Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

BRONKOPNEUMONIA

Disusun oleh :
NABILA EDWARD
030.14.131

Pembimbing :
dr. Anis Nurhayati, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

RS ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 23 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2019


LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul

Bronkopneumonia

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepanitraan Klinik


Ilmu Radiologi di

RS Angkatan Laut Mintohardjo Jakarta 23 September – 25 Oktober 2019

Disusun oleh:

Nabila Edward

030.14.131

Telah diterima dan disetujui oleh


dr. Anis Nurhayati, Sp.Rad selaku dokter pembimbing
Departemen Ilmu Radiologi RS Angkatan Laut Mintohardjo Jakarta

Jakarta, 13 Oktober 2019

dr. Anis Nurhayati, Sp.Rad

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T dan Baginda Rasulullah
Muhammad S.A.W karena berkah dan ridho-Nya yang begitu besar sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul
“Bronkopneumonia” pada kepaniteraan klinik departemen ilmu radiologi.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dr. Anis Nurhayati, Sp.Rad selaku pembimbing yang telah
memberikan waktu dan bimbingannya sehingga makalah referat ini dapat
terselesaikan.
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa referat ini
masih belum sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik penulis harapkan
untuk menyempurnakan referat ini di kemudian hari. Terlepas dari segala
keterbatasan yang ada penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya.

Jakarta, 13 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 2
2.1 Anatomi Paru-paru ................................................................................... 2
2.2 Definisi Bronkopneumonia ...................................................................... 8
2.3 Patogenesis ............................................................................................... 5
2.4 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 5
BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi saluran pernafasan bagian bawah masih terus menjadi masalah kesehatan
utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen-agen penyebab baru atau lama
sangat pesat, dan kemampuan obat-obat anti mikroba telah banyak ditingkatkan. Selain
itu, masih banyak terdapat kontroversi berkenaan dengan pendekatan diagnostik dan
penanganannya.

Insidens penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan


kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek
umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau di
dalam rumah sakit atau pusat perawatan. Mikroorganisme cenderung menyerang saluran
pernafasan bagian bawah melalui aspirasi sekret orofaringeal dan berhubungan dengan
flora bakteri, inhalasi dari aerosol yan terinfeksi dan penyebaran hematogenik.
Kecepatan perkembangan mikroorganisme tergantung pada ukuran, virulensi dan
kerentanan hospes.

Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya


ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat
pula melibatkan bronkiolus terminal. Gambaran radiologi berupa, jika udara dalam
alveoli digantikan oleh eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak putih
pada foto rontgen, pada bronkopneumonia bercak tersebar (difus) mengikuti gambaran
alveoli ditandai dengan adanya daerahdaerah konsolidasi terbatas yang mengelilingi
saluran-saluran nafas yang lebih kecil.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Paru-paru


Struktur dasar jalan nafas telah ada sejak lahir dan berkembang selama neonatus
dan dewasa menjadi sistem bronkhopulmonal. Jalan nafas pada setiap usia tidak simetris.
Apabila dibagi menjadi dua bagian, ada perbedaan bentuk dan jumlah cabang yang
tergantung dari lokasinya. Variasi tersebut menyebabkan implikasi fisiologi yang
berbeda. Alur yang berbeda menyebabkan perbedaan resistensi terhadap aliran udara,
sehingga menyebabkan distribusi udara atau partikel yang terhisap tidak merata. Cabang
dari bronkus mengalami pengecilan ukuran dan kehilangan kartilago, yang kemudian
disebut bronkhiolus. Bronkhiolus terminalis membuka saat pertukaran udara dalam paru-
paru.

Jalan nafas dilapisi oleh membran epitel yang berganti secara bertahap dari epitel
kolumner bertingkat bersilia di bronkus menjadi epitel kubus bersilia pada area tempat
pertukaran udara. Sillia berfungsi untuk menghantarkan mukus dari pinggir jalan nafas
ke faring. Sistem transport mukosilier ini berperan penting dalam mekanisme pertahanan
paru. Sel goblet pada trakhea dan bronkhus memproduksi musin dalam retikulum
endoplasma kasar dan apparatus golgi. Sel goblet meningkat jumlahnya pada beberapa
gangguan seperti bronkhitis kronis yang hasilnya terjadi hipersekresi mukus dan
peningkatan produksi sputum.

Unit pertukaran udara (terminal respiratory) terdiri dari bronkhiolus distal


sampai terminal : bronkhiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli.

2
Gambar 1. Larynx – Trakea - Bronkus

Gambar 2. Bronkiolus – Alveolus

3
Pada pemeriksaan luar pulmo dekstra lebih pendek dan lebih berat dibanding
pulmo sinistra. Pulmo dekstra dan sinistra dibagi oleh alur yang disebut incissura
interlobaris dalam beberapa Lobus Pulmonis. Pulmo dekstra dibagi menjadi 3 lobi, yaitu:

1. Lobus Superior
Dibagi menjadi 3 segmen: apikal, posterior, inferior

2. Lobus Medius
Dibagi menjadi 2 segmen: lateralis dan medialis

3. Lobus Inferior
Dibagi menjadi 5 segmen: apikal, mediobasal, anterobasal, laterobasal,
posterobasal

Pulmo sinistra dibagi menjadi 2 lobi, yaitu:

1. Lobus Superior
Dibagi menjadi segmen: apikoposterior, anterior, lingularis superior, lingularis
inferior.

2. Lobus Inferior

Dibagi menjadi 4 segmen: apikal, anteromediobasal, laterobasal, dan posterobasal

4
Gambar 3. Lobus dan segmentasi paru

2.2 Definisi Bronkopneumonia


Pneumonia adalah inflamasi dari parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstisial.5 Bila parenkim paru terkena infeksi dan mengalami inflamasi hingga
meliputi seluruh alveolus suatu lobus paru maka disebut pneumonia lobaris atau
pneumonia klasik. Bila proses tersebut tidak mencakup satu lobus dan hanya di
bronkiolus dengan pola bercak – bercak yang tersebar bersebelahan maka disebut
bronkopneumonia. Disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus,
jamur. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia yang sering dijumpai pada anak –
anak.

2.3 Patogenesis

Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru.
Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan
mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi
bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa

5
sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.

Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah
melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang
melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi
saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon
imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan
infeksi virus.

Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat


paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri
dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan
intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium
hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yamg melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang
kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen
menyebabkan peningkatan kerja jantung. Stadium berikutnya terutama diikuti dengan
penumpukan fibrin dan disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu).
Pada kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat
dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui
batuk. Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura
menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara
spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan.

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk membantu penegakan diagnosis, yaitu:

6
a. Pemeriksaan radiologis konvensional
Foto toraks (AP/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Foto AP dan lateral dibutuhkan untuk menentukan lokasi
anatomik dalam paru. Infiltrat tersebar paling sering dijumpai, terutama pada pasien bayi.
Pada bronkopneumonia bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus.
Jika difus (merata) biasanya disebabkan oleh Staphylokokus pneumonia.

Gambar 4. Foto thorax normal

Radiografi dada dapat menegaskan diagnosis, membantu dalam diagnosis


banding kuman pathogen dan deteksi penyakit-penyakit yang berhubungan dengan paru.
Pemeriksaan tersebut juga dapat mambantu mengetahui keparahan dan respon terhadap
terapi dari waktu ke waktu. Kelainan foto rontgen toraks tidak selalu berhubungan dengan
gambaran klinis. Biasanya dilakukan pemeriksaan rontgen toraks posisi AP. Foto rontgen
toraks AP dan lateral hanya dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala klinik distres
pernapasan seperti takipnea, batuk dan ronki, dengan atau tanpa suaranapas yang
melemah.

7
Gambaran bronkopneumonia pada foto thorax sebenarnya sama seperti gambaran
konsolidasi radang. Prinsipnya jika udara dalam alveoli digantikan oleh eksudat radang,
maka bagian paru tersebut akan tampak lebih opaq pada foto Rontgen. Pada
bronkopneumonia terdapat bercak yang mengikutsertakan alveoli secara tersebar.
Bronkopneumonia ditandai oleh multiple nodular opacities yang cenderung tidak
merata (patchy) dan / atau konfluen. Ini merupakan area paru-paru di mana ada patch
inflamasi yang dipisahkan oleh parenkim paru normal. Gambaran radiologi
bronkopneumonia bercak berawan, batas tidak tegas, konsolidasi dapat berupa lobular,
subsegmental, atau segmental. Khas biasanya menyerang beberapa lobus, hal ini yang
membedakan dengan pneumonia lobaris. Lokasi predileksi bronkopneumonia biasanya
hanya terjadi di lapangan paru tengah dan bawah.
Pada gambar (A) di bawah ini memperlihatkan bahwa mikroorganisme awalnya
menyerang bronkiolus yang lebih besar sehingga mengakibatkan nodul sentrilobuler dan
gambaran cabang bronkus yang berdensitas opaq (tree-in-bud pattern). Lalu proses
konsolidasi yang terjadi akan mengenai daerah peribronkhial dan akan berkembang
menjadi lobular, subsegmental, atau segmental (B). Selanjutnya proses konsolidasi tersebut
bisa terjadi multifocal, tepi tidak rata, corakan bronkovaskular kasar akibat dinding cabang
bronkus menjadi lebih tebal, namun perselubungan yang terjadi biasanya tidak melebihi
batas segmen (C).

Gambar 5. Bentuk ilustrasi progresifitas konsolidasi pada bronkopneumonia

8
Gambar 6. Foto thorax PA pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

Pada foto thorax posisi PA tersebut tampak perselubungan inhomogen pada lobus
medius di kedua lapangan paru. Bronchopneumonia ini sering disebabkan oleh
Staphylococcus aureus Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa.

Tampak bercak infiltrat pada


lapangan tengah dan bawah
paru dekstra dan sinistra

Gambar 7. Foto thorax PA pada bronkopneumonia

9
b. Pemeriksaan USG
Konsolidasi pada pneumonia dapat dideteksi dengan hampir semua alat USG,
meskipun pada USG akan terlihat lebih kecil dibandingkan dengan rontgen toraks. Pada
proses awal konsolidasi maka akan terlihat gambaran echogenic yang difus seperti gambaran
USG pada hati. Airbronchogram akan terlihat sebagai gambaran echogenic berupa garis
yang bercabang-cabang. Dalam penelitian Nafae dkk, didapatkan sensitivitas dan
spesifisitas USG dalam menegakkan diagnosis pneumonia pada penderita di ruang
perawatan intensif adalah sebesar 94,5% dan 75%. USG memiliki peranan yang sangat
tinggi dalam menegakkan diagnosis pneumonia pada penderita di ruang perawatan intensif
oleh karena memiliki beberapa keunggulan seperti cepat, radiasi minimal, nyaman bagi
penderita dan relatif murah. Saluran nafas yang terisi cairan seperti pada obstruksi oleh
karena penekanan oleh tumor di proximal (post obstructive pneumonitis) akan terlihat
sebagai gambaran dengan struktur tubular anechoic.

Gambar 8. Foto Gambaran pada Penderita Pnemonia dan Abses Paru. Keterangan: Gambar
USG berupa konsolidasi paru pada penderita dengan pneumonia bakterial. Tanda panah
putih menunjukkan air bronchogram.9 dan Abses paru perifer. Hypoechoic di sentral dan
dinding yang ireguler. A, Abses; L.

10
c. CT Scan

Beberapa fokus opacity dapat dilihat dalam pola lobular, berpusat di bronkiole
cetrilobular. Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak
menjalar sampai perifer. Hal ini akan menghasilkan penampilan tree-in-bud appearance.

Gambar 9. Tree-in-bud appearance

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bronkhopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.


Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah dari
parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution) yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Gejala dan tanda pada penderita bronkopneumonia
dapat mengalami onset demam akut atau sub akut, batuk dengan atau tanpa produksi, dan
sesak nafas. Penegakkan diagnosis bronkopneumonia dapat dilakukan pemeriksaan
radiologis konvensional, USG, maupun CT Scan thoraks.

Bronkopneumonia ditandai adanya multiple nodular opacities yang cenderung tidak


merata (patchy) dan / atau konfluen. Ini merupakan area paru-paru di mana ada patch
inflamasi yang dipisahkan oleh parenkim paru normal. Khas biasanya menyerang beberapa
lobus dan bilateral asimetris, hal ini yang membedakan dengan pneumonia lobaris. Lokasi
predileksi bronkopneumonia biasanya terjadi di lapangan paru tengah dan bawah

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Garna H dan Heda M.2005. Pneumonia Dalam Pedoman Diagnosis Dan


Terapi 3rd Ed : Bagian IKA FK UNPAD Bandung.th ; 2010. Hal; 403 – 8.

2. Alsagaff Hood, Mukty H.Abdul.Pneumonia. Dasar – Dasar Ilmu Penyakit


Paru. Surabaya : Airlangga University Press.th ; 2009. Hal ; 193-7.

3. Rahajoe Nastiti N, Supriyanto Bambang, dkk. Pneumonia. Buku Ajar


Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. Th;
2010.hal; 351-363.

4. Nurlela Budjang. Radang Paru Tidak Spesifik. In: Rasad, Sjahriar. Radiologi
Diagnostik. Edisi Kedua Jakarta. Balai Penerbit FK UI. 2009: hal 101.

5. Muller, Nestar L., Franquet Tomas., Kyung Soo, Lee. Imaging of Pulmonary
Infections 1st edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2011; Part Bacterial
Pneumonia, page 21-8.

6. Corr, Peter. Foto Thorax normal dan Infeksi Paru. In: Ramadhani, Dian.,
Dwijayanthi, Linda., Dharmawan, Didiek. Mengenali Pola Foto-Foto
Diagnostik (terjemahan dari Patterm Recognation in Diagnostic
Imaging).Jakarta: Penerbit EGC. 2010; hal 28, 33-5.

7. Ketai, Loren., Lofgren, Richard., Mecholic, Andrew J. Fundamental of Chest


Radiology. Second Edition. Philadelphia: Elsevier, Inc. 2010; page 106-9,
110-1.

8. Muller, Nestar L., Franquet Tomas., Kyung Soo, Lee. Imaging of Pulmonary
Infections 1st edition. Lippincott Williams & Wilkins. 20012; Part
Immunocompromised Host, page 161-2.

9. Eastman, George W., Wald Christoph., Crossin, Jane. Getting Started in


Clinical Radiology. New York. Thieme Stuttgart. 2009; page 49-50.

10. Sutarto, Ade Satriyani., Budyatmoko, Bambang., Darmiati, Sawitri.


Radiologi Anak. In: Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua
Jakarta. Balai Penerbit FK UI. 2009: hal 400-1.

11. Lee, Jaw. Aspiration of Imaging. In: Lin, Eugene C. Pneumonia. Available

13
from www.medscape.com updated May 25, 2011.

12. Gunderman B, Richard. Essential Radiology Second Edition. New York.


Thieme Medical Publishers. 2011; page 69,78.

14

Anda mungkin juga menyukai