Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKOLOGI HEWAN

TENTANG
“RESPON DAN ADAPTASI HEWAN”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
INDAH JEFYSA 2130106023
PUTRI LAILA SASMITHA 2130106042
SEFNI MARLIZA 2130106052
VANNY ADRIANY 2130106059

DOSEN PENGAMPU:
DR. DWI RINI KURNIA FITRI, M.Si

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
BATUSANGKAR
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Respon dan Adaptasi
Hewan. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah ekologi hewan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambahkan wawasan
tentang resensi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Dwi Rini Kurnia Fitri. M, Si. selaku
dosen mata kuliah mikrobiologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

Batusangkar, 14 Maret 2024

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4

C. Tujuan ............................................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6

A. Respon Dasar Hewan ...................................................................................................... 6

B. Aklimitasi dan Adaptasi .................................................................................................. 9

C. Adaptasi Fisiologis.......................................................................................................... 9

D. Adaptasi Morfologis ..................................................................................................... 10

E. Respon dan Adaptasi Perilaku ...................................................................................... 11

F. Integrasi Ayat Al-Qur’an .............................................................................................. 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 14

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu adaptasi biologis adalah setiap karakteristik (morfologi atau anatomi),
fisiologis, atau perilaku struktural dari suatu organisme atau kelompok organisme (seperti
spesies) yang membuatnya lebih cocok dalam lingkungannya dan akibatnya meningkatkan
peluangnya untuk bertahan hidup dan keberhasilan reproduksi. Karena variabilitas individu
proses adaptasi ini akan lebih atau kurang berhasil. Beberapa adaptasi dapat meningkatkan
keberhasilan reproduksi dari populasi, tetapi tidak untuk individu tertentu. Pengertian
adaptasi adalah cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup
dimana mereka tinggal. Salah satu penyebab kepunahan makhluk hidup adalah
ketidakmampuan makhluk hidup untuk beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya, ketika
memindahkan seekor ikan yang diambil dari habitat aslinya ke dalam kolam ikan buatan
sendiri. Beberapa hari kemudian ikan yang dipelihara mati. Kematian ikan ini disebabkan
ikan tersebut tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Maka jelaslah bahwa makhluk hidup yang tidak beradaptasi dengan lingkungannya
akan mengalami kepunahan. Setiap jenis organisme mempunyai dan memerlukan
lingkungan untuk hidup di tempat tertentu. Lingkungan atau tempat suatu makhluk hidup
biasanya disebut dengan habitat. Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Bagi makhluk hidup yang dapat menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya, ia dapat hidup lebih lama dan individu sejenisnya (populasi)
cenderung bertambah banyak. Tetapi bagi makhluk hidup yang tidak dapat menyesuaikan
diri terhadap lingkungan akan punah. Ada bermacam-macamadaptasi makhluk hidup
terhadap lingkungannya, yaitu: adaptasi morfologi, adaptasifisiologi, dan adaptasi tingkah
laku. (Luwoma & Purwita, 2022)

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah kali ini, yaitu:
1. Menjelaskan tentang Respon dasar hewan
2. Menjelaskan tentang aklimitasi dan adaptasi
3. Menjelaskan tentang adaptasi fisiologis
4. Menjelaskan tentang adaptasi morfologis
5. Menunjukkan respon dan adaptasi perilaku

4
6. Menunjukkan ayat al-qur’an/hadist terkait materi.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah kali ini, yaitu:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Respon dasar hewan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang aklimitasi dan adaptasi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang adaptasi fisiologis
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang adaptasi morfologis
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang respon dan adaptasi perilaku
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang integrasi ayat Al-Qur’an terkait dengan
materi.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Respon Dasar Hewan
Respon hewan terhadap perubahan faktor lingkungan dianggap sebagai strategi
hewan untuk beradaptasi dan untuk kelangsungan hidupnya. Setiap hewan akan
menunjukkan strategi adaptasinya yang merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup
mereka. Lingkungan berperan sebagai kekuatan untuk menyeleksi bagi populasi yang
hidup di dalamnya. Hanya populasi yang mampu beradaptasi, baik adaptasi morfolofi,
fisiologi, maupun perilaku, akan lestari; sedangkan yang tidak mampu beradaptasi harus
pindah ke lingkungan yang sesuai dengan kebutuhannya atau jika tidak pindah, mereka
akan mati. Faktor-faktor lingkungan yang membatasi hidup organisme selanjutnya disebut
sebagai faktor pembatas, seperti suhu lingkungan, kadar garam, kelembaban, dan
sebagainya. Berdasarkan pengaruhnya terhadap kehidupan organisme, faktor pembatas
memiliki rentang, nilai minimum, nilai maksimum, dan rentang optimum.

Nilai minimum ialah nilai terendah suatu organisme dapat hidup, di bawah nilai
tersebut organisme akan mati. Nilai maksimum ialah nilai tertinggi suatu faktor pembatas,
di atas nilai tersebut, organisme akan mati. Rentang optimum ialah rentang suatu nilai
faktor pembatas dimana organisme dapat hidup secara optimal dalam arti semua proses
fisiologi tubuhnya berjalan secara optimal sehingga organisme dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Sebagai contohnya, spesies hewan memiliki rentang hidup
pada suhu 10-250 C. Suhu 10o C merupakan suhu minimum atau terendah spesies B masih
dapat hidup. Suhu 250 C merupakan suhu maksimum atau tertinggi spesies B masih dapat
hidup. Suhu optimal berada pada kisaran antara rentang 10-250 C, misalnya pada rentang
suhu 17-200 C.(Sumarto & Koneri, 2017, 12-13)

Respon pertama kali organisme terhadap perubahan lingkungan ialah ekofisiologi


dan bisa sangat berbeda pada setiap jenis organisme. Pada hewan berdarah dingin
(poikiloterm), penurunan atau peningkatan suhu udara akan diikuti dengan penurunan atau
peningkatan laju metabolisme tubuhnya. Sebaliknya pada hewan berdarah panas
(homeoterm), penurunan suhu udara justru akan meningkatkan laju metabolisme tubuh
untuk mempertahankan suhu tubuh

Kendeigh (1969) menglasifikasikan respon menjadi beberapa macam, yang mana


yaitu :

6
1. Semu (masking): modifikasi pengaruh suatu faktor oleh faktor lainnya. Sebagai
contoh RH (relatif humidity atau kelembaban relatif) yang rendah meningkatkan
laju evaporasi permukaan tubuh, sehingga hewan berdarah panas mampu bertahan
pada iklim yang sangat hangat.
2. Letal (lethal): faktor lingkungan menyebabkan kematian, seperti misalnya suhu
yang terlalu panas atau terlalu dingin.
3. Berarah (directive): faktor lingkungan menyebabkan orientasi tertentu, misalnya
burung-burung di kutub utara bermigrasi ke arah selatan pada saat musim dingin
dan kembali ke utara pada saat musim semi atau panas untuk berbiak.
4. Pengontrolan (controlling): faktor tertentu dapat mempengaruhi laju suatu proses
fisiologi tanpa masuk ke reaksi. Sebagai contoh, suhu lingkungan dapat
berpengaruh besar terhadap metabolisme, sekresi, dan lokomosi hewan.
5. Defisien (deficient): defisiensi suatu faktor lingkungan pada habitat tertentu dapat
mempengaruhi aktivitas atau metabolisme hewan. Sebagai contohnya jika oksigen
ada atau tidak ada pada tekanan rendah akan membatasi aktivitas hewan.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, semua organisme hidup pada rentang faktor-
faktor lingkungan sehingga faktor tersebut merupakan pembatas bagi kehidupan
organisme.

Satu organisme hanya dapat hidup pada kisaran suhu yang sempit misalnya,
sementara organisme lainnya dapat hidup pada kisaran suhu yang lebih lebar. Di luar
kisaran suhu tertentu, suatu organisme tidak dapat hidup atau hidup dengan fungsi
tubuh yang tidak optimal. Istilah lainnya untuk menyatakan rentang/kisaran suatu
faktor pembatas lingkungan ialah toleransi pada kisaran faktor tertentu. Spesies yang
memiliki toleransi sempit untuk suatu faktor pembatas disebut spesies steno, sedangkan
yang memiliki toleransi yang lebar disebut spesies eury. Spesies steno sering digunakan
sebagai spesies indikator atau spesies penunjuk untuk kepentingan tertentu, misalnya
terdapatnya polutan tertentu dalam perairan, atau mutu suatu lingkungan perairan.
(Sumarto & Koneri, 2017,14-16 )

Batas toleransi bawah dan atas merupakan titik atau tingkatan intensitas suatu
faktor lingkungan yang hanya 50% organisme bertahan (LD50). Setiap spesies
memiliki batas toleransi yang berbeda untuk suatu faktor lingkungan, misalnya suhu
dan penentuan titik batas ini tidaklah mudah. Awalan steno berarti bahwa individu atau
populasi suatu spesies memiliki rentang atau kisaran toleransi yang sempit, sementara

7
awalan eury merujuk pada yang memiliki kisaran toleransi yang lebar. Oleh karena itu,
istilah stenotermal atau eurytermal merujuk pada suhu sebagai faktor lingkungan.
(Sumarto & Koneri, 2017, 16-17 )

Selama periode ontogeny pada hewan dikenal tiga macam respon dasar yaitu
respon pengaturan, respon penyesuaian, dan respon perkembangan. Mekanisme ketiga
respon itu berdasarkan sistem umpan balik negatif. Agar mekanisme itu berhasil maka
respon yang dihasilkan harus sesuai besarnya, waktu tepat dan berlangsung cukup
cepat.

1. Respon Reversibel
Tipe respon dasar hewan yang reversible dan paling sederhana adalah
respon pengaturan (regulatori). Rspon fisiologi terjadi sangat cepat (refleks).
Contoh: perubahan pupil mata terhadap intensitas cahaya Tipe respon lain yang
bersifat reversible adalah respon penyesuaian (aklimatori), berlangsung lebih
lama dari respon regulatori karena proses yang fisiologi yang melandasinya
melibatkan perubahan struktur dan morfologi hewan. Contoh: di lingkuan
bertekanan parsial oksigen rendah, terjadi proliferasi dan pengingkatkan jumlah
eritrosit, tubuh terdedah pada kondisi kemarau terik, kulit mengalami
peningkatan pigmentasi. Respon aklimatori umum terdapat pada hewan
berumur panjang, yang menghadapi perubahan kondisi musiman. Reversibilitas
respon penting sekali karena tiap tahun kondisi khas musimana selalu berulang
Respon Tak-reversibel.
2. Tipe respon tak-reversibel
Selama ontogeny adalah respon perkembangan. Respon berlangsung
lama karena melibatkan banya proses yang menghasilkan. perkembangan
beraneka ragam macam struktur tubuh. Hasilnya bersifat permanen dan tak
reversible. Contoh: perubahan jumlah mata facet pada Drosophila yang
dipelihara pada suhu tinggi, atau terbentuknya keturunan cacat akibat respon
perkembangan embrio terhadap senyawa teratogenik dalam
lingkungannya.(Isneani, 2016 : 17)

8
B. Aklimitasi dan Adaptasi
Aklimatisasi merujuk pada proses di mana organisme mengalami penyesuaian
terhadap perubahan lingkungan yang bersifat sementara. Organisme mengalami perubahan
fisiologis dan perilaku untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang berbeda, seperti suhu,
kelembaban, atau ketinggian yang berubah secara mendadak. Contoh: Ketika seseorang
naik ke ketinggian yang tinggi, tubuhnya harus beradaptasi dengan penurunan kadar
oksigen di udara dengan meningkatkan produksi sel darah merah. Sedangkan adaptasi
adalah proses evolusioner di mana organisme mengembangkan struktur fisik, perilaku, atau
proses fisiologis baru yang meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dan reproduksi
dalam lingkungan tertentu. Adaptasi terjadi melalui seleksi alam, di mana organisme
dengan fitur yang lebih cocok untuk lingkungan mereka cenderung lebih mungkin untuk
bertahan hidup dan berkembang biak. Contoh: Kura-kura galapagos memiliki leher panjang
yang memungkinkannya mencapai daun di pohon yang tinggi, mengadaptasikan diri
terhadap kekurangan sumber makanan di daratan. Jadi, aklimatisasi terjadi dalam waktu
singkat dan melibatkan penyesuaian sementara terhadap lingkungan, sementara adaptasi
adalah hasil dari proses evolusioner yang melibatkan perubahan permanen dalam
organisme untuk meningkatkan kelangsungan hidup mereka dalam jangka Panjang
(Augusta, 2012)

C. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah perubahan dalam fungsi fisiologis organisme sebagai
respons terhadap perubahan lingkungan eksternal atau internal yang dapat memengaruhi
kelangsungan hidup. Proses ini terjadi di berbagai tingkat organisasi biologis, mulai dari
tingkat sel hingga organisme keseluruhan

1. Tingkat Sel Pada tingkat sel, adaptasi fisiologis dapat terjadi melalui perubahan
ekspresi gen, produksi enzim, atau modifikasi struktur membran sel. Misalnya, sel-
sel pada tanaman gurun dapat mengalami perubahan dalam struktur membran
mereka untuk mengurangi kehilangan air.
2. Tingkat Jaringan Beberapa jaringan dalam tubuh dapat beradaptasi untuk
meningkatkan kinerjanya dalam kondisi tertentu. Contohnya adalah otot yang dapat
beradaptasi dengan latihan fisik yang teratur, meningkatkan kapasitas aerobik dan
kekuatan.
3. Tingkat Organ Organisme dapat mengalami adaptasi pada tingkat organ untuk
meningkatkan kinerja fungsi tertentu. Sebagai contoh, paru-paru hewan yang

9
tinggal di ketinggian tinggi dapat berkembang lebih besar untuk meningkatkan
penyerapan oksigen dari udara yang lebih tipis.
4. Tingkat Sistem Sistem-sistem tubuh, seperti sistem pernapasan atau sistem
kardiovaskular, dapat beradaptasi untuk meningkatkan efisiensi fungsinya. Pada
orang yang berolahraga secara teratur, sistem kardiovaskular mungkin mengalami
peningkatan kapasitas untuk mengirimkan oksigen ke jaringan tubuh.
5. Tingkat Organisme Keseluruhan Organisme secara keseluruhan dapat mengalami
adaptasi fisiologis untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang berubah. Misalnya,
hewan hibernasi mengalami penurunan suhu tubuh dan laju metabolisme untuk
menghemat energi selama periode ketika sumber makanan tidak tersedia.

Adaptasi fisiologis dapat bersifat sementara atau permanen, tergantung pada


seberapa lama organisme terpapar pada kondisi lingkungan yang memicu adaptasi tersebut.
Keseluruhan, adaptasi fisiologis adalah strategi yang digunakan oleh organisme untuk
mempertahankan homeostasis dan meningkatkan kemungkinan kelangsungan hidup
mereka dalam lingkungan yang bervariasi.(Burhani et al., 2022)

D. Adaptasi Morfologis
Adaptasi morfologis adalah proses di mana organisme mengembangkan fitur fisik
dan struktural yang memungkinkan mereka bertahan dan berkembang biak di lingkungan
tertentu. Adaptasi morfologis dapat terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari organisme
keseluruhan hingga struktur spesifik di dalam tubuh mereka.

Contoh adaptasi morfologis adalah sebagai berikut:

1. Pergelangan kaki yang lebar pada kaki kuda Kuda memiliki pergumulan kaki yang
lebar dan kokoh untuk mendukung berat badan mereka saat berlari atau berjalan di
berbagai medan. Adaptasi ini membantu kuda untuk bergerak dengan stabil dan
efisien di lingkungan yang berbeda.
2. Pelu bawah putih pada serigala Arktik Serigala Arktik memiliki lapisan bulu tebal
berwarna putih di bagian bawah tubuh mereka. Adaptasi ini membantu mereka
untuk menyembunyikan diri di salju dan es, serta mempertahankan suhu tubuh yang
optimal di lingkungan yang ekstrem.
3. Paruh panjang pada burung pemakan nektar Burung pemakan nektar seperti kolibri
memiliki paruh yang panjang dan ramping untuk mencapai sumber makanan

10
mereka yang terletak di dalam bunga. Paruh yang panjang ini merupakan adaptasi
khusus yang memungkinkan burung tersebut memperoleh nutrisi yang dibutuhkan.
4. Akar penyerap air yang dalam pada tumbuhan gurun Tumbuhan yang hidup di
lingkungan gurun memiliki akar yang panjang dan dapat menjangkau kedalaman
tanah yang lebih dalam untuk mencari air. Adaptasi ini membantu tumbuhan untuk
bertahan hidup di lingkungan kering dengan pasokan air yang terbatas.
Adaptasi morfologis sangat penting bagi kelangsungan hidup spesies di
lingkungan mereka. Dengan mengembangkan fitur fisik yang sesuai dengan tuntutan
lingkungan, organisme dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mencari
makanan, menghindari pemangsa, dan bereproduksi. Melalui proses adaptasi
morfologis, organisme dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan
meningkatkan peluang kelangsungan hidup mereka dalam jangka panjang.(Sandika,
2021)

E. Respon dan Adaptasi Perilaku


Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap kondisi dan
sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan reseptor dan
efektor serta koordinasi saraf dan hormon. Jenis efektor yang paling berperan adalah otot-
otot tubuh. Perilaku pada hewan rendah seluruhnya ditentukan secara genetic, bersifat khas,
terjadi secara otomatis. Pada hewan tinggi banyak mengandung komponen yang tidak
bersifat herediter, melainkan proses belajar yang dipengaruhi faktor lingkungan.

Pada Invertebrata berupa taksis atau refleks, pada serangga berupa instink dan pada
manusia ditentukan oleh komponen belajar dan menalar.

1. Taksis
Taksis adalah berbagai perilaku Invertebrata dan Vertebrata rendah, berupa
gerakan di tempat maupun berpindah tempat dengan jalan berkerut, meregang,
membelokkan tubuh dan sebagainya. Stimulus dapat berupa cahaya (foto-), suhu
(termo-), sentuhan (tigmo-), arus air (reo-) dan sebagainya. Respon perilaku hewan
mobil yang berupa gerakan yang terorientasi langsung pada sumber stimulus dan
meliputi gerakan berpindah tempat disebut taksis.
Misal termotaksis negative atau tigmotaksis positif. Hewan Invertebrata sesil
juga perilakunya terorientasi langsung pada sumber stimulus, hanya
memeperlihatkan gerakan seluruh atau sebagian tubuhnya tanpa berpindah tempat

11
disebut tropisme. Misal Respon kemotropi negative Hydra terhadap larutan asam
(tentakel dan tubuh mengkerut). Kinesis merupakan gerakan yang tidak terorientasi
langsung pada sumber stimulus dan dicapainya situasi akhir terjadi melalui gerakan
coba-coba. Misal Jenis Protozoa berpindah tempat karena respon kemikinesis
negative.
2. Refleks
Refleks sejumlah gerakan atau perilaku hewan umumnya berlangsung secara
refleks, meskipun frekuensinya berkurang pada hewan tinggi. Refleks merupakan
gerakan otomatis yang terjadi aakibat beroperasinya mekanisme reseptor
sederhana, dn proporsional terhadap besarnya stimulus. Pada hewan rendah,
berbagai aktivitas penting terjadi sebagai seurutan refleks-refleks. Misal pada lalat.
Refleks merupakan salah satu komponen dasar dari perilaku yang mempunyai nilai
kesintasan. Refleks akan menjauhkan hewan dari kondisi membahayakan dan
memanfaatkan sumber daya lingkungannya.
3. Perilaku Naluriah Naluri (instink)
instink dalam arti perilaku atau landasan pendorong yang merupakan terjadinya
perilaku itu. Perilaku naluriah didefinisikan sebagai suatu perilaku yang rumit, khas
spesies, testerotipe, herediter dan terjadi otomatis oleh induksi stimulus kunci atau
stimulus syarat. Respon ini bersifat tidak proporsional dengan intensitas stimulus.
Instink memerlukan mekanisme saraf, namun yang paling utama karena timbulnya
dorongan (drive) yang timbul karena mencapai status fisiologis tertentu (motivasi)
dengan "mood" yang tepat. Bila dikombinasikan dengan stimulus sinyal yang tepat
dari lingkungan akan mewujudkan instink. Stimulus isyarat dapat berupa bentuk,
warna, suara/nyanyian, feromon, sentuhan dan sebagainya (Fadilah et al., 2020 :
50-52)

F. Integrasi Ayat Al-Qur’an


Integrasi ayat Al-Quran berhubungan dengan materi yaitu Gagak merupakan salah
satu burung yang di- sebut oleh al-Qur’an. Perilaku burung ini ha- nya dapat ditemukan
sekali pada kisah Qabil dan Habil, yaitu pada QS. Al-Ma’idah (4) : 31 yang berbunyi :

12
Artinya : “Kemudian, Allah mengirim seekor burung gagak untuk menggali
tanah supaya Dia memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana cara mengubur
mayat saudaranya. Qabil berkata, “Celakalah aku! Menga- pa aku tidak mampu
berbuat seperti burung gagak ini sehingga aku dapat mengubur mayat saudara- ku?”
Maka, jadilah dia termasuk orang-orang yang menyesal.”
Tafsiran dari ayat tersebut berbunyi : Ayat di atas menjelaskan tentang
perilaku burung gagak dan manfaatnya bagi manusia dimana pemilihan gagak sebagai
hewan yang diutus oleh Allah, bukan hewan lain mengisyaratkan dua kemungkinan
hikmah : pertama, gagak merupakan hewan yang sering diidentikkan dengan simbol
perpisahan. Kedua, salah satu kebiasaan gagak ada- lah menguburkan sesuatu. Maka,
kebiasaan ini oleh Allah dijadikan sebagai perantara untuk memberikan petunjuk
kepada Qabil. (Syahputra & Rohman, 2022, 65-67)

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapatkan pada materi Respon dan Adaptasi Hewan
yaitu sebagai berikut :
1. Respon hewan terhadap perubahan faktor lingkungan dianggap sebagai strategi hewan
untuk beradaptasi dan untuk kelangsungan hidupnya. Setiap hewan akan menunjukkan
strategi adaptasinya yang merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup mereka
2. Aklimatisasi pada proses di mana organisme mengalami penyesuaian terhadap
perubahan lingkungan yang bersifat sementara. Organisme mengalami perubahan
fisiologis dan perilaku untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang berbeda, seperti
suhu, kelembaban, atau ketinggian yang berubah secara mendadak
3. Adaptasi fisiologis adalah perubahan dalam fungsi fisiologis organisme sebagai
respons terhadap perubahan lingkungan eksternal atau internal yang dapat
memengaruhi kelangsungan hidup
4. Adaptasi morfologis adalah proses di mana organisme mengembangkan fitur fisik dan
struktural yang memungkinkan mereka bertahan dan berkembang biak di lingkungan
tertentu
5. Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap kondisi dan sumber
daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan reseptor dan efektor
serta koordinasi saraf dan hormon

14
DAFTAR PUSTAKA
Augusta, T. S. (2012). Aklimatisasi Benih Ikan Nila (Oreochromis spp) dengan Pencampuran
Air Gambut. Ilmu Hewani Tropika, 1(2), 78–82.
Burhani, R., Diniarti, N., & Lestari, D. P. (2022). PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG
RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis niloticus). Journal of
Fish Nutrition, 2(1), 1–12. https://doi.org/10.29303/jfn.v2i1.677
Fadilah, M., Riandi, R., Permanasari, A., & Maryani, E. (2020). Changes of bird behavior in
response to magnetic fields anomaly before the earthquake: a review. Bioscience, 4(1),
50. https://doi.org/10.24036/0202041108355-0-00
Isneani, W. (2016). fisiologi hewan. In Revista Brasileira de Linguística Aplicada (Vol. 5,
Issue 1).
https://revistas.ufrj.br/index.php/rce/article/download/1659/1508%0Ahttp://hipatiapress.
com/hpjournals/index.php/qre/article/view/1348%5Cnhttp://www.tandfonline.com/doi/a
bs/10.1080/09500799708666915%5Cnhttps://mckinseyonsociety.com/downloads/report
s/Educa
Luwoma, sonja verra tinneke, & Purwita, S. (2022). ekologi hewan. MNC publishing.
Sandika, B. (2021). Buku Ajar Ekologi. yayasan Citra Dharma Cindekia.
Sumarto, S., & Koneri, R. (2017). Ekologi Hewan. Book Section, 19.
Syahputra, A. E. A., & Rohman, A. (2022). Karakteristik Burung dalam Perspektif Al-Qur’an
dan Sains. Kaunia : Integration and Interconnection of Islam and Science Journal,
18(2), 63–72.

15

Anda mungkin juga menyukai