Anda di halaman 1dari 17

JURNAL READING

PERUBAHAN HEMATOBIKIMIA YANG


DIINDUKSI OLEH INTOKSIKASI TIMAH PADA
TIKUS ALBINO JANTAN DAN BETINA

Pembimbing:


dr. Ridwan

Disusun oleh:

Ainus Saadi Rizal


030.13.009

KEPANITERAAN KLINIK HIPERKES

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga jurnal reading dengan judul
“Perubahan Hematobikimia yang Diinduksi Oleh Intoksikasi Timah pada Tikus
Albino Jantan dan Betina” dapat selesai pada waktunya.

Jurnal reading ini dibuat oleh dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti demi memenuhi tugas dalam menempuh kepaniteraan Hiperkes. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Ridwan dokter pembimbing yang telah memberikan saran dan koreksi
dalam penyusunan jurnal reading ini.
2. Teman-teman dokter muda dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan jurnal reading ini.
Penulis menyadari bahwa jurnal reading ini tidak luput dari kekurangan dan
masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis memohon maaf kepada para
pembaca atas kekurangan yang ada. Atas semua keterbatasan yang dimiliki, maka
semua kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan lapang hati agar ke
depannya menjadi lebih baik.
Akhir kata, demikian yang penulis dapat sampaikan. Semoga jurnal reading
ini bermanfaat dalam bidang kedokteran, khususnya bidang hiperkes.

Jakarta, Agustus 2019

Ainus Saadi Rizal

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN

JURNAL READING

Judul:

Perubahan Hematobikimia yang Diinduksi Oleh Intoksikasi Timah pada Tikus


Albino Jantan dan Betina

Nama: Ainus Saadi Rizal


NIM: 030.13.009

Telah disetujui untuk dipresentasikan pada

, Agustus 2019

Pembimbing,

dr. Ridwan

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
DAFTAR ISI …................................................................................................... iv

BAB I ABSTRAK........................................................................................... 1
BAB II ISI JURNAL ........................................................................................ 2
2.1 Pendahuluan ............................................................................. 2
2.2 Material dan Metode ................................................................. 3
2.2.1 Hewan Coba.............................................................................. 3
2.2.2 Dosis Timbal ............................................................................. 4
2.2.3 Pengumpulan dan Analisis Darah ............................................. 4
2.2.4 Analisis Statistik ....................................................................... 5
2.3 Hasil .......................................................................................... 5
2.4 Pembahasan .............................................................................. 9
2.4.1 Efek Terhadap Berat Badan dan Berat Organ .......................... 9
2.4.2 Efek Terhadap Indeks Darah .................................................. 10
2.4.3 Efek Terhadap Parameter Biokimia........................................ 11

BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 13

iv
BAB I

ABSTRAK

Latar belakang: Timbal merupakan salah satu kontaminan lingkungan utama yang
dapat mengancam organisme hidup dalam beberapa hal. Toksisitas timbal dapat
mempengaruhi banyak organ tubuh manusia dan dikaitkan dengan beberapa
perubahan fisiologis, biokimiawi, dan morfologis. Tujuan: Untuk meneliti risiko
yang mungkin timbul akibat paparan dosis timbal asetat yang berbeda terhadap berat
badan dan berat organ yang berbeda, indeks hematologi, dan fungsi hati dan ginjal.
Metode: Percobaan dilakukan pada 80 tikus. Tikus tersebut dibagi menjadi empat
kelompok. Kelompok pertama mewakili hewan kontrol yang sehat, sedangkan
kelompok II, III, dan IV diberikan dosis sublethal timbal asetat (masing-masing 0,4,
0,8, dan 1,2 mg/kg berat badan) dalam air minum selama 12 minggu. Pada akhir
periode percobaan, dikumpulkan sampel darah dan dilakukan analisis hematologi dan
biokimia. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa tikus yang diberikan perlakuan dengan
timbal asetat menunjukkan penurunan jumlah eritrosit total, hematokrit, hemoglobin,
mean corpuscular volume, mean corpuscular hemoglobin yang signifikan
dibandingkan dengan kelompok kontrol sehat, sementara ditemukan adanya
peningkatan yang signifikan pada jumlah leukosit total dan jumlah trombosit. Selain
itu didapatkan hasil peningkatan yang signifikan pada aktivitas alanin
aminotransferase, aspartate aminotransferase, gamma-glutamyl transferase, alkaline
phosphatase, dan lactate dehydrogenase, yang menunjukkan disfungsi hati. Selain itu,
kadar serum urea nitrogen dan kreatinin dalam darah juga meningkat yang
menunjukkan defisiensi ginjal. Kesimpulan: Pemberian timbal asetat pada dosis
rendah memiliki efek berbahaya pada hewan percobaan dan menimbulkan perubahan
hematologi dan biokimiawi. Oleh karena itu, penelitian ini menyarankan masyarakat
untuk menghindari paparan logam beracun ini untuk mencegah efek berbahaya
terhadap kesehatan.

1
KATA KUNCI: Timbal; Toksisitas; Indeks Darah; Biokimia; Hati; Ginjal
BAB II
ISI JURNAL

2.1 Pendahuluan
Timbal merupakan unsur alami yang tersebar luas di lingkungan. Timbal
dianggap sebagai salah satu polutan lingkungan yang persisten dan banyak
ditemukan. Timbal digunakan dalam produksi berbagai produk manufaktur seperti
cat, percetakan, bensin, baterai, pipa air, produk kosmetik, pelapis tembikar, pelapis
tangki, keran kuningan, dan mainan. Karena kondisi kumulatif toksik di lingkungan,
timbal dapat mempengaruhi semua sistem biologis melalui paparan dari berbagai
sumber termasuk udara, air, dan makanan.
Timbal dapat bertranslokasi melalui rantai makanan dan menyebabkan efek
berbahaya bagi manusia dan organisme hidup lainnya. Timbal merupakan salah satu
logam beracun di lingkungan dan memiliki dampak buruk pada sebagian besar organ
tubuh manusia. Timbal masuk ke dalam tubuh melalui tiga rute utama, diantaranya
saluran pencernaan, pernapasan, dan kulit. Jika timbal diabsorbsi ke dalam darah,
beberapa di antaranya akan berikatan dengan eritrosit, dan sisanya tetap berada dalam
plasma untuk didistribusikan ke jaringan lain.
Terdapat banyak bukti yang melaporkan bahwa timbal adalah faktor beracun
yang mempengaruhi beberapa organ target seperti ginjal, hati, sistem saraf, sistem
imunitas, dan sistem hematopoietik. Toksisitas timbal dikaitkan dengan sejumlah
perubahan fisiologis, morfologis, dan biokimia seperti disfungsi hati, perubahan
biokimia seperti disfungsi hati, gangguan hematologis, gangguan fungsi sistem ginjal,
kelainan metabolisme glukosa, dan gangguan sistem saraf.
Akumulasi timbal dalam tubuh dapat menyebabkan dampak destruktif terhadap
sistem hematologi, gastrointestinal, dan ginjal. Toksisitas timbal telah dikaitkan
dengan berbagai jenis kanker, gangguan kardiovaskular, nefrotoksisitas, dan
gangguan sistem saraf. Keracunan timbal berhubungan dengan jenis kelamin, usia,

2
durasi paparan, rute paparan, kecepatan absorbsi, frekuensi pemasukan/paparan,
kelarutan, dan persentase retensi. Paparan timbal dalam jumlah berlebihan telah
terbukti meningkatkan tekanan darah dan gangguan kardiovaskular pada orang
dewasa dan menurunkan perkembangan kognitif dan kemampuan intelektual pada
anak.
Paparan timbal telah terbukti meningkatkan produksi spesies oksigen reaktif
(ROS) dan akibatnya dapat menginduksi peroksidasi lipid dan perubahan sistem
pertahanan antioksidan pada tikus yang menyebabkan terjadinya stres oksidatif. ROS
merupakan produk sampingan dari berbagai reaksi degeneratif pada berbagai jaringan
yang memengaruhi metabolisme reguler dengan merusak komponen seluler.
Mengurangi kemungkinan interaksi timbal dengan biomolekul penting yang dapat
menstimulasi kerusakan oksidatif ataupun memperkuat pertahanan antioksidan sel
dapat dikaitkan dengan manfaat peran nutrisi antioksidan melalui suplementasi
molekul antioksidan secara eksogen. Pengikatan timbal pada fosfatidilkolin dalam
membran sel darah merah (RBC) menghasilkan penurunan kadar fosfolipid.
Peroksidasi lipid juga terjadi dalam jaringan dari berbagai bagian otak tikus yang
mengalami intoksikasi timbal. Paparan timbal dapat menyebabkan anemia
hipokromik dan normokromik yang disebabkan dari produksi ROS dan hemolisis
eritrosit. Oleh karena itu, penelitian ini dibuat untuk meneliti risiko yang mungkin
terjadi akibat paparan dosis timbal asetat yang berbeda terhadap berat badan, indeks
hematologi, dan fungsi hati dan ginjal.

2.2 Material Dan Metode


2.2.1 Hewan Coba
Penelitian ini dilakukan pada 40 tikus jantan dan 40 betina albino wol putih,
Mus musculus, yang berusia 3 bulan. Hewan-hewan tersebut disimpan di kandang
dengan kompartemen standar, persegi panjang, dan berventilasi baik. Hewan
dipertahankan pada kondisi laboratorium sehat standar pada suhu 18 ° C – 24 ° C dan
12 jam terang dan gelap. Hewan diadaptasikan kepada lingkungan baru selama 14
hari sebelum memulai penelitian. Semua hewan menerima perawatan manusiawi

3
sesuai dengan pedoman National Institutes of Health, AS, mengenai perawatan etis
hewan laboratorium. Semua tikus memiliki akses bebas untuk air minum dan
makanan, ad libitum, selama periode penelitian. Tikus tersebut diberi makan dengan
diet pelet standar (LabDiet, MO) yang terdiri dari 60% pati, 20% kasein, 10% minyak
biji kapas, campuran garam 4%, selulosa 5%, dan campuran vitamin 1%.

2.2.2 Dosis Timbal


Hewan dibagi menjadi empat kelompok yang sama. Setiap kelompok terdiri
dari 10 jantan dan 10 betina secara terpisah dan ditandai sebagai kelompok I, II, III,
dan IV. Kelompok pertama mewakili hewan kontrol yang sehat, sedangkan kelompok
kedua, ketiga, dan keempat diberi 0,4, 0,8, dan 1,2 mg / kg berat badan dosis timbal
asetat dosis rendah (Sigma-Aldrich, Ltd., UK) dalam asupan air minum harian
mereka selama 12 minggu. Setiap tikus ditimbang setiap minggu, dan asupan air
hariannya ditentukan.

2.2.3 Pengumpulan dan Analisis Darah


Untuk pemeriksaan hematologis dan biokimia, dilakukan pengambilan darah
dari masing-masing tikus secara individual. Hewan-hewan tersebut dipuasakan
selama 12 jam sebelum pengambilan darah. Semua hewan dianestesi dengan
kloroform dan sampel darah diambil langsung dari hati menggunakan teknik pungsi
jantung dengan bantuan jarum suntik steril (Sigma). Sampel darah masing-masing
tikus kemudian dipindahkan ke tabung tertutup steril yang mengandung antikoagulan
EDTA (Greiner Bio-One, Frickenhausen, Jerman) untuk estimasi hematologi.
Beberapa darah dipindahkan ke tabung bebas antikoagulan steril lainnya dan
disentrifugasi pada 3000 rpm selama sekitar 10 menit menggunakan centrifuge 5418
R (Eppendorf, Ontario, Kanada) untuk mendapatkan serum untuk pemeriksaan
biokimia.
Indeks hematologi dinilai dengan menggunakan penghitung sel darah URIT-
2900 penganalisis hematologi otomatis (Dhanwantari Medical Systems, DMS, India)
termasuk jumlah eritrosit total (TEC), jumlah leukosit (TLC), jumlah sel leukosit

4
(TLC), hematocrit/packed cell volume (PCV), konsentrasi hemoglobin (Hb), mean
corpuscular volume (MCV), mean corpuscular hemoglobin (MCH), mean
corpuscular hemoglobin concentration (MCHC), dan jumlah trombosit.
Parameter biokimia serum dianalisis menggunakan penganalisis serum
otomatis, Selectra ProS (Merck, Ltd., Germany) dan kit Ecoline (Merck, Ltd.) sesuai
dengan instruksi pabrik. Parameter-parameter yang dinilai diantaranya aspartat
aminotransferase (AST), alanin aminotransferase (ALT), konsentrasi bilirubin,
gamma-glutamyl transferase (GGT), laktat dehidrogenase (LDH), alkaline
phosphatase (AKP), konsentrasi nitrogen urea darah (BUN), dan konsentrasi serum
kreatinin.

2.2.4 Analisis Statistik


Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode statistik analisis
varian dan uji-t Student untuk membandingkan perbedaan antara parameter. Hasil
dinyatakan sebagai nilai rata-rata ± standar error. Semua pernyataan signifikan
didasarkan pada nilai probabilitas kurang dari 0,05 (P <0,05).

2.3 Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berat badan rata-rata hewan coba
menurun secara signifikan (P <0,05) pada semua kelompok perlakuan pada kedua
jenis kelamin setelah 12 minggu perlakuan dengan timbal asetat (Tabel 1). Berat
badan berkurang menjadi 80%, 77%, dan 71% pada tikus jantan, sementara 82%,
78%, dan 70% pada tikus betina masing-masing untuknkelompok II, III, dan IV bila
dibandingkan dengan tikus kontrol normal yang sehat. Efek berbahaya dari timbal
asetat pada berat badan meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan
dosis. Penelitian ini juga menunjukkan peningkatan yang nyata dalam berat hati,
ginjal, dan jantung tikus yang mengalami intoksikasi dibandingkan dengan tikus
kontrol.

5
Tabel 1 Toksisitas timbal terhadap berat badan dan berat organ pada hewan
percobaan setelah perlakuan 12 minggu
Dosis timbal Jenis
Berat badan Berat hati Berat ginjal Berat jantung
asetat kelamin
Kelompok I
(kontrol), 0,0 Betina 60.17 ± 2.23 3.54 ± 0.06 1.01 ± 0.06 0.75 ± 0.05
mg/kgBB
Jantan 61.18 ± 1.56 3.78 ± 0.25 1.00 ± 0.10 0.73 ± 0.09
Kelompok II, 0,4
Betina 48.79 ± 2.92* 4.12 ± 0.99* 1.10 ± 0.09* 0.82 ± 0.08*
mg/kgBB
Jantan 48.82 ± 2.68* 4.16 ± 0.42* 1.08 ± 0.12* 0.79 ± 0.11*
Kelompok III, 0,8
Betina 46.97 ± 2.36* 4.23 ± 0.03* 1.19 ± 0.11* 0.94 ± 0.10*
mg/kgBB
Jantan 47.56 ± 3.01* 4.27 ± 0.55* 1.17 ± 0.04* 0.91 ± 0.06*
Kelompok IV, 1,2
Betina 42.45 ± 1.74* 4.31 ± 0.22* 1.18 ± 0.03 0.96 ± 0.02*
mg/kgBB
Jantan 43.61 ± 2.08* 4.33 ± 0.37* 1.19 ± 0.07 0.98 ± 0.12*
Data disajikan sebagai rata-rata ± SE, n=10
*P < 0,05

Hasil pada Tabel 2 menunjukkan pengurangan TEC yang signifikan (P <0,05)


setelah paparan timbal asetat pada kelompok II, III, dan IV dibandingkan dengan
kelompok kontrol pada kedua jenis kelamin. Penurunan yang nyata didapatkan pada
kadar Hb dan PCV. MCV, MCH, dan MCHC yang berkurang secara signifikan (P
<0,05) pada tikus yang diberi perlakuan dibandingkan dengan tikus yang sehat.
Selain itu, TLC dan platelet meningkat secara signifikan (P <0,05) pada semua
kelompok yang diberikan timbal asetat dibandingkan dengan kelompok kontrol pada
kedua jenis kelamin (Tabel 2).

Tabel 2 Perubahan nilai hematologi pada hewan percobaan setelah 12 minggu


perlakuan dengan timbal
Dosis timbal Kelompok I Kelompok II, 0,4 Kelompok III, 0,8 Kelompok IV,

6
asetat (kontrol), 0,0 mg/kgBB mg/kgBB 1,2 mg/kgBB
mg/kgBB
Jenis Kelamin Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan
6.52 ± 6.31 ± 6.12 ± 5.99 ± 5.71 ± 5.68 ± 5.2 ± 5.31 ±
TEC (x103/mL)
0.71 0.63 0.44* 0.09* 0.48* 0.78* 0.05* 0.93*
7.12 ± 7.00 ± 7.80 ± 7.74 ± 8.00 ± 8.22 ± 8.50 ± 8.90 ±
TLC (x103/mL)
0.32 0.09 0.85 0.39 0.73* 0.26* 0.81* 0.02*
253 ± 255 ± 340* ± 349* ± 370 ± 368 ± 382 ± 379 ±
PLT (x103/mL)
4.63 3.98 5.26 4.35 3.88* 5.61* 3.72* 4.11*
12.03 10.82 10.1
13.91 ± 14.2 ± 11.75 11.6 ± 9.34 ±
Hb (g/dL) ± ± ±
1.55 1.08 ±1.92* 1.59* 1.05*
1.02* 1.42* 1.30*
58.80 58.1 57.95
62.3 ± 61.8 ± 60.24 60.61 58.01 ±
MCV (fl) ± ± ±
1.95 2.33 ±2.70 ±1.06 2.91*
1.25* 2.22* 1.08*
16.33 13.81 12.4 12.71
19.74 ± 19.51 15.62 14.03 ±
MCH (pg) ± ± ± ±
1.82 ±1.04 ±1.22* 1.41*
1.73* 1.90* 1.00* 1.37*
23.53 21.4 21.12
31.81 ± 32.00 25.80 25.68 22.84 ±
MCHC (%) ± ± ±
2.02 ±1.46 ±1.88 ±2.50 2.39*
1.09* 1.58* 2.04*
46.00 34.98 31.09 30.87
46.52 ± 46.03 45.33 32.63 ±
PCV (%) ± ± ± ±
2.77 ±2.00 ±1.71* 1.13*
1.49* 1.80* 2.08* 1.12*
Hb, hemoglobin; MCH, mean corpuscular hemoglobin; MCHC, mean corpuscular hemoglobin
concentration; MCV, mean corpuscular volume; PCV, packed cell volume; TEC, total erythrocyte
count; TLC, total leukocyte count.
Data disajikan sebagai rata-rata ± SE, n=10
*P < 0,05

Penelitian ini juga menunjukkan peningkatan yang signifikan (P <0,05) dalam


aktivitas enzimatik ALT dan AST pada tikus jantan dan betina dari hewan yang diberi
perlakuan dibandingkan dengan tikus kontrol sehat (Tabel 3). Aktivitas dari enzim-
enzim yang meningkat ini berbanding lurus dengan peningkatan dosis timbal asetat.
Hasil pada Tabel 3 juga menunjukkan adanya peningkatan LDH yang bermakna
secara bertahap seiring dengan meningkatnya dosis timbal asetat pada tikus jantan

7
dan betina dari semua hewan yang diberi perlakuan. Aktivitas AKP meningkat secara
bermakna (P <0,05) pada kelompok II, III, dan IV dibandingkan dengan kelompok
kontrol dari kedua jenis kelamin. Selain itu, hasil GGT menunjukkan bahwa stimulasi
GGT serum di bawah pengaruh timbal asetat juga meningkat seiring dengan
meningkatnya dosis timbal asetat pada tikus jantan dan betina (Tabel 3).
Mengenai fungsi ginjal, digunakan kadar serum BUN dan kreatinin untuk
memeriksa fungsi ginjal pada hewan yang diberi perlakuakn dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang sehat. Data pada Tabel 3 menunjukkan peningkatan
konsentrasi darah BUN dan kreatinin yang signifikan (P<0.05) pada hewan yang
diberi timbal.

Tabel 3 Toksisitas timbal terhadap fungsi hati pada hewan percobaan setelah 12
minggu perlakuan
Dosis Kelompok I
Kelompok II, 0,4 Kelompok III, 0,8 Kelompok IV, 1,2
timbal (kontrol), 0,0
mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB
asetat mg/kgBB
Jenis
Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan
Kelamin
22.8 ± 26.7 ± 36.5 ± 35.4 ± 41.9 ± 64.6 ± 63.8 ± 68.2 ±
AST (U/L)
1.2 0.62 1.86* 2.98* 2.04* 2.86* 2.52* 1.48*
18.9 ± 21.0 ± 33.5 ± 44.3 ± 44.9 ± 64.2 ± 61.1 ± 77.3 ±
ALT (U/L)
1.8 1.90 1.72* 2.04* 2.12* 1.96* 2.04* 1.80*
74.3 ± 69.9 ± 85.8 ± 72.9 ± 91.4 ± 79.3 ± 115.3 ± 112.6 ±
AKP (U/L)
3.28 1.56 1.82* 2.5* 1.34* 1.78* 3.74* 4.10*
101.2 ± 95.2 ± 111.5 ± 99.5 ± 121.2 ± 135.7 ± 138.4 ± 145.2 ±
LDH (U/L)
5.34 2.54 5.10* 3.24* 3.4* 2.20* 3.88* 4.74*
GGT 33.4 ± 38.3 ± 43.2 ± 42.4 ± 46.4 ± 65.5 ± 61.4 ± 80.3 ±
(U/L) 1.14 2.14 3.04* 1.56* 2.28* 3.20* 4.14* 2.70*
Bilirubin 0.72 ± 0.83 ± 3.02 ± 2.97 ± 2.25 ± 3.10 ± 3.18 ± 3.51 ±
(mg/dL) 0.13 0.30 0.23* 0.42* 0.16* 0.82* 0.19* 0.75*
Kreatinin 0.93 ± 0.89 ± 1.06 ± 1.27 ± 1.62 ± 2.71 ± 2.74 ± 3.03 ±
(mg/dL) 0.03 0.09 0.27* 0.29* 0.42* 0.05* 0.08* 0.61*

8
BUN 16.87 16.69 ± 17.54 ± 19.11 ± 22.72 ± 21.02 ± 26.45 ± 28.03 ±
(mg/dL) ± 1.06 1.11 1.32* 1.68* 1.01* 1.54* 1.48* 1.07*
AKP, alkaline phosphatase; ALT, alanine aminotransferase; AST, aspartate aminotransferase; BUN, blood urea
nitrogen; GGT, gamma-glutamyl transferase; LDH, lactate dehydrogenase.
Data disajikan sebagai rata-rata ± SE, n=10
*P < 0,05

2.4 Pembahasan
2.4.1 Efek Terhadap Berat Badan dan Berat Organ
Efek timbal terhadap berat badan dan berat organ yang berbeda meningkat
secara bermakna selama periode percobaan pada semua kelompok hewan yang diberi
perlakuan dari kedua jenis kelamin. Meskipun jumlah asupan makanan hewan
percobaan tidak berubah, namun berat badan akhir hewan yang mengalami
intoksikasi secara signifikan lebih rendah daripada kelompok kontrol. Efek berbahaya
dari pemberian oral timbal asetat terhadap berat badan meningkat seiring dengan
meningkatnya dosis timbal asetat. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya
yang melaporkan bahwa timbal menyebabkan penurunan tingkat pertumbuhan pada
hewan percobaan yang diberi makan timbal. Telah ditemukan penurunan berat badan
dalam intoksikasi timbal pada tikus. Berat badan menurun setelah diberikan timbal
dalam dosis 400 mg / kg pakan ternak. Penurunan berat badan mungkin disebabkan
oleh gangguan timbal asetat dalam penyerapan dan metabolisme nutrisi pakan yang
penting bagi kesehatan.
Peneitian ini juga mengamati peningkatan yang nyata dalam berat hati, ginjal,
dan jantung tikus yang diberi perlakuan. Peningkatan berat organ yang terjadi akibat
pengaruh timbal mungkin terjadi karena nekrosis dan apoptosis yang disertai dengan
akumulasi lipid dalam organ yang diteliti. Akumulasi lipid dalam sel ginjal tikus yang
mengalami intoksikasi setelah diberi perlakuan dengan timbal sebelumnya telah
dilaporkan. Temuan ini bisa menjadi indikator untuk peningkatan berat organ yang
berbeda. Ditemukan peningkatan berat kering ginjal dan hati relatif terhadap berat
badan, yang mungkin disebabkan oleh gangguan nutrisi yang disebabkan oleh
pemberian makanan secara pair feeding.

9
2.4.2 Efek terhadap Indeks Darah
Penurunan kadar TEC, Hb, PCV, MCV, MCH, dan MCHC adalah perubahan
hematologis lainnya yang ditemukan pada kelompok perlakuakn timbal asetat yang
mengakibatkan anemia hipokromik mikrositik. Demikian pula, Penurunan progresif
dalam jumlah TEC, PCV, Hb, dan MCV ditemukan setelah tikus dipaparkan dengan
timbal asetat. Perubahan hematologis ini mungkin disebabkan oleh efek toksik timbal
terhadap metabolisme sel, interaksi dengan beberapa reaksi dimana kalsium
merupakan mediator sekundernya, dan inhibisi beberapa aktivitas enzimatik seperti
aminolevulinic acid dehydratase yang memainkan peran kunci dalam biosintesis
heme dan enzim eritrosit lainnya, misalnya, GA3PD dan G6PD.
Paparan timbal yang terus-menerus dapat berdampak buruk terhadap biosintesis
heme dalam tubuh karena inhibisi enzim sitoplasma dan mitokondria. Efek depresi
dari timbal asetat pada aktivitas enzim utama dalam biosintesis heme kemungkinan
menyebabkan gangguan metabolisme besi. Efek inhibitori timbal asetat pada konversi
coproporphyrinogen III menjadi protoporphyrin IX menghasilkan pemendekan umur
eritrosit. dan penurunan produksi Hb. Penurunan nilai hematologis mungkin
dikaitkan dengan pengikatan ikatan timbal terhadap sel darah merah, yang
meningkatkan kerapuhan membran dan kerusakan sel darah merah.
Analisis TLC menunjukkan leukositosis dan limfositosis pada kelompok dosis
yang lebih tinggi dari kedua jenis kelamin. Peningkatan ini mungkin disebabkan oleh
efek toksik timbal terhadap leukopoiesis pada organ limfoid. Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan TLC berhubungan secara langsung dengan peningkatan produksi
leukosit dari pusat organ limfoid germinal dibawah pengaruh toksisitas timbal. Telah
dilaporkan bahwa perlakuan pemberian timbal menginduksi inflamasi, yang
menyebabkan peningkatan jumlah sel darah putih, dimana temuan tersebut sesuai
dengan penelitian ini. Jumlah trombosit menunjukkan peningkatan yang signifikan
pada hewan yang mengalami intoksiasi dibandingkan dengan tikus kontrol. Hal ini
mungkin terjadi karena trombositopenia setelah intoksikasi timbal, diikuti oleh
trombositosis.

10
2.4.3 Efek pada Parameter Biokimia
Untuk menilai efek timbal pada fungsi hati, digunakan pemeriksaan aktivitas
serum AST dan ALT. AST banyak digunakan untuk mengevaluasi fungsi hati. ALT
adalah enzim sitoplasma, sedangkan AST ditemukan di mitokondria dan sitoplasma.
Perlakuan timbal asetat dalam penelitian ini didapatkan menginduksi aktivitas ALT
dan AST pada tikus jantan dan betina. Efek pada aktivitas enzimatik secara bertahap
paralel dengan peningkatan dosis timbal. Hal ini menunjukkan bahwa stimulasi
mungkin tergantung pada dosis. Peningkatan aktivitas enzimatik ALT dan AST
mungkin terjadi karena peningkatan permeabilitas membran sel atau kerusakan
membran sel hepatosit di bawah pengaruh timbal.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang melaporkan
peningkatan kadar AST dan ALT setelah perlakuan dengan timbal yang disebabkan
oleh hepatitis akut, jaundice, dan sirosis hepatis. Timbal memiliki efek hepatotoksik
yang mengakibatkan kerusakan sel hati, yang menyebabkan peningkatan kadar AST
dan ALT serum. Telah diamati bahwa timbal memiliki efek toksik pada hati tikus,
yang mengarah pada pembebasan AST dan ALT. Aktivitas AST dan ALT plasma
yang tinggi berkaitan dengan fluiditas membran mikrosomal hati yang tinggi,
produksi radikal bebas, dan perubahan sel-sel hati ketika hewan diberi perlakuan
dengan timbal asetat. Peningkatan aktivitas enzimatik ALT dan AST mungkin
disebabkan dari toksisitas asetat timbal, yang menyebabkan peningkatan tingkat
metabolisme basal seluler, iritabilitas, dan perubahan hati yang destruktif.
Peningkatan kadar bilirubin serum setelah paparan timbal mungkin disebabkan oleh
induksi heme oksigenase yang berperan penting dalam katabolisme heme yang dapat
mengubah heme menjadi bilirubin.
Stimulasi LDH pada hewan yang mengalami intoksikasi meningkat seiring
dengan meningkatnya dosis timbal asetat bila dibandingkan dengan tikus kontrol.
Temuan serupa didapatkan dalam penelitian dimana tikus diberi perlakuan timbal
asetat dan ditemukan stimulasi bertahap dalam aktivitas LDH pada tikus yang
mengalami intoksikasi. Penelitian ini juga meneliti perubahan kadar AKP dalam
serum. Aktivitas AKP dari tikus yang diberi timbal mengalami stimulasi

11
dibandingkan dengan tikus kontrol yang sehat. Peningkatan aktivitas AKP serum
akibat kerusakan hati, ginjal, dan tulang yang menyebabkan pelepasan AKP telah
ditemukan. Hasil ini sesuai dengan temuan penelitian lain dimana terdapat stimulasi
AKP secara bemakna pada tikus yang diberikan timbal. Analisis GGT menunjukkan
bahwa stimulasi GGT serum dibawah pengaruh timbal asetat juga meningkat seiring
dengan meningkatnya dosis timbal asetat pada kedua jenis kelamin. Peningkatan
kadar GGT serum ini merupakan indikasi hepatotoksisitas dan kerusakan oksidatif
pada sel-sel hati.
Dalam kasus fungsi ginjal, konsentrasi BUN dan kreatinin dinilai untuk
memeriksa seberapa baik kerja ginjal pada tikus yang mengjalami intoksikasi
dibandingkan dengan tikus sehat. Peningkatan konsentrasi BUN dan kreatinin dalam
darah yang signifikan terdeteksi pada tikus jantan dan betina. Peningkatan nilai BUN
dan kreatinin setelah pemberian timbal asetat oral mungkin terjadi karena disfungsi
ginjal dan dianggap sebagai bukti fungsional nefrotoksisitas yang diinduksi oleh
timbal. Hasil serupa ditemukan dalam penelitian lain setelah pemberian timbal secara
oral pada tikus, kambing, dan domba.

12
BAB III
KESIMPULAN

Timbal merupakan salah satu polutan lingkungan yang persisten dan banyak
ditemukan. Toksisitas timbal dapat mempengaruhi banyak organ tubuh manusia dan
berhubungan dengan sejumlah perubahan fisiologis, biokimiawi, dan morfologis.
Pemberian timbal asetat pada dosis rendah memiliki efek berbahaya pada hewan
percobaan dan menimbulkan perubahan hematologi dan biokimiawi. Oleh karena itu,
penelitian ini menyarankan masyarakat untuk menghindari paparan logam beracun ini
untuk mencegah efek berbahaya pada kesehatan.

13

Anda mungkin juga menyukai