Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ADAPTASI DOMESTIKASI PERIKANAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Domestikasi Perikanan

Oleh Kelompok 4 :
Kevin Aditya 230110160006
Dita Pratiwi 230110160022
Susiana Sihombing 230110160063
Ahmad Nursaputra 230110160064
M Emir Shidqi 230110160076
Syakirah Imtinan 230110160086
Yusi Fauziah 230110160114
Widy Lestari 230110160128

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas rahmat, berkah,


taufik, hidayah, dan segala kasih sayang-Nya, sehingga kami mampu
menyelesaikan penulisan makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada habibana Muhammad shalallahu’alaihi wassalam, beserta
keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.
Penulisan makalah dengan judul “Adaptasi Domestikasi Perikanan” ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Domestikasi
Perikanan. Tidak menutup kemungkinan dalam penulisan makalah ini kami
melakukan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pihak pembaca. Semoga usulan makalah ini dapat bermanfaat
dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam masyarakat dan khususnya
untuk adik-adik Perikanan Universitas Padjadjaran.

Jatinangor, November 2019

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................... iv

I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................. 2

II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Teori Adaptasi............................................. 3
2.2 Tahapan Adaptasi............................................................... 3
2.2.1 Adaptasi Fisiologi............................................................... 5
2.2.2 Adaptasi Morfologi............................................................. 5
2.3 Adaptasi Ikan Laut dan Ikan Tawar.................................... 6
2.3.1 Adaptasi Ikan Terhadap Salinitas....................................... 6

III REVIEW JURNAL


3.1 Jurnal 1 ............................................................................... 8
3.1.1 Review................................................................................ 8
3.2 Jurnal 2 ............................................................................... 9
3.2.1 Review................................................................................ 9
3.3 Jurnal 3 ............................................................................... 10
3.3.1 Review................................................................................ 10
3.4 Jurnal 4................................................................................ 11
3.4.1 Review................................................................................ 11

IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan......................................................................... 13
4.2 Saran................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 14

iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul
Halaman
1. Perbedaan Adaptasi Ikan Air Tawar dan Air Laut................... 5
2. Interaksi Genotip dan Lingkungan............................................ 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Domestikasi adalah suatu upaya agar hewan, termasuk ikan, yang biasa
hidup liar (tidak terkontrol) menjadi dapat hidup dan dikembangbiakkan dalam
kondisi yang terkontrol. Domestikasi juga ditujukan guna menjaga kelestarian
ikan. Proses yang menjadikan spesies liar (wild species) menjadi spesies budidaya
dikenal dengan istilah domestikasi spesies (Effendi 2002). Domestikasi
merupakan cara merubah spesies liar menjadi spesies akuakultur. Salah satunya
ialah upaya untuk menjinakan ikan liar yang hidup di alam bebas agar terbiasa
pada lingkungan rumah tangga manusia baik berupa pakan maupun habitat.
Keberhasilan domestikasi suatu spesies ditentukan oleh faktor teknis dan
non-teknis, maupun aspek social dan ekonomi masyarakat sekitarnya. Secara
teknis domestikasi yang dilakukan harus mempertimbangkan lokasi yang tepat
dimana domestikasi itu direncanakan; teknologi yang dipakai untuk usaha
domestikasi, fasilitas yang diperlukan, sumberdaya manusia; ketersediaan modal
usaha; aspek biologis (kebiasaan makan; pertumbuhan; dan lain-lain).
Melalui usaha domestikasi diharapkan ikan dapat beradaptasi pada
lingkungan yang terkontrol dan dapat menerima pakan yang diberikan serta dapat
bertahan hidup pada kepadatan yang tinggi dan tahan terhadap penanganan.
Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungan
sekitarnya yang memperlihatkan perubahan sistem metabolism dalam tubuhnya.
Hewan memiliki toleransi dan resistensi pada kisaran tertentu dari variasi
lingkungan. Ikan akan berusaha untuk membuat keadaan stabil sebagai akibat
adanya perubahan variable lingkungan,
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan adaptasi?
2. Apa saja jenis-jenis dari adaptasi pada ikan?
3. Faktor apa yang perlu diperhatikan pada proses adaptasi?
4. Sarana apa yang diperlukan untuk proses adaptasi?

1
2

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana proses adaptasi pada ikan yang baik dan
benar
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang memengaruhi proses adaptasi pada
ik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori Adaptasi


Adaptasi organisme merupakan kunci kritis keberlangsungan hidup
organisme tersebut. Keberhasilan dalam beradaptasi menentukan keberhasilan
dalam meneruskan kelangsungan hidupnya. Dalam rangka menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, hewan memilikitoleransi dan resistensi pada kisaran
tertentu dari variasi lingkungan. Kemampuan mentolerir variable lingkungan ini
erat kaitannya dengan faktor genetik dan sejarah hidup sebelumnya. Kisaran
ekstrim dari variable lingkunganyang menyebabkan kematian bagi organisme
disebut zone lethal. Kisaran intermedier dimana suatu organisme masih dapat
hidup disebut zone toleransi.Namun demikian posisi dari zone-zone tersebut dapat
berubah selama hidup suatu organisme.
Menurut Kantun (2009), bahwa konsep dasar teori adaptasi muncul dari dunia
biologi, dimana ada 2 hal penting yaitu evolusi genetik, yang berfokus pada
umpan balik dari interaksi lingkungan, dan adaptasi biologi yang berfokus pada
perilaku dari organisme selama masa hidupnya. Organisme tersebut berusaha
menguasai faktor lingkungan, tidak hanya faktor umpan balik lingkungan, tetapi
juga proses kognitif dan level gerak yang terus-menerus.
2.2 Tahapan Adaptasi
Adaptasi juga merupakan suatu kunci konsep dalam 2 versi dari teori
sistem,baik secara biological, perilaku, dan sosial yang dikemukakan oleh John
Bennet, Sedangkan Roy Ellen membagi tahapan adaptasi dalam 4 tipe, yaitu
a. Tahapan phylogenetic yang bekerja melalui adaptasi genetik individu
lewat seleksi alam,
b. Modifikasi fisik dari phenotype/ciri-ciri fisik,
c. Proses belajar, dan
d. Modifikasi kultur

3
4

Ikan akan melakukan mekanisme homeostasi yaitu dengan berusaha untuk


membuat keadaan stabil sebagai akibat adanya perubahan variabel
lingkungan. Mekanisme homeostasis ini terjadi pada tingkat sel yaitu dengan
pengaturan metabolisme sel, pengontrolan permeabilitas membran sel dan
pembuangan sisa metabolisme.Suhu ekstrim, perbedaan osmotik yang tinggi,
racun, infeksi dan atau stimulasi sosial dapat menyebabkan stress pada ikan. Jika
terjadi stress, maka ikan akan merespon dengan cara:
1. Penurunan volume darah
2. Penurunan jumlah leucosit
3. Penurunan glikogen hati
4. Peningkatan glukosa darah
5. Menyusutnya diameter lambung
6. Menipisnya lapisar mukos
Ikan teleostei yang hidup di air tawar umumnya memiliki gelembung
renang, kecuali beberapa jenis ikan yang hidup di dasar. Ikan-ikan yang hidupdi
dasar tidak memiliki gelembung renang karena mereka harus memerlukanberat
tambahan agar bisa menetap di dasar perairan. Sementara ikan-ikanpelagis yang
berenang aktif umumnya dilengkapi gelembung renang, sehinggadapat
menghemat energi yang diperlukan untuk mengatur daya apung.
Tekanan hidrostatik yang tinggi mempengaruhi kemampuan ikan
dalammelakukan reaksi-reaksi fisiologis yang diperlukan untuk membangun
kerangkayang kuat. Sehingga ikan yang hidup di daerah dengan tekanan
hidrostatiktinggi seperti di laut dalam memiliki kerangka yang lunak. Gelembung
renang (gass bladder) pada umumnya tidak dimiliki oleh ikan-ikan yang hidup
pada kedalaman lebih dari 1000 m, sebagai gantinya ikan-ikan ini umumnya
memilikiorgan yang mampu menghasilkan cahaya (Bond, 1979). Tekanan air
dapat mempengaruhi kelarutan gas dalam darah. Sehingga organisme yang hidup
di perairandengan tekanan hidrostatik yang tinggi akan mengalami hambatan
dalammencukupi kebutuhan oksigennya.
5

2.2.1 Adaptasi Fisiologi


Adaptasi fisiologi merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup
terhadap lingkungan sekitarnya yang memperlihatkan perubahan sistem
metabolisme dalam tubuhnya.

Gambar 1. Perbedaan Adaptasi Ikan Air Tawar dan Air Laut

2.2.2 Adaptasi Morfologi


Sedikitnya ada tiga kecenderungan adaptasi morfologi ikan-ikan laut
dalam, terutama kelompok gass bladders (ikan yang mempunyai gelembung
renang), yaitu:
1. Bertambahnya panjang rete mirabile yang merupakan tempat sekresi
gas,dimana sekresi gas akan berlangsung lebih efektif jika permukaan rete
mirabile semakin luas. Sebagai contoh, ikan-ikan yang hidup pada
zonaephipelagic biasanya memiliki panjang rete mirabile kurang dari 1
mm, ikanbagian atas mesopelagic 1-2 mm, ikan pada bagian bawah
mesopelagic 3-7 mm dan ikan-ikan pada zona bathypelagic memiliki
panjang rete mirabile 15-20 mm. Dengan demikian ada kecenderungan
bahwa rete mirabile ikan akan semakin panjang sesuai dengan
bertambahnya kedalaman (Hoar dan Randall, 1970).
2. Ikan-ikan yang hidup dengan kedalaman yang konstan (tidak
melakukanmigrasi vertikal) pada zona bathypelagic tidak memiliki gass
bladder, otot-otot dan kerangkanya menjadi lebih kecil sehingga dapat
6

mengurangi bobot tubuh. Sementara ikan-ikan yang hidup dekat


permukaan air dan ikan yangmelakukan migrasi secara vertikal pada zona
mesopelagic biasanya masihmemiliki gass bladder. Ikan yang melakukan
migrasi vertikal secara cepatdan berulang harus mampu melakukan
absorpsi dan sekresi gas dalam gass bladder secara cepat untuk
mengimbangi perubahan tekanan hidrostatikyang drastis.
3. Hiu benthic seperti Centrocymmus dan Etmopterus tidak memiliki gass
bladder, tetapi memiliki hati berukuran besar yang mencapai 25%
daribobot total tubuhnya. Beberapa ordo Protacanthopterygii,
Stenopterygii, Cyclosquamata dan Scopelomorpha memiliki katup yang
terletah diantara gass bladder dengan lambung dan berguna untuk menjaga
agar gas tidakdapat keluar melalui mulut.

2.3 Adaptasi Ikan Laut Dan Ikan Tawar


Perbedaan Adaptasi Ikan Air Laut dan Ikan Air Tawar Adaptasi Morfologi
merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup yang memperlihatkan
perubahan bentuk dan struktur tubuh.
Ciri adaptasi hewan air :
1. Tubuhnya berbentuk torpedo (stream line).
2. Permukaan tubuh licin karena berlendir
3. Anggota gerak tubuh berupa sirip.
Cara beradaptasi ikan yang hidup di air tawar berbeda dengan ikan yang
hidup di air laut. Ikan air laut minum terus menerus air, hal ini karena penguapan
air dilakukan dengan osmosis, urin yang dikeluarkan juga sedikit dan garam-
garam dieksresikan secara aktif melalui insang. Sementara pada ikan air tawar
Ikan tidak pernah minum air, pengambilan air dengan osmosi, mengeluarkan
banyak urine dan garam garam diabsorbsi melalui insang.
2.3.1 Adaptasi Ikan Terhadap Salinitas
Air laut mempunyai kadar garam yang lebih tinggi daripada air tawar. Ikan
yang hidup di air laut dan air tawar masing - masing memiliki cara adaptasi yang
khusus. Ikan air laut tidak dapat bertahan hidup, jika dipindahkan ke air tawar,
demikian pula sebaliknya.
7

Ikan air laut mempunyai cairan tubuh berkadar garam lebih rendah
dibandingkan kadar garam di lingkungannya. Ikan tersebut beradaptasi dengan
cara selalu minum dan mengeluarkan urine sangat sedikit. Hal itu bertujuan untuk
menjaga jumlah cairan yang berada di sel - sel tubuhnya. Garam yang masuk
bersama air akan dikeluarkan secara aktif melalui insang. Tekanan osmosis sel -
sel tubuh ikan air tawar lebih tinggi dibandingkan tekanan osmosis air di
lingkungannya, karena kadar garam sel tubuh ikan air tawar lebih tinggi daripada
kadar garam air lingkungannya. Menurut hukum osmosis, larutan akan berpindah
dari yang bertekanan osmosis rendah ke larutan yang bertekanan osmosis tinggi.
Dengan demikian banyak air yang masuk ke tubuh ikan melalui sel - sel tubuh
ikan. Untuk menjaga agar cairan tubuhnya tetap seimbang, ikan tersebut
beradaptasi dengan cara sedikit minum dan mengeluarkan banyak urine.
Tekanan osmosis di dalam sel - sel tubuh ikan air tawar jauh lebih rendah
dibanding tekanan osmosis lingkungan air laut. Akibatnya, apabila ikan air tawar
dimasukkan ke air laut, bentuk adaptasi awalnya adalah minum air sebanyak -
banyaknya agar cairan di dalam sel - sel tubuh yang keluar secara osmosis ke
lingkungan dapat teratasi. Namun hal ini akan sulit terus dilakukan karena apabila
tekanan osmosis cairan di dalam sel - sel tubuh terlalu rendah sel - sel tubuh akan
mengerut sehingga ikan air tawar tersebut mati.
BAB III
STUDI KASUS (REVIEW JURNAL)

3.1 Jurnal 1
Judul : Phenotypic Platisity Kunci Sukses Adaptasi Ikan Migrasi: Studi
Kasus Ikan Sidat (Anguilla sp)
Penulis : Melta Rini Fahmi
Tahun : 2010
Jurnal : Prosiding Forum Inovasi teknologi Akuakultur, 9-17
3.1.1 Review
Migrasi atau danau dalam dunia perikanan lebih dikenal juga dengan
istilah ruaya merupakan pergerakan suatu spesies pada stadia tertentu dalam
jumlah banyak ke suatu wilayah untuk bereproduksi, menemukan makanan serta
tempat yang memiliki iklim tepat untuk sintasannya. Proses fisiologi yang
berperan penting dalam kesuksesan migrasi adalah mekanisme osmoregulasi dan
metabolisme. Proses migrasi pada ikan merupa respons fisiologis terhadap input
internal maupun eksternal yang diterima. Input yang diterima oleh ikan akan
menghasilkan tanggapan atau perubahan pada perilaku dan morfologi. Perubahan
lingkungan selama proses migrasi meliputi perubahan perilaku dan morfologi.
Phenotypic plasticity adalah kemampuan suatu genotip untuk menghasilkan lebih
dari satu karakter morfologi, fisiologi, dan tingkah laku dalam merespons
perubahan lingkungan. Sehingga respons suatu gen terhadap perubahan
lingkungan bisa menggambarkab polymorphism gen tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi migrasi adalah faktor internal yang meliputi genetic atau insting,
makanan dan homing atau reporduksi, sedangkan faktor eksternal yaitu lunar,
temperature, salinitas dan arus. Migrasi terbagi menjadi migrasi vertical dan
horizontal. Migrasi horizontal lebih dikenal dengan diadromus yaitu pergerakan
ikan dari air tawar menuju air payau.

8
9

Gambar 2. Interaksi Genotip dan Lingkungan

3.2 Jurnal 2
Judul : Eksplorasi dan Aklimatisai Benih dalam Upaya Domestikasi Ikan
Mikih (Cetraeus sp)
Penulis : Jojo Subagja, Sidi Asih, Vitas Atmadi Prakoso
Jurnal : Prosiding Seminar Nasional Ikan Ke 8, 201-210
3.2.1 Review

Ikan mikih merupakan jenis endemik di daerah Muko-muko dan


populasinya sudah mulai menurun karena dampak penangkapan yang berlebih.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi dan adaptasi. Eksplorasi
dilakukan di muara Sungai Air Dikit (Bengkulu) untuk mendapatkan koleksi ikan
mikih hasil tangkapan alam. Dari hasil eksplorasi ini, diperoleh benih ikan mikih
dengan ukuran yang seragam (± 1 cm). Benih ikan mikih diadaptasikan dengan
pem-berian pakan komersial berupa pelet terapung dengan protein 30% sebanyak
5% dari bobot total dengan frekuensi tiga kali sehari. Dari hasil adaptasi selama
tiga bulan diperoleh informasi seba-gai berikut : pertambahan panjang 3,08 ± 0,3
cm, pertumbuhan bobot 2,21 ± 0,4 gram, pertam-bahan biomassa 202,7 ± 11,3
gram, laju pertumbuhan spesifik 3,15 ± 0,01 % per hari, dan sintasan sebesar 70,3
± 0,06 %. Benih ikan mikih juga mampu beradaptasi dengan pakan buatan yang
di-berikan dan tumbuh baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peluang
10

pengembangan ikan mikih dari hasil domestikasi sangat besar dan memungkinkan
untuk ke arah budi daya.

3.3 Jurnal 3
Judul : Pengaruh Substrat Dasar yang Berbeda pada Sistem Resirkulasi
terhadap Fisiologis teripang Lokal (Phyllophorus sp) selama Masa
Adaptasi
Tahun : 2014
Penulis : Tegar Putra Purnayudha, Sri Subekti dan Endang Dewi Masithah
Jurnal : Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 6 (2) : 179-185
3.3.1 Review
Masalah yang dihadapi dalam produksi teripang lokal (Phyllophorus sp.)
seiring dengan peningkatan permintaan ekspor yaitu dikhawatirkan adanya
kelangkaan stok dari alam. Kelangkaan stok akan terjadi apabila permintaan yang
tinggi tidak diimbangi dengan usaha dalam melestarikan komoditas tersebut.
Selama ini belum ada upaya untuk mengantisipasi kelangkaan stok teripang lokal
di alam. Salah satu upaya untuk mengantisipasi kelangkaan stok teripang local
(Phyllophorus sp.) yaitu dengan melakukan kegiatan pemeliharaan pada media
pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan dapat dimulai dengan pengadaptasian
teripang lokal pada media pemeliharaan buatan. Sistem resirkulasi berpeluang
untuk menjadi alternatif model budidaya, yang merupakan media pemeliharaan
dengan memanfaatkan sistem purifikasi buatan. Sistem ini memiliki keuntungan
dalam hal pemanfaatan air secara berulang serta, dapat dimanipulasi untuk kondisi
kualitas air yang dibutuhka. Model pemeliharaan yang sesuai dengan teripang
lokal yaitu model yang memiliki kemiripan dengan habitat aslinya. Perubahan
fisiologis menjadi indikator mampu tidaknya suatu organisme bertahan hidup
pada lingkungannya. Sistem budidaya resirkulasi merupakan lingkungan buatan,
sehingga perubahan fisiologis pada masa adaptasi merupakan faktor penting
dalam proses pemeliharaan. Pada penelitian ini akan dilakukan pengamatan
perubahan fisiologis teripang lokal (Phyllophorus sp.) selama masa adaptasi pada
11

model pemeliharaan sistem resirkulasi dengan menggunakan substrat yang


berbeda.
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2013 di
Laboratorium fakultas perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Alat dan
Bahan Peralatan yang digunakan pembuatan model pemeliharaan antara lain
gunting, pemanas solder, tali rafia, gergaji, pompa air dan tandon air. Untuk
pengambilan sampel teripang Phyllophorus sp. di alam digunakan perahu motor,
alat untuk mengambil teripang dan ember plastik. Pengukuran parameter kualitas
air menggunakan thermometer, DO test kit, refraktometer, ammonia test kit,
kertas pH. Bahan yang diperlukan untuk pembuatan model pemeliharaan antara
lain Phyllophorus sp., lumpur substrat hidup Phyllophorus sp. di alam, kerikil
halus diameter ukuran + 1 cm, spons filter 1,5x1,5 m2, arang, zeolit, air laut, pipa
paralon ukuran 1 inchi, wadah plastik (18 buah), bak plastik ukuran 24 liter (9
buah), stereofoam, sabun cuci, selang aerator dan pompa aerator. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
dengan tiga perlakuan. Penelitian ini membandingkan pengaruh substrat yang
berbeda terhadap fisiologis teripang lokal (Phyllophorus sp.) selama masa
adaptasi. Sebagai perlakuan adalah perbedaan substrat yaitu substrat lumpur dari
lingkungan hidup teripang, substrat kerikil halus dan tanpa substrat Perbedaan
substrat berpengaruh terhadap fisiologis teripang Phyllophorus sp., yaitu tingkah
laku, perubahan bentuk teripang serta respon terhadap lingkungan.
Pada perlakuan pemeliharaan dengan substrat lumpur menunjukkan hasil
paling baik karena hanya sedikit teripang yang menunjukkan gejala stress dengan
mengeluarkan usus dan gonadnya. Perbedaan berat badan teripang Phyllophorus
sp. berpengaruh terhadap tingkat mortalitas teripang di bak pemeliharaan.
Teripang dengan ukuran berat badan besar lebih cepat mati dari pada teripang
dengan ukuran berat kecil maupun sedang. Perlu dilakukan penelitian tentang
keterkaitan perubahan fisiologis dengan tingkat mortalitas teripang. Perlu
dilakukan uji terhadap substrat yang lebih efisien dalam mendukung kehidupan
teripang dalam media pemeliharaan buatan.
12

3.4 Jurnal 4
Judul : Domestikasi Ikan Juaro (Pangassius polyuranodon) dalam
Karamba Jaring Aung (KJA) dengan Ikan Pendamping yang
Berbeda.
Tahun : 2018
Penulis : Arjuna A.P Situmeang, Usman M Tang, dan Rusliadi
3.4.1 Review

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2017 yang
bertempat di Balai Benih Ikan Sei Tibun, Kampar. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui ikan pendamping yang tepat dalam mempercepat proses
adaptasi ikan Juaro (Pangassius polyuranodon) di dalam lingkungan terkontrol
sebagai ikan budidaya. Ikan Juaro yang digunakan berukuran 6-10 cmsebanyak 10
ekor/keramba. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari lima

taraf perlakuan dengan tiga kali ulangan. Adapun macam-macam perlakuan P0


(ikan Juaro tanpa ikan pendamping), P2 (ikan Juaro dengan 5 ekor ikan
pendamping jenis ikan Mas), P2 (ikan Juaro dengan 5 ekor ikan pendamping jenis
Ikan Patin), P3 (ikan Juaro dengan 5 ekor ikan pendamping jenis ikan Nilem), P4
(ikan Juaro dengan 5 ekor ikan pendamping jenis ikan Nila). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ikan Juaro dengan pendamping patin merupakan perlakuan
yang terbaik dengan hasil laju pertumbuhan spesifik (LPS) 1,60 %, efesiensi
pakan (EP) 14,33% dan (SR) kelulushidupan 100% dan merupakan perlakuan
yang tercepat dalam merespon pakan. Parameter kualitas air seperti suhu 26,7 –
29,10C, oksigen terlarut (DO) 4,0 - 5,9 ppm, pH 5,6 – 6,0.
13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan
sekitarnya untuk bertahan hidup. Adaptasi organisme merupakan kunci kritis
keberlangsungan hidup organisme tersebut. Keberhasilan dalam beradaptasi
menentukan keberhasilan dalam meneruskan kelangsungan hidupnya dalam
rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya

4.2 Saran
Adaptasi merupakan tahap awal yang paling penting untuk melakukan
studi budidaya ikan lebih lanjut, oleh karena itu mahasiswa harus paham dan terus
mensosialisasikan bagaimana cara melakukan adaptasi yang cocok pada ikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bond, C. E. 1979. Biology of Fishes.W. B. Saunders Company, Philadelphia

Hoar, W. S. dan D. J. Randall (Eds). 1970. Fish Physiology. Academic Press.

Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Fahmi, M. R. 2010. Phenotypic Platisity Kunci Sukses Adaptasi Ikan Migrasi:


Studi Kasus Ikan Sidat (Anguilla sp). Prosiding Forum Inovasi teknologi
Akuakultur: 9-17.

Kantun, Wayan. 2009. Adaptasi. STITEK Balik Dewa, Makasar.

Purnayudha, T. P., S, Subekti dan E. D, Masithah. 2014. Eksplorasi dan


Aklimatisai Benih dalam Upaya Domestikasi Ikan Mikih (Cetraeus sp).
Prosiding Seminar Nasional Ikan Ke 8 : 201-210.

Situmeang, A. A. P., U. M, Tang dan Rusliadi. 2018. Domestikasi Ikan Juaro


(Pangassius polyuranodon) dalam Karamba Jaring Aung (KJA) dengan
Ikan Pendamping yang Berbeda. Artikel, 12 hlm.

Subagja, J., S, Asih dan V. A, Prakoso. Pengaruh Substrat Dasar yang Berbeda
pada Sistem Resirkulasi terhadap Fisiologis teripang Lokal (Phyllophorus
sp) selama Masa Adaptasi. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 6 (2) :
179-185.

15

Anda mungkin juga menyukai