Anda di halaman 1dari 34

Makalah Ekologi Hewan

Jenis-Jenis Respon Dan Adaptasi


Dosen Pengampu: Rizky Ahadi, M. Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 2:

1. Dinda Nurkhofifah (1702070135)


2. Fillah Attaqi. ZA (170207018)
3. Mhd Azlan Arjudin (1702070146)
4. Nuri Mayani (1702070137)
5. Siti Zayyana Ulfah (170207012)
6. Sulhan (170207013)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERIAR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini dengan judul Jenis-Jenis Respon dan Adaptasi. Makalah ini secara

khusus disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodelogi penelitian pada

Semester IV tahun 2020.

Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan kali ini kami menyampaikan terimakasih pada

seluruh pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Kami menyadari

bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan dan kesalahan yang terdapat pada

makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun kami

harapkan dapat disampaikan kepada kami.

Banda Aceh, 3 Maret 2020

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Respon Pada Hewan.............................................................................4


B. Jenis-Jenis Respon Dan Karakteristik Pada Hewan..............................7
C. Adaptasi Hewan Dan Karakteristik Adaptasi Pada Hewan................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................29

B. Saran.................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................30

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari hubungan timbal

balik atau interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Lingkungan adalah

semua unsur dan elemen-elemen yang beradap diluar makhluk hidup yang

mempengaruhi kehidupan organisme tersebut. Ekologi juga dapat diartikan

sebagai keadaan baik buruknya lingkungan abiotik yang nantinya akan

mempengaruhi lingkungan biotik.

Pengkajian perilaku merupakan ilmu yang relatif baru, dan cenderung lebih

deskriptif serta tidak begitu menyakinkan secara analitis dari pada cabang-cabang

lain. Salah satu bahaya menganalisis pola-pola aktivitas hewan lain adalah

kecenderungan seorang peneliti untuk menyamakan aksi-aksi yang mirip dengan

moptif, keinginan, dan tujuan manusia. Hal ini terutama krusial dalam hal tujuan,

di mana kita samasekali tak punya kemampuan untuk menentukan apa yang

sebenarnya diinginkan hewan ketika menjalani serangkaian aktivitas.intensitas

dari dalam yang mendorong hewan untuk melakukan sesuatu, adapun sifatnya

disebut dorongan (drive). Etologi, pengkajian perbandingan prilaku dari prespektif

evolusioner, sering kali berkaitan dengan tingkah laku. Tingkah laku itu

didominasi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor yang ada

dilingkungan. Tingkah laku ini sering kali disebut insting.

Hewan memiliki ciri yang membuat mereka berbeda, hewan mempunyai

daya gerak, tanggap terhadap ransang eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu,

memerlukan makanan dalam bentuk kompleks dan jaringan tubuhnya lunak.

1
Setiap induvidu, baik pada hewan yang uniseluler maupun pada hewan yang

multiseluler, merupakan hewan suatu unit. Hewan itu berorganisasi, berarti setiap

bagian dari tubuhnya merupakan subordinate dari induvidu sebagai keseluruhan,

baik sebagai bagian satu sel maupun seluruh sel. Perilaku dapat terjadi sebagai

akibat suatu stimulus dari luar. Respon diperlukan untuk mendeteksi stimulus itu,

syarat diperlukan untuk mengkoordinasikan respon dan efektor itulah yang

sebenarnya melakukan aksi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang disebut respon pada hewan?

2. Apa saja jenis-jenis respon pada hewan dan karakteristik respon pada

hewan?

3. Apa yang disebut adaptasi hewan dan karakteristik adaptasi pada hewan?

C. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengatahui apa itu respon pada hewan

2. Untuk mengetahui jenis-jenis respon dan karakteristik pada hewan.

3. Untuk mengetahui adaptasi hewan dan karakteristik adaptasi pada hewan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Respon hewan

A. Pengertian Respon

Interaksi hewan dan lingkungannya menunjukan adanya hubungan timbal

balik antara hewan dengan lingkungannya. Interkasi hewan terhadap kondisi dan

perubahan lingkungannya di nyatakan sebagai respon hewan terhadap

lingkungannya. Respon hewan terhadap lingkungan dapat berupa perubahan

fisik, fisiologis dan tingkah laku. Respon hewan terhadap kondisi dan perubahan

lingkungan ada yang bersifat reaktif, artinya respon itu terbentuk dan berlaku

pada saat pengaruh kondisi dan perubahan lingkungan berlaku. Misalnya ayam

mencari tempat yang teduh ketika hujan turun. Respon-respon seperti itu

merupakan respon untuk semua anggota spesies. Respon itu merupakan

perubahan pada hewan yang bersifat reaktif terhadap lingkungannya.

Respon hewan terhadap perubahan faktor lingkungan dianggap sebagai

strategi hewan untuk beradaptasi dan untuk keberlangsungan hidupnya. Setiap

3
hewan akan menunjukan strategi adaptasinya yang merupakan faktor penting bagi

keberlangsungan hidup mereka. Lingkungan berperan sebagai kekuatan untuk

menyeleksi bagi populasi yang hidup didalamnya. Hanya populasi yang mampu

beradaptasi, baik adaptasi morfologi, fisiologi, maupun perilaku ; sedangkan yang

tidak mampu beradaptasi harus berpindah kelingkungan yang sesuai dengan

kebutuhannya atau jika tidak pindah, mereka akan mati. Faktor-faktor lingkungan

yang membatasi hidup organisme selanjutnya disebut sebagai faktor pembatas,

seperti suhu lingkungan, kadar garam, kelembapan dan sebaginya. Berdasarkan

pengaruhnya terhadap kehidupan organisme, faktor pembatas memiliki rentang-

rentang, nilai minimum, nilai maksimum, dan rentang optimum.

Nilai minimum ialah nilai terendah suatu organisme dapat hidup, dibawah

nilai tersebut organisme akan mati. Nilai maksimum ialah nilai tertinggi suatu

faktor pembatas, diatas nilai tersebut organisme akan mati, rentang optimum ialah

rentang suatu nilai faktor pembatas dimana organisme dapat hidup secara optimal

dalam arti semua proses fisiologi tubuhnya berjalan secara optimal sehingga

organisme dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Sebagai contoh, spesies

hewan B memiliki rentang hidup pada suhu 10-25 oc suhu 10oc merupakan suhu

minimum atau terendah spesies B masih dapat hidup. Suhu 25 oc merupakan suhu

maksimum atau tertinggi spesies B masih dapat hidup. Suhu optimal berada pada

kisaran antara rentang 10-25oc, minsalnya pada rentang suhu 17-20oc.

Respon pertama kali organisme terhadap perubahan lingkungan ialah

ekofisiologi dan bisa sangat berbeda pada setiap jenis organisme. Pada hewan

berdarah dingnin, poikiloteerm penurunan atau peningkatan suhu udara akan

4
diikuti dengan penurunan atau peningkatan laju metabolisme tubuhnya.

Sebaliknya pada hewan berdarah panas homoikiloteerm, penurunan suhu udara

justru akan meningkatkan laju metabolisme tubuh untuk mempertahankan suhu

tubuh. Klasifikasi respon dibagi menjadi 5 macam yaitu: semu (masking), lettal

(lethal), berarah (directive), pengontrolan (controling), dan devisien (devicien)

 Semu (masking) yaitu modifikasi pengaruh suatu faktor oleh faktor lainya.

Sebagai contoh RH (relatif umydity atau kelembapan relatif) yang rendah

meningkatkan laju evaporasi permukaan tubuh, sehingga hewan berdarah

panas mampu bertahan pada iklim yang sangat hangat.

 Letal yaitu faktor lingkungan menyebabkan kematian, seperti, suhu yang

terlalu panas atau terlalu dingin.

 Berarah (directive) yaitu faktor lingkungan menyebabkan orientasi tertentu,

minsalnya burung-burung di kutub utara bermigrasi ke arah selatan pada

saat musim dingin dan kembali ke utara pada saat musim semi atau panas

untuk berkembangbiak.

 Pengontrolan (controlling) yaitu faktor tertentu dapat mempengaruhi laju

suatu proses fisisologi tanpa masuk ke reaksi. Sebagai contoh, suhu

lingkungan dapat berpengaruh besar terhadap metabolisme, sekresi, dan

lokomosi hewan.

 Devisien (devisient) yaitu divisiensi suatu faktor lingkungan pada habitat

tertentu dapat mempengaruhi aktivitas atau metabolisme hewan. Sebagai

5
contohnya jika oksigen ada atau tidak ada pada tekanan rendah akan

membatasi aktivitas hewan. 1

Pada saat gerhana matahari terjadi perbedaan respon pada tiga jenis hewan

reptil yaitu, kura-kura, ular dan biawak. Ular dan biawak cenderung berdiam di

tanah, sedangkan kura-kura berkubang di air. Biawak memilki pergerakan kaki

dan berpindah tempat dibandingkan ular karena tidak memiliki kaki, maupun

kura-kura karena cenderung memilih berkubang. Perilaku grooming ditunjukkan

biawak dan kura-kura, namun perbedaannya perilaku kura-kura dibandingkan

dengan perilaku biawak adalah perilaku kura-kura dalam bentuk kelompok

dengan mendorong dan saling bersentuhan dengan sesama.

Respon setiap individu dan jenis hewan berbeda-beda terhadap kondisi

lingkungan tersebut. Terdapat 3 jenis respons yang organisme terhadap pengaruh

lingkungan, yaitu resps yang berkaitan dngan (1) tingkat perkembangan nya dan

ketersediaan sumber alam jenuh (respon saturasi); (2) kondisi faktor lingkungan

yang optimum; dan (3) reaksi organisme terhadap faktor kondisi lingkungan

yang berbentuk sigmoid.

Respon saturasi merupakan respons hewan terhadap perkembangan

aktivitas fisiologi akan kebutuhannya menjadi stabil an selanjutnya tidak

mengadakan respon lagi karena telah jenuh. Contohnya pada pemberian pakan

terhadap populasi ikan Hering (Clupea harengus).(gambar 2.2.a). Respon

optimum merupakan respons hewan terhadap kondisi lingkungannya yang

optimum. Contohnya pada pengaruh aklimatisasi suhu air (dingin dan panas)

1
____________ Saroyo Sumarto, dan Roni Koneri, Ekologi Hewan, (Bandung : Patra
Media Grafido,2016), h.15

6
terhadap kecepatan berenang ikan mas (Carassius auratus) gambar 2.2 b.

Sedangkan respon kepadatan predator yang tergantung pada ketersediaan

mangsanya sebagai pakan (gambar 2.2.c).

Gambar 2.2.
Respon organisme faktor linkungan abiotik

Keterangan:
2.2.a. Respon pemberian makanan pada populasi ikan hering (Clupea harengus)
2.2.b. Respon kecepatan berenang ikan mas (Carassius auratus)
2.2. c Respons kepadatan predator terhadap ketersediaan pakan.
Hewan melakukan respons terhadap berbagai perubahan lingkungan

dengan berbagai cara, antara lain dengan adaptasi morfologi dan fisiologi atau

perilaku dan hubungan interaksi antar jenis. Perubahan kondisi lingkungan pada

kelompok hewan menetap (sessile) cenderung akan beradaptasi melalui melalui

perubahan bentuk morfologi atau struktur tubuh, sedangkan pada hewan

bergerak (mobile) akan beradaptasidengan melakukan perubahan perilaku.2

B. Tipe-tipe respon hewan

1) Fototaksis

2
____________ Suswanto Rasid, dkk., Ekologi Hewan, (Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2014), h.55

7
Tabel 1. Hasil pengamatan geotaksis pada pontoscolex corethurus
Pengulangan ke Waktu Arah Pergerakan
Pengulangan ke-1 Pontoscolex 1 (47 detik) Menjauh Cahaya
Pontoscolex 2 (2 menit 24 detik) Menjauh Cahaya
Pengulangan ke-2 Pontoscolex 1 (2 Menit 35 Menjauh Cahaya
Detik)
Pontoscolex 2 (1 Menit 8 Detik) Menjauh Cahaya

Dari tabel 1 didapatkan hasil bahwa Pontoscolex corethurus akan

menjauhi arah datangnya cahaya ke arah petridis yang gelap, yaitu ke arah petridis

yang tertutup kertas karbon. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan

bahwa cacing akan menjauhi cahaya. Berdasarkan literatur, Pontoscolex

corethurus akan menjauhi cahaya dan bergerak menuju tempat yang lebih gelap

dan tidak terkena cahaya, karena cacing pada habitat aslinya berada pada tempat

yang lembab dan gelap seperti pada liang tanah untuk mencari unsur hara yang

ada didalamnya. Pontoscolex corethurus menyukai lingkungan yang lembab

dengan bahan organik yang berlimpahan dan banyak kalsium yang tersedia.

Akibatnya, Pomntoscolex corethurus terdapat paling melimpah dalam tanah

berstruktur halus dan kaya bahan organik dan tidak terlalu asam. Pontoscolex

corethurus pada umumnya membuat liang dangkal dan hidup mencerna bahan

organik yang terdapat didalam.3

2) Geotaksis
Tabel 2. Hasil pengamatan geotaksis pada pontoscolex corethurus

Cacing
Sudut Kemeringan Waktu Arah
Ke
1 Menuju
30º 4 menit 46 detik
Gravitasi

50º 4 menit 13 detik Menuju

3
____________ Michael, p, Metode Penelitian Untuk Ekologi Penelitian Ladang dan
Laboratorium. Jakarta :UI Press, 1994), h.45

8
Gravitasi

Menuju
70º 12 menit 24 detik
Gravitasi

Menuju
30º 5 enit 39 detik
Gravitasi

2 Menuju
50º 4 menit 31 detik
Gravitasi

Menuju
70º 12 menit 24 detik
Gravitasi

Menuju
30º 2 menit 29 detike
Gravitasi

Menuju
3 50º 4 menit 31 detik
Gravitasi

Menuju
70º 1 menit 29 detik
Gravitasi

Menuju
30º 11 menit 3 detik
Gravitasi

Menuju
4 50º 2 menit 29 detik
Gravitasi

Menuju
70º 1 menit 12 detik
Gravitasi

Menuju
30º 2 menit 20 detik
Gravitasi

Menuju
5 50º 4 menit 52 detik
Gravitasi

Menuju
70º 48 detik
Gravitasi

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 2. Didapatkan perbedaan waktu

terhadap perbedaan sudut kemiringan. Terdapat beberapa kesalahan dalam

pengamatan waktu yang membuat hasil pengamatan tidak sesusai dengan literatur.

9
Pontoscolex corethurus seharusnya memiliki waktu yang lebih lama untuk

menuju ke bagian bawah papan pada sudut yang landai, yaitu 30, dan

membutuhkan waktu yang singkat untuk sudut yang lebih terjal, yaitu 70.

Geotaksis adalah gerak taksis yang terjadi karena adanya kemiringan suatu

tempat. Berdasarkan hasil pengamatan, cacing melakukan gerakan geotaksis

positif karena secara umum cacing tersebut selalu membuat liang dalam tanah

untuk berlindung dan didukung dengan bentuk tubuhnya yang memiliki mukus

dan bersegmen agar mudah membuat liang tanah. Cacing tanah bertubuh tanpa

kerangka yang tersusun oleh segmen segmen.4

3) Rheotaksis

Tabel 3. Hasil Pengamatan Rheotaksis pada Poecilia reticulata


Pengulanga
+ - Ia
n
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √

Dari hasil pengamatan, didapatkan hasil bahwa Poecilia reticulata termasuk

kepada jenis rhoetaksis positif kerena dapat melawan aus air. Hal ini dikarenakan

bentuk tubuhnya yang kecil sehingga dapat dapat bergerak dengan cepat (stream

line) dan dapat melawan arus. Pada air yang berisi Poecilia reticulata didalam

aquarium tersebut dimiringkan dengan cepat dan terlihat bahwa pergerakan

4
____________ Widiastuti, dan Endang L, Buku Ajar Fisiologi Hewan I. (Bandar Lampung
: Universitas Lampung:, 2002), h. 34.

10
Poecilia reticulata melawan arus air yang mengalir kebawah. Ada beberapa

Poecilia reticulata yang berada di bawah karena arus yang berbeda diatas

mengalir lebih kuat. Energi menjadi sumber kekuatan ikan untuk melawan arus

air, apabila energi ikan akan melawan arus air sudah habis, maka ikan akan pergi

ketempat yang berarus tenang untuk beristirahat dan ada juga ikan yang terbawa

arus.

Poecilia riticulata merupakan kelas pisces yang termasuk kedalam tipe

nekton, hal ini dikarnakan kemampuanya untuk melawan arus air. Ikan melakukan

rhoetaksis berguna untuk mencari sumber makanan, mencari sumber O2, dan

untuk pertahanan supaya tidak jauh dari habitatnya. Aplikasi dari rhoetaksis ini

dalam kehidupan sehari-hari yaitu berguna pada saat memancing ikan, untuk

pemasangan keramba ikan, dan berguna dalam ilmu renang. Menurut literatur

terdapat beberapa tipe pergerakan dari suatu organisme diantaranya yaitu neuston

adalah organisme yang hidup di permukaan atas atau permukaan air. Perypyton

(teritip/sesil) organisme baik tumbuhan atau hewan yang hidup menempel pada

benda lain hidup atau mati (contoh lumut dan tiram). Benthos adalah organisme

baik hewan maupun tumbuhan yang hidup didasar permukaan (kerang siput)

epibentik tanah dasar. Inbentik dalam tanah. Nekton (ikan) semua organisme yang

aktif bergerak dalam air.5

C. Adaptasi hewan

Adaptasi umumnya diartikan sebagai penyesuaian makhluk hidup

terhadap lingkungannya. Adaptasi menunjukkan kesesuaian organisme dengan

____________ Pramudiyanti, Biologi Umum, (Bandar Lampung: Universitas Lampung,


5

2009), h.78.

11
lingkungannya yang merupakan produk masa lalu. Organisme yang ada kini dapat

hidup pada lingkungannya karena kondisi lingkungan itu secara kebetulan sama

dengan kondisi lingkungan nenek moyangnya.

Sifat yang dimiliki oleh suatu populasi yang ada sekarang merupakan

sifat yang di turunkan dari generasi ke generasi. Nenek moyang dari populasi

yang bersangkutan telah berhasil mempertahankan hidup dan berkembang biak

karena memiliki sifat tersebut. Dengan kata lain, populasi yang ada sekarang

merupakan populasi yang lolos dari seleksi alam. Penjelasan ini merupakan

ringkasan dari seleksi alam yang di kemukakan oleh Darwin.

Hewan akan beradaptasi terhadap perubahan faktor lingkungan dengan cara

memodifikasi morfologi (termasuk anatomi), fisiologi tubuhnya, maupun

perilakunya. Modifikasi iniakan merubah rentang /kisaran faktor lingkungan yang

berubah tersebut. Modifikasi ini bisa secara cepat atau lambat bergantung pada

modifikasinya. Modifikasi morfologi jauh lebih lambat dibandingkan dengan

modifikasi fiologi dan perilaku, bahkan didapat melalui proses evolusi yang

memerlukan waktu jutaan tahun.6

Kemampuan hewan dan Mahluk hidup lain untuk beradaptasi di pengaruhi

oleh beberapa faktor.

1) Adaptasi ditentukan oleh sifat genetik. Di atas telah disebut bahwa

organisme yang sekarang hidup dan teradaptasi dengaan lingkungan

habitatnya adalah jenis organism yang sifat-sifatnya diwarisi dari nenek

moyangnya. Ciri-ciri habitat itu secara kebutulan sama dengan ciri-ciri

habitat di lingkungan yang dihuni oleh nenek moyang. Sifat yang


6
____________ Saroyo Sumarto, dan Roni Koneri, Ekologi Hewan, ......., h.24

12
diturunkan itu adalah sifat genetik. Sifat-sifat genetik itu memancarkan

fenotip yang sesuai dengan kondisi factor-faktor lingkunganya. Kupu

Biston bitularia yang saat ini hidup di daerah industry adalah kelompok

yang mempunyai variasi gen yang memancarkan warna hitam pada

tubuhnya, dan sifat ini menurun sehingga keturunanya tetap berwarna

hitam, meskipun kerabatnya yang hidup diluar daerah industry berwarna

terang.

2) Kemampuan adaptasi di pengaruhi oleh kemampuan berkembang biak

populasi yang anggotanya mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah

banyak lebih mampu bertahan hidup. Banyaknya anak memunculkan

banyak variasi sifat yang di timbulkan dari perkawinan antara anggota

populasi.

Makhluk hidup bisa bertahan hidup akibat perubahan lingkungan dapat

melakukan adaptasi dan lingkungan. Faktor abiotik sangat menentukan alam

sebaran dan kepadatan organisme dalam suatu daerah. Hal ini berkaitan erat

dengan masalah adaptasu dan suksesi organisme terhadap faktor-faktor

lingkungannya; bisa melalui adaptasi morfologi, fisiologi dan adaptasi perilaku

dari organisme yang berada dalam lingkungan yang ditempatinya.7

a. Adaptasi morfologi

Adaptasi morfologi ialah penyesuaian diri hewan terhadap perubahan

faktor lingkungan dengan cara memodifikasi struktur atau bentuk dan bahkan

warna bagian tubuh luar (morfologi luar) dan bagian dalam (morfologi dalam
7
____________ Ramlawati, dkk , Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran
IPA BAB VI Ekologi,(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan, 2017), h.15

13
atau anatomi). Adaptasi ini muncul sebagai respon evolusioner hewan untuk

tetap mampu bertahan dan bereproduksi.

Adaptasi morfologi merupakan Suatu jenis adaptasi menyangkut

perubahan bentuk struktur tubuhnya disesuaikan dengan lingkungan

hidupnya. Kesesuaian antara sifat-sifat organisme dengan lingkunganya

sehingga menimbulkan sifat yang bervariasi antara satu kelompok dengan

kelompok yang lain. Baik jenis organisme sama maupun berbeda telah

digeneralisasikan dalam berapa hukum ,antara lain : Hukum Bergman,

Hukum Allen, dan Hukum Gloger. Hukum Bregman menyatakan bahwa

hewan-hewan yang hidup didaerah panas mempunyai tubuh kecil, sedangkan

yang hidup didaerah dingin bertubuh besar. Rasionalnya adalah untuk

bertahan pada suhu dingin tubuh yang besar tidak cepat kehilangan panas,

sedangkan untuk bertahan pada lingkungan panas hewan yang bertubuh kecil

lebih cepat memancarkan panas. Hewan homeoterm, yaitu burung dan

mamalia yang hidup didaerah dingin mempunyai tubuh yang lebih besar dari

pada yang hidup didaerah panas. Namun hewan-hewan poikiloterm didaerah

dingin cenderung bertubuh kecil. Misalnya : pada bentuk tubuh manusia,

orang eskimo yang hidup di daerah arktik yang dingin mempunyai nisbah

luas permukaan tubuh terhaap volume tubuh yang kecil. Dengan nisbah yang

kecil itu, panas badan yang hilang dari tubuh dapat dikurangi. Sebaliknya

orang suku masai yang hidupnya didaerah yang panas di afrika mempunyai

tubuh yang tinggi langsing. Nisbah luas permukaan tubuh terhadap volume

14
tubuh yang besar. Panas badan dapat dengan mudah dilepaskan dengan

mudah dari tubuh.8

Beberapa contoh adaptasi morfologi disajikan pada bahasan berikut ini.

1) Modifikasi alat gerak (ekstremitas)

Alat gerak hewan, mengalami modifikasi bentuk sesuai fungsinya.

Sebagai contoh: tungkai pada kelelawar berubah bentuk menjadi

bentuk parasut sesuai dengan fungsinya untuk terbang; tungkai ular

mengalami kemunduran (rudimenter) untuk fungsi menyerap,

tungkai pada paus, lumba-lumba, duyung berubah menjadi model

dayung untuk berenang, tungkai cicak terbang mengalami

modifikasi untuk fungsi melayang.9

2) Modifikasi bentuk dan ukuran paruh burung

Adaptasi pada morfologi paruh burung yang disesuaikan dengan

jenis makanannya.10 Bentuk dan ukuran paruh burung

menggambarkan bentuk adaptasinya terhadap jenis makanannya.

Sebagai contoh model paruh tebal bengkok dengan ujung runcing

pada kakak tua di adaptasikan untuk fungsi mencongkel buah,

paruh tebal dan sangat runcing tajam menggambarkan fungsinya

sebagai pemakan daging (pada burung predator), paruh kecil

pendek pada burung-burung pemakan biji, paruh dengan bentuk

8
____________ Ramlawati, dkk , Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran
IPA BAB VI Ekologi,........, h.18
9
____________ Saroyo Sumarto, dan Roni Koneri, Ekologi Hewan, (Bandung: CV Patra
Media Grafindo, 2016), h.24
10
____________ Ramlawati, dkk , Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran
IPA BAB VI Ekologi,(kementrian pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal guru dan tenaga
kependidikan , 2017), h.16

15
panjang runcing pada burung pemakan nektar, paruh berbentuk

meruncing dengan panjang sedang pada paruh burung pemakan

serangga, paruh burung berbentuk runcing sangat panjang seperti

burung erget berperan untuk mencari mangsa di perairan atau di

dalam lumpur.

Contoh adaptasi morfologi pada burung.


Sumber:www.frewa remini.com
3) Modifikasi struktur organ pencernaan makanan

Pada hewan karnivora, saluran pencernaan lebih sederhana

dibandingkan dengan hewwan pemamah biak (ruminansia).

Lambung karnivora lebih sederhana dan sekum mengalami

rudimenter. Pada ruminansia lambungnya kompleks yang terdiri

dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum sesuai dengan

fungsinya untuk mencerna rerumputa yang mengandung banyak

selulosa. Sekum pada ruminansia sangat berkembang untuk

fermentasi dan pembusukan karena terdapat karena terdapatnya

16
bakteri-bakteri didalamnya untuk peran fermentasi dan

pembusukan.

4) Modifikasi bentuk gigi

Bentuk gigi pada hewan juga mengalami modifikasi sesuai dengan

fungsinya. Pada ular berbisa (kobra atau viper), sepasang taring

mengalami modifikasi menjadi bentuk jarum suntik (solenoglifa)

untuk memasukkan atau menyemprotkan bisa ke mangsanya. Pada

ular sanca (Python reticulatus) susunan gigi aglifa tersusun

berderet dengan rah ujung gigi menghadap ke belakang (saluran

pencernaan) untuk peran menangkap dan memegang mangsa agar

tidak terlepas. Pada herbivora, gigi seri didepan berfungsi untuk

memotong tumbuhan, sedangkan geraham berperan dalam

mengunyah termasuk juga untuk mengunyah pada saat memamah

biak.

5) Modifikasi struktur kaki pada burung

bentuk kaki burung sesuai dengan cara hidupnya.11 Morfologi kaki

burung dapat menjadi contoh yang baik untuk menjelaskan bentuk

modifikasi morfologi menurut fungsinya. Kaki pada ayam

diadaptasikan untuk fungsi mengais, kaki maleo diadaptasikan

untuk menggali tanah, kaki burung predator (misalnya elang dan

burung hantu) dengan struktur kokoh dan cakar yang tajam untuk

____________ Ramlawati, dkk , Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran
11

IPA BAB VI Ekologi,.........., h.16

17
menangkap dan membunuh mangsa, kaki angsa mengalami

modifikasi dengan tumbuhnya selaput renang utnuk berenang.

6) Corak warna kulit dan bulu/ rambut

Selain warna hitam dan putih, hewan-hewan ada yang mempunyai

warna merah, hijau dan lain-lain, bahkan ada yang mempunyai

beberapa macam warna sekaligus dalam permukaan tubuhnya.

Munculnya warna pada permukaan tubuh hewan disebabkan oleh:

 pigmen-pigmen khusus yang menyerap panjang gelombang

tertentu dan memantulkan panjang gelombang yang lain,

 srtuktur permukaan tubuh yang menyebabkan sinar terserap

atau direfraksikan, kombinasi dari pengaruh-pengaruh

absorbtif, reflektif atau difraktif (Pearse, 1926: 297).

Kenyataan bahwa warna hewan mempunyai hubungan dengan

sifat adaptasi terhadap kondisi lingkungannya dapat dijelaskan dengan

Hukum Gloger dan fenomena melanisme industrial, seperti yang telah

diuraikan di atas. Kesesuaian antara warna dengan kondisi lingkungan

sebagai yang diuraikan dalam Hukum Gloger dan fenomena

melanisme industrial berkaitan dengan keberhasilan hewan dalam

menghadapi seleksi alam. Warna hewan tampaknya mempunyai

manfaat atau fungsi-fungsi khusus untuk menghadapi lingkungannya.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa warna-warna

hewan mempunyai manfaat tertentu bagi dirinya. Sesuai dengan

18
manfaatnya warna-warna itu dapat dibedakan dengan klasifikasi

(Poulton, 1926):

a. Warna apatetik, sama dengan semua atau beberapa bagian dari

warna lingkungannya:

b. Warna kriptik yaitu warna yang sama dengan lingkungan,

untuk bersembunyi, yang dibedakan menjadi:

1) warna prokriptik: kesamaan warna untuk berlindung,

2) warna antikripik: kesamaan warna untuk menyerang.

c. Warna pseudosematik, yaitu warna untuk peringatan atau tanda

yang ironik, yang dibedakan atas:

1) warna pseudosematik: mimikri yang bersifat protektif, dan

2) warna pseudepisematik: mimikri yang bersifat agresif dan

warna yang bersifat erotik.

d. Warna semtik, warna untuk memberi peringatan dan sinyal.

1) Warna aposematic: warna untuk peringatan

2) Warna episematik: warna untuk memberi sinyal.

e. Warna epigamik, warna yang ditampilkan untuk kawin.

Kesamaan warna hewan dengan benda-benda lain yang ada

di lingkungannya dikenal dengan istilah mimikri. Contoh mimikri

yang sering ditunjukkan adalah perubahan warna pada Bunglon. Pada

saat Bunglon hinggap di tempat yang dasarnya berwarna cokelat

kulitnya berwarna cokelat, dan ketika hinggap di daun yang berwarna

hijau kulitnya berubah menjadi hijau. Warna hewan yang bersifat

19
tetap juga ada yang sama atau mirip dengan lingkungannya. Sifat-sifat

mimikri ini banyak dijumpai pada hewan-hewan yang tergolong pada

serangga, baik yang masih berupa larva (ulat) maupun sudah dewasa

(kupu dan belalang). Misalnya: belalang dan ulat yang hidup di

daunbanyak yang berwarna hijau, sedangkan belalang dan ulat yang

biasa hinggap di batang pohon atau substrat lain yang berwarna

cokelat mempunyai sayap dan tubuh berwarna cokelat. Kesamaan

warna itu bukan hanya warna dasar, melainkan warna permukaan

tubuh hewan itu ada yang bermacam-macam dan polanya juga mirip

dengan pola warna substrata tau benda lain yang ada di sekitarnya.

Kejadian mimikri itu juga dapat berupa kemiripan bentuk

hewan dengan benda-benda yang ada di lingkungannya. Bentuk tubuh

belalang kayu (walking sticks) bersama dengan kakinya mirip dengan

cabang dengan ranting-rantingnya. Ada ulat yang jika menempel di

suatu cabang atau batang membentuk posisi tubuh sedemikian rupa

sehingga menyerupai cabang atau ranting batang yang ditempeli.

Karena warnanya mirip dengan kulit kayu.

Kesamaan warna dan bentuk hewan yang telah disebutkan di

atas merupakan contoh warna prokriptik, yaitu kesamaan atau

kemiripan warna yang menyebabkan hewan tersembunyi atau tidak

mudah dilihat oleh musuhnya. Disamping itu ada ulat yang bentuk

kepalanya mirip dengan bentuk kepala ular, matanya menonjol dan

berwarna menyolok sehingga menunjukkan kesan bahwa hewan itu

20
garang dan sedang menyerang. Itu merupakan contoh dari

pseudepisematik.

Kesamaan bentuk, warna dan tingkah laku antara satu jenis

organisme hewan dengan jenis organisme hewan lain juga terjadi di

alam. Hewan yang bentuk, warna dan tingkah lakunya “meniru”

disebut mimik, sedang hewan yang bentuk, warna dan tingkah lakunya

“ditiru” disebut model. Kejadian mimikri terhadap bentuk, warna dan

tingkah laku itu banyak dijumpai pada serangga. Sifat mimikri

mempunyia manfaat untuk terhindar dari serangan preadator. Ada dua

macam bentuk mimikri sehubungan dengan kepentingannya untuk

mengurangi kemungkinan dapat diserang oleh predator, yaitu mimikri

Batesian dan mimikri Mullerian.

 Pada mimikri Mullerian kedua jenis macam organisme mempunyai

pola warna yang sama dan keduanya tidak disukai oleh predator

karena rasanya tidak enak, bahkan dapat menyebabkan rasa sakit di

lambung.

 Pada mimikri Batesian hewan mimik mempunyai rasa enak dan

disukai oleh predator, tetapi modelnya tidak disukai oleh predator

karena rasanya tidak enak dan bersifat racun. Contoh yang terkenal

untuk mimikri Batesian adalah antara kupu viceroy (mimik) dan

kupu monarch (model).

Dengan demikian sifat mimikri itu kupu viceroy dapat

mengurangi serangan dari burung predator yang menyukainya, karena

21
ketika melihat burung predator menghubungkan pola warnanya

dengan rasa tidak enak ketika memangsa kupu monarch. Namun

mimikri Batesian itu masih mengandung resiko. Bagaimanapun dalam

kejadian mimikri itu warna mimik dengan model tidak sepenuhnya

sama. Berdasarkan pengalamannya, burung predator suatu ketika

dapat membedakan mangsa yang rasanya enak (mimik) dengan

mangsa yang rasanya tidak enak (model), sehingga burung predator

dapat memilih mangsa yang rasanya enak. Mimikri ini merupakan

contoh untuk pseudaposemetik.

Contoh lain yaitu pada Warna kulit singa (Felis leo), cheetah

(Acinox jubatus) diadaptasikan untuk warna latar belakang pada

habitatnya sehingga tersamar dari pandangan mangsa. Burung-burung

malam memiliki warna bulu yang suram atau tidak menyolok sebagai

bentuk penyamaran.12 Rubah kutub yang merubah ketebalam

rambutnya tiga kali dalam musim dingin dan dua kali dalam musim

panas.13

7) Adaptasi morfologi terhadap kehidupan dia air secara baik

ditunjukkan oleh bentuk tubuh ikan. Bentuk yang pipih atau

ramping memudahkan ikan untuk berenang secara cepat sehingga

selain digunakan sebagai bentuk adaptasi juga bermanfaat dalam

perilaku makan dan menghindari predator.

____________ Saroyo Sumarto, dan Roni Koneri, Ekologi Hewan, ......, 2016), h.26
12

____________ Ramlawati, dkk , Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran
13

IPA BAB VI Ekologi,......., h.16

22
8) Untuk beradaptasi dengan kehidupannya digurun yang panas dan

kering, tubuh unta beradaptasi secara morfologi, antara lain

memiliki punuk yang berfungsi untuk menyimpan cadangan air,

serta bantalan pada kaki untuk menghindari suhu panas pasir

merusak sel kakinya.

9) Beruang kutub dan hewan-hewan kutub lainnya memiliki warna

kulit, rambut, atau bulu yang putih sebagai bentuk pertahanan diri

karena tersamar dengan lingkungannya serta berperan penting

dalam mencari makanan.

10) Belut dan sidat memiliki bentuk tubuh yang gilig dengan sisik yang

sangat halus dilengkapi dengan leendir untuk beradaptasi dengan

lingkungan perairan serta memudahkan memasuki lubang atau

sela-sela batuan.

11) Ular kepala dua (Cylindrophis melanotus) memiliki morfologi

ekor yang mirip dengan kepalanya. Secara perilaku, ular dengan

ekor mirip kepala ini akan melipat ekor ke atas pada saat merasa

terancam. Predator biasanya akan menyerang ekor yang mirip

kepala ini sehingga ada kesempatan untuk menghindari serangan

mematikan di kepala.

23
b. Adaptasi Fisiologi

Suatu jenis adaptasi menyangkut perubahan kerja faal organ tubuh

disesuaikan dengan lingkungan hidupnya.14 Modifikasi fisiologi dilakukan

sebagai respon segera terhadap perubahan faktor lingkungan. Modifikasi

fisiologi ini lebih cepat dilakukan dibandingkan dengan adaptasi morfologi.

Misalnya, Tubuh manusia jika terdedah oleh udara dingin maka pembuluh

darah di wajah akan mengerut dan akan terasa dingin, usaha ini dilakukan

untuk mengurangi hilangnya panas. Beberapa serangga menghindari

pembekuan di musim dingin dengan menambah gliseron (anti beku) dalam

darah mereka. Adaptasi fisiologi juga tergambar pada ikan air tawar dan

ikan air laut yang dilakukan untuk menjaga keseimbangan konsentrasi ion

dalam tubuhnya

____________ Ramlawati, dkk , Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran
14

IPA BAB VI Ekologi,......, h.16

24
Sumber: www.frewaremini.com

Beberapa contoh lain adaptasi fisiologi disajikan pada bahasan berikut.

1) Perubahan kadar sel darah merah karena prubahan ketinggian tempat kadar

oksigen atmosfer di dataran tinggi lebih rendah dibandingkan dengan di

dataran rendah, sehingga jika hewan tidak mampu beradaptasi mereka akan

mengalai gangguan fisiologis akibat kekurangan oksigen. Beruntungnya

hewan memiliki kemampuan beradaptasi secara fisiologi terhadap

penurunan kadar oksigen ini dengan meningkankan kadar sel darah merah

(eritrosit) di dalam darah. Sel darah merah mengandung hemoglobin yaang

berperan dalam penganngkutan terutama oksigen.

2) Secara fisiologi hewan ruminansia memodifikasi bentuk lambungnya

menjadi lambung kompleks yang pada rumen terdapat mikroorganisme

penghasil selulase, enzim yang penting dalam pemecahan selulosa,

kandungan utama tubuh tumbuhan.

3) Hewan-hewan penghisap darah seperti lintah, pacet, dan nyamuk

menghasilkan zat antikoagulasi darah (contohnya heparin) sehingga tempat

mereka menempek atau menghisap darah tidak terjadi pembekuan darah.

25
4) Pada primata dengan sistem sosial satu jantan (one male), misalnya

pada langur Hanuman (Semnopithecus entellus), yang tersebar di India dan

Bangladesh terdapat adaptasi fisiologi yang unik pada betinanya. Jika

terjadi pengambilalihan posisi jantan paling kuat (jantan-α)

seringkali jantan baru akan membunuh bayi-bayi (infantisida) pada

kelompok tersebut. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa hal itu

dilakukan agar induk bayi segera memasuki estrus sehingga jantan baru

dapat segera kawin. Betina memiliki mekanisme “tipuan” sebagai strategi

menyelamatkan bayinya. Betina secara fisiologi mengalami estrus shum

(semu) sehingga betina tersebut seakan-akan sedang estrus sehingga jantan

dapat mengawininya.

5) Ikan mujair yang hidup di perairan gelap memiliki warna tubuh yang

lebih gelap dibandingkan dengan yang hidup di perairan jernih.

c. Adaptasi Perilaku

Bentuk adaptasi yang ketiga ialah adaptasi perilaku yang dapat

dilakukan hewan secara segera, jauh lebih cepat daripada adaptasi fisiologi dan

adaptasi morfologi. Adaptasi ini merupakan respon yang pertama kali

ditunjukkan oleh hewan sebagai respon terhadap perubahan faktor lingkungan.

Beberapa contoh adaptasi perilaku disajikan sebagai berikut ini.

1) Monyet Jepang (Macaca fuscata) di Jigokudani Monkey Park, bagian

dari Joshinetsu Kogen National Park, Nagano, Jepang, memiliki perilaku

yang unik. Hujan salju lebat dan menyelimuti area tersebut selama 4

bulan setiap tahunnya pada elevasi 850 m dpl. Satu populasi monyet

26
yang besar akan mendatangi satu lembah pada musim dingin, dan

mencari makan makan di tempat lain pada musim-musim panas.

Monyet akan turun dari lereng-lereng dan hutan untuk duduk berendam

dalam kolam-kolam air hangat dan kembali ke hutan pada sore hari.

Tetapi, setelah monyet diberi makan oleh pemgunjung taman, mereka

sering mengunjungi kolam air panas tersebut sepanjang tahun untuk

mendapatkan makanan dari pengunjung.

2) Pada monyet Jepang (Macaca fuscata) di Pulau Koshima memiliki

adaptasi perilaku dengan mencuci ubi (sweet potato) dengan air laut

sebelum memakannya. Perilaku ini pertama kali diamati pada tahun

1952, dan hanya dilakukan oleh beberapa individu. Pada akhirnya

perilaku ini ditiru dan menyebar ke monyet-monyet muda.

3) Hamadryas Baboon (Papio hamadryas) di Ethiopia yang hidup di savana

dengan sedikit pohon, akan tidur di lereng-lereng batu yang curam untuk

menghindari predator pada malam hari.

4) Monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) lebih sering tidur di ujung-ujung

dahan dengan alasan agar mudah bangun jika ada predator (misalnya ular

sanca) yang merayap pada dahan tersebut.

5) Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di daerah Pusuk

Lombok lebih sering berkumpul di pinggir jalan untuk mendapatkan

makanan dari pengguna jalan.

6) Contoh lain yaitu Kaki seribu yang disentuh dengan seketika

menggulung tubuhnya (Gambar 6.8). Contoh ini adalah bentuk

27
adaptasi prilaku yang merupakan penyesuaian diri makhluk hidup

terhadap faktor lingkungan yang ditunjukkan oleh perilakunya.

Contoh lainnya adalah Kerbau yang berkubang jika kepanasan,

Lumba-lumba memiliki kebiasaan meloncat-loncat di atas permukaan air

untuk menghirup udara, karena bernapas menggunakan paru-paru.15

a b
Gambar 6. 8. Contoh adaptasi perilaku a.Kaki seribu yang menggulung, b.
Kerbau yang sedang berkubang. Sumber. http://grafika19.blogspot.co.id

____________ Ramlawati, dkk , Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran
15

IPA BAB VI Ekologi,......, h.18

28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Interaksi hewan dan lingkungannya menunjukkan adanya hubungan timbal

balik antara hewan dan lingkungannya. Respon hewan terhadapperubahan faktor

lingkungan dianggap bsebagai strategi hewan untuk beradaptasi dan untuk

keberlangsungan hidupnya. Klasifikasi respon dibagi menjadi 5 macam: semu

(masking), lettal (lethel), berarah(directive), pengontrolan(controling), dan

divisien(devicien). Tipe-tipe respon dibagi 3: Fototaksis, Geotaksis, dan

Rhoetaksis.

Adaptasi menunjukkan kesesuaian organisme denagan lingkungannya yang,

merupakan produk masa lalu. Masalah adaptasi dan suksesi organisme terhadap

faktor-faktor lingkungannya: bisa melalui adaptasi morfologi, fisiologi dan

adaptasi perilaku dari organisme yang berada dalam lingkungan yang

ditempatinya.

B. Saran

29
Pada saat pembuatan makalah penulis menyadaribahwa banyak sekali

kesalahan dan jauh dari sempurna. Dengan sebuah pedoman yang bisa ditanggung

jawabkan dari banyaknya sumberpenulis akan memperbaiki makala

h tersebut. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan serta saran

mengenai makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Michael, p. 1994. Metode Penelitian Untuk Ekologi Penelitian Ladang dan

Laboratorium. Jakarta :UI Press.

Pramudiyanti. 2009.Biologi UmumBandar Lampung: Universitas Lampung

Ramlawati, dkk.2017. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran

IPA BAB VI Ekologi.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Saroyo Sumarto, dan Roni Koneri. 2016. Ekologi Hewan. Bandung: CV Patra

Media Grafindo.

Suswanto Rasid, dkk. 2014. Ekologi Hewan, (Tanggerang Selatan: Universitas

Terbuka.

Widiastuti, dan Endang L. 2002. Buku Ajar Fisiologi Hewan I. Bandar Lampung :

Universitas Lampung

30

Anda mungkin juga menyukai