Anda di halaman 1dari 34

Tugas Mikrobiologi

Makalah Metabolisme dan Fisiologi Mikroorganisme

Kelas B

Disusun oleh Kelompok 11 :

-Fenny Adelika G 701 15 106

-An Nisa Ul Mursyidah G 701 17 052

-Fahya Aulia Louto G 701 17 176

-Tri Wahyuningsih G 701 17 107

Jurusan Farmasi

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Palu
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya yang memberi kesempatan kepada penyusun makalah ini, sehingga dapat
tersusun dengan baik sesuai dengan yang diharapkan nantinya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang Metabolisme dan
Fisiologi Mikroorganisme, Makalah ini tersusun masih banyak kekurangan dari segi
manapun, oleh sebab itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas bantuan teman-teman yang memberi sumber materi penyusun juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen pengajar yang telah banyak memberi kesempatan dalam
penyelesaian makalah ini.
Demikianlah penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua yang ikut
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Amiin.

Penyusun

Kelompok XI Kelas B
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang……………………………….…………………………...

I.2 Rumusan Masalah………………………………..…………………….....

1.3 Tujuan……………………………………………..……………………...

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Metabolisme Mikroorganisme……………………………….…………

II.2 Fisiologi Mikroorganisme………………………………………….……

II.3 Metabolit Primer dan Sekunder Mikroorganisme………………………..

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan……………………………..……………………………….

III.2 Saran……………………………………………..……………………...

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan, mahluk hidup memerlukan energy yang diperoleh dari proses
metabolisme. Metabolisme terjadi pada semua mahluk hidup termasuk kehidupan
mikroba. Pada hewan atau tumbuhan yang berderajat tinggi enzim yang di
sediakan untuk keperluan metabolisme reatif stabil, selama terjadi perkembangan
individu memang terjadi perubahan susunan enzim, akan tetapi pada pergantian
lingkungan perubahan itu sangat kecil. Metabolisme merupakan serentetan reaksi
kimia yang terjadi dalam sel hidup.

Dalam metabolisme ada dua fase yaitu katabolisme dan anabolisme. Metabolime
ini selalu terjadi dalam sel hidup karena di dalam sel hidup terdapat enzim yang
diperlukan untuk membantu berbagai reaksi kimia yang terjadi. Suatu proses
reaksi kimia yang terjadi dapat menghasilkan energi dan dapat pula memerlukan
energi untuk membantu terjadinya reaksi tersebut.

Proses metabolisme akan menghasilkan hasil metabolisme yang berfungsi


menghasilkan sub satuan makromolekul dari hasil metabolisme yang berguna
sebagai penyediaan tahap awal bagi komponen-komponen sel menghasilkan dan
menyediakan energi yang dihasilkan dari ATP lewat ADP dengan fosfat. Energi
ini sangat penting untuk kegiatan proses lain yang dalam prosesnya hanya bisa
berlangsung kalau tersedia energi.
Sama seperti makhluk hidup lainnya, mikroorganisme dalam hidupnya juga
mengalami metabolisme karena metabolisme merupakan salah satu ciri yang
dilakukan oleh makhluk hidup. Metabolisme sebenarnya bukan istilah asing,
maksudnya sudah banyak masyarakat awam yang telah mendengar tentang
metabolisme. Meskipun mungkin sebagian dari mereka tidak mengetahui betul
definisi tentang metabolisme, yang jelas istilah ini menjadi kata yang tidak asing
bagi telinga mereka. Kehidupan makhluk hidup, termasuk mikroorganisme tidak
luput dari sebuah proses dalam kehidupannya. Proses itulah yang secara
sederhana boleh diartikan sebagai metabolisme.

Ada beberapa pengertian tentang metabolisme. Semua pengerian sebenarnya


mengarah pada satu tujuan, yakni proses. Bahwa metabolisme adalah sebuah
rangkaian reaksi bersifat kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Reaksi
ini terjadi sebagai modal/sumber makhluk hidup untuk mempertahankan
kehidupannya.

Metabolisme sangatlah berkaitan erat dengan kerja enzim sebagai substansi yang ada
dalam sel yang jumlahnya amat kecil dan mampu menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan yang berkaitan dengan proses-proses seluler dan kehidupan. Semua aktivitas
metabolisme prosesnya dikatalisis oleh enzim. Jadi kehidupan tidak akan terjadi tanpa
adanya enzim dalam tubuh mahluk hidup.

Berdasarkan telaah pustaka yang telah dilakukan, pada makalah ini akan
dijabarkan mengenai proses metabolisme baik metabolisme primer dan sekunder
yang disusun separasistematis yang memuat penjelasan metabolisme secara
umum, metabolisme primer, metabolit sekunder dan hubungan keduanya
sebagai proses metabolisme serta jalur biosintesis metabolit sekunder yang tersus
un dalam bentuk diagram sehingga diharapkan dari makalah ini, materi tentang
metabolisme dapat dipahami dengan baik.
I.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan metabolisme mikroorganisme ?
2. Jelaskan fisiologi mikroorganisme?
3. Bagaimana metabolit primer dan sekunder mikroorganisme ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan metabolisme mikroorganisme
2. Menjelaskan fisiologi mikroorganisme
3. Menjabarkan proses metabolit primer dan sekunder mikroorganisme
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Metabolisme Mikroorganisme


Metabolisme adalah reaksi kimia yang berlangsung di dalam organisme hidup,
dan merupakan reaksi yang sangat terkoordinasi, mempunyai tujuan, serta
mencakup berbagai kerjasama dari banyak sistem multi enzim. Secara singkat,
metabolisme adalah proses pembentukan metabolit. Metabolit adalah senyawa-
senyawa organic yang di hasilkan dan terlibat dalam metabolisme. Metabolisme
memiliki empat fungsi spesifik yaitu:
1. Untuk memperoleh energi kimia dari degradasi makanan yang kaya energi
dari lingkungan atau dari energi solar.
2. Untuk mengubah molekul nutrisi menjadi prekursor unit pembangun bagi
makromolekul sel.
3. Untuk menggabungkan unit-unit pembangun ini menjadi protein, asam
nukleat, lipid, polisakarida, dan komponen selainnya.
4. Untuk membentuk dan mendegradasi biomolekul yang di perlukan dalam
fungsi khusus sel.

Metabolisme terdiri dari dua proses yang berlawanan, keduanya berlangsung


serempak. Aspek metabolisme yang pertama adalah anabolisme, yaitu proses
sintesis makromolekul kompleks misalnya asam nukleat, lipid, dan polisakarida
serta penggunaan energi. Aspek metabolisme yang kedua adalah suatu proses
yang berlawanan disebut katabolisme. Proses katabolisme merupakan proses
penguraian bahan organik kompleks menjadi bahan organik yang lebih
sederhana atau bahan anorganik dan menghasilkan energi, misalnya adenosin
trifosfat (ATP) atau guanosine trifosfat (GTP).
Metabolit merupakan hasil dari metabolisme. Metabolit dibedakan menjadi dua
macam, yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder.
Pada mikroorganisme dalam hidupnya melakukan aktivitas metabolisme.
Metabolisme mikroorganisme merupakan proses-proses kimia yang terjadi di
dalam tubuh mikroorganisme. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena
metabolisme terajadi selalu menggunakan katalisator enzim. Dalam metabolisme
mikroorgnisme, energi fisik atau kimiawi dikonversi menjadi energi melalui
metabolisme mikroorganisme dan disimpan dalam bentuk senyawa kimia yang
disebut adenisone5’triphospate (ATP). Mikroorganisme misalnya bakteri dalam
hidupnya melakukan aktivitas metabolisme. Tujuan metabolisme agar bakteri
dapat bertahan melangsungkan fungsi hidup

Metabolisme mikroorganisme merupakan proses-proses kimia yang terjadi di


dalam tubuh mikroorganisme. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena
metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator enzim. Dalam metabolisme
mikroorganisme, energi fisik atau kimiawi dikonversi menjadi energi melalui
metabolisme mikrorganisme dan disimpan dalam bentuk senyawa kimia yang
disebut adenosine 5′-triphospate (ATP). Mikroorganisme misalnya bakteri dalam
hidupnya melakukan aktivitas metabolisme. Tujuan metabolisme agar bakteri
dapat bertahan melangsungkan fungsi hidup.

Proses Metabolisme
1. Anabolisme
Anabolisme adalah penyusunan/ pengambilan zat makanan, pembentukan
karbohidrat yang membutuhkan energi dan sintetis protoplasma. Merupakan
sintesis protoplasma yang meliputi proses sintesa makromolekul seperti asam
nukleat, lipida dan polisakarida, dan penggunaan energi yang dihasilkan dari
proses katabolisme.
2. Katabolisme
Katabolisme merupakan penguraian bahan organik kompleks menjadi bahan
organik yang lebih sederhana, pembentukan energi dengan menguraikan
karbohidrat melalui reaksi oksidasi substrat. Merupakan oksidasi substrat yang
diiringi dengan terbentuknya energi, meliputi proses degradasi sebagai reaksi
penguraian bahan organik kompleks menjadi bahan organik sederhana atau bahan
anorganik yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.

Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa anabolisme adalah pembentukan


senyawa yang memerlukan energi (Rekasi endergonik). Misalnya pada fotosintesis
yang membentuk C6G12O5 dari CO2 DAN H2O. Sedangkan katabolisme adalah
penguraian senyawa yang menghasilkan energi (reaksi eksergonik), misalnya pada
respirasi yang menguraikan karbohidrat menjadi asam piruvat dan energi.

Mikroorganisme memerlukan energi untuk :


1. Sintesis bagian sel (dinding sel, membran sel, dan substansi sel lainnya).
2. Sintesis enzim, asam nukleat, polisakarida, phospholipids, atau komponen sel
lainnya.
3. Mempertahankan kondisi sel dan memperbaiki bagian sel yang rusak.
4. Pertumbuhan dan perbanyakan.
5. Penyerapan hara dan ekskresi senyawa yang tidak diperlukan atau waste
products.
6. Pergerakan (Motilitas).

Energi yang tersimpan dalam bentuk senyawa ATP dapat diperoleh oleh
mikroorganisme melalui hidrolisa. Energi yang diperoleh dari melalui proses
atau reaksi kimia disebut sebagai free energy atau energi bebas (G). Pada reaksi
yang melepaskan energi, maka harga G adalah negatif, sedangkan pada reaksi
yang memerlukan energi, maka harga G adalah positif. Energi hasil metabolisme
disimpan oleh mikroorganisme dalam bentuk senyawa phosporyl.
ATP terbentuk dari reaksi antara adenosine 5′-diphospate (ADP) dengan phospat
anorganik, membentuk ikatan phosporyl sebagai berikut :
ADP3- + Pi + H+ → ATP4- +H2O ΔG = +30 kJ/mol (1)
Reaksi diatas menunjukkan proses katabolisme, yaitu proses penguraian zat
untuk membebaskan energi kimia sebesar 30 kJ yang tersimpan dalam senyawa
organik. ATP yang telah tersintesa tersebut disimpan di dalam sel untuk
digunakan bila diperlukan. Energi yang tersimpan tersebut dikeluarkan melalui
hidrolisa ikatan phosporyl dalam suatu reaksi yang merupakan kebalikan dari
reaksi (1), yaitu sebagai berikut:
ATP4- +H2O → ADP3- + Pi + H+ ΔG= -30 kJ/mol (2)
Reaksi diatas merupakan proses anabolisme, yaitu pembentukan molekul yang
kompleks dengan menggunakan energi sebesar 30 kJ/mol. Kedua reaksi di atas
terjadi karena katalisa enzim ATP-ase.

Enzim
Enzim adalah katalis hayati. Katalis, walaupun dalam jumlah yang amat sedikit,
mempunyai kemampuan unik untuk mempercepat berlangsungnya reaksi
kimiawi tanpa enzim itu sendiri terkonsumsi atau berubah setelah reaksi selesai.

Enzim adalah katalisator organik (biokatalisator) yang dihasilkan oleh sel. Enzim
berfungsi sebagai katalisator anorganik yaitu untuk mempercepat reaksi kimia.
Setelah reaksi berlangsung enzim tidak mengalami perubahan jumlah sehingga
jumlah enzim sebelum dan setelah reaksi adalah tetap. Enzim mempunyai
spesifitas yang tinggi terhadap reaktan yang direaksikan dan jenis reaksi yang
dikatalisis. Enzim melakukan berbagai aktifitas fisiologik seperti penyusunan
bahan organik, pencernaan, dan pembongkaran zat yang memerlukan aktivator
berupa biokatalisator.
Sifat Umum Enzim
a. Disusun oleh senyawa protein.
b. Bekerja secara spesifik yaitu hanya mengkatalisis satu macam reaksi saja.
c. Aktivitas enzim dipengaruhi suhu, PH, substrat dan inhibitor. Setiap enzim
memiliki suhu dan PH optimum.
d. Enzim memiliki sifat alosentrik, yaitu mampu berkaitan dengan inhibitor
ataupun aktivator.

Mekanisme Kerja Enzim


Enzim meningkatkan kecepatan reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi.
Energi aktivasi adalah energi yang diperlukan untuk mengaktifkan suatu reaktan
sehingga dapat bereaksi untuk membentuk senyawa lain. Energi potensial hasil
reaksi menjadi lebih rendah, tetapi enzim tidak mempengaruhi letak
keseimbangan reaksi. Saat berlangsungnya reaksi enzimatik terjadinya ikatan,
sementara enzim dengan substratnya reaktan. Ikatan sementara bersifat labil dan
hanya untuk waktu yang singkat saja. Selanjutnya ikatan enzim substrat akan
pecah menjadi enzim dan hasil akhir. Enzim yang terlepas kembali setelah reaksi
dapat berfungsi lahi sebagai biokatalisator untuk reaksi yang sama.

Struktur Enzim
a. Ada enzim yang mengandung komponen kimia lain selain protein. Komponen
ini disebut kofaktor, suatu komponen yang bukan protein. Kofaktor berupa
molekul anorganik seperti Fe2+, Mn2+, Cu2+, Na+ atau molekul organik kecil
yang disebut koenzim misalnya vitamin B, B1, dan B2.
b. Koenzim yang terikat kuat secara kovalen pada protein enzim disebut gugus
prostetik.
c. Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalisis, bersama-sama
koenzim atau gugus logamnya disebut holoenzim.
Klasifikasi/ Penggolongan Enzim
a. Penggolongan Enzim Berdasarkan Tempat Bekerjanya
1. Endoenzi
Endoenzim disebut juga enzim intraseluller yaitu enzim yang berkerja di
dalam sel. Umumnya merupakan enzim yang digunakan untuk proses
sintesis di dalam sel dan untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna
untuk proses kehidupan sel misalnya, dalam proses respirasi.
2. Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluller yaitu enzim yang
berkerjanya di luar sel. Umumnya berfungsi untuk mencernakan substrat
secara hidrolisis untuk dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan
berat molekul lebih rendah sehingga dapat masuk melewati membran sel.
Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat di luar sel tidak
digunakan dalam proses kehidupan sel.

b. Penggolongan Enzim Berdasarkan Daya Katalisis


1. Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi yang merupakan
pemindahan elektron, hidrogen atau oksigen. Contoh; enzim elektron
transfer oksidase dan hidrogen perioksidase (katalase).

2. Transferase
Enzim ini mengkatalisis pemindahan gugus molekul dari satu molekul ke
molekul lain. Contoh; transaminase, transfosforilase, dan transasilase.
3. Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis. Contoh;
karboksilesterase, lipase dan peptidase
4. Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan
gugus dari satu molekul tanpa melalui proses hidrolisis.
5. Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi
yaitu; rasemase, epirerase, co-transisomerase, intramolekul
ketolisorerase, dan murase.
6. Ligase
Enzim ini mengkatalisis penggabungan dua molekul dengan
dibebaskannya molekul priposfat dari nukleosida trifosfat. Contoh; enzim
asetat
7. Enzim Lain dengan Tata Nama Berbeda
Ada beberapa enzim yang penamaanya tidak menurut cara diatas
misalnya enzim pepsin, triosin, dan sebagainya serta enzim yang
termasuk permease. Permease adalah enzim yang berperan dalam
menentukan sifat selektif permeabel dari membran sel.

c. Penggolongan Enzim Berdasarkan Cara Terbentuknya


1. Enzim Konstitutif
Kadar enzim dalam sel berjumlah normal atau tetap pada sel hidup.
2. Enzim Adaptif
Enzim yang pembentukkannya dirangsang oleh adanya subtrat. Contoh :
enzim beta galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E. coli.

d. Penggolongan Enzim Berdasarkan Substratnya


1. Kerbohidrase, merupakan enzim yang menguraikan karbohidrat yang
mencakup; amilase, maltase, laktase, selulase dan pektinase.
2. Esterase, merupakan enzim yang memecah golongan ester, antara lain;
lipase dan posfatase.
3. Protease, merupakan enzim yang menguraikan golongan protein,
contohnya; peptidase, gelatinase, dan renin.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Enzimatik


a. Substrat (Reaktan)
Kecepatan reaksi enzimatik umumnya diketahui kadarsubstrat, penambahan
kadar substrat sampai jumlah tertentu dengan jumlah enzim yang tetap, akan
mempercepat reaksi enzimatik sampai mencapai maksimum. Penambahan
substrat selanjutnya tidak akan menambah kecepatan reaksi, kecepatan reaksi
enzimatik juga dipengaruhi kadar enzim, jumlah enzim yang terikat substrat
dan konstanta.
b. Suhu
Seperti reaksi kimia pada umumnya, maka reaksi enzimatik dipengaruhi oleh
suhu. Kenaikan suhu sampai optimum akan diikuti pula oleh kenaikan
kecepatan reaksi enzimatik. Umumnya enzim mengalami denaturasi pada
suhu diatas 500 C. Walaupun demikian ada beberapa enzim yang tahan
terhadap suhu tinggi.
c. Keasaman (PH)
PH dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Daya katalisis enzim menjadi
rendah pada PH rendah maupun tinggi, karena terjadinya denaturasi enzim.
Enzim mempunyai gugus aktif yang bermuatan positif dan negatif. Aktivitas
enzim akan optimum kalau terdapat keseimbangan antara muatannya. Pada
keadaan masam muatannya cenderung positif, dan pada keadaan basis
muatannya cenderung negatif sehingga aktivitas enzimnya menjadi berkurang
atau bahkan menjadi tidak aktif. PH optimum untuk masing-masing enzim
tidak selalu sama. Sebagai contoh amilase jamur mempunyai PH optimum
5,0 dan arginase mempunyai PH optimum 10.
d. Penghambat Enzim (Inhibitor)
Seperti namanya, inhibitor adalah substansi yang memiliki kecenderungan
untuk mencegah aktivitas enzim. Inhibitor enzim mengganggu fungsi enzim
dalam dua cara yang berbeda. Berdasarkan ini, mereka dibagi menjadi dua
kategori: inhibitor kompetitif dan inhibitor kompetitif. Sebuah inhibitor
kompetitif memiliki struktur yang sama dengan molekul substrat, dan
sehingga akan melekat pada diaktifkan pusat enzim mudah dan membatasi
pembentukan ikatan kompleks enzim-substrat. Sebuah inhibitor
nonkompetitif adalah salah satu yang membawa perubahan (s) dalam bentuk
enzim dengan bereaksi dengan situs aktif. Dalam kondisi ini, molekul
substrat tidak dapat mengikat dirinya pada enzim dan dengan demikian,
kegiatan selanjutnya diblokir.

II.2 Fisiologi Mikroorganisme


Secara umum, organisme mikroskopis pada tingkatan seluler memiliki
metabolisme seperti pada umumnya sel eukariotik maupun prokariotik.
Perbedaan terletak pada cara memperoleh nutrisi, dan cara hidup yang akan
berpengaruh terhadap kemampuan metabolit yang khas untuk setiap jenis
mikroba. Lingkungan tempat hidup (habitat) juga berpengaruh terhadap
kemampuan metabolism suatu mikroba.

Bakteri heterotroph merupakan bakteri yang tidak dapat mensintesis


makanannya sendiri. Kebutuhan makanan tergantung dari mahluk lain. Bakteri
saprofit dan bakteri parasit tergolong bakteri heterotrof.

Bakteri autotrof merupakan bakteri yang dapat mensistesis makannya sendiri


seperti misalnya bakteri foto autotrof dan bakteri kemoautotrof. Bakteri aerob
memerlukan O2 bebas untuk kegiatan respirasinya. Bakteri anaerob tidak
memerlukan O2 bebas untu kegiatan respirasinya.
Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
1. Temperatur, umumnya bakteri tumbuh baik pada suhu antara 25 - 35 derajat
C.
2. Kelembaban, lingkungan lembab dan tingginya kadar air
sangat menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri
3. Sinar Matahari, sinar ultraviolet yang terkandung dalam sinar matahari dapat
mematikan bakteri.
4. Zat kimia, antibiotik, logam berat dan senyawa-senyawa kimia tertentu dapat
menghambat bahkan mematikan bakteri.

Fungi bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofito. Fungi menyerap
zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogeno. Fungi bergantung pada substrat yang
menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya

Sumber nutrisi mikroorganisme


1. Karbon diperoleh dari metanol atau etanol, gliserol, asam lemak, asam
amino, glukosa.Sumber karbon dapat berupa karbohidrat, lemak, proteino
KarbohidratKarbohidrat dapat diperoleh dari glukosa, sukrosa, fruktosa,
trehalosa.
2. Tepung digunakan pada kondisi di alam, terutama pada jamur yang
menyerang biji-bijian.
3. Selulosa dan lignin pada jamur yang mendegradasi lignin pada kayu.
4. Glikogen pada kultur buatan.
5. Kitin pada jamur yang menyerang jaringan insekta atau krustacea.
6. Lemak bersumber dari biji yang mengandung minyak, minyak, mentega.
7. Protein dan asam amino digunakan sebagai sumber nitrogen. Pada fungi
penyebab penyakit kulit.
8. Nitrogen diperoleh dari nitrat, asam amino, amonium.
II.3 Metabolit Primer dan Sekunder Mikroorganisme

Metabolit Primer
Metabolit primer adalah suatu metabolit atau molekul produk akhir atau produk
antara dalam proses metabolisme makhluk hidup, yang fungsinya sangat esensial
bagi kelangsungan hidup organisme tersebut, serta terbentuk secara intraseluler.
Contohnya adalah protein, lemak, karbohidrat, dan DNA pada umumnya
metabolit primer tidak diproduksi berlebihan. Pada sebagian besar
mikroorganisme, produksi metabolit yang berlebihan dapat menghambat
pertumbuhan, dan kadang-kadang dapat mematikan mikroorganisme tersebut.
Proses metabolisme untuk membentuk metabolit primer disebut metabolisme
primer (Dewick, 1999).

Mikroorganisme menghasilkan metabolit primer seperti etanol dan metabolit


sekunder misalnya antibiotik. Metabolit primer diproduksi pada waktu yang
sama dengan pembentukan sel baru, dan kurva produksinya mengikuti kurva
pertumbuhan populasi secara paralel. Metabolit sekunder mikroorganisme tidak
diproduksi hingga sel mikroorganisme menyelesaikan secara lengkap fase
pertumbuhan logaritmiknya, dikenal sebagai fase tropofase dan memasuki fase
stasioner. Periode selanjutnya, ketika sebagian besar metabolit sekunder
dihasilkan, disebut sebagai idiofase. Metabolit sekunder mikroorganisme dapat
merupakan konversi dari metabolit primer mikroorganisme (Hogg, 2005).

Ciri-ciri metabolit primer yaitu (Saifudin, 2014):


a. Terbentuk melalui metabolisme primer
b. Memiliki fungsi yang esensial dan jelas bagi kelangsungan hidup organisme
penghasilnya (merupakan komponen esensial tubuh misalnya asam amino,
vitamin, nukleotida, asam nukleat dan lemak).
c. Sering berhubungan dengan pertumbuhan orgnisme penghasilnya.
d. Bersifat tidak spesifik (ada pada hampir semua makhluk hidup).
e. Dibuat dan dismpan secara intraseluler.
f. Dibuat dalam kuantitas yang cukup banyak
g. Hasil akhir dari metabolisme energi adalah etanol.
h. Terlibat langsung dalam fungsi fisiologis normal seperti protein dan enzim
i. Terdapat didalam organisme atau sel.
j. Dikenal dengan istilah metabolit sentral
k. Berat molekul (BM) dari kecil dalam bentuk monomer hingga polimer sangat
besar ( > 1500 Dalton)

Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa organik yang dihasilkan tumbuhan yang
tidak memiliki fungsi langsung pada fotosintesis, pertumbuhan atau respirasi,
transport solut, translokasi, sintesis protein, asimilasi nutrien, diferensiasi,
pembentukan karbohidrat, protein dan lipid. Metabolit sekunder seringkali
hanya dijumpai pada satu spesies atau sekelompok spesies berbeda dengan
metabolit primer (asam amino, nukelotida, gula, lipid) yang dijumpai hampir di
semua kingdom tumbuhan.

Metabolit sekunder yang merupakan hasil samping atau intermediet


metabolisme primer memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Berperan penting pada dua strategi resistensi, yaitu:
a) Level struktur, phenyl propanoid adalah komponen utama polimer
dinding polimer lignin dan suberin,
b) Menginduksi antibiotik pertahanan yang berasal dari fenolik dan
terpenoid (fitoaleksin)
2. Melindungi tumbuhan dari gangguan herbivor dan menghindari infeksi yang
disebabkan oleh patogen mikrobia. Tumbuhan menggunakan metabolit
sekunder sebagai antibiotik atau agen sinyal selama interaksi dengan
patogen.
3. Menarik polinator dan hewan penyebar biji
4. Berperan sebagai agen kompetisi antar tanaman
5. Memberikan kontribusi yang bernilai terhadap hubungan antara tumbuhan
dan lingkungannya
Adapun kelompok utama metabolit sekunder yaitu terpen, senyawa fenol dan
produk sekunder yang mengandung nitrogen. Berikut adalah jalur biosintesis
metabolit sekunder pada tanaman (Mastuti, 2016) :

Gambar 1. Jalur Biosistesis Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder termasuk sumber senyawa kimia pada tumbuhan


yang dapat dikembangkan menjadi cikal bakal obat -obatan melalui
penelitian untuk menunjang berbagai kepentingan industri . Fakta yang
mendukung dari penyataan diatas terdapat sekitar 250.000 jenis tumbuhan
tingkat tinggi, akan tetapi hanya sekitar 0,4% yang telah dilakukan penelitian.
Tumbuhan tersebut b e r a s a l d a r i h u t a n h u j a n t r o p i s t e r d a p a t lebih
dari 30.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi sangat potensial untuk diteliti
dan dikembangkan oleh para peneliti Indonesia.
Senyawa-senyawa metabolit sekunder yang berhasil ditemukan
antara lain morfin sebagai obat nyeri, kuinin sebagai obat malaria,
reserpin sebagai obat penyakit tekanan darah tinggi dan vinkristin
serta vinblastin sebagai obat kanker. Selain sebagai bahan obat,
senyawa metabolit sekunder juga di gunakan oleh manusia untuk menunjang
kepentingan industri seperti industri kosmetik dan industri pembuatan pestisida
dan insektisida.

Berbagai penelitian tentang metabolit sekunder telah banyak dilakukan oleh


peneliti. Menurut penelitian dari Ningsih dkk (2016) yang penelitiannya tentang
manfaat metabolit sekunder sebagai aktivitas antibakteri dari ekstrak daun
sirsak menyatakan bahwa daun sirsak yang diekstrak dengan menggunakan
pelarut kloroform memiliki kemampuan aktivitas antibakteri yang sangat kuat.
Penelitian yuhernita dan juniarti (2011) tentang senyawa metabolit sekunder
menyatakan bahwa daun suriah memiliki sifat antioksidan dengan nilai IC50
sebesar 4,80 sedangkan asam askorbaat adalah 9,23 ppm. Nilai IC50 dari ekstrak
metanol daun surian yang relatif lebih kecil ini menunjukkan bahwa aktivitas
antioksidannya relatif lebih besar dibandingkan larutan standar asam askorbat.
Berdasarkan penelitian ini dapat dibuktikan bahwa senyawa metabolit sekunder
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia bukan hanya untuk benteng
tumbuhan akan tetapi juga dapat dimanfaatkan menjadi obat-obatan dalam skala
modern pada industri.

Metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan merupakan hasil dari


biosintesis metabolit primer. Pada umumnya sintesis metabolit primer awal
dimulai dengan mesintesis gula melalui proses fotosintesis dengan bantuan CO2
dan H2O. Didalam metabolisme terdapat 2 peran yaitu primer dan sekunder.
Jalur biosintesis metabolit sekunder paling banyak terdapat di tanaman. Salah
satu contoh dari metabolit sekunder pada tumbuhan yaitu Flavonoid terrestrial.
Golongan senyawa ini termasuk kelompok senyawa fenolik alami dengan
berbagai struktur kimia yang terdapat pada buah, sayur, biji, kulit batang, akar,
batang, dan bunga (inda yulia,2014).

Dalam biosintesis metabolit sekunder terdapat jalur jalur biosintesis metabolit


sekunder antara lain ( Dewick, 1987; Saifudin , 2014 ):
1. JaIur asam asetat
Poliketida meliputi golongan besar bahan alam yang tergolong bersarna
berdasarkan pada biosintesisnya. Keanekaragaman struktur dapat dijelaskan
sebagai turunan rantai poli-ßketo, terbentuk oleh koupling unit-unit asam
asetat (C2) via reaksi kondensasi, misalnya
n CH3CO2H [CH3C0]n -
Termasuk poliketida adalah asam temak, poliasetilena, prostaglandin,
antibiotika makrolida, dan senyawa aromatik seperti antrakinon dan
tetrasiklina. Pembentukan rantai poli-ß-keto dapat digambarkan sebagai
sederet reaksi Claisen, keragaman melibatkan urutan ß-oksidasi dalam
metabolisme asam lemak. Jadi, 2 molekul asetil-KoA dapat ikut serta dalam
reaksi Claisen membentuk asetoasetil-KoA, kemudian reaksi dapat berlanjut
sampai dihasilkan rantai poli-ßketo. Akan tetapi studi tentang enzim yang
terlibat dalam biosintesis asam lemak belum terungkap secara rinci.,Dalam
pembentukan asam lemak melibatkan enzim asam Iemak sintase.

Gambar 4.1 Jalur Asetat Biosintesis Metabolit Sekunder


2. Jalur asam sikimat
Jalur asam sikimat merupakan jalur alternatif menuju senyawa aromatik,
utamanya L fenilalanin. L-tirosina. dan L-triptofan. Jalur ini berlangsung
dalam mikroorganisme dan tumbuhan, tetapi tidak berlangsung dalam
hewan, sehingga asam amino aromatik merupakan asam amino esensial
yang harus terdapat dalam diet manusia maupun hewan. Zat antara pusat
adalah asam sikimat, suatu asam yang ditemukan dalam tanaman IlIicium
sp. beberapa tahun sebelum perannya dalammetabolisme ditemukan. Asam
ini juga terbentuk dalam mutan tertentu dari Escherichia coli.

3. Jalur asam mevalonat


Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan keragaman struktur yang
besar dalam produk alami yang diturunkan dan unit isoprena (C5) yang
bergandengan dalam model kepala ke ekor (head-to-tail), sedangkan unit
isoprena diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat

Katabolisme : Respirasi dan Fermentasi


1. Respirasi
Respirasi merupakan proses terjadinya pembongkaran suatu zat makanan
sehingga menghasilkan energi yang diperlukan oleh mikroorganisme
tersebut. Jika oksigen yang diperlukan dalam proses respirasi maka disebut
respirasi aerob. Ada juga spesies bakteri yang mampu melakukan respirasi
tanpa adanya oksigen, maka peristiwa itu disebut respirasi anaerob.

Respirasi aerob merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang mengubah


glukosa secara sempurna menjadi CO2, H2O dan menghasilkan energi.
Menurut penyelidikan energi yang terlepas sebagai hasil pembakaran 1
grammol glukosa adalah 675 Kkal. Dalam respirasi aerob, glukosa dioksidasi
oleh oksigen, dan reaksi kimianya dapat digambarkan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 12 H2O + 675 Kkal
Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhan itu. Banyak tahap
reaksi yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi
tersebut dibedakan menjadi tiga tahap yakni glikolisis, siklus kreb (the
tricarboxylic acid cycle) dan transfer elektron.

Gambar 1. Tahapan respirasi

2. Glikolisis
Glikolisis adalah serangkaian reaksi enzimatis yang memecah glukosa
(terdiri dari 6 atom C) menjadi dua molekul asam piruvat (terdiri dari 3 atom
C). Glikolisis juga menghasilkan ATP dan NADH + H+.

3. Tricarboxylic acid cycle (Siklus Krebs)


Merupakan serangkaian reaksi metabolisme yang mengubah asetil koA yang
direaksikan dengan asam oksaloasetat (4C) menjadi asam sitrat (6C).
Selanjutnya asam oksaloasetat memasuki daur menjadi berbagai macam zat
yang akhirnya akan membentuk oksaloasetat lagi.

4. Transfer Elektron
Setelah proses tricarboxylic acid maka yang terakhir adalah proses transfer
elektron. Transfer elektron merupakan reaksi pemindahan elektron melelui
reaksi redoks (reduksi-oksidasi). karena respirasi mebutuhkan jumlah ATP
dari proses oksidasi NADH dan FADH. Maka dibutuhkan senyawa senyawa
yang memiliki potensial reduksi rendah sebagai akseptor elektron, dan
O2 sangat ideal sebagai akseptor. Elektron yang berasal dari oksidasi
substrat NADH atau FADH2, melalui serangkaian redoks atau reduksi-
oksidasi reaksi, lalu ke terminal akseptor. Dalam proses ini, energi
dilepaskan selama aliran elektron digunakan untuk membuat gradien proton.

Energi yang ditangkap dalam ikatan energi yang tinggi ketika P (fosfat)
anorganik bergabung dengan molekul ADP untuk membentuk ATP. Proses
ini disebut fosforilasi oksidatif. Energi (ATP) dalam sistem transpor elektron
terbentuk melalui reaksi fosforilasi oksidatif, Energi yang dihasilkan oleh
oksidasi 1 mol NADH atau NADPH2 dapat digunakan untuk membentuk 3
mol ATP. Reaksinya sebagai berikut.
NADH + H+ + 1/2 O2 + 3ADP + 3H3PO4 → NAD+ + 3ATP + 4H2O

Sementara itu, energi yang dihasilkan oleh oksidasi 1 mol FADH2 dapat
menghasilkan 2 mol ATP. Beberapa jenis enzim yang terlibat dalam
pengangkutan elektron seperti NADH dehidrogenase, sitokrom reduktase,
dan sitokrom oksidase.

Pembawa elektron terdiri dari flavoprotein (contohnya FAD dan


mononukleotida flavin, FMN), besi sulfur (FeS), dan sitokrom, protein
dengan cincin yang berisi besi yang disebut heme. Gugus non-protein seperti
lipid-soluble (larutan dalam lemak) yang lebih dikenal dengan quinones.
Beberapa bakteri fakultatif anaerob dan obligatif anaerob melakukan respirasi
anaerob. Dengan melibatkan electron transport system (ETS), tetapi terminal
akseptor elektron selain oksigen.

Anaerob obligat adalah organisme yang mati bila terkena oksigen, seperti
Clostridium tetani dan Clostridium botulinum, yang masing-masing
menyebabkan tetanus dan botulisme.
Bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang dapat hidup dengan baik bila ada
oksigen maupun tidak ada oksigen. Contoh bakteri anaerob fakultatif antara
lain Escherichia coli, Streptococcus, Alcaligenes, Lactobacillus, dan Aerobacter
aerogenes. Anaerob fakultatif dapat hidup dengan adanya atau tidak adanya
oksigen, tetapi lebih memilih untuk menggunakan oksigen. Contoh jenis ini
termasuk Escherichia coli.

Contoh respirasi anaerob berikut :


1. Respirasi Nitrat
Respirasi nitrat dilakukan oleh bakteri anaerob fakultatif. Potensi redoks nitrat
adalah +0.42 Volt, dibandingkan dengan oksigen yang potensial redoksnya
+0,82 volt. Akibatnya, lebih sedikit energi yang digunakan dibandingkan
dengan oksigen sebagai terminal akseptor elektron dan molekul lebih sedikit
ATP yang terbentuk. Proses ini memiliki beberapa langkah, yang mana nitrat
direduksi menjadi nitrit dan nitrogen oksida menjadi dinitrogen, yang disebut
sebagai dissimilatory nitrate reduction atau denitrifikasi. Reaksi denitrifikasi
sebagai berikut:
2NO3- + 12 e- + 12 H+ → N2 + 6 H2O
Denitrifikasi dilakukan oleh spesies Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas
aeruginosa, Paracoccus denitrificans dan Thiobacillus denitrificans.
Bakteri ini adalah kelompok bakteri yang memiliki kemampuan untuk
melakukan reaksi reduksi senyawa nitrat (NO3-) menjadi
senyawa nitrogen bebas (N2). Pada beberapa kelompok bakeri denitrifikasi,
dapat ditemukan senyawa nitrogen oksida (NO) sebagai hasil sampingan
metabolisme. Proses ini pada umumnya berlangsung secara anaerobik (tanpa
melibatkan molekul oksigen, O2).

Proses denitrifikasi merupakan salah satu dari rangkaian siklus nitrogen yang
berperan dalam mengembalikan senyawa nitrat yang terakumulasi di wilayah
perairan, terutama laut, untuk kembali dipakai dalam bentuk bebas. Di
samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti
dinitrogen oksida (N2O). Senyawa tersebut tidak hanya dapat berperan
penting bagi hidup berbagai organisme, tetapi juga dapat berperan dalam
fenomena hujan asam dan rusaknya ozon. Senyawa N2O akan dioksidasi
menjadi senyawa NO dan selanjutnya bereaksi dengan ozon (O3) membentuk
NO2- yang akan kembali ke bumi dalam bentuk hujan asam (HNO2).
Sedangkan bakteri fakultatif Anaerob seperi, E. coli dan sejenisnya, yang
hanya mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan enzim.

2. Respirasi Sulfat
Respirasi sulfat dilakukan oleh sebagian kecil bakteri heterotrophic, yang
semuanya oligatif anaerob, seperti bakteri dari spesies Desulfovibrio. Bakteri
ini membutuhkan sulfat sebagai aseptor proton dan terduksi menjadi sulfit.
Reaksi sulphate respiration sebagai berikut:
SO42- + 8 e- + 8 H+ → S2- + H2O

3. Respirasi Karbonat
Respirasi Karbonat dilakukan oleh bakteri seperti Methanococcus dan
Methanobacterium. Bakteri tersebut merupakan anaerob obligat yang
mereduksi CO2, dan kadang-kadang karbon monoksida, untuk menjadi
metana. Bakteri metanogen yang biasa menggunakan hidrogen sebagai
sumber energi dan ditemukan di lingkungan yang rendah nitrat dan sulfat,
misalnya usus beberapa hewan, rawa, sawah dan digester limbah lumpur.
Reaksi respirasi karbonat hingga membentuk metan sebagai berikut:
CO2 + 4H2 →CH4 + 2H2O
Selain nitrat, sulfat dan karbon dioksida, besi besi (Fe3+), mangan (MN4+)
dan beberapa organik senyawa (sulfoksida dimetil, fumarat, glisin dan oksida
trimetilamina) dapat berfungsi sebagai terminal elektron akseptor untuk
respirasi anaerob tertentu bakteri.

5. Fermentasi
Bila respirasi tidak bisa dilakukan, organisme harus menggunakan mekanisme
alternatif untuk membentuk pasokan koenzim, selama oksidasi glukosa
menjadi piruvat. Jika NAD (P) H tidak teroksidasi kembali ke NAD (P)+,
katabolisme akan berhenti. Akibatnya, akseptor terminal elektron yang cocok
harus ditemukan untuk mengambil elektron. Fermentasi adalah proses
perombakan senyawa organik dalam kondisi anaerob menghasilkan produk
berupa asam-asam organik, alkohol dan gas, yang kemudian dikeluarkan dari
sel.

Macam-macam fermentasi alcohol:


a. Fermentasi alkohol dilakukan oleh yeasts, jamur dan bakteri. Fermentasi
alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol (etil
alkohol) dan karbondioksida. Organisme yang berperan yaitu
Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatan tape, roti atau minuman
keras.
Reaksi kimia:
C6H12O6→ 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 H2O + 2 ATP
b. Fermentasi asam laktat yang dilakukan oleh sejumlah bakteri, seperti
Streptococcus, Lactobacillus, Lactococcus dan Leuconostoc, serta
beberapa jamur, alga dan protozoa. Turunan piruvat, adalah akseptor
elektron dan membentuk laktat. Ada dua bentuk fermentasi ini yakni:
1) Fermentasi homolaktis dilakukan oleh bakteri seperti Lactobacillus
acidophilus dan Lactobacillus casei, yang mereduksi semua piruvat
yang dihasilkan pada proses glikolisis menjadi asam laktat.
2) Fermentasi heterolaktis menghasilkan produk lainnya dan asam
laktat. Organisme yang melakukan ini seperti Leuconostoc
mesenteroides dan Lactobacillus brevis.
c. Fermentasi asam campuran yang dilakukan oleh E. coli dan bakteri
fakultatif anaerob. Produknya meliputi laktat, asetat, dan etanol. Beberapa
organisme memiliki kemampuan untuk mereduksi piruvat menjadi
hidrogen dan CO2.
d. Fermentasi 2,3-Butanediol dilakukan oleh Enterobacter, Erwinia,
Klebsiella dan Serratia. Sama seperti fermentasi campuran asam, namun
menghasilkan butanadiol, netanol dan asam.
e. Fermentasi asam propionat dilakukan oleh beberapa bakteri d usus,
seperti Propionibacterium dan sejenisnya, beberapa terlibat dalam produk
komersil Swiss-keju dan vitamin B12 (cobalamin). Propionat yang
terbentuk dari piruvat yang melalui jalur methylmalonyl CoA, dimana
piruvat terkarboksilasi menjadi oksaloasetat, dan kemudian direduksi
menjadi propionat melalui malate, fumarate dan suksinate
f. Fermentasi asam butirat dilakukan oleh spesies Clostridium. Bakteri ini
memproduksi aseton, butanol, propanol, alkohol dan asam lainnya.
Bakteri ini juga memfermentasi asam amino dan senyawa nitrogen
lainnya, serta karbohidrat.
Anabolisma : Fotosintesis
Proses metabolisme mikroorganisme dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan
sumber energinya yaitu fototrof dan kemotrof. Sedangkan apabila berdasarkan
kemampuan mendapat sumber karbonnya menjadi dua juga yaitu autotrof dan
heterotrof
Mikroorganisme fototrof adalah mikroorganisme yang menggunakan cahaya
sebagai sumber energi utamanya. Fototrof dibagi menjadi dua yakni :
fotoautotrof dan fotoheterotrof.
1. Fotoautotrof
Organisme yang termasuk fotoautrotrof melakukan fotosintesis.
Sedangkan fotosintesis adalah proses mensintesis senyawa organik kompleks
dari unsur-unsur anorganik dengan menggunakan energi cahaya matahari.
Fotosintesis tidak hanya dilakukan oleh tumbuhan namun juga dilakukan
oleh mikroba. Mikroba yang melakukan fotosintesis seperti Cyanobacteria,
serta beberapa jenis algae. Pada Reaksi umum yang terjadi dpat dituliskan
sebagai berikut :

6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 + 6O2


dalam fotosintesis terjadi dua tahapan reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi
terang atau fosforilasi reaksi ini terjadi di tilakoid dan reaksi gelap terjadi di
dalam stromokloroplas.
Reaksi terang merupakan pemecahan air menjadi hidrogen dan oksigen yang
disebut dengan fotolisis. Hidrogen hasil fotolisis digabung dengan
karbondioksida yang ditangkap dari uadara bebas untuk membentuk glukosa.
Pada reaksi terang, atom hydrogen dari molekul H2O dipakai untuk
mereduksi NADP menjadi NADPH, dan O2 dilepaskan sebagai hasil
samping reaksi fotosintesis. Reaksi ini juga dirangkaikan dengan reaksi
endergonik pembentukan ATP dari ADP + Pi. Dengan demikian tahap reaksi
terang dapat dituliskan dengan persamaan:

Dalam hal ini pembentukan ATP dari ADP + Pi merupakan suatu mekanisme
penyimpanan energi matahari yang diserap kemudian diubah menjadi bentuk
energi kimia. Proses ini disebut fotofosforilasi. Tahap kedua disebut tahap
reaks gelap. Dalam hal ini senyawa kimia berenergi tinggi NADPH dan ATP
yang dihasilkan dalam tahap pertama (reaksi gelap) dipakai untuk proses
reaksi reduksi CO2 menjadi glukosa dengan persamaan:

Gambar 2. Reaksi gelap dan terang

2. Fotoheterotrof
Fotoherotrof adalah kelompok kecil bakteri yang menggunakan energi
cahaya tapi membutuhkan zat organik seperti alkohol, asam lemak, atau
karbohidrat sebagai sumber karbon. Organisme ini meliputi bakteri non-
sulfur, bakteri ungu, dan hijau.
Contoh :
Fotosintesis anoksigenik, yaitu proses fototrof mana energi cahaya ditangkap
dan diubah menjadi ATP, tanpa menghasilkan oksigen.
1. Fotosintesis bakteri ungu non belerang
CO2 + 2CH3CHOHCH3 → (CH2O) + H2O + 2CH3COCH3
2. Fotosintesis bakteri hijau belerang
CO2 + 2H2S → (CH2O) + H2O + 2S

Mikroorganisme kemotrof, mikroorganisme ini bergantung kepada reaksi


oksidasi dan reduksi akan zat anorganik atau organik sebagai sumber energi
mereka. Mikroorganisme kemotrof dibagi menjadi dua yakni kemoautotrof
dan kemoheterotrof.

1. Kemoautotrof
Kemoautotrof adalah organisme kemotrof yang sumber karbonnya
berasal dari CO2, hanya memerlukan CO2 sebagai sumber karbon bukan
sebagai sumber energi. Bakteri ini memperoleh energi dengan
mengoksidasi bahan-bahan anorganik. Energi kimia diekstraksi dari
hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), ion fero (Fe2+), atau bahan kimia
lainnya. Contohnya adalah bakteri Sulfolobus sp. yang mengoksidasi
sulfur.

2. Kemoheterotrof
Kemoheterotrof adalah organisme kemotrof yang sumber
karbonnya dari senyawa-senyawa organik (mengonsumsi molekul
organik untuk sumber energi dan karbon). Dibagi menjadi dua
berdasarkan akseptor elektron terakhirnya. Apabila akseptor terakhirnya
adalah O2 contohnya adalah hewan dan hampir semua fungi, protozoa,
serta bacteria. Apabila akseptor terakhirnya bukan O2 adalah
Streptococcus sp dan Clostridium sp.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Melalui pembahasan yang telah dibuat , dapat disimpulkan bahwa
1. Metabolisme merupakan suatu pembentukan dan penguraian zat yang
terbagi menjadi dua yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder.
2. Metabolit primer biasanya digunakan untuk melakukan sintesis glukosa
melalui proses fotosintesis sehingga menghasilkan energy bagi tumbuhan
3. Metabolit sekunder biasanya digunakan tumbuhan sebagai benteng
pertahanan , dimana jalur metabolit sekunder dalam proses biosintesis
dilalui melalui jalur asetat, jalur asam sikimat dan jalur asam melavonat

III.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Dewick, P.M, 1999, Medicinal Natural Products, A Biosynthesis Approach, John


Willey & Sons Ltd, England

Gunawan, D dan Sri M, 2004, “Ilmu Obat Alam (Farmakognosi)”, Jilid I , Penebar
Swadaya, Jakarta

Hanani E. 2010. Herbal Indonesia Berkhasiat. Trubus Info Kit Vol 8

Hogg, S., 2005, Essential Microbiology, John Willey & Sons Ltd, England.

Kristy, Yanti. 2014. Perbedaan Bakteri Anaerob dan aerob dalam penggunaan
oksigen. Website :
http://www.sridianti.com/perbedaan-bakteri-anaerob-dan-aerob-dalam-
penggunan-oksigen.html. Diakses pada 3 November 2014 pukul 19.44 WIB.

Kusnadi. 2012. Metabolisme Mikroba. Website :


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19680509199
4031-KUSNADI/KULIAH,_METABOLISME_MIKROBA.ok.pdf. Diakses
pada 11 November 2014 pukul 04.20 WIB.

Manitto, P. 1992, “Biosintesis Produk Alami,”:IKIP Press, Semarang

Mastuti, R. 2016. Modul Metabolit Sekunder dan Pertahanan Tumbuhan. Jurusan


Biologi FMIPA Universitas Brawijaya

Ningsih D.R, Zuhafair, Kartika D, 2016, “Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder


Serta Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak Sebagai Antibakteri”, Molekul, Vol.
11. No. 1.
Pelczar, Michael J. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiolgi. Universitas Indonesia: Jakarta.

Priani, Nunuk. 2003. Metabolisme Mikroorganisme. Website :


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/818/1/biologi-nunuk1.pdf.
Diakses pada 08 November 2014 pukul 21.26 WIB.

Saifudin, A. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori, Konsep, dan Teknik
Pemurnian. Deepublish. Yogyakarta.

Suharni, Theresia Tri. 2007. Mikrobiologi umum. Yogyakarta : Penerbit Universitas


Atma Jaya.

Wibowo, Marlia Singgih. 2013. Metabolisme Mikroorganisme. Website :


http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Biosintesis%20Seny
awa%20Obat/METABOLISME%20MIKROORGANISME.pdf. Diakses
pada 01 November 2014 pukul 19.20 WIB.

Wikanastri. 2014. Metabolisme Mikroorganisme. Website :


http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/P2-
METABOLISME-MIKROORGANISME.pdf. Diakses pada 08 November
2014 pukul 20.30 WIB.

Wilkins, M.B.1992,” Fisiologi Tanaman”, Bumi Angkasa.Jakarta

Wirahadikusumah, M. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan


Lipid. ITB. Bandung

Yuhernita dan Juniarti, 2011, “Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak
Metanol Daun Surian Yang Berpotensi Sebagai Antioksidan” Makara, Sains,
Vol. 15, No. 1,

Anda mungkin juga menyukai