Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MIKROBIOLOGI

METABOLISME MIKROBIA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2:


YULVIANI (201420665)
IVA KARDILLAH (201430667)
NURUL FAJRI W. APRILIA (201420660)
SINTA WEROLANGI (201420664)
LISA ANJARSARI (201420659)
RESKYANA (201420661)
MUHRINA (201430668)
RISMA (201430669)
IDIL AQ’SA (201430666)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya,
salawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW, sehingga kami dapat
menyelasaikan makalah yang berjudul “METABOLISME MIKROBIA”. Adapun tujuan dari
penyususunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari matakuliah
MIKROBIOLOGI yang diampuh oleh ibu SARTIKA G.P., S. Si. M.Sc
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Kolaka, 08 September 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………….....................


A. Latar Belakang .......................................................................................
B. Perumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan...................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN………………………......................................................


A. Beberapa Aspek Ekologi Burung............................................................
B. Produksi Energi oleh Mikroba..................................... ..........................
C. Struktur Enzim........................................................................................
D. Sifat Enzim………………………..........................................................
E. Mekanisme Kerja Enzim.........................................................................
F. Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim...............................................
G. Peran dan Penamaan Enzim.....................................................................
H. Pengendalian Enzim. ..................................................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, mahluk hidup memerlukan energi yang diperoleh dari proses
metabolisme. Metabolisme adalah suatu ciri yang dimiliki makhluk hidup yang merupakan
serangkaian reaksi kimia di dalam sel. Reaksi-reaksi ini tersusun dalam jalur-jalur
metabolisme yang rumit dengan mengubah molekul-molekul melalui tahapan-tahapan
tertentu. Secara keseluruhan metabolisme bertanggung jawab terhadap pengaturan materi
dan sumber energi dari sel. Metabolisme terjadi pada semua mahluk hidup termasuk
kehidupan mikroba.
Metabolisme merupakan serentetan reaksi kimia yang terjadi dalam sel hidup. Dalam
metabolisme ada dua fase yaitu katabolisme dan anabolisme. Secara menyeluruh sebagian
besar katabolisme adalah respirasi seluler di mana glukosa dan bahan bakar organik yang
lain dipecah menjadi karbon dan air dengan membebaskan energi. Energi yang diperoleh
disimpan dalam molekul-molekul organik dan digunakan untuk melakukan kerja dari sel.
Kebalikan dari katabolisme adalah anabolisme, yang merupakan serangkaian reaksi-reaksi
kimia yang membutuhkan energi untuk membentuk molekul-molekul besar dari molekul-
molekul yang lebih kecil, misalnya pembentukan protein dari asam amino.
Bila dalam suatu reaksi menghasilkan energi maka disebut reaksi eksergonik dan
apabila untuk dapat berlangsungnya suatu reaksi diperlukan energi reaksi ini disebut reaksi
endergonik. Kegiatan metabolisme meliputi proses perubahan yang dilakukan untuk
sederetan reaksi enzim yang berurutan. Untuk mempercepat laju reaksi-reaksi diperlukan
enzim-enzim tertentu pada setiap tahapan reaksi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan anabolisme dan katabolisme?
2. Bagaimana reproduksi energi dari mikrobia?
3. Bagaimana struktur dari enzim?
4. Apa saja sifat sifat enzim?
5. Bagaimana mekanisme kerja enzim?
6. Apa saja yang mempengaruhi kerja enzim?
7. apa saja peranan dan penamaan enzim?
8. Bagaimana cara pengendalian enzim?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian anabolisme dan katabolisme?
2. Untuk mengetahui proses reproduksi energi dari mikrobia?
3. Untuk mengetahui struktur dari enzim?
4. Untuk mengetahui sifat sifat enzim?
5. Untuk mengetahui mekanisme kerja enzim?
6. Untuk mempengaruhi kerja enzim?
7. Untuk mengetahui peranan dan penamaan enzim?
8. Untuk mengetahui cara pengendalian enzim?
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANABOLISME DAN KATABOLISME


Metabolisme merupakan seluruh peristiwa reaksi-reaksi kimia yang berlangsung dala
sel makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu anabolisme dan katabolisme.

Anabolisme adalah penyusunan senyawa kimia sederhana menjadi senyawa kimia atau
molekul komplek (Prawirohartono dan Hadisumarto, 1997). Pada peristiwa ini diperlukan
energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun
energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa
sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang
diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada
senyawa kompleks yang terbentuk. Energi yang digunakan dalam anabolisme dapat berupa
energi cahaya atau energi kimia. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan
fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan
kemosintesis.

Katabolisme adalah reaksi pemecahan/pembongkaran senyawa kompleks menjadi


senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan menghasilkan energi yang dapat digunakan
organisme untuk melakukan aktivitasnya. Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan
energi dan komponen yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme.
Gambar Anabolisme dan Katabolisme
B. PRODUKSI ENERGI OLEH MIKROBA (RESPIRASI, FERMENTASI DAN
FOTOSINTESIS)
Sel-sel bakteri seperti halnya sel semua organisme hidup, umumnya melakukan
aktivitas kehidupan untuk kelangsungan hidupnya. Semua sel membutuhkan suatu sumber
energi. Walaupun sangat beraneka ragam jenis substansi yang berperan sebagai sumber energi
bagi mikroorganisme, namun terdapat pola dasar metabolisme yang sangat sederhana yaitu
terjadi perubahan dari satu bentuk energi yang kompleks menjadi bentuk energi yang lebih
sederhana, sehingga dapat masuk ke dalam rangkaian metabolik.

MENGAPA MIKROBA MEMERLUKAN ENERGI ?


• Synthesa bagian sel (dinding
sel, membran sel, dan
substansi sel lainnya)
• Synthesis Enzim, Asam Nukleat,
Polysakarida, Phospholipids,
atau komponen sel lainnya
• Mempertahankan kondisi
sel (optimal) dan
memperbaiki bagian sel
yang rusak
• Pertumbuhan dan Perbanyakan
• Penyerapan hara dan
ekskresi senyawa yang tidak
diperlukan atau waste
products
• Pergerakan (Motilitas)

Bakteri dapat mengubah zat kimia dan energi radiasi kebentuk yang berguna untuk
kehidupannya melalui proses respirasi, fermentasi dan fotosintesis. Dalam respirasi, molekul
oksigen adalah penerima elektron utama, sementara dalam fermentasi molekul bahan makanan
biasanya pecah menjadi dua bagian, dimana yang satu kemudian dioksidasi oleh yang lainnya.
Dalam fotosintesis, energi cahaya diubah menjadi energi kimia. Bagaimanapun, dalam semua
jenis sel dan tanpa menghiraukan mekanisme yang digunakan untuk mengekstrak energi, reaksi
tersebut diiringi oleh pembentukan Adenosine Triphosphate (ATP). ATP adalah perantara yang
umum (reaktan) baik dalam reaksi yang menghasilkan energi maupun reaksi-reaksi yang
membutuhkan energi dan pembentukannya memerlukan mekanisme dimana energi yang
tersedia dapat disalurkan kedalam reaksi biosintesis dari sel yang memerlukan energi.
1. Respirasi
Respirasi merupakan proses disimilasi, yaitu proses penguraian zat yang membebaskan
energi kimia yang tersimpan dalam suatu senyawa organik. Dalam proses ini, terjadi
pembongkaran suatu zat makanan sehingga menghasilkan energi yang diperlukan oleh
organisme tersebut. Saat molekul terurai menjadi molekul yang lebih kecil, terjadi pelepasan
energi, reaksinya disebut eksorgenik. Respirasi merupakan salah satu dari reaksi katabolik.
Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen bebas, respirasi dibedakan atas dua macam, yaitu:
A. Respirasi aerob, yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen bebas. Pada proses ini, oksigen
merupakan senyawa penerima hidrogen akhir.
B. Respirasi anaerob, yaitu respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas. Pada proses ini,
senyawa seperti asam piruvat dan asetaldehid berfungsi sebagai penerima hidrogen terakhir.
A. Respirasi Aerob
Respirasi secara aerob, terjadi didalam sitoplasma dan berlangsung melalui empat tahap, yaitu:
1) Glikolisis
Glikolisis merupakan pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa membutuhkan
oksigen. Proses glikolisis terdiri atas 10 tahap, yaitu:
a) Tahap 1: Glukosa yang masuk kedalam sel mengalami fosfolirasi dengan bantuan enzim
heksokinase dan menghasilkan glukosa 6-fosfat. Untuk keperluan ini ATP diubah menjadi
ADP agar diperoleh energi.
b) Tahap 2: Glukosa 6-fosfat diubah oleh enzim fosfoglukoisomerase menjadi bentuk isomernya
berupa fruktosa 6-fosfat.
c) Tahap 3: Dengan menggunakan energi hasil perubahan ATP menjadi ADP, fruktosa 6-fosfat
diubah oleh enzim fosfofruktokinase menjadi fruktosa 1,6-bifosfat
d) Tahap 4: Enzim aldolase mengubah fruktosa 1,6-bifosfat menjadi dihidroksiaseton fosfat dan
gliseraldehida fosfat.
e) Tahap 5: Terjadi perubahan reaksi bolak balik antara dihidroksi aseton fosfat dengan
gliseraldehid fosfat sehingga akhirnya hanya gliseraldehid fosfat saja yang digunakan untuk
reaksi berikutnya.
f) Tahap 6: Melalui bantuan enzim triosofosfat dehidrogenase, terjadi perubahan dari
gliseraldehid fosfat menjadi 1,3-bifogliserat. Dalam tahap ini juga terjadi transfer elektron
sehingga NAD berubah menjadi NADH, serta pengikatan fosfat anorganik dari sitoplasma.
g) Tahap 7: Terjadi perubahan dari 1,3-bifogliserat menjadi 3-fosfogliserat dengan bantuan enzim
fosfogliserokinase. Pada tahap ini juga terjadi pembentukan dua molekul ATP dengan
menggunakan gugus fosfat yang sudah ada pada reaksi sebelumnya.
h) Tahap 8: Terjadi perubahan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat karena enzim
fosfogliseromutase memindahkan gugus fosfatnya.
i) Tahap 9: Terjadi pembentukan fosfoenol piruvat (PEP) dan 2-fosfogliserat dengan bantuan
enzim enolase, sekaligus juga terjadi pembentukan 2 molekul air.
j) Tahap 10: Terjadi perubahan fosfoenol piruvat (PEP) menjadi asam piruvat dengan enzim
piruvatkinase, serta terjadi pembentukan 2 molekul ATP
Dengan demikian, pada akhir glikolisis akan dihasilkan 2 molekul asam piruvat yang
berkarbon 3, 2 ATP dan 2 NADH dari setiap perubahan 1 molekul glukosa.
2) Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat
Dekarboksilasi oksidatif asam piruvat berlangsung didalam mitokondria dan merupakan reaksi
kimia yang mengawali siklus krebs. Dalam peristiwaini terjadi perubahan asam piruvat
menjadi molekul asetil-KoA. Asetil KoA merupakan senyawa berkarbon dua. Dalam dua
peristiwa ini juga dihasilkan satu molekul NADH untuk setiap pengubahan molekul asam
piruvat menjadi asetil-KoA.
3) Siklus Krebs (Daur Asam Sitrat)
Kondisi aerob dalam organisme berlangsung pada dua tahapan berikutnya, yaitu siklus krebs
dan transpor elektron. Pada organisme eukariotik, proses ini berlangsung pada matriks dalam
mitokondira sedangkan pada prokariotik, berlangsung dalam sitoplasma. Tahapan siklus krebs
adalah sebagai berikut:
a) Asam piruvat dari proses glikolisis, selanjutnya masuk ke siklus krebs setelah bereaksi dengan
NAD+ (Nikotinamida adenine dinukleotida) dan ko-enzim A atau Ko-A, membentuk asetil
KoA. Dalam peristiwa ini, CO2 dan NADH dibebaskan. Perubahan kandungan C dari 3C
(asam piruvat) menjadi 2C (asetil ko-A).
b) Reaksi antara asetil Ko-A (2C) dengan asam oksalo asetat (4C) dan terbentuk asam sitrat (6C).
Dalam peristiwa ini, Ko-A dibebaskan kembali.
c) Asam sitrat (6C) dengan NAD+ membentuk asam alfa ketoglutarat (5C) dengan
membebaskan CO2.
d) Peristiwa berikut agak kompleks, yaitu pembentukan asam suksinat (4C) setelah bereaksi
dengan NAD+ dengan membebaskan NADH, CO2 dan menghasilkan ATP setelah bereaksi
dengan ADP dan asam fosfat anorganik.
e) Asam suksinat yang terbentuk, kemudian bereaksi dengan FAD (Flarine Adenine
Dinucleotida) dan membentuk asam malat (4C) dengan membebaskan FADH2.
f) Asam malat (4C) kemudian bereaksi dengan NAD+ dan membentuk asam oksaloasetat (4C)
dengan membebaskan NADH, karena asam oksalo asetat akan kembali dengan asetil ko-A
seperti langkah ke 2 di atas.
Dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap kedua dalam respirasi aerob yang
mempunyai tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta membentuk kembali
oksaloasetat. Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus krebs selanjutnya. Dalam siklus krebs,
dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP.

Gambar Siklus Krebs


4) Transpor Elektron
Pada dasarnya, transpor elektron merupakan peristiwa pemindahan elaktron dari . Elektron
tersebut berasal dari NADH dan FADH dari suatu substrat ke substrat lain secara berantai
disertai pembentukan ATP melalui proses Fosforilasi okeidatif. Fosforilasi oksidatif
merupakan proses penambahan gugus posfat anorganik ke molekul ADP. Dalam transpor
elektron, yang menjadi penerima elektron terakhir adalah oksigen sehingga pada akhir
peristiwa ini terbentuk O.NADH dan FADH dalam transpor elektron berfungsi sebagai
senyawa pereduksi yangmenghasilkan ion hidrogen. Setiap molekul NADH yang memasuki
rantai transpor elektron akan menghasilkan 3 molekul ATP, dan setiap molekul FAD akan
menghasilkan 2 molekul
ATP.
B. Respirasi Anaerob (Fermentasi)
Fermentasi adalah proses pembebasan energi tanpa oksigen. Ciri-ciri dari fermentasi
adalah:
1. Terjadi pada organisme yang tidak membutuhkan oksigen bebas.
2. Tidak terjadi penyaluran elektron ke siklus krebs dan transpor elektron.
3. Energi (ATP) yang terbentuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan respirasi aerob yaitu 2
molekul ATP setiap mol glukosa.
4. Jalur yang ditempuh ialah glikolisis dan pembentukan alkohol (fermentasi alkohol) dan
pembentukan asam laktat.
5. Menghasilkan produk berupa asam-asam organik, alkohol dan gas.
6. Organisme anaerobik juga menghasilkan energi, yaitu melalui reaksi-reaksi yang disebut
fermentasi yang menggunakan bahan organik sebagai donor dan akseptor elektron. Bakteri
anaerobik fakultatif dan bakteri anaerobik obligat menggunakan berbagai macam fermentasi
untuk menghasilkan energi. Misalnya pada bakteri Streptococus lactis menggunakan
fermentasi asam laktat untuk perolehan energi yaitu dengan menguraikan glukosa menjadi
asam laktat melalui proses glikolisis, satu molekul glukosa diubah menjadi dua molekul asam
piruvat disertai dengan pembentukan dua NADH + . Asam piruvat tersebut diubah menjadi
asam laktat dalam reaksi berikut:
COOH COOH
2 C = 0 + 2NADH + 2 2H – C – OH + 2NA
C C
Jalur-Jalur Fermentasi

Organisme dan produk fermentasi

Sebagaimana ditujukkan dalam skema di atas, selain menghasilkan asam piruvat


sebagai produk akhir juga dihasilkan 2 molekul NHDH yang harus dioksidasi. Tergantung pada
tipe mikroorganismenya asam piruvat (CH3COCOOH) dimetabolisme lebih lanjut untuk
menghasilkan produk akhir fermentasi sebagaimana ditunjukkan dalam skema berikut:
a) Fermentasi Asam homolaktat. Dilakukan oleh beberapa bakteri Streptococcus dan
Laktobacillus. b) Fermentasi Alkohol. Dilakukan oleh Yeast.
c) Fermentasi Asam Campuran, dilakukan Escherichia coli dan beberapa bacteri anterik lainnya.
d) Fermentasi butylen-glikol, dilakuka 0leh Enterobacter, Pseudomonas dan Bacillus.
e) Fermentasi Asam propionate. Dilakukan oleh Propioniacterium dan Veillonela. CO2 asam
piruvat….. asam asetat 2 oksalo asetat 2CO2 enzyme bond 2 asam suksinat propionil Co A
asam propionat suksinil Co A 2 methil malonil Co A
Energi yang bergabung dalam ikatan propiionil Co A disimpan oleh reaksi propionil Co A
dengan asam ukinat membentuk suksinil CoA dan asam propionat bebas. Selanjutnya CO2
yang dibebaskan dari decarboksilasi metil malonil CoA tetap berikatan dengan enzim yang
mengandung biotin yang akan mentransfer CO2 kepada asam piruvat membentuk asam aksalo
asetat. Organisma ini juga dapat membentuk oksalo asetat dari reaksi PRP (Phosphoenol
piruvat) dengan CO2 bebas.
f) Fermentasi Asam Butirat, butanol dan aseton
Bakteri yang melakukan fermentasi tersebut adalah Clostridium.
Dari skema tersebut dapat diketahui bahwa berbagai macam senyawa yang dapat
berperan sebagai aseptor elektron terakhir. Jadi produk akhir dari fermentasi juga bervariasi.
Dalam hal fermentasi asam laktat atau alkohol, hanya satu macam. Pada fermentasi lain seperti
campuran asam atau asam butirat menggunakan bermacam aseptor elektron dan produk
fermentasi juga bervariasi. Tidak semua bakteri melakukan metabolisma gula melalui jalur
embden-meyerhof, tetapi ada beberapa alternatif penguraian glukosa menghasilkan tipe
fermentasi.

2. Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang
dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil.
Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga
dan beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara,
karbon dioksida dan air serta bantuan energi cahaya matahari. Terjadi pada algae, tumbuhan
dan beberapa prokariotik:
• Terdiri atas 2 reaksi utama: Photophosphorylation (reaksi terang) dan fiksasi karbon dioksida
(reaksi gelap).
1. Photophosphorylation (Reaksi terang)
Pada reaksi terang, cahaya mengenai klorofil a yang menyebabkan elektron tereksitasi sehingga
mempunyai energi lebih tinggi. Dalam satu rangkaian reaksi kimia, energi tersebut akan diubah
menjadi ATP dan NADPH. Air akan terurai dan melepaskan oksigen sebagai satu produk
reaksi.
ATP dan NADPH akan digunakan untuk membuat karbohidrat pada reaksi gelap.
2. Fiksasi Karbon Dioksida (Reaksi Gelap)
Fiksasi karbon dikenal sebagai reaksi gelap. Enam molekul gas asam arang masuk ke
dalam sel melalui stomata dan akan diikat oleh ribulosa bifosfat (RuBP). RuBP merupakan
suatu senyawa berkarbon 5 yang akan diubah menjadi satu molekul gula. Peristiwa ini terjadi
di dalam stroma dan telah diperkenalkan oleh Melvin Calvin sehingga selanjutnya dikenal
dengan siklus calvin.

Pada kelompok bakteri dapat dibedakan atas: anoxygenic dan oxygenic photosynthesis.
a. Anoxygenic Photosynthesis
Proses fotosintesis yang tidak menghasilkan O2 dan H2S berperan sebagai donor elektron.
Anoxygenic photosynthesis ditemukan pada:
• Green sulfur bacteria (e.g. Chlorobium)
• Green nonsulfur bacteria (e.g. Chloroflexus)
• Purple sulfur bacteria (e.g. Chromatium)
• Purple nonsulfur bacteria (e.g. Rhodobacter) Donor Electron
bervariasi:
• H2S atau senyawa organik pada green dan purple sulfur bacteria.
• H2 atau senyawa organik pada green and purple nonsulfur bacteria.
Hanya memiliki satu fotosistem
• Pada green bacteria, photosystem sama dengan PSI.
• Pada purple bacteria, photosystem sama dengan PSII.
Fungsi utama adalah menghasilkan ATP melalui cyclic photophosphorylation.

b. Oxygenic photosynthesis
Proses fotosintesis yang menghasilkan O2 dan H2S berperan sebagai donor elektron.
Ditemukan pada Cyanobacteria (blue-green algae) dan organisme eukariotik yang memiliki
kloroplas.
Donor electron adalah H2O: teroksidasi membentuk O2.
Melalui 2 fotosistem yaitu PSI dan PSII.
Fungsi umum menghasilkan NADPH dan ATP untuk fiksasi
karbon.
C. STRUKTUR ENZIM
Enzim merupakan substansi yang ada dalam sel dalam jumlah yang amat kecil dan
mampu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan proses-proses
seluler dan kehidupan. Nama lain dari enzim adalah fermen; nama enzim berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “dalam ragi”.

Keseluruhan bagian enzim yang disebut holoenzim tersusun atas dua komponen utama,
yaitu komponen protein (apoenzim) dan komponen nonprotein (gugus prostetik). Fungsi enzim
sangat ditentukan oleh gugus apoenzimnya karena pada bagian tertentu merupakan tempat
melekatnya substrat dan sekaligus tempat mereksikan substrat. Bagian pada gugus protein yang
berfungsi sebagai pusat katalitik enzim disebut sisi aktif. Komponen nonprotein (gugus
prostetik) dibedakan menjadi gugus kofaktor dan koenzim. Gugus kofaktor tersusun atas zat
anorganik yang umumnya berupa logam, misalnya Cu, Fe, Mn, Zn, Ca, K dan Co. Gugus
koenzim merupakan senyawa organik nonprotein yang tidak melekat erat pada bagian protein
enzim, contohnya NAD, NADP dan koenzim A.

Ada dua tipe enzim, yaitu eksoenzim atau enzim ekstraseluler atau enzim di luar sel dan
endoenzim atau enzim intraseluler atau enzim di dalam sel. Fungsi utama dari eksoenzim
adalah melangsungkan perubahan-perubahan pada nutrien di sekitarnya sehingga
memungkinkan nutrien tersebut memasuli sel; dengan mengambil zat makanan yang ada di
sekeliling sel. Misalnya, enzim amilase menguraikan zat pati menjadi unit-unit gula yang lebih
kecil.
Sedangkan fungsi endoenzim untuk mensintesis bahan seluler dan menguraikan nutrien untuk
menyediakan energi yang dibutuhkan oleh sel, misalnya heksokinase mengkatalisis fosforilase
glukosa dan heksosa (senyawa-senyawa gula sederhana) di dalam sel.

D. SIFAT ENZIM
Sebagai molekul zat yang mempunyai peranan besar dalam metabolisme, enzim
memiliki beberapa sifat penting, di antaranya sebagai berikut:

1) Enzim adalah Suatu Protein


Ini terbukti karena enzim di dalam larutan membentuk suatu koloid. Keadaan ini akan
memungkinkan luasnya permukaan enzim sehingga bidang aktivitasnya juga besar.
2) Bekerja Secara Khusus (Spesifik)
Enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu dan tidak dapat mempengaruhi
reaksi lainnya. Sebagai contoh: di dalam usus rayap terdapat protozoa yang menghasilkan
enzim selulase sehingga rayap dapat hidup dengan makan kayu karena dapt mencerna selulosa
(salah satu jenis karbohidrat/polisakarida). Sebaliknya manusia tidak dapat mencerna kayu,
meskipun mempunyai enzim amilase, yaitu enzim yang dapat mencerna amilum/pati (yang
juga merupakan jenis polisakarida). Enzim amilase dan selulase masing-masing bekerja secara
khusus.
3) Enzim sebagai Katalisator. Artinya sebagai zat yang mampu mempercepat reaksi kimia, tetapi
enzim tidak ikut bereaksi. Dengan demikian, enzim tidak diperlukan dalam jumlah yang
banyak. Dalam jumlah sedikit saja enzim telah menyelenggarakan suatu perubahan zat yang
beribu-ribu kali lebih berat daripada berat molekulnya sendiri. Contohnya, sebuah molekul
enzim katalase mampu mengubah 5 juta molekul H2O2 tanpa enzim itu mengalami perubahan.
4) Dapat digunakan Berulang Kali
Enzim dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi.
Meskipun dalam jumlah sedikit, adanya enzim dalam suatu reaksi yang dikatalisirnya akan
mempercepat reaksi, karena enzim yang telah bekerja dalam reaksi tersebut dapat digunakan
kembali.
5) Rusak oleh Panas
Enzim adalah suatu protein yang dapat rusak oleh panas disebut denaturasi. Kebanyakan enzim
rusak pada suhu di atas 50°C. Reaksi kimia akan meningkat dua kali lipat dengan kenaikan
suhu sebesar 10°C. Kenaikan suhu di atas suhu 50°C tidak dapat meningkatkan reaksi yang
dikatalisir oleh enzim, tetapi justru menurunkan atau menghentikan reaksi tersebut. Hal ini
disebabkan enzimnya rusak sehingga enzim tersebut tidak dapat bekerja. Demikian juga pada
suhu rendah, suhu rendah tidak merusak enzim tetapi hanya tidak aktif saja.
6) Dapat Bekerja Bolak-Balik
Umumnya enzim dapat bekerja secara bolak-balik. Artinya, suatu enzim dapat bekerja
menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja
menyusun senyawa-senyawa itu menjadi senyawa semula. Pada tumbuhan, proses fotosintesis
menghasilkan glukosa. Apabila glukosa yang dihasilkan dalam jumlah banyak, maka glukosa
tersebut diubah dan disimpan dalam bentuk pati. Pada saat diperlukan, misalnya untuk
pertumbuhan, pati yang disimpan sebagai cadangan makanan tersebut diubah kembali menjadi
glukosa.

Penghambatan umpan balik (Feedback Inhibition)


Penumpukan produk akhir menghambat kerja enzim
pertama dalam rangkaian reaksi tersebut sehingga
produksi enzim
selanjutnya ditunda
E. MEKANISME KERJA ENZIM
Reaksi enzimatis akan berlangsung apabila substrat tersedia dan bagian sisi aktif enzim
dalam keadaan kosong. Substrat akan memasuki bagian sisi aktif enzim dan bagian sisi aktif
tersebut akan mengalami perubahan bentuk dengan mengelilingi substrat. Kemudian
terbentuklah ikatan lemah enzim-substrat. Di dalam sisi aktif, substrat akan diubah menjadi
produk, selanjutbya akan dilepaskan dari enzim. Begitu seterusnya sampai bagian sisi aktif
tersebut dapat ditempati oleh substrat yang lain.

DEFINISI DAN KARAKTERISTIK KERJA ENZIM

Protein dengan aktivitas katalitik yang mempercepat reaksi kimia tanpa


ikut dalam reaksi tersebut
Teori Kunci -Anak
kunci

Ukuran molekul enzim >


substrat

Penurunan energi
aktivasi

Reaksi dipercepat
pada suhu alami

Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara:


1. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana keadaan transisi
terstabilisasi. Contohnya mengubah bentuk substrat menjadi konformasi keadaan transisi
ketika ia terikat dengan enzim.
2. Menurunkan energi dalam keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan
menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang berlawanan dengan keadaan
transisi.
3. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat sementara waktu
untuk membentuk kompleks enzim-substrat antara.
4. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama pada orientasi yang
tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini melibatkan destabilisasi keadaan dasar dan
kontribusinya terhadap katalis relatif kecil.
Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua hipotesis, yaitu hipotesis gembok
dan anak kunci dan hipotesis kecocokan yang terinduksi.
a. Hipotesis Gembok dan Anak Kunci (Lock and Key)
Menurut hipotesis yang dikemukakan oleh Emil Fischer, bagian sisi aktif enzim mempunyai
bentuk spesifik dan tidak fleksibel. Suatu enzim hanya dapat ditempati oleh substrat tertentu
saja. Enzim dan substrat bergabung bersama membentuk kompleks, seperti kunci yang masuk
dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi aktivasi yang
rendah.
Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan produk serta membebaskan enzim.

Gambar Hipotesis Gembok dan Anak Kunci (Lock and Key)

b. Hipotesis Induced Fit


Menurut hipotesis ini, bagian sisi aktif enzim bersifat fleksibel terhadap substrat yang masuk.
Apabila ada substrat yang masuk ke bagian sisi aktif, maka bagian ini akan mengalami
perubahan bentuk mengikuti substrat. Ketika produk sudah terlepas dari kompleks, selanjutnya
enzim tidak aktif menjadi bentuk yang lepas. Sehingga, substrat yang lain kembali bereaksi
dengan enzim tersebut.

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM


Faktor-faktor yang berpengaruh pada kerja enzim adalah suhu, pH, zat penghambat
(inhibitor), konsentrasi substrat dan hasil akhir.
1) Suhu
Peningkatan suhu dapat meningkatkan kecepatan reaksi sampai batas suhu tertentu. Hal ini
disebabkan jika molekul bergerak lebih cepat, maka substrat akan berikatan lebih cepat pada
sisi aktif. Setelah melewati batas suhu tertentu, enzim akan mengalami denaturasi. Denaturasi
adalah perubahan struktur secara kimiawi karena terjadi gangguan pada ikatan hidrogen, ikatan
ionik dan ikatan lemah lainnya yang menyebabkan struktur enzim rusak. Jika kenaikan suhu
terus terus menerus, maka kemampuan kerja enzim menurun, bahkan berhenti. Demikian pula
jika terjadi penurunan suhu, maka enzim tidak bisa bekerja karena menjadi tidak aktif pada
suhu rendah (0°C atau di bawahnya), tetapi tidak rusak. Jika suhunya kembali normal enzim
mampu bekerja kembali. Setiap enzim mempunyai suhu optimum tertentu, yaitu suhu yang
paling baik untuk melangsungkan reaksi secara maksimal. Enzim bekerja optimal pada suhu
30°C atau pada suhu tubuh.
2) pH (Derajat Keasaman)
Enzim bekerja optimal pada pH tertentu, umumnya pada pH netral. Pada kondisi asam atau
basa, kerja enzim terhambat. Agar enzim dapat bekerja secara maksimal, pada
penelitian/percobaan yang menggunakan enzim, kondisi pH larutan dijaga agar tidak berubah,
yaitu dengan menggunakan larutan penyangga (buffer).
3) Zat Penghambat (Inhibitor)
Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut inhibitor. Inhibitor merupakan senyawa kimia
yang bersifat menghambat kerja enzim. Zat tersebut memiliki struktur seperti enzim yang dapat
masuk ke substrat atau ada yang memiliki struktur seperti substrat sehingga enzim salah masuk
ke penghambat tersebut. Hambatan enzim dapat dikelompokkan ke dalam tipe reversible (dapat

balik) dan non-reversible (tidak dapat balik). Inhibitor reversibel adalah zat penghambat yang
tidak berkaitan secara kuat dengan enzim, sedangkan inhibitor irreversible merupakan
penghambat yang berkaitan dengan sisi aktif enzim secara kuat sehingga tidak dapat terlepas.
Hambatan reversible dibagi menjadi inhibitor kompetitif dan non kompetitif. Inhibitor
kompetitif merupakan senyawa kimia yang menyerupai substrat yang dapat bereaksi dengan
sisi aktif enzim. Jika sisi aktif enzim sudah terisi oleh inhibitor kompetitif, maka substrat tidak
dapat berikatan dengan enzim. Untuk mengatasi hal ini, jumlah substrat harus ditingkatkan
sehingga substrat mempunyai kesempatan dalam bersaing memperebutkan sisi aktif enzim.
Inhibitor nonkompetitif merupakan senyawa kimia yang menghambat kerja enzim dengan cara
melekat pada bagian selain sisi aktif. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk enzim.
Akibatnya bagian sisi aktif enzim sulit berikatan dengan substrat dan enzim tidak dapat
mengubah substrat menjadi produk.
4) Konsentrasi Substrat
Jumlah substrat yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kerja enzim. Biasanya, sel
akan menambah jumlah enzim dengan cara melakukan sintesis enzim untuk mengatasi
hambatan tersebut.
5) Hasil akhir
Kerja enzim dipengaruhi hasil akhir. Hasil akhir yang menumpuk menyebabkan enzim sulit
“bertemu’ dengan substrat. Semakin menumpuk hasil akhir, semakin lambat kerja enzim.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM

pH dan suhu

Konsentrasi Substrat
G. PERANAN DAN PENAMAAN ENZIM
Tatanama enzim telah diresmikan menurut Persetujuan Internasional dengan bantuan
“Commission of Enzymes of the International Union of Biochemistry”. Namun nama-nama
umum atau nama biasa masih tetap banyak digunakan karena sudah lazim dan mudah. Untuk
menamakan enzim digunakan akhiran -ase dan ini hanya digunakan untuk enzim tunggal.
Untuk penamaan suatu kompleks yang terdiri dari beberapa enzim didasarkan pada reaksi
keseluruhan yang dikatalisis olehnya menggunkaan sistem. Nama resmi atau nama sistematik
dibentuk menurut aturan-aturan yang pasti, memberikan petunjuk mengenai apa substratnya
dan macam reaksi yang dikatalisnya. Enzim dibedakan menjadi enam kelompok, yaitu :
oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase dan ligase.
1. Oksidoreduktase
Reaksi katalitiknya adalah dalam reaksi transfer elektron (pemindahan elektron atau atom
hidrogen). Enzim ini terbagi menjadi enzim oksidase dan enzim reduktase. Enzim oksidase
terbagi menjadi kelompok kecil enzim dehidrogenase dan katalase. Enzim dehidrogenase
memegang peranan penting dalam pengubahan zat-zat organik menjadi hasil-hasil oksidasi.
Enzim katalase menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan hidrogen.
2. Transferase
Enzim transferase mentransfer gugusan kimia fungsional (fosfat, amino, metil, dsb) dari suatu
substrat ke substrat lain. Reaksi pemindahan ini tidak menghasilkan energi, tetapi mengubah
substrat menjadi senyawa yang dapat dioksidasi atau menjadi senyawa yang dapat digunakan
untuk sintesis material sel. Salah satu enzim yang termasuk dalam transferase yakni enzim
transaminase, yang berperan memindahkan gugusan amina dari suatu asam amino ke suatu
asam organik sehingga hasil terakhir berubah menjadi suatu asam amino.
3. Hidrolase
Enzim hidrolase merupakan sekumpulan enzim yang menguraikan suatu zat dengan
pertolongan air, disebut hidrolase karena enzim ini menghidrolisis molekul-molekul besar
menjadi komponen-komponen kecil yang dapat digunakan. Berdasarkan substrat yang
diuraikan, enzim hidrolase dibagi atas kelompok kecil yakni enzim karbohidrase, esterase dan
proteinase.
a) Karbohidrase, yakni enzim-enzim yang menguraikan golongan karbohidrat. Misalnya:
Amilase, yakni enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa
(disakarida).
Maltase, yakni enzim yang menguraikan maltosa menjadi glukosa.
Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi glukosa dan fruktosa.
Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Selulase, yakni enzim yang menguraikan selulosa (suatu polisakarida) menjadi selobiosa
(suatu disakarida).
Pektinase, yakni enzim yang menguraikan pektin menjadi asam pektin.
b) Esterase, yakni enzim-enzim yang memecah golongan ester. Misalnya:
Lipase, yaitu enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak.
Fosfatase, yaitu enzim-enzim yang menguraikan suatu ester hingga terlepas asam fosfat.
c) Proteinase, yakni enzim-enzim yang menguraikan golongan protein. Misalnya:
Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida menjadi asam amino.
Gelatinase, yakni enzim yang menguraikan gelatin.
Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari susu.
4. Liase
Mengkatalisis reaksi penambahan gugusan ikatan ganda pada molekul dan membuang gugusan
non-hidrolitik dengan meninggalkan ikatan ganda.
5. Isomerase
Enzim Isomerase berperan dalam reaksi isomerasi (pengubahan suatu senyawa menjadi
isomernya, misalnya senyawa yang memiliki atom-atom yang sama tetapi berbeda struktur
molekulnya).
6. Ligase
Enzim ligase berperan dalam reaksi penggabungan dua molekul menjadi satu molekul atau
pembentukan ikatan disertai pemecahan atau penambahan ATP (adenin triphosphat).

H. PENGENDALIAN ENZIM
Enzim bekerja secara serentak dan terkoordinasi sehingga semua kegiatan kimiawi
dalam sel menjadi saling terpadu. Salah satu akibatnya yang jelas adalah sel hidup
membutuhkan dan menguraikan bahan-bahan yang dibutuhkan bagi metabolisme dan
pertumbuhan normal. Hal ini mengisyaratkan adanya mekanisme pengendalian metabolisme
selular yang tepat yang pada akhirnya menyangkut pengendalian kegiatan enzim. Aktivitas
enzim dapat diatur melalui 2 cara, yaitu pengendalian katalis secara langsung dan pengendalian
genetik.
Pengendalian langsung mekanisme katalitik itu terjadi dengan mengubah konsentrasi
substrat atau reaktan. Artinya, jika konsentrasi substrat bertambah, maka laju reaksi meningkat
sampai tercapai suatu nilai pembatas dan jika produk menumpuk maka laju reaksi menurun.
Pangendalian langsung melalui penggandengan dengan proses-proses lain, maksudnya
adalah pengaturan oleh ligan (molekul yang dapat terikat pada enzim) yang tidak ikut berperan
dalam proses katalitik itu sendiri. Ada berbagai macam pengendalian seperti itu, diantaranya:
1. Hambatan arus balik, ligan pengaturnya adalah produk akhir suatu lintasan metabolik yang
dapat menghentikan sintesisnya sendiri dengan cara menghambat aktivitas salah satu enzim
pada awal lintasan biosintetiknya.
2. Aktivasi prekursor, ligan pengaturnya merupakan prekursor pertama suatu lintasan.
3. Pengendalian yang berkaitan dengan energi, ligan pengaturnya adalah reaksi-reaksi yang
berkaitan dengan energi .
4. Sifat-sifat pengikatan enzim pengatur, tidak semua enzim merupakan enzim pengatur yang
aktivitasnya dapat dikendalikan secara langsung. Enzim tersebut dapat dipengaruhi oleh
metabolit pengatur. Enzim pengatur disebut enzim alosterik. Enzim yang berperan pada waktu
sel beradaptasi pada lingkungan yang berubah dalah induksi dan represi enzim.
Pengendalian genetis memiliki dua proses, yaitu induksi dan represi enzim. Untuk
terjadinya sintesis enzim dibutuhkan suatu induser, yaitu substansi berberat molekul rendah dan
bisa berupa substrat atau senyawa dari reaksi yang dikatalis oleh enzim yang bersangkuatan,
prosesnya disebut induksi. Bila substansi berberat molekul rendah baik produk ataupun
senyawa yang sekerabat bagi reaksi yang bersangkutan, berlaku sebagai korepressor dengan
cara mencegah sintesis enzim tersebut, disebut represi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Metabolisme merupakan seluruh peristiwa reaksi-reaksi kimia yang berlangsung dalam
sel makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme adalah penyusunan zat kompleks dari zat yang lebih sederhana. Sebaliknya,
katabolisme adalah pemecahan zat komplek menjadi zat yang lebih sederhana disertai dengan
pelepasan energi. Kedua proses metabolisme tersebut merupakan reaksi enzimatis, artinya
reaksi tersebut melibatkan peranan enzim. Enzim adalah suatu protein dan dihasilkan oleh sel
hidup. Enzim adalah protein yang bekerja secara khusus, sebagai katalisator, dapat digunakan
berulang kali, rusak oleh panas tinggi, terpengaruh oleh pH, diperlukan dalam jumlah sedikit
dan dapat bekerja secara bolak-balik. Enzim bekerja dalam mengkatalisis reaksi kimia
(biokimia) yang berlangsung di dalam sel itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi enzim
yaitu: suhu (temperature), derajat keasaman (pH), konsentrasi substrat, zat penghambat
(inhibitor) dan hasil akhir. Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua, yaitu hipotesis
gembok dan anak kunci dan hipotesis kecocokan yang terinduksi.
Enzim diklasifikasi dalam berbagai kategori sesuai dengan reaksi yang dikatalisisnya.
Menurut komisi enzim persatuan biokimia internasional (Commission of Enzymes of the
International Union of Biochemistry), enzim dibedakan menjadi enam kelompok, yaitu:
oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase dan ligase.

Pengendalian metabolisme selular yang tepat yang pada akhirnya menyangkut


pengendalian kegiatan enzim. Pengendakian enzim dapat diatur melalui 2 cara, yaitu
pengendalian langsung (mekanisme katalitik itu sendiri yang terjadi dengan mengubah
konsentrasi substrat atau reaktan) dan pengendalian genetis (melalui induksi dan represi
enzim).
Bakteri dapat merubah zat kimia dan energi radiasi ke bentuk yang berguna untuk
kehidupannya melalui proses respirasi, fermentasi dan fotosintesis. Dalam respirasi, molekul
oksigen adalah penerima elektron utama, sementara dalam fermentasi molekul bahan makanan
biasanya pecah menjadi dua bagian, dimana yang satu kemudian dioksidasi oleh yang lainnya.
Dalam fotosintesis, energi cahaya diubah menjadi energi kimia. Bagaimanapun, dalam semua
jenis sel dan tanpa menghiraukan mekanisme yang digunakan untuk mengekstrak energi, reaksi
tersebut diiringi oleh pembentukan Adenosine Triphosphate (ATP).
DAFTAR PUSTAKA

Ameilia Siregar. 2010. Metabolisme Sel, Enzim dan Peranannya. (Online). http://www.chem-
istry.org/materi_kimia/biologi-pertanian/metabolisme-sel/enzim-dan-peranannya/.
Arif Priyadi dan Tri Silawati. 2007. Sains Biologi untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira.
Kimbal, J. (n.d.). 1997. Biologi Edisi kelima. Alih bahasa: Siti Soetarmi Tjitrosomo, Nawangsari Sugiri.
Jakarta: Erlangga.
Lud Waluyo. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Michael J. Pelczar, Jr dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Slamet Prawirohartono dan Hadisumarto S. 1997. Sains Biologi 3A Untuk SMU Kelas 3 Tengah Tahun
Pertama Sesuai Kurikulum 1994. Jakarta: Bumi Aksara.
Slamet Prawirohartono. 2005. Sains Biologi Untuk SMA Kelas 3 Kurikulum 2004. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tengku. 2012. Anabolisme dan Katabolisme. (Online).
http://tengkugiffary.blogspot.com/2012/11/anabolisme-dan-katabolisme-anabolisme.html.
Widianingsih. 2009. Enzim. (Online).http://120409-widianingsih.blogspot.com/2009/12/enzim.html.
Yulia Windarsih. 2012. Metabolisme Mikroba. (Online).
http://www.slideshare.net/yuliaww/makalahmidas-8-metabolisme-mikroba.. Diposkan oleh
risza risanty di 23.28

Anda mungkin juga menyukai