit sebelumnya.

EPIDEMIOLOGI

Pada anak, keseluruhan angka infeksi lebih rendah dari pada orang dewasa di rumah sakit yang sama. Infeksi nosokomial paling tinggi terjadi di bangsal anak pada umur <1 tahun. Angka infeksi tertinggi (terutama infeksi sistemik) terjadi di NICU (neonatal intensive care) oleh karena risiko infeksi bertambah tinggi (misalnya pada bayi berat badan lahir rendah).

FAKTOR RISIKO

Umur Perubahan mikroflora normal Interupsi barier anatomis infeksi Kateter urin Intubasi pernapasan

Implantasi benda asing


Prostheses valvular & vascular endocarditis Surgical suture material

Gangguan metabolik & sirkulasi DM Gagal ginjal Iskemia lokal Perubahan respon imun spesifik & nonspesifik

ETIOLOGI

Setiap mikroorganisme pathogen (bakteri, virus, fungi, dan protozoa). Sering disebabkan oleh bakteri yang berasal dari flora endogen pasien sendiri. Staphylococcus aureus Umumnya ditularkan oleh para petugas yang biasanya karier dan ditularkan melalui tangan Dapat ditemukan di kulit, lubang hidung dan nasofaring. Manifestasi berupa pustula dikulit, konjungtivitis, abses subkutan, paronikia, sepsis, pneumonia, meningitis, osteomielitis, enteritis.

1.

ETIOLOGI
2.

Streptococcus Dibawa oleh bayi pada waktu lahir / didapat di tempat perawatan yang ditularkan oleh petugas bangsal. Masuk ke tubuh melalui kulit yang lecet, jalan nafas atau pencernaan menimbulkan erisipelas dikulit, selulitis, pneumonia, sepsis, meningitis. Pneumococcus Penularan biasanya berasal dari karier yaitu petugas. Manifestasi pneumonia, infeksi kulit, infeksi tali pusat, sepsis, meningitis dan lain sebagainya.

3.

ETIOLOGI
4.

Listeria monocytogenes Infeksi dapat terjadi di dalam kandungan (melalui plasenta. ke janin atau melalui jalan lahir) / saat bayi lahir melalui jalan lahir. Koloni kuman ini dijumpai di hidung, tenggorokan, mekonium, darah & air seni

Manifestasi pneumonia, sepsis, abses milier & abses hati.

5.

Infeksi kuman gram negative Klebsiella pneumonia, Flavobacterium meningosepticum, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, E.coli,Salmonella, Shigella Didapatkan di jalan lahir/daerah perineum ibu, atau bayi menelan cairan yang mengandung mikro organisme tersebut pasca waktu lahir.

Maniferstasi enteritis, sepsis, meningitis, pneumonia, abses hati, NEC dan infeksi traktus urinarius.

ETIOLOGI
6.

Neisseria gonorrhoeae Infeksi pada mata Gonococcal ophthalmia neonatorum. gonococcal arthritis dan disseminated gonorrhoe.

7.

Infeksi kuman anaerob Clostridium tetani. membentuk spora bila diluar tubuh manusia dan didalam tubuh akan mengeluarkan tetanospasmin toksin neurotropik yang menyebabkan kejang otot. Tempat masuknya kuman ini biasanya dari tali pusat

ETIOLOGI
8.

Infeksi jamur Candida albicans Didapatkan Intra uterin sebagai akibat naiknya mikro organisme ini dari vagina ke uterus, menimbulkan pneumonia kongenital dan septikemia. Didapat di tempat perawatan, misalnya ditularkan melalui dot, tangan para petugas Manifestasi Oral Thrush (Candidiasis mulut). Memudahkan terjadinya Candidiasis usus dengan tanpa diare, candidiasis perianal, candidiasis paru dan candidiasis sistemik. Pemakaian obat antibiotika dan kortikosteroid yang lama juga memudahkan timbulnya infeksi candida.

ETIOLOGI
9.

Infeksi virus

ECHO (Enteric Cythopathogenic Human Orphan) virus menyerang alat pernafasan, pencernaan, meningitis Coxsackie virus miokarditis, meningoensefalitis, Adeno virus pneumonia, hepatosplenomegali, ikterus & perdarahan Syncytial virus terutama menyerang alat pernafasan.

Infeksi nosokomial. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Ed.2. IDAI 2008

PATOFISIOLOGI
Terdapat dua faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi nosokomial : Faktor Endogen Faktor yang ada di dalam penderita sendiri seperti umur, sex, dan penyakit penyerta. Faktor Eksogen Faktor di luar penderita, seperti lama penderita dirawat di rumah sakit, kelompok yang merawat penderita, lingkungan, peralatan, dan teknik medis yang dilakukan.

PATOFISIOLOGI
Susan c, (2001) berpendapat faktor-faktor yang memegang peranan penting adalah:

Agent, yaitu adanya mikroba yang infeksius Reservoir, yaitu tempat bagi mikroba untuk berkembang biak Portal of exit , misalnya saluran nafas, pencernaan, urogenital Means of transmission, misalnya melalui udara, kontak langsung atau melalui alat Portal of entry, misalnya kulit dinding mukosa, urogenital, dan saluran pencernaan Host, misalnya pertahanan tubuh

PATOFISIOLOGI
Cara Penularan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit

Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Persahabatan, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran ed. 82 Infeksi Nosokomial. 1993. Grup PT Kalbe Farma. Jakarta

PATOFISIOLOGI
Cara Penularan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit

Infeksi nosokomial. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Ed.2. IDAI 2008.

KLASIFIKASI
Berdasarkan sumber penyebabnya:

Infeksi sendiri (self infection atau auto infection) Yaitu penularan infeksi melalui pasien itu sendiri, dengan kuman penyebab berasal dari pasien itu sendiri (endogenous floral)
Infeksi silang (cross infection) Yaitu infeksi yang disebabkan oleh kuman dari pasien, sebagai sumber infeksi kepada pasien lain di rumah sakit, baik secara langsung maupun tidak langsung Infeksi lingkungan (environmental infection) Yaitu kejadian infeksi nosokomial yang kuman penyebabnya berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa di lingkungan rumah sakit.

KLASIFIKASI
Berdasarkan manifestasinya, infeksi nosokomial menurut Manual of Surveilance on Nosocomial Infection National Survey, USA dibagi menjadi:

Infeksi saluran kemih Infeksi luka operasi Pneumonia Bakteriemia primer Infeksi tulang dan sendi Infeksi system saraf pusat Infeksi sistem kardiovaskuler

Infeksi pada mata, THT, dan mulut Sistem saluran pencernaan Saluran pernafasan bawah Infeksi saluran reproduksi Infeksi kulit & jaringan lemak Infeksi sistemik

MANIFESTASI

Manifestasi infeksi nosokomial, dibagi menjadi:


Infeksi

nosokomial di ruang perawatan Anak Infeksi nosokomial di ruang perawatan Neonatus & Bayi

MANIFESTASI
INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG PERAWATAN ANAK

Terbanyak adalah infeksi virus pada saluran nafas & saluran cerna. Infeksi saluran nafas RSV infeksi yang berlangsung lama pada pasien dengan imunokompromais ISPA berat pada anak dengan fungsi jantung atau pernafasan yang marginal serta bronkiolitis pada bayi normal. Tangan petugas rumah sakit tampaknya sangat berperan pada penyebaran RSV.

MANIFESTASI
INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG PERAWATAN ANAK

Infeksi saluran cerna, terbanyak rotavirus Mikroorganisme E.coli, Camphylobacter, salmonella dan shigela. Melalui oro-fecal route, melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Manifestasi : Diare Kombinasi diare dan muntah-muntah

MANIFESTASI
INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG PERAWATAN NEONATUS DAN BAYI

Infeksi Stafilokokus Manifestasi pada neonatus: Ruam kulit, omfalitis, paronikia, atau konjungtivitis purulenta. Pneumonia merupakan manifestasi serius infeksi stafilokokus pada neonatus Manifestasi pada bayi: Pustula atau lesi impetigo Pioderma dapat progresif menjadi selulitis luas atau abses subkutan. Infeksi virus

RSV infeksi saluran nafas bagian bawah.

MANIFESTASI
INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG PERAWATAN NEONATUS DAN BAYI

Infeksi basil gram negative Tempat masuk : Saluran cerna, saluran nafas, dan saluran kemih Manifestasi: Sepsis, sindroma distress pernafasan pada neonatus, meningitis. gejala non-spesifik seperti apnea, bradikardi,kemampuan minum jelek, letargi, dan temperature yang tidak menentu Infeksi Streptokokus grup B Streptococcus beta hemolitycus grup B timbul sebagai pathogen yang penitng pada wanita yang melahirkan dan mengkontaminasi neonatus. Manifestasi: sepsis neonatorum, meningitis neonatal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan oleh Laboratorium Rumah Sakit, khususnya laboratorium mikrobiologi. Mempunyai peranan yang cukup penting dalam membantu program surveillans, dan pencegahan serta penanggulangan infeksi nosokomial. Peran tersebut mencakup beberapa hal, antara lain: Identifikasi secara tepat mikroorganisme penyebab IN Pelaporan berkala data pola kuman RS dan pola antibiogram Pelacakan secara tepat penyebab infeksi tertentu RS Melakukan pemeriksaan mikrobiologik bilamana diperlukan terhadap petugas atau lingkungan Rumah Sakit

DIAGNOSA
Untuk menentukan apakah suatu penyakit yang diderita pasien merupakan infeksi nosokomial atau bukan, terdapat beberapa kriteria yang harus terpenuhi, yaitu:
1.

Menurut Centers for Disease Control and Prevfention, 1988, suatu infeksi dikatakan didapatkan dirumah sakit apabila, Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinis dari infeksi tersebut Tanda-tanda klinis indeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 2 x 24 jam sejak mulai perawatan Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti infeksi didapat pendertia ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

DIAGNOSA
2.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993, infeksi dikatakan didapat di rumah sakit apabila: Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/ gejala atau tidak dalam masa inkubasi infeksi tersebut Infeksi terjadi 3 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit atau, Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN

Untuk angka infeksi nosokomial, diperlukan pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial dalam pelayanan kesehatan. Pengendalian dapat dilakukan dengan memutus mata rantai terjadinya infeksi nosokomial, yaitu : Meningkatkan pengetahuan personil rumah sakit tentang infeksi nosokomial. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang risiko infeksi nosokomial bagi pasien yang dirawatnya. Melakukan semua standar prosedur kerja dengan benar dan sempurna (SOP : perawatan, tindakan dan penggunaan/pemilihan alat-alat).

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN

Sedangkan, untuk pencegahan diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk: Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN


Breaking The Chain of Infection

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN


1.

Dekontaminasi tangan
Transmisi

penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hiegene dari tangan. Contoh: memakai sarung tangan ketika akan mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin, membran mukosa dan bahan yang kita anggap telah terkontaminasi, dan segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN


2.

Instrumen yang sering digunakan Rumah Sakit Cth : Jarum suntik Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik, maka diperlukan: Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan Pergunakan jarum steril Penggunaan alat suntik yang disposabel.

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN


3.

Pemakaian alat pelindung Penggunaan alat pelindung yang sesuai tindakan juga berperan dalam infeksi nosokomial. Masker Berfungsi sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. Sarung tangan Sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah, cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk tiap pasiennya. Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses.

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN


4.

Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit Pembersihan rutin untuk meyakinkan bahwa rumah sakit benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Pengaturan udara yang baik di fasilitas kesehatan, adanya pemakaian penyaring udara, Fasilitas penyaring air & menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air, pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari. Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien.

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN


Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien. Disinfeksi yang dipakai adalah: 7 Mempunyai kriteria membunuh kuman Mempunyai efek sebagai detergen Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein Tidak sulit digunakan Tidak mudah menguap Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas maupun pasien Efektif Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN


5.

Memperbaiki ketahanan tubuh Di dalam tubuh manusia, terdapat bakteri patogen oportunis, & bakteri yang secara mutualistik ikut membantu proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen, serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia. Pengetahuan tersebut perlu diidentifikasi secara tuntas, dapat dipakai dalam mempertahankan ketahanan tubuh bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN


6.

Ruangan Isolasi Membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat. Rumah sakit juga berperan sangat besar terhadap pencegahan & pengendalian Infeksi nosokomial, yaitu dengan cara: Mempersiapkan pedoman atau standart prosedur-prosedur tetap. Melengkapi kebijakan-kebijakan umum Rumah sakit, seperti: Kebijakan penggunaan antiseptik dan desinfektan, Kebijakan isolasi ruang perawatan, Kebijakan kamar operasi. Melakukan Surveilans Infeksi Nosokomial.

7.

AKIBAT INFEKSI NOSOKOMIAL


Berikut adalah beberapa akibat dari tingginya angka kejadian infeksi nosokomial: Bagi rumah sakit atau penyedia pelayanan Menurunnya mutu pelayanan rumah sakit Bagi tenaga kesehatan Tertularnya penyakit dari pasien Bagi pasien Bertambah lamanya waktu perawatan Bertambahnya biaya perawatan Bertambah beratnya penyakit sebelumnya, hingga ancaman kematian

PROGNOSA

Infeksi nosokomial dapat dikendalikan dan angka kejadiannya dapat diturunkan hingga sepertiganya. Agar hal tersebut tercapai, diperlukan: Kesadaran dan pemahaman setiap petugas rumah sakit atas peranannya masing-masing dalam mencegah penyebaran infeksi nosokomial Pengendalian yang dilakukan dengan terencana, terkoordinir serta terkendali.

KESIMPULAN

Infeksi nosokomial adalah infeksi oleh mikroorganisme yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit. Penyebaran infeksi nosokomial dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu infeksi sendiri, infeksi silang dan infeksi lingkungan. Manifestasi infeksi nosokomial tergantung dengan mikroorganisme penyebabnya. Dalam pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomial diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, yaitu pihak rumah sakit, tenaga pelayanan kesehatan, pasien bahkan keluarga pasien dan para pengunjung.

Terima Kasih
Semoga Bermanfaat =)

Anda mungkin juga menyukai