Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN GURU BERKARAKTER

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Guru

Dosen pengampu : Drs. H. Idad Suhada, M.Pd

Disusun oleh :
Ikbal Pauji : 1172050044
Leni widyawati : 1172050052
Nina Lisnawati : 1172050071

Semester/Kelas : V/B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji beserta syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat
danhidayah-Nya makalah yang berjudul “Pengembangan Kepribadian Guru Berkarakter”
dapat diselesaikan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad saw semoga kita dapat syafa’atnya di yaumul qiyamah.

Tidak lupa juga penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
secara langsung maupun tidak langsung. Dengan penyusunan makalah ini semoga bermanfaat
bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandung, 25 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

A. Ciri-ciri Kepribadian Guru Berkarakter.................................................................... 2


B. Faktor Penghambat Pengembangan Diri .................................................................. 3
C. Strategi dalam Membangun Komunikasi Efektif ...................................................... 5
D. Upaya Pengembangan Kepribadian Guru Berkarakter ............................................. 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14

A. Simpulan ................................................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru dalam lingkungan sekolah dianggap sebagai pemeran penting untuk
membangun peserta didik yang memiliki kepribadian sesuai yang di harapkan setiap
sekolah. Maka dari itu guru menjadi role model bagi peserta didik. Segala tingkah
lakunya akan diperhatikan oleh peserta didik, dan terkadang hal itu menjadi tolak ukur
peserta didik dalam bersikap.

Guru dituntut untuk memiliki kepribadian yang baik. Seperti halnya dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) ditegaskan bahwa pendidik (guru) harus memiliki kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia
dini. Arahan normatif tersebut menyatakan bahwa guru sebagai agen pembelajaran
menunjukkan bahwa guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam membentuk
karakter peserta didik.

Setiap sekolah membutuhkan guru yang berkarakter. Karakter yang ada dalam pada
seorang guru akan mencerminkan peserta didiknya. Maka dari itu, hal ini menjadi sangat
penting untuk setiap guru agar mengetahui karakter apa saja yang harus dimilikinya.
Pada kesempatan ini, penulis akan menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan guru
yang berkarakter.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ciri-ciri kepribadian yang harus dimiliki guru berkarakter ?
2. Apa saja faktor yang menghambat pengembangan diri ?
3. Bagaimana strategi dalam membangun komunikasi efektif ?
4. Bagaimana upaya pengembangan kepribadian guru berkarakter ?

C. Tujuan
1. Mengetahui ciri-ciri kepribadian yang harus dimiliki guru berkarakter.
2. Mengetahui faktor yang menghambat pengembangan diri.
3. Mengetahui strategi dalam membangun komunikasi efektif .
4. Mengetahui upaya pengembangan kepribadian guru berkarakter.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri Kepribadian Guru Berkarakter
Kepribadian salah satu hal yang melekat dalam diri manusia, kita bisa menilai
seseorang dari kepribadiannya. Segala cara dan tingkah laku yang terjadi dalam interaksi
sehari-hari pada setiap individu, baik dengan dirinya sendiri ataupun dengan orang lain,
mampu menggambarkan ciri khas setiap individu yang akan menjadi suatu kepribadian
seseorang. Kepribadian dalam dunia psikologi merupakan suatu kesatuan dari berbagai
aspek psikis dan fisik yang menjadi suatu struktur dan sekaligus proses. Gordon
mengatakan bahwa kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Dalam dunia pendidikan, seorang guru dituntut untuk memiliki kepribadian yang
baik. Ada kalimat bijak mengatakan. Jika ingin melihat kualitas suatu bangsa maka
lihatlah kualitas gurunya. Maka dari itu, hal ini menjadi sangat penting bagi guru. Guru
bukan hanya pengajar, pelatih dan pembimbing, tetapi juga sebagai role model bagi
siswanya.

Guru yang berkulitas ialah guru yang memiliki keikhlasan dalam mengajar,
mendidik, dan belajar. Sebab guru yang berkualitas akan memiliki karakter yang baik,
yang dapat ditiru oleh peserta didiknya. Karakter guru yang baik dapat dilihat dari sikap,
perilaku dan perkataan. Keseharian guru di kelas dan di sekolah akan
menjadi center bagi perkembangan peserta didik. Pembentukan karakter dilakukan
melalui keteladanan, intervensi, pembiasaan yang konsisten, dan penguatan.
Pembentukan karakter pada peserta didik hanya dapat dilakukan oleh guru-guru yang
berkarakter. Ciri-ciri guru yang berkarakter antara lain :

1. Mencintai peserta didik


Guru harus mencintai setiap peserta didik tanpa membeda-bedakan latar belakang
peserta didik tersebut. Menerima setiap kekurangan dan kelebihan peserta didik.
Sehingga guru mampu memberikan yang terbaik kepada peserta didik.
2. Memiliki pola perilaku dan perkataan yang positif
Guru senantiasa bersikap dan berkata dengan baik. karena apapun yang dilakukan dan
dikatakan seorang guru, akan ditiru oleh peserta didik.
3. Berjiwa pejuang

2
3

Pantang menyerah sangat erat dengan guru, seorang guru dituntut untuk memiliki jiwa
pejuang. Berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didik. Tidak mudah
mengeluh, putus asa, akan tetapi senantiasa semangat, dan selalu memberikan
motivasi-motivasi terbaik untuk peserta didik.
4. Selalu ingin belajar
Bukan hanya mengajar, tapi seorang guru sejatinya tidak akan pernah berhenti untuk
belajar. Menambah wawasan dan pengetahuan lebih luas lagi dari sebelumnya.
5. Mengajar dan mendidik sepenuh hati
Apapun yang disampaikan dari hati pasti akan sampai pada hati yang lainnya. Saat
seorang guru mengajar dan mendidik dengan sepenuh hati, maka ilmu yang
disampaikan akan mudah diserap oleh peserta didik.
6. Memiliki emosi yang stabil
Emosi seorang guru harus selalu stabil saat berhadapan dengan peserta didik, artinya
emosi seorang guru tidak secara tiba-tiba berubah dalam kurun waktu yang pendek.
Tidak menampakkan emosi yang tidak stabil merupakan perilaku bijak bagi seorang
guru.

B. Faktor Penghambat Pengembangan Diri


Faktor-faktor yang menjadi penghambat pengembangan diri , diantaranya :

1. Faktor Eksternal

Lingkungan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang.


Sistem yang ada dalam lingkungan sekitar secara tidak sadar dapat menghambat
pengembangan diri seseorang. Seperti dalam lingkungan pekerjaan, pendidikan, dan
organisasi. Sistem senioritas dalam jenjang jabatan Tanggapan atau sikap atau
kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan. Kadang-kadang tradisi atau kebiasaan yang
berlaku menghambat perwujudan dari perkembangan diri seseorang. Misalnya, kita
memiliki ide untuk kemajuan organisasi atau instansi, tapi dalam forum tersebut
banyak sekali senior yang jabatannya lebih tinggi, sehingga kita ragu untuk
mengemukakan pendapat kita, karena takut dinilai tidak bagus. Itu menjadi salah satu
faktor penghambat kita dalam organisasi, seharusnya diri kita sudah bisa
mengemukakan pendapat tetapi ini malah jadi penghambat. Lingkungan yang kurang
mendukung adanya kemajuan teknologi pada saat ini, menjadi suatu hambatan bagi
4

perkembangan diri seseorang. Seperti halnya hidup di daerah yang terpencil, jauh dari
informasi-informasi terkini.
Dilihat dari aspek budaya, seseorang mengalami tekanan untuk mengembangkan
suatu pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya.
Kelompok menetapkan budaya sebangai model untuk pola kepribadian yang disetujui
dan menekankan individu-individu yang tergantung didalamnya untuk berprilaku
sesuai dengan norma budaya kelompok yang bersangkutan. Karena tekanan tersebut,
individu akhirnya menyesuaikan diri mengkuti pola perilaku yang telah ditetapkan
kelompok, dan pada akhirnya prilaku tersebut menetap menjadi kecenderungan pola
pikir individu.
2. Faktor Internal

Munculnya perasaan yang negative pada diri seseorang menjadi suatu hambatan
bagi perkembangan dirinya. seperti kurang percaya diri, malu, takut salah, tidak
memiliki konsep diri, dan lain sebagainya. Seseorang yang tidak memiliki visi dan
tujuan hidup merupakan hal yang dapat menghambat perkembangan dirinya. Tidak
memiliki motivasi yang kuat untuk hidup lebih baik di bumi. Maka dari itu seseorang
harus mengenali dirinya terlebih dahulu agar ia mampu menentukan arah
kehidupannya. Kadang-kadang manusia takut untuk menerima kenyataan bahwa ia
memiliki kekurangan ataupun kelebihan pada dirinya. Sebenarnya ada atau tidaknya
kekurangan dan kelebihan pada diri kita, itu bukan menjadi penghambat utama,
melainkan bagaimana kita memanfaatkan kekurangan kita agar menjadi kelebihan
kita.
3. Faktor Usia

Seseorang terkadang memandang usia menjadi sebuah faktor penghambat


pengembangan diri, mereka beranggapan bahwa mereka telah lebih banyak
mengetahui arti kehidupan, ada perasaan jenuh untuk berubah lagi setelah (mungkin)
perubahan yang dilakukan sepanjang usianya, dan juga adanya kemampuan fisik
secara motorik, memori (pelupa) dan metabolisme tubuh.dan memandang usia muda
lebih hebat karena produktif. Namun, dalam kenyataannya tidak seperti itu, mau kita
tua atau muda jika kita memang benar-benar ada niat dalam diri kita, pasti semua
bukan menjadi penghambat melainkan menjadi pendorong untuk kemajuan diri kita.
5

C. Strategi dalam Membangun Komunikasi Efektif

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, berbagai pendekatan yang digunakan guru
dalam mendidik para pelajar. Ada kalanya guru bagaikan seorang bos atau raja yang
hanya mengarah dan memerintah pelajar menurut kehendaknya. Ada juga guru mengajak
para pelajar bersama-sama menyelesaikan topik yang dibicarakan. Namun kesemua
kaedah itu berguna dan bermanfaat sesuai dengan keadaan. Seorang guru yang ditakuti
pada dasarnya dianggap tidak berhasil dalam menjalankan komunikasi efektif, karena
tanpa komunikasi yang baik, hasil yang ditua/dihasilkan juga tidak akan memuaskan.

Menurut Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno (2011), Terdapat minimal lima
strategi yang dapat dikembangkan dalam upaya untuk menciptakan/mambangun
komunikasi efektif dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar, seperti disebutkan
berikut ini:

1. Respek

Komunikasi harus diawali dengan rasa saling menghargai. Adanya


penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa dari si penerima pesan. Guru
akan sukses berkomunikasi dengan peserta didik bila ia melakukannya dengan penuh
respek. Bila ini dilakukan maka peserta didik pun akan melakukan hal yang sama
ketika berkomunikasi dengan guru.

2. Empati

Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan
kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan
untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang
lain. Guru yang baik tidak akan menuntut peserta didiknya untuk mengerti
keinginannya, tetapi ia akan berusaha memahami peserta didiknya terlebih dahulu. Ia
akan membuka dialog dengan mereka, juga mendengar keluhan dan harapan mereka.
Disini berarti seorang guru tidak hanya melibatkan komponen indrawinya saja, tapi
melibatkan pula mata hati dan perasaannya dalam memahami berbagai perihal yang
ada pada peserta didiknya.

3. Audible
6

Audible berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah
pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si
penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang
sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi audible.

4. Jelas Maknanya

Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan


banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi
dengan peserta didik, seorang guru harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa
jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka
pahami (melihat tingkatan usia).

5. Rendah Hati

Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak memandang


rendah, lemah lembut, sopan dan penuh pengendalian diri.

Komunikasi dikatakan efektif dalam pembelajaran apabila terdapat aliran informasi


dua arah antara pendidik dengan peserta didik dan informasi tersebut sama-sama
direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat
lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif ( Abdul
Majid, 2013), yaitu :

1. Kejelasan

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan
mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh
komunikan.

2. Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan
kebenaran informasi yang disampaikan.

3. Konteks

Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa
dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana
komunikasi itu terjadi.
7

4. Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau
sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.

5. Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan
dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan
dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi karena para peserta didik juga
terlahir dari budaya yang berbeda, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun
nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.

Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti


bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang
suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar
komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :

1. Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan


2. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak
komunikan
4. Pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
5. Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.

Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang
dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan
umpan balik yang positif bagi siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus
didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh
seorang pendidik.

Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara


informal antara dua orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena
diantara kedua belah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar
pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai
keterampilan komunikasi antar pribadi.
8

Dalam kegiatan pembelajaran, komunikasi antar pribadi merupakan suatu


keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar.
Keefektifan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran ini sangat tergantung dari kedua
belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung
jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan
pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi
oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.

Agar dapat merefleksikan ungkapan perasaan peserta didik secara efektif,


pendidik perlu mengingat hal-hal berikut :

1. Hindari prasangka terhadap pembicara atau topik yang dibicarakan.


2. Perhatikan dengan cermat semua pesan verbal maupun nonoverbal dari pembicara.
3. Lihat, dengarkan, dan rekam dalam hati, kata-kata/perilaku khas yang
diperhatikan pembicara.
4. Bedakan/simpulkan kata-kata/pesan yang bersifat emosional.
5. Beri tanggapan dengan cara menggambarkan perilaku khusus yang diperlihatkan,
dan tanggapan mengenai kedua hal tersebut.
6. Jaga nada suara, jangan sampai berteriak, menghakimi, atau seperti memusuhi.
7. Meminta klarifikasi terhadap pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan.
8. Mendorong siswa untuk Memilih Perilaku Alternatif.

Untuk keperluan ini, seorng pendidik/pengajar harus memiliki kemampuan :

1. Mencari/mengembangkan berbagai perilaku alternatif yang sesuai.


2. Melatih perilaku alternatif serta merasakan apa yang dihayati siswa dengan perilaku
tersebut.
3. Menerima balikan dari orang lain tentang keefektifan setiap perilaku alternatif.
4. Meramalkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari setiap perilaku
alternatif.
5. Memilih perilaku alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi siswa.

Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap


keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran
informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-
sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam
pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan mahasiswa, maka
9

dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau
pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi
yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih
dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam
proses pembelajaran.

D. Upaya Pengembangan Kepribadian Guru Berkarakter

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah


satu faktor yang amat penting. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimilik, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas professional. Setiap guru hendaknya mengetahui dan menyadari
betul bahwa kepribadiannya yang tercermin dalam berbagai penampilan itu ikut
menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan lembaga
pendidikan tempat ia mengajar khususnya. Kepribadian guru tersebut akan diserap dan
diambil oleh anak didik menjadi unsur dalam kepribadiannya yang sedang bertumbuh
dan berkembang itu.
Kepribadian guru yang tercermin dalam semua penampilan pribadi, mulai dari
penampilan luar seperti cara berpakaian, cara bergaul, cara bicara, cara berjalan, cara
duduk, cara masuk dan keluar kelas serta cara hidupnya sehari-hari dalam keluarga dan
masyarakat sekitarnya, semuanya harus mencerminkan dasar dan tujuan dari pendidikan
Madrasah.
Jika sekolah ingin membina anak didik menjadi seorang muslim yang bertaqwa
dan berakhlak mulia, maka semua guru yang mengajar di sekolah itu harus mempunyai
kepribadian muslim, taqwa yang berakhlak mulia pula. Apabila guru benar-benar
memenuhi syarat sebagai contoh, maka pembinaan kepribadian anak didik akan dapat
dilaksanakan dengan mudah, sebab contoh yang disertai latihan, secara berangsur-angsur
dapat menanamkan kebiasaan mengamalkan agama Islam, selanjutnya akan
menumbuhkan rasa cinta kepada agama Islam.
Sesungguhnya untuk mencetak guru yang demikian tidak mudah, karena membina
kepribadian tidak dapat dilakukan dalam waktu setahun dua tahun akan tetapi harus
melalui pembinaan yang telah dimulai sejak kecil. Namun demikian, apabila guru yang
bersangkutan ingin mempunyai kepribadian yang memenuhi syarat yang ditentukan
untuk dapat menjadi guru yang ikut mencetak pribadi anak didik, seperti dimaksudkan
10

oleh kurikulum Madrasah tersebut dia dapat mengadakan pembinaan ulang terhadap
pribadinya atau reconstruction of personalitynya sendiri dengan usaha sendiri yaitu
memasukkan pengalaman-pengalaman baru yang baik dan cocok dengan tuntutan
kurikulum itu, disamping usaha meninggalkan secara berangsur-angsur kebiasaan dan
penampilan kepribadian yang kurang serasi dan tidak baik.
Tidak diragukan lagi, bahwa usaha perbaikan dan penilaian mendalam terhadap
diri sendiri, perlu selalu diadakan oleh setiap guru. Alat yang digunakan untuk itu banyak
dan bermacam-macam antara lain membaca buku-buku yang diperlukan, baik mengenai
pengetahuan tentang agama, Pancasila, UUD 1945, ilmu jiwa dan sebagainya. Dapat
dilakukan pula melalui kursus, sekolah, diskusi atau mendengarkan berbagai kuliah dan
ceramah tentang berbagai hal yang diperlukan itu.
Untuk menumbuhkan keteladanan dan pengaruhnya terhadap pembentukan akhlak,
maka guru seyogyanya memahami dua faktor, internal dan eksternal. Pada tataran
internal, guru harus membekali dirinya dengan ilmu dan dan amal untuk membentuk
karakter positif. Semakin kuat karakter positif tersebut terbangun dalam diri, semakin
kuat juga potensi guru untuk menjadi teladan, begitu juga sebaliknya. Pada tataran
eksternal, guru wajib memahami berbagai kondisi psikologis siswa-siswinya. Guru tidak
boleh melakukan diskriminasi. Guru harus berupaya keras memahami problem persiswa
dan berusaha mendampingi serta membantu menyelesaikan problem tersebut. Guru harus
berusaha seperti orang tua bagi siswa-siswinya.
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa guru adalah pendidik profesional yang salah satu fungsi utamanya sebagai
pembimbing siswa. Membimbing itu dengan contoh dan teladan bukan dengan hafalan
atau angka-angka semata. Jargon klasik guru sebagai sosok yang memerankan citra
profesi yang digugu dan ditiru menjadi sangatlah relevan dengan kondisi kekinian,
sekaligus solusi terhadap ancaman krisis karakter siswa. Peran guru sangat strategis
dalam menjamin keberlangsungan generasi masa depan suatu bangsa, seperti ditekankan
UNESCO ketika pertama kali menetapkan Hari Guru Internasional (5 Oktober 1994).
Generasi berkarakter juga yang menjadi kunci kemajuan negara-negara maju.
Berikut adalah upaya bagaimana menjadi guru berkarakter yang bisa dijadikan
teladan oleh peserta didik.
1. Waspadai Emosi
Menjadi seorang guru tidak selalu menghadapi murid-murid yang baik,
penurut, atau tidak pernah iseng. Ada saja dari murid-murid yang justru sikapnya
11

yang bisa memancing kemarahan gurunya. Guru yang tidak bisa mengontrol
emosinya dengan baik, dia terpancing untuk memarahi anak didiknya. Berbeda
dengan seorang guru yang bisa mengontrol emosinya dengan baik. Jika ada diantara
muridnya yang melakukan perbuatan yang melanggar dari aturan sekolah, ia mencoba
untuk memahami alasan anak tersebut melakukan perbuatan itu. Sang guru akan
dengan lembut memanggil anak tersebut lantas menanyainya dengan baik-baik.
Dalam banyak kasus justru perhatian seorang guru yang bertanya dengan baik-baik
kepada anak yang bermasalah menjadikan mereka berhenti dari perbuatan tidak
baiknya.
2. Menjadi Sosok Pemaaf
3. Tidak Otoriter Tidak Pula Terlalu Demokratis
Tidak selamanya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa terjadi karena
mereka tidak taat peraturan. Ada juga pelanggaran yang dilakukan siswa akibat
kurangnya pemahaman bahwa peraturan itu ditegakkan demi kebaikan warga sekolah.
4. Menjadi Sahabat yang Baik
Guru yang dicintai oleh anak didiknya adalah yang bisa menjadi sahabat
dalam belajar.
5. Menghargai Setiap anak
Guru harus menghargai anak didik sebagai seorang individu yang memiliki
harga diri, hak pribadi dan kehormatan. Kesalahan dalam menjawab perilaku yang
jelek, ketidakmampuan memahami materi, hendaknya tidak mendorong kita untuk
memberikan cara atau predikat tertentu pada anak, yang dapat mengecilkan arti dari
keberadaan mereka. Penghargaan kita akan membuat anak merasa dihargai,
diperhatikan, menambah rasa percaya diri mereka dan juga menambah semangat
belajar mereka.
6. Mengistimewakan Setiap Anak
Setiap anak ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan di mana ada
kelemahan pasti di sana pun ada keistimewaan. Akan sangat bermanfaat jika guru bisa
sesegera mungkin menemukan keunikan dan kelebihan pada diri masing-masing
peserta didik.
7. Tetap Rendah Hati dan Lapang Dada
Orang dengan sikap rendah hati memberikan kesempatan kepada orang lain
untuk berkomunikasi secara bebas dan terbuka. Dengan sikap rendah hati, secara
tidak langsung guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
12

mengembangkan gagasan, kreativitas, dan kemampuannya. Dengan lapang dada hati


guru akan merasa senang karena tidak ada yang terasa mengganjal di hati dan juga
jauh dari sifat dendam.
8. Mendengarkan Siswa
Guru perlu sesekali mendengarkan siswa agar bisa mendekatkan mereka pada
masalah-masalah yang dihadapi di sekolah. Mendengarkan siswa adalah mendengar
dengan merespons perkataan, maksud, dan perasaan.
9. Jangan Lupakan Komunikasi
Komunikasi yang baik juga menjadi Kunci keberhasilan proses belajar
mengajar di sekolah.
10. Kreativitas
Kreativitas sangat dibutuhkan bagi seorang guru karena seorang guru kreatif
maka akan memberikan dampak yang positif pula pada murid.
11. Guru sebagai Motivator
Dalam belajar sangat diperlukan motivasi. Motivation is an essential condition
of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi.
12. Disiplin
Secara umum anak juga menghendaki penegakan aturan aturan moral. Anak
didik tetap menghendaki " hukuman " dari guru terhadap anak tidak tertib, ribut,
terlambat atau tidak mengumpulkan tugas dan pelanggaran-pelanggaran yang lain.
13. Jangan Lupakan Selingan Humor
Sajikan rasa humor, ketika siswa membutuhkannya. Misalnya ketika siswa
mulai menunjukkan tanda-tanda kejenuhan dan mengantuk di kelas.
14. Senyum Guru adalah Semangat Siswa
15. Berwibawa di depan Kelas
Wibawa seorang guru menentukan terciptanya suasana kelas yang kondusif
untuk pelaksanaan pembelajaran yang optimal. Seorang guru yang berwibawa akan
menjadikan siswa patuh terhadap guru tanpa harus memarahinya.
16. Refleksi Diri
Niatkan dalam hati untuk refleksi dan mengubah diri untuk berpartisipasi
dalam mewujudkan pendidikan karakter bangsa Indonesia.
17. Menjadi Guru Menyenangkan dengan Kunci Sabar
Dalam menjalankan tugasnya, guru tidak lepas dari berbagai ujian dan cobaan,
terutama dari siswa-siswinya. Ujian dan cobaan itu dapat berupa sikap siswa yang
13

kurang memahami proses pembelajaran, ketidakdisiplinan siswa, dan berbagai bentuk


ujian lainnya. Sabar dalam konteks ini bukan berarti menerima apa adanya terhadap
apa yang terjadi lalu berdiam diri saja. Sabar dalam konteks ini adalah menerima ujian
sebagai sesuatu yang menantang dan mendidik untuk lebih maju. Jika siswa kurang
berdisiplin, guru hendaknya terus berusaha dengan berbagai pendekatan dan metode
positif sehingga siswa berubah menjadi disiplin. Guru penyebar menyadari bahwa
tugasnya adalah memperbaiki siswa-siswinya. Dengan kata lain guru penyabar adalah
guru yang telaten dalam mendidik sampai mereka benar-benar mencapai tujuan
pendidikan.
Oleh karena itu ia tidak akan berputus asa dalam menghadapi sikap dan
perilaku mereka yang aneh-aneh dan bermacam-macam. Apapun yang terjadi pada
mereka, Ia terus berusaha memperbaiki dengan penuh rasa tanggung jawab dan tak
kenal menyerah.
18. Penyayang
Guru penyayang bukan berarti membiarkan siswa-siswinya melakukan apa
saja yang mereka inginkan dengan sekehendak hati mereka. Buruknya yang
memahami betul perannya, Kapan ia harus mendukung siswa, menasihati, memarahi,
dan membiarkan suatu perilaku siswa. Guru penyayang memperlakukan siswa-
siswinya secara arif, bijak, dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Kepribadian guru bukanlah sesuatu yang statis, tetapi dinamis. Sentuhan untuk
menghiasi kepribadian guru merupakan sesuatu yang niscaya harus ada dimana dan
kapanpun juga. Guru berkarakter senantiasa mencintai peserta didiknya, berjiwa pejuang,
selalu ingin belajar, memiliki perilaku yang baik, mengajar sepenuh hati, dan berusaha
untuk memiliki emosi yang stabil. Namun, pada kenyataannya pengembangan
kepribadian diri mengalami hambatan. Adapun hambatan ini timbul karena adanya
masalah baik dalam intern dan ekstren guru itu sendiri. Beberapa mengaitkan bahwa
faktor usia bisa menjadi penghambat pengembangan diri.

Komunikasi dikatakan efektif dalam pembelajaran apabila terdapat aliran informasi


dua arah antara pendidik dengan peserta didik dan informasi tersebut sama-sama
direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Dalam kegiatan
pembelajaran, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi
hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah


satu faktor yang amat penting.

B. Saran
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam menyusun makalah ini. Sebenarnya ada
beberapa materi yang belum tersampaikan. Namun karena keterbatasan, maka penulis
berharap untuk kedepannya akan ada pihak yang melengkapi materi ini atau membahas
materi ini lebih rinci. Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca penulis
harapkan untuk perbaikan kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aris Shoimin. 2014. Guru Berkarakter. Cetakan pertama. Yogyakarta: Gava Media.
Aziz, Amka Abdul. 2019. Guru Profesional Berkarakter. Klaten: Cempaka Putih.
Daradjar, Zakiah. 1982. Kepribadian Guru. Cetakan ketiga. Jakarta: Bulan Bintang.
http://muhammadden1.blogspot.com/2015/06/strategi-membangun-komunikasi-efektif.html
https://www.slideshare.net/uke2000/kepribadian-dan-pengembangan-diri

Roqib, Moh, Nurfuadi., Kepribadian Guru: Upaya mengembangkan kepribadian guru yang
sehat di masa depan, Yogyakarta: Grafindo Utera Media, 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai