Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH BIOKIMIA LANJUT

METABOLISME MIKROBA

DOSEN PENGAMPUH : Prof. Dr. Tahril, M.Si., M.Pd.I., M.P.

DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
1. Siti Fatimah A25119033
2. Aldi Fahril Uke A25119041
3. Magfira Ridwan A25119047
4. Karina Nadya S. A25119053
5. Hasnawati A25119055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena berkat rahmat
dan ridho-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami susun
karena merupakan salah satu tugas yang diberikan pada mata kuliah Biokimia
Lanjut. Makalah ini akan membahas Metabolisme Mikroba.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam proses perkuliahan


khususnya bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia di Universitas
Tadulako. Penulis mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam
makalah ini, karena pada dasarnya penulis hanya manusia biasa yang masih
dalam tahap belajar dan masih harus banyak melakukan perbaikan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
makalah ini.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyusun makalah ini dan bagi semua pembaca
makalah ini.

Palu , 10 Mei 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3 Manfaat................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Pengertian Anabolisme dan Katabolisme............................................3
2.2 Produksi Energi oleh Mikroba.............................................................4
2.3 Struktur Enzim.....................................................................................14
2.4 Sifat Enzim..........................................................................................14
2.5 Mekanisme Kerja Enzim.....................................................................16
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Enzim.............................18
2.7 Peranan Enzim.....................................................................................25
2.8 Pengendalian Enzim............................................................................27
BAB III PENUTUP............................................................................................29
3.1 Kesimpulan..........................................................................................29
3.2 Saran....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan, mahluk hidup memerlukan energi yang diperoleh dari


proses metabolisme. Metabolisme adalah suatu ciri yang dimiliki makhluk hidup
yang merupakan serangkaian reaksi kimia di dalam sel. Reaksi-reaksi ini tersusun
dalam jalur-jalur metabolisme yang rumit dengan mengubah molekul-molekul
melalui tahapan-tahapan tertentu. Secara keseluruhan metabolisme bertanggung
jawab terhadap pengaturan materi dan sumber energi dari sel. Metabolisme terjadi
pada semua mahluk hidup termasuk kehidupan mikroba.

Metabolisme merupakan serentetan reaksi kimia yang terjadi dalam sel hidup.
Dalam metabolisme ada dua fase yaitu katabolisme dan anabolisme. Secara
menyeluruh sebagian besar katabolisme adalah respirasi seluler di mana glukosa
dan bahan bakar organik yang lain dipecah menjadi karbon dan air dengan
membebaskan energi. Energi yang diperoleh disimpan dalam molekul-molekul
organik dan digunakan untuk melakukan kerja dari sel. Kebalikan dari
katabolisme adalah anabolisme, yang merupakan serangkaian reaksi-reaksi kimia
yang membutuhkan energi untuk membentuk molekul-molekul besar dari
molekul-molekul yang lebih kecil, misalnya pembentukan protein dari asam
amino.

Bila dalam suatu reaksi menghasilkan energi maka disebut reaksi eksergonik
dan apabila untuk dapat berlangsungnya suatu reaksi diperlukan energi reaksi ini
disebut reaksi endergonik. Kegiatan metabolisme meliputi proses perubahan yang
dilakukan untuk sederetan reaksi enzim yang berurutan. Untuk mempercepat laju
reaksi-reaksi diperlukan enzim-enzim tertentu pada setiap tahapan reaksi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Anabolisme dan Katabolisme?

2. Bagaimana produksi energi oleh mikroba?

1
3. Bagaimana struktur Enzim?

4. Bagaimana sifat Enzim?

5. Bagaimana mekanisme kerja Enzim?

6. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja Enzim?

7. Apa saja peranan Enzim?

8. Bagaimana Pengendalian Enzim?


1.3 Manfaat

1. Untuk mengetahui Anabolisme dan Katabolisme!

2. Untuk mengetahui produksi energi oleh mikroba!

3. Untuk mengetahui struktur Enzim!

4. Untuk mengetahui sifat Enzim!

5. Untuk mengetahui mekanisme kerja Enzim!

6. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja Enzim!

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANABOLISME DAN KATABOLISME


Metabolisme merupakan seluruh peristiwa reaksi-reaksi kimia yang
berlangsung dala sel makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu
anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme adalah penyusunan senyawa kimia sederhana menjadi senyawa
kimia atau molekul komplek (Prawirohartono dan Hadisumarto, 1997). Pada
peristiwa ini diperlukan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini
dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya
digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa
yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak
hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks
yang terbentuk. Energi yang digunakan dalam anabolisme dapat berupa energi
cahaya atau energi kimia. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal
dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia
dikenal dengan kemosintesis.
Katabolisme adalah reaksi pemecahan/pembongkaran senyawa kompleks
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan menghasilkan energi
yang dapat digunakan organisme untuk melakukan aktivitasnya. Fungsi reaksi
katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang dibutuhkan
oleh reaksi anabolisme.

Gambar Anabolisme dan Katabolisme

3
2.2 PRODUKSI ENERGI OLEH MIKROBA (RESPIRASI, FERMENTASI
DAN FOTOSINTESIS)

Sel-sel bakteri seperti halnya sel semua organisme hidup, umumnya


melakukan aktivitas kehidupan untuk kelangsungan hidupnya. Semua sel
membutuhkan suatu sumber energi. Walaupun sangat beraneka ragam jenis
substansi yang berperan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme, namun
terdapat pola dasar metabolisme yang sangat sederhana yaitu terjadi perubahan
dari satu bentuk energi yang kompleks menjadi bentuk energi yang lebih
sederhana, sehingga dapat masuk ke dalam rangkaian metabolik.

MENGAPA MIKROBA MEMERLUKAN ENERGI ?

 Synthesa bagian sel (dinding sel, membrane sel, dan subtansi sel lainnya).
 Synthesa Enzim, Asam Nukleat, Polysakarida, Phospholipids, atau
komponen sel lainnya.

4
 Mempertahankan kondisi sel (optimal) dan memperbaiki bagian sel yang
rusak.
 Pertumbuhan dan perbanyakan.
 Penyerapan hara dan ekskresi senyawa yang tidak diperlukan atau waste
products.
 Pergerakan (motilitas).

Bakteri dapat mengubah zat kimia dan energi radiasi kebentuk yang
berguna untuk kehidupannya melalui proses respirasi, fermentasi dan
fotosintesis. Dalam respirasi, molekul oksigen adalah penerima elektron utama,
sementara dalam fermentasi molekul bahan makanan biasanya pecah menjadi
dua bagian, dimana yang satu kemudian dioksidasi oleh yang lainnya. Dalam
fotosintesis, energi cahaya diubah menjadi energi kimia. Bagaimanapun, dalam
semua jenis sel dan tanpa menghiraukan mekanisme yang digunakan untuk
mengekstrak energi, reaksi tersebut diiringi oleh pembentukan Adenosine
Triphosphate (ATP). ATP adalah perantara yang umum (reaktan) baik dalam
reaksi yang menghasilkan energi maupun reaksi-reaksi yang membutuhkan energi
dan pembentukannya memerlukan mekanisme dimana energi yang tersedia dapat
disalurkan kedalam reaksi biosintesis dari sel yang memerlukan energi.

2.2.1 Respirasi
Respirasi merupakan proses disimilasi, yaitu proses penguraian zat yang
membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam suatu senyawa organik. Dalam
proses ini, terjadi pembongkaran suatu zat makanan sehingga menghasilkan
energi yang diperlukan oleh organisme tersebut. Saat molekul terurai menjadi
molekul yang lebih kecil, terjadi pelepasan energi, reaksinya disebut eksorgenik.
Respirasi merupakan salah satu dari reaksi katabolik. Berdasarkan kebutuhan
terhadap oksigen bebas, respirasi dibedakan atas dua macam, yaitu:
1. Respirasi Aerob
Respirasi aerob, yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen bebas. Pada
proses ini, oksigen merupakan senyawa penerima hidrogen akhir. Respirasi

5
secara aerob, terjadi didalam sitoplasma dan berlangsung melalui empat tahap,
yaitu:
1) Glikolisis

Glikolisis merupakan pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa


membutuhkan oksigen. Proses glikolisis terdiri atas 10 tahap, yaitu:

a) Tahap 1: Glukosa yang masuk kedalam sel mengalami fosfolirasi dengan


bantuan enzim heksokinase dan menghasilkan glukosa 6-fosfat. Untuk
keperluan ini ATP diubah menjadi ADP agar diperoleh energi.
b) Tahap 2: Glukosa 6-fosfat diubah oleh enzim fosfoglukoisomerase
menjadi bentuk isomernya berupa fruktosa 6-fosfat.
c) Tahap 3: Dengan menggunakan energi hasil perubahan ATP menjadi
ADP, fruktosa 6-fosfat diubah oleh enzim fosfofruktokinase menjadi
fruktosa 1,6-bifosfat.
d) Tahap 4: Enzim aldolase mengubah fruktosa 1,6-bifosfat menjadi
dihidroksiaseton fosfat dan gliseraldehida fosfat.
e) Tahap 5: Terjadi perubahan reaksi bolak balik antara dihidroksi aseton
fosfat dengan gliseraldehid fosfat sehingga akhirnya hanya gliseraldehid
fosfat saja yang digunakan untuk reaksi berikutnya.
f) Tahap 6: Melalui bantuan enzim triosofosfat dehidrogenase, terjadi
perubahan dari gliseraldehid fosfat menjadi 1,3-bifogliserat. Dalam tahap
ini juga terjadi transfer elektron sehingga NAD berubah menjadi NADH,
serta pengikatan fosfat anorganik dari sitoplasma.
g) Tahap 7: Terjadi perubahan dari 1,3-bifogliserat menjadi 3-fosfogliserat
dengan bantuan enzim fosfogliserokinase. Pada tahap ini juga terjadi
pembentukan dua molekul ATP dengan menggunakan gugus fosfat yang
sudah ada pada reaksi sebelumnya.
h) Tahap 8: Terjadi perubahan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat karena
enzim fosfogliseromutase memindahkan gugus fosfatnya.

6
i) Tahap 9: Terjadi pembentukan fosfoenol piruvat (PEP) dan 2-fosfogliserat
dengan bantuan enzim enolase, sekaligus juga terjadi pembentukan 2
molekul air.
j) Tahap 10: Terjadi perubahan fosfoenol piruvat (PEP) menjadi asam
piruvat dengan enzim piruvatkinase, serta terjadi pembentukan 2 molekul
ATP

Dengan demikian, pada akhir glikolisis akan dihasilkan 2 molekul asam


piruvat yang berkarbon 3, 2 ATP dan 2 NADH dari setiap perubahan 1
molekul glukosa.

2) Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat

Dekarboksilasi oksidatif asam piruvat berlangsung didalam mitokondria


dan merupakan reaksi kimia yang mengawali siklus krebs. Dalam peristiwaini
terjadi perubahan asam piruvat menjadi molekul asetil-KoA. Asetil KoA
merupakan senyawa berkarbon dua. Dalam dua peristiwa ini juga dihasilkan
satu molekul NADH untuk setiap pengubahan molekul asam piruvat menjadi
asetil-KoA.

3) Siklus Krebs (Daur Asam Sitrat)

Kondisi aerob dalam organisme berlangsung pada dua tahapan berikutnya,


yaitu siklus krebs dan transpor elektron. Pada organisme eukariotik, proses
ini berlangsung pada matriks dalam mitokondira sedangkan pada prokariotik,
berlangsung dalam sitoplasma. Tahapan siklus krebs adalah sebagai berikut:

a) Asam piruvat dari proses glikolisis, selanjutnya masuk ke siklus krebs


setelah bereaksi dengan NAD+ (Nikotinamida adenine dinukleotida) dan
ko-enzim A atau Ko-A, membentuk asetil Ko-A Dalam peristiwa ini,
CO2 dan NADH dibebaskan. Perubahan kandungan C dari 3C (asam
piruvat) menjadi 2C (asetil ko-A).
b) Reaksi antara asetil Ko-A (2C) dengan asam oksalo asetat (4C) dan
terbentuk asam sitrat (6C). Dalam peristiwa ini, Ko-A dibebaskan
kembali.

7
c) Asam sitrat (6C) dengan NAD+ membentuk asam alfa ketoglutarat (5C)
dengan membebaskan CO2.
d) Peristiwa berikut agak kompleks, yaitu pembentukan asam suksinat (4C)
setelah bereaksi dengan NAD+ dengan membebaskan NADH, CO2 dan
menghasilkan ATP setelah bereaksi dengan ADP dan asam fosfat
anorganik.
e) Asam suksinat yang terbentuk, kemudian bereaksi dengan FAD (Flarine
Adenine Dinucleotida) dan membentuk asam malat (4C) dengan
membebaskan FADH2.
f) Asam malat (4C) kemudian bereaksi dengan NAD+ dan membentuk asam
oksaloasetat (4C) dengan membebaskan NADH, karena asam oksalo
asetat akan kembali dengan asetil ko-A seperti langkah ke 2 di atas.

Dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap kedua dalam


respirasi aerob yang mempunyai tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH,
FADH2, ATP serta membentuk kembali oksaloasetat. Oksaloasetat ini
berfungsi untuk siklus krebs selanjutnya. Dalam siklus krebs, dihasilkan 6
NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP.

Gambar Siklus Krebs

8
4) Transpor Elektron

Pada dasarnya, transpor elektron merupakan peristiwa pemindahan


elaktron dari . Elektron tersebut berasal dari NADH dan FADH dari suatu
substrat ke substrat lain secara berantai disertai pembentukan ATP melalui
proses Fosforilasi okeidatif. Fosforilasi oksidatif merupakan proses
penambahan gugus posfat anorganik ke molekul ADP. Dalam transpor
elektron, yang menjadi penerima elektron terakhir adalah oksigen sehingga
pada akhir peristiwa ini terbentuk O.NADH dan FADH dalam transpor
elektron berfungsi sebagai senyawa pereduksi yangmenghasilkan ion hidrogen.
Setiap molekul NADH yang memasuki rantai transpor elektron akan
menghasilkan 3 molekul ATP, dan setiap molekul FAD akan menghasilkan
2 molekul ATP.

2. Respirasi Anaerob (Fermentasi)

Respirasi anaerob, yaitu respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas.


Respirasi juga biasa disebut dengan fermentasi yaitu proses pembebasan energi
tanpa oksigen. Ciri-ciri dari fermentasi adalah :

1. Terjadi pada organisme yang tidak membutuhkan oksigen bebas.


2. Tidak terjadi penyaluran elektron ke siklus krebs dan transpor elektron.
3. Energi (ATP) yang terbentuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan
respirasi aerob yaitu 2 molekul ATP setiap mol glukosa.
4. Jalur yang ditempuh ialah glikolisis dan pembentukan alkohol (fermentasi
alkohol) dan pembentukan asam laktat.
5. Menghasilkan produk berupa asam-asam organik, alkohol dan gas.
6. Organisme anaerobik juga menghasilkan energi, yaitu melalui reaksi-reaksi
yang disebut fermentasi yang menggunakan bahan organik sebagai donor
dan akseptor elektron. Bakteri anaerobik fakultatif dan bakteri anaerobik
obligat menggunakan berbagai macam fermentasi untuk menghasilkan
energi. Misalnya pada bakteri Streptococus lactis menggunakan fermentasi

9
asam laktat untuk perolehan energi yaitu dengan menguraikan glukosa
menjadi asam laktat melalui proses glikolisis, satu molekul glukosa diubah
menjadi dua molekul asam piruvat disertai dengan pembentukan dua
NADH+.

Jalur-Jalur Fermentasi

Organisme dan produk fermentasi

Sebagaimana ditujukkan dalam skema di atas, selain menghasilkan asam


piruvat sebagai produk akhir juga dihasilkan 2 molekul NHDH yang harus
dioksidasi. Tergantung pada tipe mikroorganismenya asam piruvat
(CH3COCOOH) dimetabolisme lebih lanjut untuk menghasilkan produk akhir
fermentasi sebagaimana ditunjukkan dalam skema berikut:

a) Fermentasi Asam homolaktat. Dilakukan oleh beberapa bakteri


Streptococcus dan Laktobacillus.
b) Fermentasi Alkohol. Dilakukan oleh Yeast.

10
c) Fermentasi Asam Campuran, dilakukan Escherichia coli dan beberapa
bacteri anterik lainnya.
d) Fermentasi butylen-glikol, dilakuka 0leh Enterobacter, Pseudomonas dan
Bacillus.
e) Fermentasi Asam propionate. Dilakukan oleh Propioniacterium dan
Veillonela. CO2 asam piruvat….. asam asetat 2 oksalo asetat 2CO2
enzyme bond 2 asam suksinat propionil Co A asam propionat suksinil Co
A 2 methil malonil Co A.
Energi yang bergabung dalam ikatan propiionil Co A disimpan oleh reaksi
propionil Co A dengan asam ukinat membentuk suksinil CoA dan asam
propionat bebas. Selanjutnya CO2 yang dibebaskan dari decarboksilasi
metil malonil CoA tetap berikatan dengan enzim yang mengandung biotin
yang akan mentransfer CO2 kepada asam piruvat membentuk asam aksalo
asetat. Organisma ini juga dapat membentuk oksalo asetat dari reaksi PRP
(Phosphoenol piruvat) dengan CO2 bebas.
f) Fermentasi Asam Butirat, butanol dan aseton
Bakteri yang melakukan fermentasi tersebut adalah Clostridium.

Dari skema tersebut dapat diketahui bahwa berbagai macam senyawa


yang dapat berperan sebagai aseptor elektron terakhir. Jadi produk akhir dari
fermentasi juga bervariasi. Dalam hal fermentasi asam laktat atau alkohol,
hanya satu macam. Pada fermentasi lain seperti campuran asam atau asam
butirat menggunakan bermacam aseptor elektron dan produk fermentasi juga
bervariasi. Tidak semua bakteri melakukan metabolisma gula melalui jalur
embden-meyerhof, tetapi ada beberapa alternatif penguraian glukosa
menghasilkan tipe fermentasi.

2.2.2 Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan


karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang
mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk
hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis

11
bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon
dioksida dan air serta bantuan energi cahaya matahari.

Terjadi pada algae, tumbuhan dan beberapa prokariotik dan terdiri atas 2 reaksi
utama, yaitu :

1. Photophosphorylation (Reaksi terang)

Pada reaksi terang, cahaya mengenai klorofil a yang menyebabkan


elektron tereksitasi sehingga mempunyai energi lebih tinggi. Dalam satu
rangkaian reaksi kimia, energi tersebut akan diubah menjadi ATP dan NADPH.
Air akan terurai dan melepaskan oksigen sebagai satu produk reaksi. ATP dan
NADPH akan digunakan untuk membuat karbohidrat pada reaksi gelap.

2. Fiksasi Karbon Dioksida (Reaksi Gelap)

Fiksasi karbon dikenal sebagai reaksi gelap. Enam molekul gas asam arang
masuk ke dalam sel melalui stomata dan akan diikat oleh ribulosa bifosfat
(RuBP). RuBP merupakan suatu senyawa berkarbon 5 yang akan diubah menjadi
satu molekul gula. Peristiwa ini terjadi di dalam stroma dan telah diperkenalkan
oleh Melvin Calvin sehingga selanjutnya dikenal dengan siklus calvin.

12
Pada kelompok bakteri dapat dibedakan atas: anoxygenic dan oxygenic
photosynthesis.

a. Anoxygenic Photosynthesis

Proses fotosintesis yang tidak menghasilkan O2 dan H2S berperan sebagai


donor elektron. Proses fotosintesis yang tidak menghasilkan O2 dan H2S
berperan sebagai donor elektron. Anoxygenic photosynthesis ditemukan pada :

 Green sulfur bacteria (e.g. Chlorobium)


 Green nonsulfur bacteria (e.g. Chloroflexus)
 Purple sulfur bacteria (e.g. Chromatium)
 Purple nonsulfur bacteria (e.g. Rhodobacter)

Donor Electron bervariasi :

 H2S atau senyawa organik pada green dan purple sulfur bacteria.
 H2 atau senyawa organik pada green and purple nonsulfur bacteria.

Hanya memiliki satu fotosistem

 Pada green bacteria, photosystem sama dengan PSI.


 Pada purple bacteria, photosystem sama dengan PSII.

Fungsi utama adalah menghasilkan ATP melalui cyclic photophosphorylation.

b. Oxygenic photosynthesis

Proses fotosintesis yang menghasilkan O2 dan H2S berperan sebagai


donor elektron.

Ditemukan pada Cyanobacteria (blue-green algae) dan organisme


eukariotik yang memiliki kloroplas.

Donor electron adalah H2O: teroksidasi membentuk O2. Melalui 2


fotosistem yaitu PSI dan PSII.

Fungsi umum menghasilkan NADPH dan ATP untuk fiksasi karbon

13
2.3 STRUKTUR ENZIM
Enzim merupakan substansi yang ada dalam sel dalam jumlah yang amat
kecil dan mampu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan
dengan proses-proses seluler dan kehidupan. Nama lain dari enzim adalah fermen;
nama enzim berasal dari bahasa Yunani yang berarti “dalam ragi”.
Keseluruhan bagian enzim yang disebut holoenzim tersusun atas dua
komponen utama, yaitu komponen protein (apoenzim) dan komponen nonprotein
(gugus prostetik). Fungsi enzim sangat ditentukan oleh gugus apoenzimnya
karena pada bagian tertentu merupakan tempat melekatnya substrat dan sekaligus
tempat mereksikan substrat. Bagian pada gugus protein yang berfungsi sebagai
pusat katalitik enzim disebut sisi aktif. Komponen nonprotein (gugus prostetik)
dibedakan menjadi gugus kofaktor dan koenzim. Gugus kofaktor tersusun atas zat
anorganik yang umumnya berupa logam, misalnya Cu, Fe, Mn, Zn, Ca, K dan Co.
Gugus koenzim merupakan senyawa organik nonprotein yang tidak melekat erat
pada bagian protein enzim, contohnya NAD, NADP dan koenzim A.
Ada dua tipe enzim, yaitu eksoenzim atau enzim ekstraseluler atau enzim di
luar sel dan endoenzim atau enzim intraseluler atau enzim di dalam sel. Fungsi
utama dari eksoenzim adalah melangsungkan perubahan-perubahan pada nutrien
di sekitarnya sehingga memungkinkan nutrien tersebut memasuli sel; dengan
mengambil zat makanan yang ada di sekeliling sel. Misalnya, enzim amilase
menguraikan zat pati menjadi unit-unit gula yang lebih kecil. Sedangkan fungsi
endoenzim untuk mensintesis bahan seluler dan menguraikan nutrien untuk
menyediakan energi yang dibutuhkan oleh sel, misalnya heksokinase
mengkatalisis fosforilase glukosa dan heksosa (senyawa-senyawa gula sederhana)
di dalam sel.
2.4 SIFAT ENZIM
Sebagai molekul zat yang mempunyai peranan besar dalam metabolisme,
enzim memiliki beberapa sifat penting, di antaranya sebagai berikut:
1. Enzim adalah Suatu Protein. Ini terbukti karena enzim di dalam larutan
membentuk suatu koloid. Keadaan ini akan memungkinkan luasnya
permukaan enzim sehingga bidang aktivitasnya juga besar.

14
2. Bekerja Secara Khusus (Spesifik). Enzim tertentu hanya dapat
mempengaruhi reaksi tertentu dan tidak dapat mempengaruhi reaksi
lainnya. Sebagai contoh: di dalam usus rayap terdapat protozoa yang
menghasilkan enzim selulase sehingga rayap dapat hidup dengan makan
kayu karena dapt mencerna selulosa (salah satu jenis
karbohidrat/polisakarida). Sebaliknya manusia tidak dapat mencerna kayu,
meskipun mempunyai enzim amilase, yaitu enzim yang dapat mencerna
amilum/pati (yang juga merupakan jenis polisakarida). Enzim amilase dan
selulase masing-masing bekerja secara khusus.
3. Enzim sebagai Katalisator. Artinya sebagai zat yang mampu mempercepat
reaksi kimia, tetapi enzim tidak ikut bereaksi. Dengan demikian, enzim
tidak diperlukan dalam jumlah yang banyak. Dalam jumlah sedikit saja
enzim telah menyelenggarakan suatu perubahan zat yang beribu-ribu kali
lebih berat daripada berat molekulnya sendiri. Contohnya, sebuah molekul
enzim katalase mampu mengubah 5 juta molekul H2O2 tanpa enzim itu
mengalami perubahan.
4. Dapat digunakan Berulang Kali. Artinya enzim dapat digunakan berulang
kali karena enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi. Meskipun dalam
jumlah sedikit, adanya enzim dalam suatu reaksi yang dikatalisirnya akan
mempercepat reaksi, karena enzim yang telah bekerja dalam reaksi
tersebut dapat digunakan kembali.
5. Rusak oleh Panas. Enzim adalah suatu protein yang dapat rusak oleh panas
disebut denaturasi. Kebanyakan enzim rusak pada suhu di atas 50°C.
Reaksi kimia akan meningkat dua kali lipat dengan kenaikan suhu sebesar
10°C. Kenaikan suhu di atas suhu 50°C tidak dapat meningkatkan reaksi
yang dikatalisir oleh enzim, tetapi justru menurunkan atau menghentikan
reaksi tersebut. Hal ini disebabkan enzimnya rusak sehingga enzim
tersebut tidak dapat bekerja. Demikian juga pada suhu rendah, suhu rendah
tidak merusak enzim tetapi hanya tidak aktif saja.
6. Dapat Bekerja Bolak-Balik. Umumnya enzim dapat bekerja secara bolak-
balik. Artinya, suatu enzim dapat bekerja menguraikan suatu senyawa

15
menjadi senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja
menyusun senyawa-senyawa itu menjadi senyawa semula. Pada tumbuhan,
proses fotosintesis menghasilkan glukosa. Apabila glukosa yang dihasilkan
dalam jumlah banyak, maka glukosa tersebut diubah dan disimpan dalam
bentuk pati. Pada saat diperlukan, misalnya untuk pertumbuhan, pati yang
disimpan sebagai cadangan makanan tersebut diubah kembali menjadi
glukosa.

Gambar. Penghambatan umpan balik (Feedback Inhibition) Penumpukan produk


akhir menghambat kerja enzim pertama dalam rangkaian reaksi tersebut sehingga
produksi enzim selanjutnya ditunda

2.5 MEKANISME KERJA ENZIM


Reaksi enzimatis akan berlangsung apabila substrat tersedia dan bagian sisi
aktif enzim dalam keadaan kosong. Substrat akan memasuki bagian sisi aktif
enzim dan bagian sisi aktif tersebut akan mengalami perubahan bentuk
dengan mengelilingi substrat. Kemudian terbentuklah ikatan lemah enzim-
substrat. Di dalam sisi aktif, substrat akan diubah menjadi produk, selanjutbya
akan dilepaskan dari enzim. Begitu seterusnya sampai bagian sisi aktif tersebut
dapat ditempati oleh substrat yang lain.

16
Gambar. Protein dengan aktivitas katalitik yang mempercepat reaksi kimia tanpa
ikut dalam reaksi tersebut

Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara:

1. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang


mana keadaan transisi terstabilisasi. Contohnya mengubah bentuk substrat
menjadi konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan enzim.
2. Menurunkan energi dalam keadaan transisi tanpa mengubah bentuk
substrat dengan menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan
yang berlawanan dengan keadaan transisi.
3. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan
substrat sementara waktu untuk membentuk kompleks enzim-substrat
antara.
4. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat
bersama pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek
entropi ini melibatkan destabilisasi keadaan dasar dan kontribusinya
terhadap katalis relatif kecil.
Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua hipotesis, yaitu hipotesis
gembok dan anak kunci dan hipotesis kecocokan yang terinduksi.
1. Hipotesis Gembok dan Anak Kunci (Lock and Key)
Menurut hipotesis yang dikemukakan oleh Emil Fischer, bagian sisi
aktif enzim mempunyai bentuk spesifik dan tidak fleksibel. Suatu enzim
hanya dapat ditempati oleh substrat tertentu saja. Enzim dan substrat
bergabung bersama membentuk kompleks, seperti kunci yang masuk
dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi
aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan
produk serta membebaskan enzim.

17
Gambar Hipotesis Gembok dan Anak Kunci (Lock and Key)

2. Hipotesis Induced Fit


Menurut hipotesis ini, bagian sisi aktif enzim bersifat fleksibel
terhadap substrat yang masuk. Apabila ada substrat yang masuk ke bagian
sisi aktif, maka bagian ini akan mengalami perubahan bentuk mengikuti
substrat. Ketika produk sudah terlepas dari kompleks, selanjutnya enzim
tidak aktif menjadi bentuk yang lepas. Sehingga, substrat yang lain
kembali bereaksi dengan enzim tersebut.
2.6 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM
Faktor-faktor yang berpengaruh pada kerja enzim adalah suhu, pH, zat
penghambat (inhibitor), konsentrasi substrat dan hasil akhir.
1. Suhu
Peningkatan suhu dapat meningkatkan kecepatan reaksi sampai batas
suhu tertentu. Hal ini disebabkan jika molekul bergerak lebih cepat, maka
substrat akan berikatan lebih cepat pada sisi aktif. Setelah melewati batas
suhu tertentu, enzim akan mengalami denaturasi. Denaturasi adalah

18
perubahan struktur secara kimiawi karena terjadi gangguan pada ikatan
hidrogen, ikatan ionik dan ikatan lemah lainnya yang menyebabkan
struktur enzim rusak. Jika kenaikan suhu terus terus menerus, maka
kemampuan kerja enzim menurun, bahkan berhenti. Demikian pula jika
terjadi penurunan suhu, maka enzim tidak bisa bekerja karena menjadi
tidak aktif pada suhu rendah (0°C atau di bawahnya), tetapi tidak rusak.
Jika suhunya kembali normal enzim mampu bekerja kembali. Setiap enzim
mempunyai suhu optimum tertentu, yaitu suhu yang paling baik untuk
melangsungkan reaksi secara maksimal. Enzim bekerja optimal pada suhu
30°C atau pada suhu tubuh.
2. pH (Derajat Keasaman)
Enzim bekerja optimal pada pH tertentu, umumnya pada pH netral.
Pada kondisi asam atau basa, kerja enzim terhambat. Agar enzim dapat
bekerja secara maksimal, pada penelitian/percobaan yang menggunakan
enzim, kondisi pH larutan dijaga agar tidak berubah, yaitu dengan
menggunakan larutan penyangga (buffer).
3. Zat Penghambat (Inhibitor)
Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut inhibitor. Inhibitor
merupakan senyawa kimia yang bersifat menghambat kerja enzim. Zat
tersebut memiliki struktur seperti enzim yang dapat masuk ke substrat atau
ada yang memiliki struktur seperti substrat sehingga enzim salah masuk ke
penghambat tersebut. Hambatan enzim dapat dikelompokkan ke dalam
tipe reversible (dapat balik) dan non-reversible (tidak dapat balik).
Inhibitor reversibel adalah zat penghambat yang tidak berkaitan secara
kuat dengan enzim, sedangkan inhibitor irreversible merupakan
penghambat yang berkaitan dengan sisi aktif enzim secara kuat sehingga
tidak dapat terlepas. Hambatan reversible dibagi menjadi inhibitor
kompetitif dan non kompetitif. Inhibitor kompetitif merupakan senyawa
kimia yang menyerupai substrat yang dapat bereaksi dengan sisi aktif
enzim. Jika sisi aktif enzim sudah terisi oleh inhibitor kompetitif, maka
substrat tidak dapat berikatan dengan enzim. Untuk mengatasi hal ini,

19
jumlah substrat harus ditingkatkan sehingga substrat mempunyai
kesempatan dalam bersaing memperebutkan sisi aktif enzim. Inhibitor
nonkompetitif merupakan senyawa kimia yang menghambat kerja enzim
dengan cara melekat pada bagian selain sisi aktif. Hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk enzim. Akibatnya bagian sisi aktif enzim sulit
berikatan dengan substrat dan enzim tidak dapat mengubah substrat
menjadi produk.
4. Konsentrasi Substrat
Jumlah substrat yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kerja
enzim. Biasanya, sel akan menambah jumlah enzim dengan cara
melakukan sintesis enzim untuk mengatasi hambatan tersebut.
5. Hasil akhir
Kerja enzim dipengaruhi hasil akhir. Hasil akhir yang menumpuk
menyebabkan enzim sulit “bertemu’ dengan substrat. Semakin menumpuk
hasil akhir, semakin lambat kerja enzim.

pH dan suhu

Konsentrasi Substrat

20
1. Assayed
Bahan kontrol yang diketahui nilai rujukannya serta batas toleransi
menurut metode pemeriksaannya. Namun, bahan kontrol ini lebih mahal.
Bahan kontrol ini dapat digunakan untuk akurasi kontrol, selain itu dapat
digunakan untuk menilai alat dan cara baru.
2. Aktivitas Enzim Aspartate aminotransferase (AST)
Enzim merupakan senyawa protein yang berperan sebagai
biokatalisator. Enzim mempercepat berbagai macam reaksi yang apabila
tidak ada enzim maka akan berjalan sangat lambat. Enzim bekerja secara
spesifik, yaitu mengkatalisis suatu reaksi tertentu untuk substrat tertentu
(Sinaga, 2012). Atas dasar reaksinya enzim dibagi menjadi 6 kelas yaitu
oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase dan ligase (Ngili,
2009).
a. Oksidoreduktase: Oksidasi-reduksi. Pendonor hidrogen atau elektron
adalah salah satu substratnya.
b. Transferase : Transfer gugus kimia dari bentuk umum A-
X+B→A+B–X
c. Hidrolase : Pemotongan hidrolitik pada C–C, C-N, C-O
d. Liase : Pemotongan (bukan hidrolitik) pada C–C, C-N, C- O, dan
ikatan lainnya, meninggalkan ikatan rangkap atau menambahkan
gugus pada ikatan rangkap.
e. Isomerase :Perubahan penataan geometris (spasial) suatu molekul.
f. Ligase :Menghubungkan dua molekul dengan mengikutsertakan
hidrolisis senyawa yang memiliki ∆G besar untuk hidrolisis.
Aminotransferase atau dulu disebut juga dengan transaminase adalah
enzim-enzim yang mengkatalisis pemindahan reversible (terpulihkan) satu
gugus amino antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto.
Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati.
Dua aminotransferase yang sering diukur adalah Alanine aminotransferase
(ALT) dan Aspartate aminotransferase (AST) (Sacher dan Mc Pherson,
2004).

21
Aspartate aminotransferase (AST) merupakan salah satu enzim yang
paling sering dihubungkan dengan kerusakan hati dan digunakan sebagai
salah satu tes faal hati (Kendran dkk., 2017). Aspartate aminotransferase
(AST) yang dulu Glutamate-oksaloasetat transaminase (SGOT) berfungsi
memerantarai reaksi antara senyawa aspartat dan alfa- ketoglutamat
menjadi oksaloasetat dan glutamat, dan sebaliknya (Candra, 2013).
Aspartate aminotransferase (AST) merupakan enzim yang sebagian besar
ditemukan dalam otot, jantung dan hati, sedangkan dalam konsentrasi
sedang ditemukan dalam otot rangka, ginjal dan pankreas (Kee, 2008).
Kerja suatu enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu
suhu, pH, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, adanya inhibitor dan
aktivator (Sinaga, 2012). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
43 tahun 2013 bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
a. Suhu
Peningkatan suhu menyebabkan molekul-molekul yang terlibat
memiliki lebih banyak energi kinetik. Ini menyebabkan peluang untuk
terjadinya tumbukan antar molekul menjadi semakin besar. Akibatnya
kecepatan molekul bertambah.

Gambar. Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Sumber: International Biology


Education (2012)

22
Suhu pada aktivitas katalitik enzim menunjukkan titik maksimum
disebut suhu optimal (Gambar 2.). Enzim yang bekerja di dalam tubuh
manusia umumnya suhu optimalnya sekitar suhu normal tubuh, yaitu
sekitar 37oC. Diatas suhu normal struktur enzim sudah mulai
menunjukkan kerusakan sehingga kecepatan reaksinya pun turun.

b. pH
Setiap enzim bekerja pada rentang pH tertentu, apabila diluar
rentang akan terjadi perubahan konformasi (bentuk molekul) enzim
sehingga aktivitas katalitiknya akan hilang. Aktivitas enzim pada pH
tertentu akan menunjukkan titik maksimum yang disebut pH
maksimum. Sebagian besar enzim pada manusia memiliki aktivitas
optimal di dekat pH internal tubuh 7,4.

Gambar. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Sumber: International Biology


Education (2012)

23
c. Konsentrasi Enzim
Semakin tinggi konsentrasi enzim maka akan semakin semakin
tinggi pula kecepatan reaksi katalitiknya. Apabila suhu dan pH
konstan serta konsentrasi substrat cukup tinggi, maka kenaikan
konsentrasi enzim berbanding lurus secara linear dengan kenaikan
kecepatan reaksi katalitik.

Gambar. Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Aktivitas Enzim Sumber:


International Biology Education (2012)

d. Konsentrasi substrat
Semakin tinggi konsentrasi substrat maka akan semakin tinggi pula
kecepatan reaksi katalitiknya. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak
terjadi kecepatan reaksi, walaupun konsentrasi substrat dinaikkan.

Gambar. Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas Enzim Sumber:


International Biology Education (2012)

e. Inhibitor
Inhibitor enzim (senyawa penghambat) dapat dibedakan menjadi
dua kategori, yaitu inhibitor reversible (terpulihkan) dan irreversible

24
(tak terpulihkan). Inhibitor reversible dapat dibagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu inhibitor kompetitif dan nonkompetitif.

Gambar. Inhibitor Enzim Sumber:International Biology Education (2012)

2.7 PERANAN DAN PENAMAAN ENZIM


Tatanama enzim telah diresmikan menurut Persetujuan Internasional dengan
bantuan “Commission of Enzymes of the International Union of Biochemistry”.
Namun nama-nama umum atau nama biasa masih tetap banyak digunakan karena
sudah lazim dan mudah. Untuk menamakan enzim digunakan akhiran -ase dan ini
hanya digunakan untuk enzim tunggal. Untuk penamaan suatu kompleks yang
terdiri dari beberapa enzim didasarkan pada reaksi keseluruhan yang dikatalisis
olehnya menggunkaan sistem. Nama resmi atau nama sistematik dibentuk
menurut aturan-aturan yang pasti, memberikan petunjuk mengenai apa substratnya
dan macam reaksi yang dikatalisnya. Enzim dibedakan menjadi enam kelompok,
yaitu : oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase dan ligase.
1. Oksidoreduktase
Reaksi katalitiknya adalah dalam reaksi transfer elektron (pemindahan
elektron atau atom hidrogen). Enzim ini terbagi menjadi enzim oksidase
dan enzim reduktase. Enzim oksidase terbagi menjadi kelompok kecil
enzim dehidrogenase dan katalase. Enzim dehidrogenase memegang
peranan penting dalam pengubahan zat-zat organik menjadi hasil-hasil
oksidasi. Enzim katalase menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan
hidrogen.

25
2. Transferase
Enzim transferase mentransfer gugusan kimia fungsional (fosfat,
amino, metil, dsb) dari suatu substrat ke substrat lain. Reaksi pemindahan
ini tidak menghasilkan energi, tetapi mengubah substrat menjadi senyawa
yang dapat dioksidasi atau menjadi senyawa yang dapat digunakan untuk
sintesis material sel. Salah satu enzim yang termasuk dalam transferase
yakni enzim transaminase, yang berperan memindahkan gugusan amina
dari suatu asam amino ke suatu asam organik sehingga hasil terakhir
berubah menjadi suatu asam amino.
3. Hidrolase
Enzim hidrolase merupakan sekumpulan enzim yang menguraikan
suatu zat dengan pertolongan air, disebut hidrolase karena enzim ini
menghidrolisis molekul-molekul besar menjadi komponen-komponen
kecil yang dapat digunakan. Berdasarkan substrat yang diuraikan, enzim
hidrolase dibagi atas kelompok kecil yakni enzim karbohidrase, esterase
dan proteinase.
a. Karbohidrase, yakni enzim-enzim yang menguraikan golongan
karbohidrat. Misalnya:
Amilase, yakni enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida)
menjadi maltosa (disakarida).
Maltase, yakni enzim yang menguraikan maltosa menjadi glukosa.
Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi
glukosa dan fruktosa.
Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa.
Selulase, yakni enzim yang menguraikan selulosa (suatu polisakarida)
menjadi selobiosa (suatu disakarida).
Pektinase, yakni enzim yang menguraikan pektin menjadi asam
pektin.
b. Esterase, yakni enzim-enzim yang memecah golongan ester.
Misalnya:

26
Lipase, yaitu enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan
asam lemak.
Fosfatase, yaitu enzim-enzim yang menguraikan suatu ester hingga
terlepas asam fosfat.
c. Proteinase, yakni enzim-enzim yang menguraikan golongan protein.
Misalnya:
Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida menjadi asam
amino.
Gelatinase, yakni enzim yang menguraikan gelatin.
Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari susu.
4. Liase
Mengkatalisis reaksi penambahan gugusan ikatan ganda pada molekul
dan membuang gugusan non-hidrolitik dengan meninggalkan ikatan
ganda.
5. Isomerase
Enzim Isomerase berperan dalam reaksi isomerasi (pengubahan suatu
senyawa menjadi isomernya, misalnya senyawa yang memiliki atom-atom
yang sama tetapi berbeda struktur molekulnya).
6. Ligase
Enzim ligase berperan dalam reaksi penggabungan dua molekul
menjadi satu molekul atau pembentukan ikatan disertai pemecahan atau
penambahan ATP (adenin triphosphat).

2.8 PENGENDALIAN ENZIM


Enzim bekerja secara serentak dan terkoordinasi sehingga semua kegiatan
kimiawi dalam sel menjadi saling terpadu. Salah satu akibatnya yang jelas adalah
sel hidup membutuhkan dan menguraikan bahan-bahan yang dibutuhkan bagi
metabolisme dan pertumbuhan normal. Hal ini mengisyaratkan adanya
mekanisme pengendalian metabolisme selular yang tepat yang pada akhirnya
menyangkut pengendalian kegiatan enzim. Aktivitas enzim dapat diatur melalui 2
cara, yaitu pengendalian katalis secara langsung dan pengendalian genetik.

27
Pengendalian langsung mekanisme katalitik itu terjadi dengan mengubah
konsentrasi substrat atau reaktan. Artinya, jika konsentrasi substrat bertambah,
maka laju reaksi meningkat sampai tercapai suatu nilai pembatas dan jika produk
menumpuk maka laju reaksi menurun.
Pangendalian langsung melalui penggandengan dengan proses-proses lain,
maksudnya adalah pengaturan oleh ligan (molekul yang dapat terikat pada enzim)
yang tidak ikut berperan dalam proses katalitik itu sendiri. Ada berbagai macam
pengendalian seperti itu, diantaranya:
1. Hambatan arus balik, ligan pengaturnya adalah produk akhir suatu lintasan
metabolik yang dapat menghentikan sintesisnya sendiri dengan cara
menghambat aktivitas salah satu enzim pada awal lintasan biosintetiknya.
2. Aktivasi prekursor, ligan pengaturnya merupakan prekursor pertama suatu
lintasan.
3. Pengendalian yang berkaitan dengan energi, ligan pengaturnya adalah
reaksi-reaksi yang berkaitan dengan energi .
4. Sifat-sifat pengikatan enzim pengatur, tidak semua enzim merupakan
enzim pengatur yang aktivitasnya dapat dikendalikan secara langsung.
Enzim tersebut dapat dipengaruhi oleh metabolit pengatur. Enzim pengatur
disebut enzim alosterik. Enzim yang berperan pada waktu sel beradaptasi
pada lingkungan yang berubah dalah induksi dan represi enzim.
Pengendalian genetis memiliki dua proses, yaitu induksi dan represi enzim.
Untuk terjadinya sintesis enzim dibutuhkan suatu induser, yaitu substansi berberat
molekul rendah dan bisa berupa substrat atau senyawa dari reaksi yang dikatalis
oleh enzim yang bersangkuatan, prosesnya disebut induksi. Bila substansi
berberat molekul rendah baik produk ataupun senyawa yang sekerabat bagi reaksi
yang bersangkutan, berlaku sebagai korepressor dengan cara mencegah sintesis
enzim tersebut, disebut represi.

28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metabolisme merupakan seluruh peristiwa reaksi-reaksi kimia yang
berlangsung dalam sel makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah penyusunan zat kompleks dari
zat yang lebih sederhana. Sebaliknya, katabolisme adalah pemecahan zat komplek
menjadi zat yang lebih sederhana disertai dengan pelepasan energi. Kedua proses
metabolisme tersebut merupakan reaksi enzimatis, artinya reaksi tersebut
melibatkan peranan enzim. Enzim adalah suatu protein dan dihasilkan oleh sel
hidup. Enzim adalah protein yang bekerja secara khusus, sebagai katalisator, dapat
digunakan berulang kali, rusak oleh panas tinggi, terpengaruh oleh pH, diperlukan
dalam jumlah sedikit dan dapat bekerja secara bolak-balik. Enzim bekerja dalam
mengkatalisis reaksi kimia (biokimia) yang berlangsung di dalam sel itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi enzim yaitu: suhu (temperature), derajat
keasaman (pH), konsentrasi substrat, zat penghambat (inhibitor) dan hasil akhir.
Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua, yaitu hipotesis gembok dan
anak kunci dan hipotesis kecocokan yang terinduksi.
Enzim diklasifikasi dalam berbagai kategori sesuai dengan reaksi yang
dikatalisisnya. Menurut komisi enzim persatuan biokimia internasional
(Commission of Enzymes of the International Union of Biochemistry), enzim
dibedakan menjadi enam kelompok, yaitu: oksidoreduktase, transferase, hidrolase,
liase, isomerase dan ligase.
Pengendalian metabolisme selular yang tepat yang pada akhirnya
menyangkut pengendalian kegiatan enzim. Pengendakian enzim dapat diatur
melalui 2 cara, yaitu pengendalian langsung (mekanisme katalitik itu sendiri yang
terjadi dengan mengubah konsentrasi substrat atau reaktan) dan pengendalian
genetis (melalui induksi dan represi enzim).
Bakteri dapat merubah zat kimia dan energi radiasi ke bentuk yang berguna
untuk kehidupannya melalui proses respirasi, fermentasi dan fotosintesis. Dalam
respirasi, molekul oksigen adalah penerima elektron utama, sementara dalam

29
fermentasi molekul bahan makanan biasanya pecah menjadi dua bagian, dimana
yang satu kemudian dioksidasi oleh yang lainnya. Dalam fotosintesis, energi
cahaya diubah menjadi energi kimia. Bagaimanapun, dalam semua jenis sel dan
tanpa menghiraukan mekanisme yang digunakan untuk mengekstrak energi, reaksi
tersebut diiringi oleh pembentukan Adenosine Triphosphate (ATP).
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyususnan makalah
ini, oleh karena itu kritik dan saran di perlukan guna penyusunan makalah yang
lebih baik lagi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ameilia Siregar. 2019. Metabolisme Sel, Enzim dan Peranannya. (Online).


http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/biologi-pertanian/metabolisme-sel/enzim-dan-
peranannya/. Diakses pada tanggal 10 MEI 2022 pukul 17.00 WIB.
Arif Priyadi dan Tri Silawati. (2018). “Sains Biologi untuk SMA Kelas XII”.
Jakarta: Yudhistira.
Kimbal, J. (n.d.). (2018). “Biologi Edisi kelima. Alih bahasa: Siti Soetarmi
Tjitrosomo, Nawangsari Sugiri”. Jakarta: Erlangga.
Lud Waluyo. 2019. “Mikrobiologi Umum”. Malang: UMM Press.
Michael J. Pelczar, Jr dan E.C.S. Chan. (2018). “Dasar-Dasar Mikrobiologi”.
Jakarta: UI Press. Slamet Prawirohartono dan Hadisumarto S. 2019. Sains
Biologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Slamet Prawirohartono. (2018). “Sains Biologi Untuk Universitas”. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tengku. 2019. Anabolisme dan Katabolisme. (Online).
http://tengkugiffary.blogspot.com/2019/11/anabolisme-dan-katabolisme-
anabolisme.html. Diakses pada tanggal 10 MEI 2022 pukul 17.00 WIB.

31

Anda mungkin juga menyukai