Pneumonia
Oleh :
Yeap Chen Pan
0810314161
Preseptor :
Dr. Gustina Lubis, Sp.A(K)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan
salah
satu
indikator
keberhasilan
program
penemuan tatalaksana penderita pneumonia balita pada tahun 2014 adalah sebesar
100%.
Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) ke- 4 (mengurangi Angka Kematian
Anak) hanya dapat dicapai melalui upaya-upaya intensif yang fokus pada penyebab
utama kematian anak, yaitu: pneumonia, diare, malaria, kekurangan gizi, dan
masalah neonatal. Diperkirakan dari 8,8 juta kematian anak di dunia pada tahun
2008, 1,6 juta adalah akibat Pneumonia dan 1,3 juta karena diare. Kematian karena
penyakit ini sangat terkait dengan kekurangan gizi, kemiskinan dan kurangnya
akses perawatan kesehatan. Lebih dari 98% kematian pneumonia dan diare pada
anak-anak terjadi di 68 negara berkembang.2
BAB II
PNEUMONIA
2.1 DEFINISI
Menurut WHO (2009), Pneumonia adalah proses infeksi akut yang meliputi
alveolus dan jaringan interstitial. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan
tanda klinis, serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO)
mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada
pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernafasan. Berbagai mikroorganisme dapat
menyebebkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan bakteri.3
Menurut Widagdo (2012), pneumonia adalah suatu proses inflamasi pada
alveoli paru-paru disebabkan oleh mikroorganisme dan non-mikroorganisme yaitu
aspirasi makanan, isi lambung, hidrokarbon, bahan lipoid, reaksi hipersansititas,
imbas obat dan radiasi.4
2.2 ETIOLOGI
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri)
dan sebagian kecil disebaban oleh hal lain misalnya bahan kimia (hidrokarbon,
lipoid sistances)/ benda asing yang teraspirasi.
Pola kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi
umur pasien. Sebagian besar kasus pneumonia disebabkan oleh virus, sebagai
penyebab tersering adalah respiratory synctial virus (RSV), parainfluenza virus,
influenza virus dan adenovirus. Secara umum bakteri yang berperan penting dalam
pneumonia
adalah
Streptococcus
pneumonia,
Haemophillus
influenze,
Lahir 20 hari
Bakteri
E. colli
Streptoccus group B
Bakteri
Bakteri anaerob
Streptoccous group D
Listeria monocytogenes
Haemophilllus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus sitomegalo
Virus Herpes simpleks
3 minggu 3 bulan
4 bulan 5 tahun
5 tahun remaja
Bakteri
Chlamydia trachomatis
Bakteri
Bordetella pertusis
Streptococcus pneumoniae
Virus
Moraxella catharalis
Virus Adeno
Staphylococcus aureus
Virus Influenza
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus sitomegalo
Bakteri
Chlamydia pneumoniae
Bakteri
Haemophillus influenzae tipe B
Mycoplasma pneumoniae
Moraxella catharalis
Streptococcus pneumoniae
Neisseria meningitidis
Virus
Staphylococcus aureus
Virus Adeno
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial virus
Bakteri
Chlamydia pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Virus
Virus Varisela-Zoster
Bakteri
Haemophillus influenzae
Legionella sp
5
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Virus
Virus Adeno
Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
2.3 KLASIFIKASI
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis 8
a. Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia)
Jenis yang paling umum dari pneumonia , disebabkan oleh bakteri, virus, dan
organisme lain yang didapat dari luar rumah sakit atau layanan kesehatan
lainnya.
b. Pneumonia
Nosokomial
(hospital-acquired
pneumonia/Nosocomial
pneumonia).
Pneumonia Nasokomial ( HAP ) terjadi setidaknya 48 jam setelah seseorang
telah dirawat di rumah sakit . Hal ini dapat disebabkan oleh bakteri dan
organisme lain yang biasanya berbeda dari Pneumonia Komuniti. HAP biasanya
lebih serius daripada CAP karena bakteri dan organisme bisa lebih sulit untuk
mengobati , dan karena orang-orang yang mendapatkan HAP sudah sakit
c. Pneumonia Aspirasi.
Pneumonia aspirasi terjadi ketika cairan atau iritasi lainnya yang terhirup ke
paru-paru. Jenis yang paling umum dari pneumonia aspirasi disebabkan oleh
menghirup isi perut setelah muntah . Orang-orang dengan masalah medis
(misalnya stroke, ALS) yang mempengaruhi menelan berada pada peningkatan
risiko dari jenis pneumonia.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
Pneumonia oportunistik terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah
(misalnya orang dengan AIDS, kanker , transplantasi organ). Organisme yang
biasanya tidak berbahaya bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat
menyebabkan suatu infeksi.
2. Berdasarkan agen penyebab
a. Pneumonia Bakterial / tipikal adalah pneumnia yang dapat terjadi pada
semua usia. Beberapa kuman mempunyai tendensi menyerang seorang yang
peka misalnya klebisela pada penderita alkoholik dan staphylococcus pada
penderita pasca infeksi influenza.
b.
c.
d.
parsial maupun total. Respon inflamasi ini akan diperberat dengan adanya edema
submukosa yang mungkin bisa meluas ke dinding alveoli. Respon inflamasi di
dalam alveoli ini juga seperti yang terjadi pada ruang interstitial yang terdiri sel-sel
mononuclear. Proses infeksi yang berat akan mengakibatkan terjadinya denudasi
(pengelupasan) epitel dan akan terbentuk eksudat hemoragik. Infiltrasi ke
interstitial sangat jarang menimbulkan fibrosis. Pneumonia viral pada anak
merupakan predisposisi terjadinya pneumonia bacterial oleh karena rusaknya barier
mukosa.
Pada infeksi bakteri, saat terjadi kontak antara bakteri dengan dinding
alveoli maka akan ditangkap oleh lapisan cairan epiteleal yang mengandung
opsonin dan tergantung pada respon imunologis penjamu akan terbentuk antibodi
imunoglobin G spesifik. Dari proses ini akan terjadi fagositosis oleh makrofag (sel
alveolar tipe II), sebagian kecil kuman akan dilisis melalui perantaraan komplemen.
Ketika mekanisme ini tidak dapat merusak bakteri dalam alveolar, leukosit PMN
dengan aktifitas fagositosisnya akan direkrut dengan perantaraan sitokin sehingga
akan terjadi respon inflamasi. Hal ini ini akan mengakibatkan terjadinya kongesti
vascular dan edema yang luas, dan hal ini merupakan karakteristik pneumonia oleh
karena pneumokokus. Kuman akan dilapisi oleh cairan edematous yang berasal dari
alveolus ke alveolus melalui pori-pori Kohn (the pores of Kohn). Area edematous
ini akan membesar secara sentrifungal dan akan membentuk area sentral yang
terdiri dari eritrosit, eksudat purulen (fibrin, sel-sel leukosit PMN) dan bakteri. Fase
ini secara hispatologi dinamakan red hepatization (hepatisasi merah). Tahap
selanjutnya adalah hepatisasi kelabu yang ditandai dengan fagositosis aktif oleh
leukosit PMN. Pelepasan komponen dinding bakteri dan pneumolisin melalui
degradasi enzimatik akan meningkat respon inflamasi dan efek sitotoksik terhadap
semua sel-sel paru. Proses ini akan mengakibatnya kaburnya struktur seluler paru.
Resolusi konsolidasi pneumonia terjadi ketika antibodi antikapsular timbul dengan
: 5000 - 19500
: 6000 - 17500
: 5500 - 15500
2.8
DIAGNOSIS
: 5000 - 19500
: 6000 - 17500
: 5500 - 15500
Pneumonia
-
11
Bukan pneumonia
Bila ada sesak napas, sianosis sentral dan tidak sanggup minum
Pneumonia berat
-
Bila ada sesak napas, tanpa sianosis, dan masih sanggup minum
Bukan pneumonia
-
Tanda bahaya pada anak usia 2 bulan 5 tahun adalah tidak mau minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk.
Tanda bahaya untuk bayi usia < 2 bulan adalah malas minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor, mengi, dan demam/badan terasa dingin.9
2.9 TATALAKSANA
12
a. Penatalaksanaan umum
i.
ii.
b. Penatalaksanaan khusus
i.
tinggi.
iii.
manifestasi klinis
Antibiotik :
Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam
pertama) menurut kelompok usia.1
1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
-
ampicillin + aminoglikosid
amoksisillin-asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
amoksisillin-amoksisillin klavulanat
golongan sefalosporin
kotrimoksazol
makrolid (eritromisin)
13
14
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
2.10
KOMPLIKASI
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam
rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran
bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah
komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi. 3,4
2.11PROGNOSIS
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang
terlambat untuk pengobatan.6
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi
berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan
hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja
sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif
yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi
apabila berdiri sendiri.
15
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama Lengkap
Umur
: 3 hari
Jenis Kelamin
: Perempuan
Ayah
: Tn.N
Ibu
: Ny.M
Alamat
: Padang
No.MR
: 898495
Tanggal Masuk
: 12 Februari 2015
Ayah
Nama
: Nauri
Umur
: 33 tahun
Pendidikan
: SMK
16
Pekerjaan
: Swasta
Penghasilan
: Rp 2.000.000
Perkawinan
: ke-1
: tidak ada
Ibu
Nama
: Merta Wahyuni
Umur
: 31 tahun
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Guru
Penghasilan
: Rp 500.000
Perkawinan
: ke-1
: tidak ada
Alloanamnesis
Diberikan oleh
: Ibu kandung
Keluhan Utama
NBBLC 3000 gram, PB 49cm, lahir SC a.i ibu PEB, cukup bulan, A/S 7/8
Sesak nafas sejak lahir, kebiruan tidak ada, merintih ada.
Demam tidak ada, kejang tidak ada, muntah tidak ada
Injeksi vitamin K sudah diberikan
Bayi belum diberi minum
Buang air kecil sudah keluar, mekonium belum keluar
Ibu PEB, ketuban jernih
Riwayat ibu demam selama hamil ada, hilang timbul. Ibu demam + 1 hari
menjelang persalinan
Riwayat ibu nyeri buang air kecil ada, + 1 minggu menjelang persalinan
Riwayat ibu keputihan ada, gatal, tidak berbau, + 1 minggu menjelang
persalinan.
17
: Kepala
: Hipertensi
Komplikasi Kehamilan
: PEB
Lama Hamil
HPHT
TM
: 25 Mei 2014
: 38-39 minggu
Leukosit
: 11200 mm3
Suhu
: 37.0 C
Gula darah
: 83 gr/dl
Hb
: 13 gr/dl
Obat-obatan
: Paracetamol
Merokok
: Tidak ada
Riwayat Persalinan
Berat Badan Ibu
: 99 kg
Persalinan di
: RS Dr M.Djamil
Jenis Persalinan
: Saesar
Ketuban
: Jernih
: < 24 jam
: jernih
18
Dipimpn Oleh
: Dokter Sp.OG
: 12 Februari 2015
Jenis Kelamin
: Perempuan
Jam
: 21.00 WIB
: Hidup
APAGAR score
: 7/8
: pemberian Vit K 1 mg
19
Hb
: 15.7g/dl
Leukosit
: 14.900 mm3
Trombosit
: 201000 mm3
Hematokrit
: 45%
GDS
: 121 mg/dl
Kalsium
: 7.1 mg/dl
Lain-lain
: Down score
Frekuensi nafas
:2
Sianosis
:0
Retraksi
:1
Air entry
:0
Merintih
:1
Total : 4 = sesak nafas sedang
Diagnosis Kerja
20
Pneumonia neonatal
Transient tachypnea of newborn
Follow up
12/2/2015
NBBLC 3000 gram, PBL 49 cm
Lahir sectio sesarea a.i ibu PEB
A/S 7/8
Ibu PEB + demam + keputihan + nyeri buang air kecil
Ketuban jernih
TM : 38-39 minggu (SMK)
Jejas persalinan : tidak ada
Kelainan kongenital : tidak ada
Renyakit sekarang : Respiratory distress e.c suspect pneumonia neonatal
DD/ suspect Transient Tachypnea of Newborn
P/ - NCPAP PEEP 7 FiO2 25%
-IVFD D 10% + Ca Glukonas 60cc/kgbb/hari = 7.5cc/jam
-Sementara puasa
-Ampicillin sulbactam 2x 150mg iv
-Gentamisin 1x 14mg iv
-Koreksi kalsium
o 1.5mEq Ca Glukonas dalam 7.5cc NaCl 0.9% dalam jam = 9cc/ jam =
18cc /jam
o 6 mEq Ca Glukonas dalam 30 cc NaCl 0.9% dalam 6 jam = 36cc/6 jam =
6cc/ jam
R/ - Rontgen Thorax AP
-Kultur darah
21
13-2-2015
S/ - demam tidak ada, sesak nafas berkurang
-Muntah tidak ada, perdarahan tidak ada
-Kebiruan tidak ada
-BAK dan mekonium sudah keluar
O/ HR: 143x/i , RR= 68x/i , T= 36.8oC , SO2 : 98%
- Kulit
: teraba hangat
- Thorak
o Cor
15-2-2015
S/ - Demam tidak ada, sesak nafas tidak ada
- Kuning tampak pada wajah membayang hingga dada
O/ HR: 140x/i , RR: 55x/i , T: 37.1oC
- Kulit : kuning membayang hingga dada
- Thorak : retraksi epigastrium tidak ada
o Cor dan pulmo dalam batas normal
- Abdomen : distensi tidak ada, bising usus (+) normal
22
16-2-2015
S/ - Demam tidak ada, sesak nafas tidak ada
- Kuning tampak pada wajah membayang hingga dada
O/ HR: 141x/i , RR: 53x/i , T: 36.9oC
- Kulit : kuning membayang hingga dada
- Thorak : retraksi epigastrium tidak ada
o Cor dan pulmo dalam batas normal
- Abdomen : distensi tidak ada, bising usus (+) normal
- Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik
A/ Stabil, Ikterik grade I
P/ - IVFD D 12.5% 8.6cc/jam
- ASI 8x 3cc / OGT
- Ampicillin sulbactam 2x 150mg iv
- Gentamisin 1x 14mg iv
BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan sebuah kasus seorang bayi perempuan berumur 3 hari
dirawat di perinal dengan diagnosis kerja respiratory distress ec suspect pneumonia
neonotal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
23
DAFTAR PUSTAKA
1. DJ William, S Christopher. Pneumonia. Pediatrics in Review. 2008;29 :147160
2. W Martin, H Fransisca. Action Againts Pneumonia in Childeren Outline of
Global Action Plan. Buletin Jendela Epidemiologi. 2010; 03 : 01-27
3. Ikatan Dokter Indonesia. Pneumonia. Dalam: H P Antonius, H Badriur,
Handryastuti S, dkk, penyunting. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan
Dokter Indonesia, 2009 : 250-255
24
2013.
Pediatric
Pneumonia.
Accesed
Available
at:
25