Anda di halaman 1dari 19

Makalah Ekologi Tumbuhan

Daur Materi
(Siklus Biogeokimia)
Dosen Pengampu: Muslich Hidayat, M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 3:

Fillah Attaqi. ZA (170207018)


Yenni Yendriani (170207064)
Rafi Quddus (170207040)
Sri Nurlida (170207075)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERIAR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Daur Materi (Siklus Biogeokimia)” yang

berkaitan dengan materi pembelajaran Ekologi Tumbuhan. Makalah ini disusun

dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah

Ekologi Tumbuhan.

Dalam menyelesaikan Makalah ini , penulis sangat merasakan sekali

bantuan dari berbagai pihak baik itu berupa dukungan, kritik,saran, materi dan

lain-lain. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada bapak Muslich Hidayat, M.Si selaku dosen mata

kuliah Ekologi Tumbuhan.

Semoga Makalah ini memberikan manfaat dan menjadi bagian referensi

berbagai pihak mengenai Daur Materi (Siklus Biogeokimia). Oleh karena itu

saran dan kritik dari berbagai pihak akan sangat berarti dalam menyempurnakan

makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Daur Siklus Biogeokimia ..............................................................................3

1. Siklus Karbon............................................................................................3

2. Siklus nitrogen...........................................................................................6

3. Siklus air....................................................................................................9

4. Siklus fosfor...............................................................................................10

5. Siklus sulfur (Belerang).............................................................................12

BAB III : PENUTUP.............................................................................................15


A. KESIMPULAN............................................................................................15

B. SARAN........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ribosom adalah komponen sel yang membuat protein dari semua asam amino. Salah
satu prinsip utama biologi, sering disebut sebagai “dogma sentral,” adalah DNA yang
digunakan untuk membuat RNA, yang, pada gilirannya, digunakan untuk membuat protein.
Urutan DNA gen disalin ke RNA (mRNA). Ribosom kemudian membaca informasi dalam
RNA dan menggunakannya untuk membuat protein. Proses ini dikenal sebagai translasi;
yaitu, ribosom “menerjemahkan” informasi genetik dari RNA menjadi protein.
Ribosom melakukan hal ini dengan mengikat sebuah mRNA dan menggunakannya
sebagai template untuk urutan yang benar asam amino pada protein tertentu. Asam amino
yang melekat pada RNA transfer (tRNA) molekul, yang masuk salah satu bagian dari
ribosom dan mengikat ke urutan messenger RNA. Asam amino terlampir yang kemudian
bergabung bersama oleh bagian lain dari ribosom. Ribosom bergerak sepanjang mRNA,
“membaca” urutan dan menghasilkan rantai asam amino. Ribosom terbuat dari kompleks dari
RNA dan protein
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang di atas tadi, maka rumusan masalah dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Apa itu daur siklus biogeokimia?
2. Apa-apa saja daur siklus biogeokimia?
3. Apa yang dimaksud siklus karbon?
4. Apa yang dimaksud siklus nitrogen?
5. Apa yang dimaksud siklus air?
6. Apa yang dimaksud siklus fosfor?
7. Apa yang dimaksud siklus sulfur (belerang)?

1
C.    Tujuan Penulisan

Penulisan ini di dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui apa itu daur siklus biogeokimia.

2. Untuk mengetahui apa-apa saja daur siklus biogeokimia.

3. Untuk megetahui apa itu siklus karbon.

4. Untuk megetahui apa itu siklus nitrogen.

5. Untuk megetahui apa itu siklus air.

6. Untuk megetahui apa itu siklus fosfor.

7. Untuk megetahui apa itu siklus sulfur (belerang).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SIKLUS BIOGEOKIMIA

Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut dengan siklus organik-anorganik adalah

siklus unsur-unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke komponen

biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur- unsur tersebut tidak hanya

melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi- reaksi kimia dalam lingkungan abiotik

sehingga disebut sebagai siklus biogeokimia.

Biogeokimia adalah jalan-jalan yang bentuknya melingkar dari unsur-unsur kimia

yang melewati unsure-unsur organisme dan lingkungannya. Bio merujuk kepada organisme

hidup, geo kepada bebatuan, tanah udara dan air dari bumi, sedangkan kimia adalah

komposisi kimia dari bumi dan pertukaran unsure-unsur diantara bahan-bahan dari kerak

bumi. Siklus Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara

komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Dalam suatu ekosistem, materi pada setiap

tingkat trofik tidak hilang. Materi berupa unsur-unsur penyusun bahan organik tersebut

didaur-ulang.

Fungsi siklus biogeokimia adalah sebagai yang mengembalikan semua unsur-unsur

kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun

komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga.1

1. Siklus Karbon

Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur dalam ekosistem.

Dimulai dari karbon yang ada di atmosfer berpindah melalui tumbuhan hijau,

konsumen, dan organisme pengurai, kemudian kembali ke atmosfer. Di atmosfer karbon

terikat dalam bentuk senyawa karbondioksida (CO2 ).


1
Suswanto Rasidi, Erlin Nurtiyani, Modul Ekologi Tumbuhan, (Tanggerang: Universitas Terbuka, 2019),
h. 33

3
Karbondioksida merupakan bagian udara esensial yang dapat mempengaruhi radiasi

panas dari bumi, dan dapat membentuk persediaan karbon anorganik. Proses fotosintesis

yang terjadi pada tumbuhan hijau merupakan proses pengubahan karbondioksida sebagai

karbon anorganik menjadi karbohidrat sebagai senyawa hidrokarbon yang dalam hal

pengubahan karbon disebut juga senyawa karbon organic dalam tubuh tumbuhan disertai

dengan penyimpanan energi yang bersumber dari radiasi matahari, sehingga dalam tubuh

tumbuhan tersimpan energi yang disebut energi biokimia tersimpan bersama dengan

senyawa organic kompleks.

Dalam aktivitas fisiologi tumbuhan, sebagian karbon organic akan terurai dan CO2

dibebaskan lagi ke udara melalui respirasi, sebagian karbon organic lainnya diubah

menjadi senyawa organic kompleks dalam tubuh tumbuhan selama pertumbuhannya.

Senyawa organic tersebut akan ditransfer ke dalam tubuh konsumen melalui proses interaksi

dalam rantai maupun jarring makanan, sehingga sebagian dari senyawa karbon organic akan

tetap berada dalam tubuh konsumen (manusia, binatang/hewan ) sampai mati.

Setelah produsen dan konsumen mati, maka senyawa organic akan segera terurai lagi

melalui proses penguraian/dekomposisi oleh organisme pengurai dan karbon akan dilepas

sebagai CO 2 ke alam dan masuk ke udara atau ke dalam air.

Ada sebagian bahan organic yang kadang-kadang tidak bisa terurai dalam proses

dekomposisi sehingga memerlukan waktu yang sangat lama dan kemudian akan berubah

menjadi batu kapur, arang dan minyak yang dalam hal ini disebut bahan bakar fosil.

4
Gambar : Siklus Karbon di alam

Setiap ekosistem jumlah karbon yang tersimpan berbeda-beda, hal ini disebabkan

perbedaan keanekaragaman dan kompleksitas komponen yang menyusun ekosistem.

Kompleksitas ekosistem akan berpengaruh kepada cepat atau lambatnya siklus karbon yang

melalui setiap komponennya. Pada ekosistem hutan hujan tropis keanekaragaman biota

(termasuk species tumbuhan) sangat tinggi, sehingga pengembalian karbon organic ke dalam

tanah berjalan dengan cepat, dan karbon yang tersimpan dalam biomassa tumbuhan lebih

besar dibandingkan dengan ekosistem lainnya (ekosistem hutan iklim sedang, padang rumput

iklim sedang, dan ekosistem gurun).

Ekosistem dengan komunitas tumbuhnya sempurna dan keanekaragaman spesies

tumbuhannya tinggi, maka produksi karbodioksida oleh organisme pengurai, proses respirasi,

maupun penggunaan bahan bakar fosil akan diimbangi oleh proses pengikatan/fikasasi

karbondioksida oleh tumbuh-tumbihan. Hal demikian menyebabkan ekosistem h u t a n

h u j a n t r o p i s m e m i l i k i k e m a m p u a n yang lebih besar dalam mereduksi pencemaran

udara khususnya yang disebabkan gas karbon di udara. Telah diketahui bahwa meningkatnya

kandungan karbondioksida di udara akan menyebabkan kenaikan suhu bumi yang terjadi

karena efek rumah kaca, panas yang dilepaskan dari bumi diserap oleh karbondioksida di

udara dan dipancarkan kembali ke permukaan bumi, sehingga proses tersebut akan

memanaskan bumi. Keberadaan ekosistem hutan memiliki peranan penting dalam

5
mengurangi gas karbondioksida yang ada di udara melalui pemanfaatan gas

karbondioksida dalam proses fotosintesis oleh komunitas tumbuhan hutan.2

2. Siklus Nitrogen

Nitrogen adalah salah satu unsur kimia utama lain dalam ekosistem. Nitrogen

ditemukan pada semua asam amino, yang merupakan penyusun protein organisme-

organisme. Nitrogen tersedia bagi tumbuhan hanya dalam bentuk mineral: NH4+ (amonium)

dan N03- (nitrat). Meskipun atmosfer Bumi hampir 80%-nya terdiri atas nitrogen, unsur ini

sebagian besar terdapat dalam bentuk gas nitrogen (N2) yang tidak tersedia bagi tumbuhan.

Nitrogen memasuki ekosistem melalui dua jalur alamiah, yang keutamaan relatifnya

sangat bervariasi dari satu ekosistem ke ekosistem yang lain. Yang pertama, deposit pada

atmosfer, merupakan sekitar 5% sampai 10% dari nitrogen yang dapat digunakan, yang

memasuki sebagian besar ekosistem. Dalam proses ini, NH4+ dan N03- , kedua bentuk

nitrogen yang tersedia bagi tumbuhan, ditambahkan ke tanah melalui kelarutannya dalam air

hujan atau melalui pengendapan debu-debu haius atau butiran-butican lainnya. Beberapa

tumbuhan, seperti bromeliad epifit yang ditemukan pada kanopi hutan hujan tropis, memiliki

akar udara yang dapat mengambil NH4+ dan N03-, secara langsung dari atmosfer.

Jalur lain untuk masuknya nitrogen ke ekosistem adalah melalui fiksasi nitrogen

(nitrogen fixation). Hanya prokariota tertentu yang dapat memfiksasi nitrogen yaitu,

mengubah N2 menjadi mineral yang dapat digunakan untuk mensintesis senyawa organik

bernitrogeti seperti asam amino. Sesungguhnya, prokariota merupakan mata rantai yang

penting pada beberapa titik dalam siklus nitrogen. Nitrogen difiksasi dalam ekosistem

terestrial oleh bakteri tanah yang hidup bebas (nonsimbiotik) clan juga oleh bakteri simbiotik

2
Nasir Hadi, Buku Ajar Ekologi Tumbuhan, ( Jakarta: Universitas Terbuka,2015), h. 32-33

6
(Rhizobium) dalam nodul akar legum dan tumbuhan tertentu lainnya. Beberapa sianobakteri

memfiksasi nitrogen dalam ekosistem akuatik. Organisme yang memfiksasi nitrogen,

tentunya sedang memenuhi kebutuhan metaboliknya sendiri, tetapi kelebihan amonia yang

dibebaskan oleh organisme tersebut menjadi tersedia bagi organisme lain. Selain dari sumber

alami nitrogen yang dapat digunakan ini, fiksasi nitrogen secara industri dapat digunakan

untuk pembuatan pupuk, yang sekarang ini memberikan sumbangan utama dalam pool

mineral bernitrogen dalam ekosistem terestrial dan akuatik.

Gambar: siklus nitrogen

Produk langsung fiksasi nitrogen adalah amonia (NH3). Akan tetapi, paling tidak

sebagian besar tanah menjadi sedikit bersifat asam, dan NH3 yang dibebaskan ke dalam tanah

akan me•nangkap sebuah ion hidrogen (H+) untuk membentuk amonium, NH4+, yang dapat

digunakan secara langsung oleh tumbuhan. NH3 adalah gas, sehingga dapat menguap

kembali ke atmosfer dari tanah yang mempunyai pH mendekati 7. NH3 yang hilang dari

tanah ini kemudian dapat membentuk NH4+ di atmosfer. Sebagai akibatnya, konsentrasi

7
NH4+ dalam curah hujan berkorelasi dengan pH tanah dalam kisaran wilayah yang luas.

Pendaurulangan nitrogen secara lokal melalui pengendapan atmosfer ini bisa sangat jelas di

daerah pertanian, di mana baik pemupukan nitrogen dan kapur (suatu basa yang menurunkan

keasaman tanah) digunakan secara luas.

Meskipun tumbuhan dapat menggunakan amonium secara langsung, sebagian besar

amonium dalam tanah digunakan oleh bakteri aerob tertentu sebagai sumber energi;

aktivitasnya mengoksidasi amonium menjadi nitrit (N02-) dan kemudian menjadi nitrat (NO3-),

suatu proses yang disebut nitrifikasi. Nitrat yang dibebaskan dari bakteri ini kemudian dapat

diasimilasi oleh tumbuhan dan diubah menjadi bentuk organik, seperti asam amino dan

protein.

Hewan hanya dapat mengasimilasikan nitrogen organik, dengan cara memakan

tumbuhan atau hewan lain. Beberapa bakteri dapat memperoleh oksigen yang mereka

perlukan untuk metabolisme dari nitrat bukan dari O2, dengan kondisi anaerob. Sebagai

akibat dari proses denitrifikasi ini, beberapa nitrat diubah kembali menjadi N2, yang kembali

ke atmosfer. Perombakan dan penguraian nitro•gen organik kembali ke amonium, merupakan

suatu proses yang disebut amorlifikasi, yang sebagian besar dilakukan oleh bakteri dan fungi

pengurai. Proses ini akan mendaur ulang sejumlahbesar nitrogen ke dalam tanah.

Sebagian besar siklus bernitrogen dalam sistem alamiah melibatkan senyawa bernitrogen

dalam tanah dan air, bukan N2 atmosfer. Meskipun fiksasi nitrogen penung dalam pembentukan pool

nitrogen yang tersedia, fiksasi nitrogen hanya menyumbangkan sebagian kecil dari nitrogen yang

diasimilasikan setiap tahun oleh total vegetasi. Banyak spesies umum tumbuhan bergantung pada

asosiasi mereka dengan bakteri pemfiksasi nitrogen untuk menyediakan nutrien yang esensial tersebut

dalam bentuk yang dapat mereka asimilasikan. Jumlah N2 yang kembali ke atmosfer melalui

denitrifikasi juga relatif kecil. Pokok yang penting adalah bahwa meskipun pertukaran nitrogen antara

8
tanah dan atmosfer sangat berarti dalam jangka panjang, sebagian besar nitrogen pada sebagian besar

ekosistem didaur ulang secara lokal melalui penguraian dan reasimilasi.3

3. Siklus Air

Gudang air terbesar di alam adalah samudra, akan tetapi masih banyak gudang-gudang

air lainnya di permukaan bumi yang berupa badan-badan perairan seperti danau, rawa,

waduk dan sungai. Dari gudang-gudang air tersebut air akan menguap ke udara

(Evaporasi) kemudian membentuk awan, dan akhirnya turun lagi ke bumi dalam bentuk

presipitasi (hujan), sehingga air akan mencapai ke seluruh permukaan bumi melalui

presipitasi dan terus akan bergerak lagi masuk ke bumi, mengalir ke sungai, ke danau, ke

laut, menguap, dan seterusnya sesuai dengan siklusnya.

Di dalam siklus air (siklus hidrologi), air akan berpindah melalui berbagai tahap proses

yang sangat kompleks, apalagi pada permukaan bumi yang bervegetasi seperti hutan maka

proses hidrologi menjadi lebih kompleks. Dalam siklus air, pohon merupakan media

pemindahan (transfer) air hujan ke tanah melalui proses penahanan sementara air hujan oleh

tajuk pohon, aliran batang, dan air lolos, serta sebagai pemindahan air dari dalam tanah ke

vegetasi dan ke atmosfer melalui evapotranspirasi.

Butir-butir air hujan yang jatuh ditahan oleh tajuk pohon, sehingga tidak langsung

menimpa tanah. Penahanan air hujan oleh tajuk pohon akan mengurangi resiko tetesan

langsung ke tanah, sehingga aliran permukaan (air yang mengalir di permukaan tanah)

dapat dikendalikan. Air hujan yang ditahan oleh tajuk pohon, sebagian dialirkan perlahan-

lahan melalui batang yang disebut sebagai aliran batang (stem flow), sebagian jatuh

langsung dari tajuk atau melalui penetesan dari daun dan cabang-cabang pohon yang

disebut sebagai air lolos (through fall), dan sebagaian lagi tertahan sementara oleh tajuk

kemudian diuapkan kembali ke udara yang disebut sebagai air intersepsi. Pada daerah yang

3
Haisarin , A , Buku Ajar Ekologi Tumbuhan, (Medan : Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara,
2006), h. 31-33

9
bervegetasi pohon, air lolos dan aliran batang merupakan bagian dari presipitasi yang sampai

ke permukaan tanah dan masuk ke dalam tanah melalui proses filtrasi.

Gambar : Siklus Air di alam

Infiltrasi air hujan pada daerah bervegetasi akan lebih besar bila dibandingkan

dengan daerah yang tidak bervegetasi, sebab vegetasi tersebut menghasilkan serasah yang

dapat meningkatkan porositas tanah. meningkatnya infiltrasi dan perkolasi tanah, (peristiwa

bergeraknya air ke bawah dalam profil tanah) berdampak positif terhadap meningkatnya

muka air tanah. jika muka air meningkat, maka akan mengurangi kekeringan dan

mencegah terjadinya kekeringan pada musim kemarau, sedangkan berkurangnya aliran

permukaan menyebabkan berkurangnya erosi, berkurangnya sedimentasi, mencegah tanah

longsor dan bahaya banjir dapat terkendali. 4

4. Siklus Fosfor

Organisme memerlukan fosfor sebagai bahan fenyusun utama asam nukleat, fosfolipid,

ATP dan pembawa energi lainnya, serta sebagai salah satu mineral penyusun. Siklus fosfor

lebih sederhana dibandingkan dengan siklus karbon atau siklus nitrogen. Siklus fosfor tidak

4
Nasir Hadi, Buku Ajar Ekologi Tumbuhan,.............., h. 39-40

10
meliputi pergerakan melalui atmosfer, karena tidak ada gas yang mengandung fosfor secara

signifikan. Selain itu, fosfor hanya ditemukan dalam satu bentuk anorganik penting, fosfat

(P043-), yang diserap oleh tumbuhan dan digunakan untuk sintesis organik. Pelapukan

bebatuan secara perlahan-lahan menambah fosfat ke dalam tanah.

Gambar : Siklus Fosfor di Alam

Gambar : Siklus Fosfor

11
Setelah produsen menggabungkan fosfor ke dalam molekul biologis, fosfor

dipindahkan ke konsumen dalam bentuk organik, dan ditambahkan kembali ke tanah melalui

ekskresi fosfat tersebut oleh hewan dan oleh kerja pengurai bakteri dan fungi pengurai pada

derritus. Humus dan partikel tanah mengikat fosfat, sedemikian rupa sehingga siklus fosfor

cenderung menjadi cukup terlokalisir dalam ekosistem. Akan tetapi, fosfor benar-benar

tergelontor ke dalam badan air, yang secara perlahan-lahan mengalir dari ekosistem terestrial

ke laut.

Erosi hebat dapat mempercepat pengurasan fosfat, tetapi pelapukan bebatuan

umumnya sejalan dengan hilangnya fosfat. Fosfat yang mencapai lautan secara perlahan-

lahan terkumpul dalam endapan, kemudian tergabung ke dalam batuan, yang kemudian dapat

menjadi bagian dari ekosistem terestrial sebagai akibat proses geologis yang meningkatkan

dasar laut atau menurunkan permukaan laut pada suatu lokasi tertentu.

Sebagian besar fosfat bersiklus ulang secara lokal di antara tanah, tumbuhan, dan

konsumen atas dasar skala waktu ekologis, sementara suatu siklus sedimentasi secara

bersamaan mengeluarkan dan memulihkan fosfor terestrial selama wakti! geologis. Pola

umum yang sama berlaku juga bagi nutrien lain yang tidak memiliki bentuk yang terdapat di

atmosfer.

Suatu ekosistem akuatik yang belum secara serius diubah oleh aktivitas manusia,

rendahnya fosfat terlarut sering kali membatasi produktivitas primer. Akan tetapi, pada

banyak kasus, kelebihan (bukan keterbatasan) fosfat adalah permasalahan juga. Penambahan

fosfat dalam bentuk limbah kotoran cair dan aliran permukaan dari ladang pertanian yang

dipupuk merangsang pertumbuhan alga dalam ekosistem akuatik, yang seringkali memiliki

akibat negatif , seperti eutrofikasi.5

5. Siklus Belerang (sulfur)

5
Haisarin , A , Buku Ajar Ekologi Tumbuhan, .........., h. 33-34

12
Kelimpahan sulfur dalam kerak bumi mencapai 0,06%. Sumber utama-utama sulfur

tanah adalah dulfida-sulfida logam yang dikandung batu plutonik. Batuan plutonik adalah

batuan yang menghasilkan sulfat yang kemudian diendapkan sebagai garm-garam sulfat

dapat larut dan tidak larut di daerah kering atau agak kering, diserap jasad renik atau

direduksi oleh jasad renik membentuk sulfida atau anasir S atau terlindi dan tercuci

menuju lautan.

Siklus belerang dalam lingkungan hidup, sama rumitnya dengan siklus nitrogen.

Unsur belerang ini banyak terdapat dalam bentuk oksidanya serta dalam bentuk

sulfidanya. Unsur belerang yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan adalah dalam bentuk

senyawa sulfatnya. Unsur ini lebih banyak terdapat didalam tanah daripada di atmosfer,

sedangkan unsur nitrogen lebih banyak terdapat di atmosfer daripada didalam tanah. Unsur

belerang yang terdapat di dalam tanah diubah oleh bakteri menjadi bentuk sulfat yang larut

dalam air kemudian digunakan oleh tumbuh-tumbuhan untuk proses pertumbuhannya.

Gambar : Siklus Sulfur di Alam

13
Belerang dalam tubuh organisme merupakan unsur penyusun protein. Di alam, sulfur

(belerang) terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah dan di udara dalam bentuk

SO atau gas sulfur dioksida. Ketika gas sulfur dioksida yang berada di udara bersenyawa

dengan oksigen dan air, akan membentuk asam sulfat yang ketika jatuh ke tanah akan

menjadi bentuk ion-ion sulfat (SO42- ).

Kemudian ion-ion sulfat tadi akan diserap oleh tumbuhan untuk menyusun

protein dalam tubuhnya. Ketika manusia atau hewan memakan tumbuhan, maka akan terjadi

perpindahan unsur belerang dari tumbuhan ke tubuh hewan atau manusia.

Ketika hewan atau tumbuhan mati, jasadnya akan diuraikan oleh bakteri dan jamur

pengurai dan menghasilkan bau busuk, yaitu gas hidrogen sulfida (H2S) yang akan dilepas

ke udara dan sebagian tetap ada di dalam tanah. Gas hidrogen sulfida yang ada di

udara akan bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur oksida, dan yang di tanah

oleh bakteri tanah akan diubah menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur oksida yang nanti

akan diserap kembali oleh tumbuhan.

Gambar : Siklus Belerang (Sulfur)

Sulfur → fotosintesis → hewan → protein

Sulfur mengalir ke laut atau terurai menjadi gas H2S dan SO2 → hujan.6

6
Suswanto Rasidi, Erlin Nurtiyani, Modul Ekologi Tumbuhan, .................., h. 33

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Siklus Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara

komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Fungsi Daur Biogeokimia adalah sebagai

siklus materi yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua

yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan

hidup di bumi dapat terjaga.

Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan diantara biosfer,

geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi. Siklus nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfer

ke dalam tanah. Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke

dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen.

Siklus oksigen merupak siklus yang menggambarkan pertukaran dari oksigen antara

bentuk gas O2 yang terdapat dengan jumlah besat di atmosfer dan oksigen yang terikat secara

kimia dalam CO2, H2O dan bahan-bahan organik. Siklus belerang merupakan siklus yang

berkaitan dengan siklus oksigen dimana belerang bergabung dengan oksigen membentuk gas

belerang oksida SO2, sebagai bahan pencemar.

Silus fosfor, bersifat kritis karena fosfor secra umum merupakan hara yang terbatas

dalam ekosistem. Tidak ada bentuk gas dari fosfor yang stabil oleh karena itu siklus fosfor

adalah “endogenik”

B. SARAN

Mahasiwa dalam pembuatan sebuah makalah perlu mempunyai banyak referensi atau rujukan

yang dapat menunjang proses pembuatan makalah tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Haisarin , A. 2006. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Medan : Biologi FMIPA Universitas

Sumatera Utara.

Nasir Hadi. 2015. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suswanto Rasidi, Erlin Nurtiyani. 2019. Modul Ekologi Tumbuhan. Tanggerang : Universitas

Terbuka.

16

Anda mungkin juga menyukai