Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“METABOLISME MIKROBA”

Diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Mikrobiologi dan


Dipresentasikan di Kelas Tbio 5A

Dosen Pembimbing:
AIDHIYA IRHASH PUTRA, S.SI, MP.

OLEH:
AYUNI PUSPITA SARI (1830106009)
HUSNAL FADILLAH (1830106022)
T.BIOLOGI 5A

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR
BATUSANGKAR
TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. Yang maha kuasa,
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
telah dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Mikrobiologi ini. Shalawat
dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, sahabat dan seluruh orang yang senantiasa mengikuti sunah beliau.
Makalah Mikrobiologi ini dibuat berdasarkan kepada panduan dan garis-
garis besar pengajaran yang diberikan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Batusangkar. Juga penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini tentunya memerlukan sebuah celah untuk menyempurnakan
materi kedepannya, untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati menerima
masukan demi peningkatan dan penyempurnaan dalam makalah dan pembelajaran
ini.

Batipuh dan Payakumbuh,7 November 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. RumusanMasalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Anabolisme……………………………………………..….…….………..3
B. Katabolisme…………………………………………………….…………8
C. Enzim …………………………………………………….……….……..13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 17
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, mahluk hidup memerlukan energi yang diperoleh dari
proses metabolisme. Metabolisme adalah suatu ciri yang dimiliki makhluk hidup
yang merupakan serangkaian reaksi kimia di dalam sel. Reaksi-reaksi ini tersusun
dalam jalur-jalur metabolisme yang rumit dengan mengubah molekul-molekul
melalui tahapan-tahapan tertentu. Secara keseluruhan metabolisme bertanggung
jawab terhadap pengaturan materi dan sumber energi dari sel. Metabolisme terjadi
pada semua mahluk hidup termasuk kehidupan mikroba.
Metabolisme merupakan serentetan reaksi kimia yang terjadi dalam sel hidup.
Dalam metabolisme ada dua fase yaitu katabolisme dan anabolisme.
Secara menyeluruh sebagian besar katabolisme adalah respirasi seluler di mana
glukosa dan bahan bakar organik yang lain dipecah menjadi karbon dan air
dengan membebaskan energi. Energi yang diperoleh disimpan dalam molekul-
molekul organik dan digunakan untuk melakukan kerja dari sel. Kebalikan dari
katabolisme adalah anabolisme, yang merupakan serangkaian reaksi-reaksi kimia
yang membutuhkan energi untuk membentuk molekul-molekul besar dari
molekul-molekul yang lebih kecil, misalnya pembentukan protein dari asam
amino.
Bila dalam suatu reaksi menghasilkan energi maka disebut reaksi
eksergonik dan apabila untuk dapat berlangsungnya suatu reaksi diperlukan energi
reaksi ini disebut reaksi endergonik. Kegiatan metabolisme meliputi proses
perubahan yang dilakukan untuk sederetan reaksi enzim yang berurutan. Untuk
mempercepat laju reaksi-reaksi diperlukan enzim-enzim tertentu pada setiap
tahapan reaksi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Proses Anabolisme Pada Mikroba?
2. Bagaimanakah Proses Katabolisme Pada Mikroba?

1
3. Bagaimanakah peranan enzim dalam proses metabolisme mikroba?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Proses Anabolisme Pada Mikroba
2. Untuk Mengetahui Proses Katabolisme Pada Mikroba
3. Untuk mengetahui peranan enzim dalam proses metabolisme mikroba

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anabolisme
Metabolisme merupakan seluruh peristiwa reaksi-reaksi kimia yang
berlangsung dala sel makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu
anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme adalah penyusunan senyawa kimia sederhana menjadi
senyawa kimia atau molekul komplek (Prawirohartono dan Hadisumarto, 1997).
Pada peristiwa ini diperlukan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam
reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut,
selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut
menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang
diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan
kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk. Energi yang digunakan dalam
anabolisme dapat berupa energi cahaya atau energi kimia. Anabolisme yang
menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme
yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.
1. Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan
karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang
mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil,
makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa
jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara,
karbon dioksida dan air serta bantuan energi cahaya matahari. Terjadi pada
algae, tumbuhan dan beberapa prokariotik:
Fotosintesis Terdiri atas 2 reaksi utama: Photophosphorylation (reaksi
terang) dan fiksasi karbon dioksida (reaksi gelap).
a. Photophosphorylation (Reaksi terang)
Pada reaksi terang, cahaya mengenai klorofil a yang menyebabkan
elektron tereksitasi sehingga mempunyai energi lebih tinggi. Dalam satu

3
rangkaian reaksi kimia, energi tersebut akan diubah menjadi ATP dan
NADPH. Air akan terurai dan melepaskan oksigen sebagai satu produk
reaksi. ATP dan NADPH akan digunakan untuk membuat karbohidrat pada
reaksi gelap.
b. Fiksasi Karbon Dioksida (Reaksi Gelap)
Fiksasi karbon dikenal sebagai reaksi gelap. Enam molekul gas asam
arang masuk ke dalam sel melalui stomata dan akan diikat oleh ribulosa
bifosfat (RuBP). RuBP merupakan suatu senyawa berkarbon 5 yang akan
diubah menjadi satu molekul gula. Peristiwa ini terjadi di dalam stroma
dan telah diperkenalkan oleh Melvin Calvin sehingga selanjutnya dikenal
dengan siklus calvin.

Pada kelompok bakteri dapat dibedakan atas: anoxygenic dan oxygenic


photosynthesis.
1) Anoxygenic Photosynthesi
Proses fotosintesis yang tidak menghasilkan O2 dan H2S berperan
sebagai donor elektron. Anoxygenic photosynthesis ditemukan pada:
a. Green sulfur bacteria (e.g. Chlorobium)
b. Green nonsulfur bacteria (e.g. Chloroflexus)
c. Purple sulfur bacteria (e.g. Chromatium)
d. Purple nonsulfur bacteria (e.g. Rhodobacter)
Donor Electron bervariasi:
a. H2S atau senyawa organik pada green dan purple sulfur bacteria.

4
b. H2 atau senyawa organik pada green and purple nonsulfur bacteria.
Hanya memiliki satu fotosistem
a. Pada green bacteria, photosystem sama dengan PSI.
b. Pada purple bacteria, photosystem sama dengan PSII.
Fungsi utama adalah menghasilkan ATP melalui cyclic
photophosphorylation.
2) Oxygenic photosynthesis
Proses fotosintesis yang menghasilkan O2 dan H2S berperan sebagai
donor elektron.Ditemukan pada Cyanobacteria (blue-green algae) dan
organisme eukariotik yang memiliki kloroplas. Donor electron adalah
H2O: teroksidasi membentuk O2. Melalui 2 fotosistem yaitu PSI dan PSII.
Fungsi umum menghasilkan NADPH dan ATP untuk fiksasi karbon.
2. Kemosintesis
Kemosintesis adalah proses pembentukan glukosa (karbohidrat) dengan
menggunakan energi kimia, bukan energi sinar matahari. Tanaman dan alga
membentuk glukosa dengan energi berasal dari sinar matahari melalui
fotosintesis, sedangkan bakteri akan membentuk glukosa dengan sumber energi
dari reaksi kimia melalui kemosintesis. Bakteri memerlukan glukosa untuk
tumbuh dan berkembangbiak, banyak bakteri yang tidak berklorofil
menghasilkan glukosa melalui proses kemosintesis. Proses ini diawali dengan
bakteri memproses bahan anorganik yang ada disekitarnya hingga berubah
menjadi bahan lain dan menghasilkan energi.
Energi yang dihasilkan dalam proses tersebut akan digunakan untuk
menangkap molekul karbondioksida dari lingkunagn sekitarnya.
Karbondioksida akan masuk ke dalam Siklus Calvin dan menghasilkan
glukosa.
Kemosintesis terjadi pada bakteri nitrifikasi, bakteri belerang, bakteri
besi, bakteri hidrogen, dan bakteri metana. Bakteri-bakteri ini akan
menggunakan energi dari reaksi kimia untuk mereduksi karbondioksida
menghasilkan glukosa dan bahan organik lain:

5
a. Kemosintesis bakteri nitrifikasi
Proses nitrifikasi terjadi di tanah dalam keadaan tersedia oksigen.
Nitrifikasi akan mengubah amonia menjadi nitrit kemudian diubah menjadi
nitrat. Energi yang dihasilkan dari reaksi-reaksi tersebut akan digunakan
untuk membentuk glukosa. Amonia akan diubah menjadi nitrit oleh
bakteri Nitrosomonas

Nitrit akan diubah menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter

Senyawa nitrat yang telah dihasilkan akan menyuburkan tanah dan


diserap oleh tumbuhan sebagai sumber senyawa nitrogen.
b. Kemosintesis bakteri belerang
Bakteri belerang ditemukan pada sumber air panas atau genangan air
yang tidak mengalir. Bakteri belerang seperti Thiobacillus
ferrooxidans mampu mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur (belerang)
dan menggunakan energi yang dihasilkan untuk membentuk glukosa.

Thiobacillus ferrooxidans dapat digunakan sebagai agen pembersih


lingkungan karena mampu mengubah hidrogen sulfida yang beracun
menjadi belerang yang lebih aman. Hidrogen sulfida berbentuk gas dan
sering ditemukan pada pengeboran minyak bumi.
c. Kemosintesis bakteri besi
Bakteri besi ditemukan pada perairan yang banyak mengandung
unsur besi dan biasanya memiliki endapan berwarna kemerahan. Bakteri besi
seperti Ferrobacillus ferrooxidans akan mengubah ion ferri yang larut air
menjadi endapan ferro yang tidak larut air. Energi yang dihasilkan akan
digunakan untuk membentuk glukosa.

6
Dalam keadaan tidak tersedia oksigen, ion ferro yang berbentuk endapan
akan diubah kembali oleh bakteri tersebut menjadi ion ferri yang larut air.E
d. Kemosintesis bakteri hydrogen
Bakteri ini memperoleh energi dengan mengoksidasi hidrogen dan
menggunakan energi tersebut untuk membentuk glukosa.

Bakteri yang mampu mengoksidasi hidrogen umumnya hidup di tempat


dengan kadar oksigen rendah, contohnya adalah Cupriavidus necator.
e. Kemosintesis bakteri metana
Bakteri ini mampu menggunakan metana untuk menghasilkan energi
dan karbondioksida, yang kemudian digunakan untuk membentuk glukosa.

Bakteri yang menggunakan metana sebagai sumber energi


contohnya adalah Methanomonas.
Proses pembentukan glukosa pada berbagai bakteri sebagian besar
terjadi melalui reaksi gelap/ siklus calvin. Prosesnya sama dengan yang
terjadi pada tumbuhan, hanya berbeda pada orgenel tempat berlangsungnya
reaksi gelap tersebut. Energi yang telah diperoleh akan digunakan untuk
membentuk NADH, kemudian NADH akan diproses lebih lanjut menjadi
NADPH. Molekul NADPH ini akan digunakan pada reaksi gelap untuk
menangkap karbondioksida (CO2) yang akan diproses menjadi glukosa.
Berdasarkan cara memperoleh makanannya makhluk hidup dapat
dibedakan menjadi heterotrof dan autotrof. Organisme heterotof adalah
makhluk hidup yang tidak mampu menghasilkan makanan sendiri misalnya
adalah hewan, sedangkan organisme autotrof adalah makhluk yang mampu
menghasilkan makanan sendiri.Organisme autotrof masih dibagi lagi
menjadi fotoautotrof dan kemoautotrof. Organisme fotoautotrof adalah
makhluk hidup yang menghasilkan makanan sendiri dengan energi berasal

7
dari sinar matahari, contohnya tumbuhan dan alga. Sedangkan organisme
kemoautotrof adalah makhluk hidup yang menghasilkan makanan sendiri
dengan energi yang berasal dari reaksi kimia, contohnya pada bakteri.
Pada pembahasan kemosintesis ini kita fokus pada organisme
kemoautotrof yang terdiri dari berbagai macam jenis bakteri. Kemosintesis
termasuk dalam reaksi anabolisme dimana sel menggunakan energi untuk
membentuk bahan organik yang penting untuk hidupnya.

B. Katabolisme
Katabolisme adalah reaksi pemecahan/pembongkaran senyawa kompleks
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan menghasilkan energi
yang dapat digunakan organisme untuk melakukan aktivitasnya. Fungsi reaksi
katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang dibutuhkan
oleh reaksi anabolisme.
Sel-sel bakteri seperti halnya sel semua organisme hidup, umumnya
melakukan aktivitas kehidupan untuk kelangsungan hidupnya. Semua sel
membutuhkan suatu sumber energi. Walaupun sangat beraneka ragam jenis
substansi yang berperan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme, namun
terdapat pola dasar metabolisme yang sangat sederhana yaitu terjadi perubahan
dari satu bentuk energi yang kompleks menjadi bentuk energi yang lebih
sederhana, sehingga dapat masuk ke dalam rangkaian metabolik.
Bakteri dapat mengubah zat kimia dan energi radiasi kebentuk yang
berguna untuk kehidupannya melalui proses respirasi, fermentasi dan fotosintesis.
Dalam respirasi, molekul oksigen adalah penerima elektron utama, sementara
dalam fermentasi molekul bahan makanan biasanya pecah menjadi dua bagian,
dimana yang satu kemudian dioksidasi oleh yang lainnya. Dalam fotosintesis,
energi cahaya diubah menjadi energi kimia. Bagaimanapun, dalam semua jenis sel
dan tanpa menghiraukan mekanisme yang digunakan untuk mengekstrak energi,
reaksi tersebut diiringi oleh pembentukan Adenosine Triphosphate (ATP). ATP
adalah perantara yang umum (reaktan) baik dalam reaksi yang menghasilkan
energi maupun reaksi-reaksi yang membutuhkan energi dan pembentukannya

8
memerlukan mekanisme dimana energi yang tersedia dapat disalurkan kedalam
reaksi biosintesis dari sel yang memerlukan energi
1. Respirasi
Respirasi merupakan proses disimilasi, yaitu proses penguraian zat yang
membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam suatu senyawa organik.
Dalam proses ini, terjadi pembongkaran suatu zat makanan sehingga
menghasilkan energi yang diperlukan oleh organisme tersebut. Saat molekul
terurai menjadi molekul yang lebih kecil, terjadi pelepasan energi, reaksinya
disebut eksorgenik. Respirasi merupakan salah satu dari reaksi katabolik.
Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen bebas, respirasi dibedakan atas dua
macam, yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob
a. Respirasi Aerob
Respirasi aerob, yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen bebas. Pada
proses ini, oksigen merupakan senyawa penerima hidrogen akhir. Respirasi
secara aerob, terjadi didalam sitoplasma dan berlangsung melalui empat
tahap, yaitu:
1) Glikolisi
Glikolisis merupakan pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP
tanpa membutuhkan oksigen. Proses glikolisis terdiri atas 10 tahap, yaitu:
a) Tahap 1: Glukosa yang masuk kedalam sel mengalami fosfolirasi
dengan bantuan enzim heksokinase dan menghasilkan glukosa 6-fosfat.
Untuk keperluan ini ATP diubah menjadi ADP agar diperoleh energi.
b) Tahap 2: Glukosa 6-fosfat diubah oleh enzim fosfoglukoisomerase
menjadi bentuk isomernya berupa fruktosa 6-fosfat.
c) Tahap 3: Dengan menggunakan energi hasil perubahan ATP menjadi
ADP, fruktosa 6-fosfat diubah oleh enzim fosfofruktokinase menjadi
fruktosa 1,6-bifosfat
d) Tahap 4: Enzim aldolase mengubah fruktosa 1,6-bifosfat menjadi
dihidroksiaseton fosfat dan gliseraldehida fosfat.
e) Tahap 5: Terjadi perubahan reaksi bolak balik antara dihidroksi aseton
fosfat dengan gliseraldehid fosfat sehingga akhirnya hanya

9
gliseraldehid fosfat saja yang digunakan untuk reaksi berikutnya.
f) Tahap 6: Melalui bantuan enzim triosofosfat dehidrogenase, terjadi
perubahan dari gliseraldehid fosfat menjadi 1,3-bifogliserat. Dalam
tahap ini juga terjadi transfer elektron sehingga NAD berubah menjadi
NADH, serta pengikatan fosfat anorganik dari sitoplasma.
g) Tahap 7: Terjadi perubahan dari 1,3-bifogliserat menjadi 3-fosfogliserat
dengan bantuan enzim fosfogliserokinase. Pada tahap ini juga terjadi
pembentukan dua molekul ATP dengan menggunakan gugus fosfat
yang sudah ada pada reaksi sebelumnya.
h) Tahap 8: Terjadi perubahan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat
karena enzim fosfogliseromutase memindahkan gugus fosfatnya.
i) Tahap 9: Terjadi pembentukan fosfoenol piruvat (PEP) dan 2-
fosfogliserat dengan bantuan enzim enolase, sekaligus juga terjadi
pembentukan 2 molekul air.
j) Tahap 10: Terjadi perubahan fosfoenol piruvat (PEP) menjadi asam
piruvat dengan enzim piruvatkinase, serta terjadi pembentukan 2
molekul ATP
Dengan demikian, pada akhir glikolisis akan dihasilkan 2 molekul asam
piruvat yang berkarbon 3, 2 ATP dan 2 NADH dari setiap perubahan 1
molekul glukosa.
2) Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat
Dekarboksilasi oksidatif asam piruvat berlangsung didalam mitokondria
dan merupakan reaksi kimia yang mengawali siklus krebs. Dalam
peristiwaini terjadi perubahan asam piruvat menjadi molekul asetil-KoA.
Asetil KoA merupakan senyawa berkarbon dua. Dalam dua peristiwa ini
juga dihasilkan satu molekul NADH untuk setiap pengubahan molekul asam
piruvat menjadi asetil-KoA.
3) Siklus Krebs (Daur Asam Sitrat)
Kondisi aerob dalam organisme berlangsung pada dua tahapan
berikutnya, yaitu siklus krebs dan transpor elektron. Pada organisme
eukariotik, proses ini berlangsung pada matriks dalam mitokondira

10
sedangkan pada prokariotik, berlangsung dalam sitoplasma. Tahapan siklus
krebs adalah sebagai berikut:
a) Asam piruvat dari proses glikolisis, selanjutnya masuk ke siklus krebs
setelah bereaksi dengan NAD+ (Nikotinamida adenine dinukleotida) dan
ko-enzim A atau Ko-A, membentuk asetil Ko-A. Dalam peristiwa ini,
CO2 dan NADH dibebaskan. Perubahan kandungan C dari 3C (asam
piruvat) menjadi 2C (asetil ko-A).
b) Reaksi antara asetil Ko-A (2C) dengan asam oksalo asetat (4C) dan
terbentuk asam sitrat (6C). Dalam peristiwa ini, Ko-A dibebaskan
kembali.b

b. Respirasi anaerob
Respirasi anaerob yaitu respirasi yang tidak membutuhkan oksigen
bebas. Pada proses ini, senyawa seperti asam piruvat dan asetaldehid
berfungsi sebagai penerima hidrogen terakhir.Fermentasi adalah proses
pembebasan energi tanpa oksigen. Ciri-ciri dari fermentasi adalah:
1) Terjadi pada organisme yang tidak membutuhkan oksigen bebas.
2) Tidak terjadi penyaluran elektron ke siklus krebs dan transpor elektron.
3) Energi (ATP) yang terbentuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan
respirasi aerob yaitu 2 molekul ATP setiap mol glukosa
4) Jalur yang ditempuh ialah glikolisis dan pembentukan alkohol
(fermentasi alkohol) dan pembentukan asam laktat.
5) Menghasilkan produk berupa asam-asam organik, alkohol dan gas.
6) Organisme anaerobik juga menghasilkan energi, yaitu melalui reaksi-
reaksi yang disebut fermentasi yang menggunakan bahan organik sebagai

11
donor dan akseptor elektron. Bakteri anaerobik fakultatif dan bakteri
anaerobik obligat menggunakan berbagai macam fermentasi untuk
menghasilkan energi. Misalnya pada bakteri Streptococus lactis
menggunakan fermentasi asam laktat untuk perolehan energi yaitu dengan
menguraikan glukosa menjadi asam laktat melalui proses glikolisis, satu
molekul glukosa diubah menjadi dua molekul asam piruvat disertai dengan
pembentukan dua NADH +. Asam piruvat tersebut diubah menjadi asam
laktat

Sebagaimana ditujukkan dalam skema di atas, selain menghasilkan asam


piruvat sebagai produk akhir juga dihasilkan 2 molekul NHDH yang harus
dioksidasi. Tergantung pada tipe mikroorganismenya asam piruvat
(CH3COCOOH) dimetabolisme lebih lanjut untuk menghasilkan produk akhir
fermentasi sebagaimana ditunjukkan dalam skema berikut:
a) Fermentasi Asam homolaktat. Dilakukan oleh beberapa bakteri Streptococcus
dan Laktobacillus.
b) Fermentasi Alkohol. Dilakukan oleh Yeast.
c) Fermentasi Asam Campuran, dilakukan Escherichia coli dan beberapa bacteri
anterik lainnya.
d) Fermentasi butylen-glikol, dilakuka 0leh Enterobacter, Pseudomonas dan
Bacillus.
e) Fermentasi Asam propionate. Dilakukan oleh Propioniacterium dan Veillonela.

12
CO2 asam piruvat
f) Fermentasi Asam Butirat, butanol dan aseton
Bakteri yang melakukan fermentasi tersebut adalah Clostridium. Dari
skema tersebut dapat diketahui bahwa berbagai macam senyawa yang dapat
berperan sebagai aseptor elektron terakhir. Jadi produk akhir dari fermentasi
juga bervariasi. Dalam hal fermentasi asam laktat atau alkohol, hanya satu
macam. Pada fermentasi lain seperti campuran asam atau asam butirat
menggunakan bermacam aseptor elektron dan produk fermentasi juga
bervariasi. Tidak semua bakteri melakukan metabolisma gula melalui jalur
embden-meyerhof, tetapi ada beberapa alternatif penguraian glukosa
menghasilkan tipe fermentasi.

C. Enzim
Enzim merupakan substansi yang ada dalam sel dalam jumlah yang amat
kecil dan mampu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan
dengan proses-proses seluler dan kehidupan. Nama lain dari enzim adalah fermen;
nama enzim berasal dari bahasa Yunani yang berarti “dalam ragi”.
Keseluruhan bagian enzim yang disebut holoenzim tersusun atas dua
komponen utama, yaitu komponen protein (apoenzim) dan komponen nonprotein
(gugus prostetik). Fungsi enzim sangat ditentukan oleh gugus apoenzimnya
karena pada bagian tertentu merupakan tempat melekatnya substrat dan sekaligus
tempat mereksikan substrat. Bagian pada gugus protein yang berfungsi sebagai
pusat katalitik enzim disebut sisi aktif.
Ada dua tipe enzim, yaitu eksoenzim atau enzim ekstraseluler atau enzim
di luar sel dan endoenzim atau enzim intraseluler atau enzim di dalam sel. Fungsi
utama dari eksoenzim adalah melangsungkan perubahan-perubahan pada nutrien
di sekitarnya sehingga memungkinkan nutrien tersebut memasuli sel; dengan
mengambil zat makanan yang ada di sekeliling sel.
Sebagai molekul zat yang mempunyai peranan besar dalam metabolisme,
enzim memiliki beberapa sifat penting, di antaranya sebagai berikut:
1. Enzim adalah Suatu Protein

13
2. Bekerja Secara Khusus (Spesifik)
3. Enzim sebagai Katalisator
4. Dapat digunakan Berulang Kali
5. Rusak oleh Panas
6. Dapat Bekerja Bolak-Balik

Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara:


1. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana
keadaan transisi terstabilisasi. Contohnya mengubah bentuk substrat menjadi
konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan enzim.
2. Menurunkan energi dalam keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat
dengan menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang
berlawanan dengan keadaan transisi.
3. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat
sementara waktu untuk membentuk kompleks enzim-substrat antara.
4. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama
pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini
melibatkan destabilisasi keadaan dasar dan kontribusinya terhadap katalis
relatif kecil.
Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua hipotesis, yaitu hipotesis
gembok dan anak kunci dan hipotesis kecocokan yang terinduksi.
1. Hipotesis Gembok dan Anak Kunci (Lock and Key)
Menurut hipotesis yang dikemukakan oleh Emil Fischer, bagian sisi aktif
enzim mempunyai bentuk spesifik dan tidak fleksibel. Suatu enzim hanya
dapat ditempati oleh substrat tertentu saja. Enzim dan substrat bergabung
bersama membentuk kompleks, seperti kunci yang masuk dalam gembok. Di
dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi aktivasi yang rendah.
Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan produk serta membebaskan
enzim
2. Hipotesis Induced Fit
Menurut hipotesis ini, bagian sisi aktif enzim bersifat fleksibel terhadap

14
substrat yang masuk. Apabila ada substrat yang masuk ke bagian sisi aktif,
maka bagian ini akan mengalami perubahan bentuk mengikuti substrat.
Ketika produk sudah terlepas dari kompleks, selanjutnya enzim tidak aktif
menjadi bentuk yang lepas. Sehingga, substrat yang lain kembali bereaksi
dengan enzim tersebut
Faktor-faktor yang berpengaruh pada kerja enzim adalah suhu, pH, zat
penghambat (inhibitor), konsentrasi substrat dan hasil akhir.
1. Suhu
Peningkatan suhu dapat meningkatkan kecepatan reaksi sampai
batas suhu tertentu. Hal ini disebabkan jika molekul bergerak lebih cepat,
maka substrat akan berikatan lebih cepat pada sisi aktif. Setelah melewati
batas suhu tertentu, enzim akan mengalami denaturasi. Denaturasi adalah
perubahan struktur secara kimiawi karena terjadi gangguan pada ikatan
hidrogen, ikatan ionik dan ikatan lemah lainnya yang menyebabkan
struktur enzim rusak. Jika kenaikan suhu terus terus menerus, maka
kemampuan kerja enzim menurun, bahkan berhenti. Demikian pula jika
terjadi penurunan suhu, maka enzim tidak bisa bekerja karena menjadi
tidak aktif pada suhu rendah (0°C atau di bawahnya), tetapi tidak rusak.
Jika suhunya kembali normal enzim mampu bekerja kembali. Setiap
enzim mempunyai suhu optimum tertentu, yaitu suhu yang paling baik
untuk melangsungkan reaksi secara maksimal. Enzim bekerja optimal
pada suhu 30°C atau pada suhu tubuh.
2. pH (Derajat Keasaman)
Enzim bekerja optimal pada pH tertentu, umumnya pada pH netral.
Pada kondisi asam atau basa, kerja enzim terhambat. Agar enzim dapat
bekerja secara maksimal, pada penelitian/percobaan yang menggunakan
enzim, kondisi pH larutan dijaga agar tidak berubah, yaitu dengan
menggunakan larutan penyangga (buffer).
3. Zat Penghambat (Inhibitor)
Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut inhibitor.
Inhibitor merupakan senyawa kimia yang bersifat menghambat kerja

15
enzim. Zat tersebut memiliki struktur seperti enzim yang dapat masuk ke
substrat atau ada yang memiliki struktur seperti substrat sehingga enzim
salah masuk ke penghambat tersebut. Hambatan enzim dapat
dikelompokkan ke dalam tipe reversible (dapat balik) dan non-reversible
(tidak dapat balik). Inhibitor reversibel adalah zat penghambat yang tidak
berkaitan secara kuat dengan enzim, sedangkan inhibitor irreversible
merupakan penghambat yang berkaitan dengan sisi aktif enzim secara
kuat sehingga tidak dapat terlepas. Hambatan reversible dibagi menjadi
inhibitor kompetitif dan non kompetitif. Inhibitor kompetitif merupakan
senyawa kimia yang menyerupai substrat yang dapat bereaksi dengan sisi
aktif enzim. Jika sisi aktif enzim sudah terisi oleh inhibitor kompetitif,
maka substrat tidak dapat berikatan dengan enzim. Untuk mengatasi hal
ini, jumlah substrat harus ditingkatkan sehingga substrat mempunyai
kesempatan dalam bersaing memperebutkan sisi aktif enzim. Inhibitor
nonkompetitif merupakan senyawa kimia yang menghambat kerja enzim
dengan cara melekat pada bagian selain sisi aktif. Hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk enzim. Akibatnya bagian sisi aktif enzim
sulit berikatan dengan substrat dan enzim tidak dapat mengubah substrat
menjadi produk.
4. Konsentrasi Substrat
Jumlah substrat yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan
kerja enzim. Biasanya, sel akan menambah jumlah enzim dengan cara
melakukan sintesis enzim untuk mengatasi hambatan tersebut.
5. Hasil akhir
Kerja enzim dipengaruhi hasil akhir. Hasil akhir yang menumpuk
menyebabkan enzim sulit “bertemu’ dengan substrat. Semakin
menumpuk hasil akhir, semakin lambat kerja enzim

16
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Metabolisme merupakan seluruh peristiwa reaksi-reaksi kimia yang
berlangsung dalam sel makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah penyusunan zat kompleks dari
zat yang lebih sederhana. Sebaliknya, katabolisme adalah pemecahan zat komplek
menjadi zat yang lebih sederhana disertai dengan pelepasan energi. Kedua proses
metabolisme tersebut merupakan reaksi enzimatis, artinya reaksi tersebut
melibatkan peranan enzim. Enzim adalah suatu protein dan dihasilkan oleh sel
hidup. Enzim adalah protein yang bekerja secara khusus, sebagai katalisator, dapat
digunakan berulang kali, rusak oleh panas tinggi, terpengaruh oleh pH, diperlukan
dalam jumlah sedikit dan dapat bekerja secara bolak-balik. Enzim bekerja dalam
mengkatalisis reaksi kimia (biokimia) yang berlangsung di dalam sel itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi enzim yaitu: suhu (temperature), derajat
keasaman (pH), konsentrasi substrat, zat penghambat (inhibitor) dan hasil akhir.
Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua, yaitu hipotesis gembok dan
anak kunci dan hipotesis kecocokan yang terinduksi.
Bakteri dapat merubah zat kimia dan energi radiasi ke bentuk yang
berguna untuk kehidupannya melalui proses respirasi, fermentasi dan fotosintesis.
Dalam respirasi, molekul oksigen adalah penerima elektron utama, sementara
dalam fermentasi molekul bahan makanan biasanya pecah menjadi dua bagian,
dimana yang satu kemudian dioksidasi oleh yang lainnya. Dalam fotosintesis,
energi cahaya diubah menjadi energi kimia. Bagaimanapun, dalam semua jenis sel
dan tanpa menghiraukan mekanisme yang digunakan untuk mengekstrak energi,
reaksi tersebut diiringi oleh pembentukan Adenosine Triphosphate (ATP).

17
DAFTAR PUSTAKA

Kimbal, J. (n.d.). 1997. Biologi Edisi kelima. Alih bahasa: Siti Soetarmi Tjitrosomo,
Nawangsari Sugiri.Jakarta: Erlangga.
Lud Waluyo. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Michael J. Pelczar, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Placezr, Michael. 2008. Dasar – dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia: Jakarta
Suharni, theresia tri. 2007. Mikrobiologi umum. Yogyakarta : Penerbit universitas atma
jaya
Tortora, Jeneng. 1988. Pengantar mikrobiologi. Jakarta: departemen pendidikan dan
kebudayaan

18

Anda mungkin juga menyukai