Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN

Proses Katabolisme, Proses Anabolisme, dan Kurva Pertumbuhan Mikroba

KELOMPOK 1

ADELA MULYANA (17177001)


MINDA SINTIA (17177022)

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Linda Advinda, M.Kes.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PASCASARJANA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, pembuatan makalah
mengenai “Katabolisme, Anabolisme dan Kurva Pertumbuhan Mikroba” dapat
selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Bioteknologi Terapan.
Kegiatan ini terselenggara dengan baik tidak terlepas dari dukungan dan
partisipasi serta kerjasama dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
a. Dosen pembimbing mata kuliah Mikrobiologi Terapan yaitu Dr. Linda
Advinda, M.Kes.
b. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu pada kesempatan
ini.
Penulis menyadari akan segala kekurangan dari makalah ini, penulis akan
menerima saran-saran perbaikan untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirul kalam, semoga Allah SWT menyertai dan merahmati setiap
perbuatan kecil yang kita laksanakan dalam mengabdi kepada bangsa dan negara
melalui bidang pendidikan dan pengajaran.Amin.

Padang, Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Proses Katabolisme Mikroba ............................................................... 3
B. Proses Anabolisme Mikroba ................................................................ 18
C. Kurva Pertumbuhan Mikroba............................................................... 20
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 24
A. Kesimpulan .......................................................................................... 24
B. Saran ..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, mahluk hidup memerlukan energi yang diperoleh dari
proses metabolisme. Metabolisme terjadi pada semua mahluk hidup termasuk
kehidupan mikroba. Dalam metabolisme ada dua fase yaitu katabolisme dan
anabolisme. Metabolime ini selalu terjadi dalam sel hidup karena di dalam sel
hidup terdapat enzim yang diperlukan untuk membantu berbagai reaksi kimia
yang terjadi. Suatu proses reaksi kimia yang terjadi dapat menghasilkan energi
dan dapat pula memerlukan energi untuk membantu terjadinya reaksi tersebut.
Bila dalam suatu reaksi menghasilkan energi maka disebut reaksi
eksergonik, dan apabila untuk dapat berlangsungnya suatu reaksi diperlukan
energi, reaksi ini disebut reaksi endergonik. Kegiatan metabolisme meliputi
proses perubahan yang dilakukan untuk sederetan reaksi enzim yang berurutan.
Secara singkat kegiatan proses ini disebut transformasi zat. Hasil kegiatan ini akan
dihasilkan nutrien sederhana seperti glukosa, asam lemak berantai panjang atau
senyawa-senyawa aromatik yang dapat digunakan sebagai bahan untuk proses
neosintetik bahan sel.
Proses metabolisme akan menghasilkan hasil metabolisme yang berfungsi
menghasilkan sub satuan makromolekul dari hasil metabolisme yang berguna
sebagai penyediaan tahap awal bagi komponen-komponen sel menghasilkan dan
menyediakan energi yang dihasilkan dari ATP lewat ADP dengan fosfat. Energi
ini sangat penting untuk kegiatan proses lain yang dalam prosesnya hanya bisa
berlangsung kalau tersedia energi.
Sebagai makhluk hidup, mikroba mempunyai satu ciri penting, yaitu
tumbuh dan berkembang biak. Seperti layaknya makhluk hidup yang lain, bakteri
mempunyai suatu siklus hidup, mulai dari pertumbuhan, masa stasioner sampai
akhirnya mencapai tahapan kematian. Pengetahuan mengenai kinetika
pertumbuhan mikroba penting untuk diketahui dalam rangka penggunaan agen
mikroba dalam dunia bioindustri. Dalam modul ini akan dipelajari mengenai
pertumbuhan mikroba, kurva pertumbuhan dan perhitungan mikroba

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan dalam metabolisme mikroba, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana proses katabolisme mikroba?
2. Bagaimana proses anabolisme mikroba?
3. Bagaimana kurva pertumbuhan mikroba?
C.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses katabolisme mikroba.
2. Mengetahui proses anabolisme mikroba.
3. Mengetahui kurva pertumbuhan mikroba.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Katabolisme Mikroba


Mikroorganisme dalam hidupnya melakukan aktivitas metabolisme.
Metabolisme mikroorganisme merupakan proses-proses kimia yang terjadi di
dalam tubuh mikroorganisme. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena
metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator enzim. Dalam metabolisme
mikroorganisme, energi fisik atau kimiawi dikonversi menjadi energi melalui
metabolisme mikrorganisme dan disimpan dalam bentuk senyawa kimia yang
disebut adenosine 5′-triphospate (ATP). Mikroorganisme misalnya bakteri dalam
hidupnya melakukan aktivitas metabolisme. Tujuan metabolisme agar bakteri
dapat bertahan melangsungkan fungsi hidup.
Katabolisme merupakan penguraian bahan organik kompleks menjadi bahan
organik yang lebih sederhana, pembentukan energi dengan menguraikan
karbohidrat melalui reaksi oksidasi substrat. Merupakan oksidasi substrat yang
diiringi dengan terbentuknya energi, meliputi proses degradasi sebagai reaksi
penguraian bahan organik kompleks menjadi bahan organik sederhana atau bahan
anorganik yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP (Akarim, 2005).
1. Respirasi
Respirasi merupakan proses terjadinya pembongkaran suatu zat makanan
sehingga menghasilkan energi yang diperlukan oleh mikroorganisme tersebut.
Jika oksigen yang diperlukan dalam proses respirasi maka disebut respirasi aerob.
Ada juga spesies bakteri yang mampu melakukan respirasi tanpa adanya oksigen,
maka peristiwa itu disebut respirasi anaerob.
a. Respirasi aerob
Respirasi aerob merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang mengubah
glukosa secara sempurna menjadi CO2, H2O dan menghasilkan energi. Menurut
penyelidikan energi yang terlepas sebagai hasil pembakaran 1 grammol glukosa
adalah 675 Kkal. Dalam respirasi aerob, glukosa dioksidasi oleh oksigen, dan
reaksi kimianya dapat digambarkan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 12 H2O + 675 Kkal

3
4

Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhan itu. Banyak tahap
reaksi yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi tersebut
dibedakan menjadi tiga tahap yakni glikolisis, siklus kreb (the tricarboxylic acid
cycle) dan transfer elektron.
1) Glikolisis
Glikolisis adalah serangkaian reaksi enzimatis yang memecah glukosa
(terdiri dari 6 atom C) menjadi dua molekulasam piruvat (terdiri dari 3 atom
C). Glikolisis juga menghasilkan ATP dan NADH + H+ (Phillip, E. Pack,
2007).
Sebagian besar mikroorganisme memanfaatkan karbohidrat sebagai
sumber karbon dan energi. Heksosa, gula enam karbon (C6), glukosa adalah
lebih dari substrat untuk sebagian besar mikroorganisme dan sebagian kecil
mikroorganisme tidak bisa mengolahnya. Di alam, glukosa bebas biasanya
tidak tersedia, tetapi dapat diperoleh melalui berbagai rute. Ini berasal dari
interkonversi heksosa lainnya, hidrolisis disakarida, oligosakarida dan
polisakarida dari lingkungan, atau dari sel penyimpanan material, seperti pati,
glikogen dan trehalosa. Pembentukan energi dari glukosa yang didahului oleh
proses fosforilasi sampai menghasilkan piruvat (C3). Namun, jumlah terbatas
ATP yang diproduksi, yang dibentuk melalui substrat-tingkat fosforilasi.
Maksimum dua molekul ATP yang dihasilkan untuk setiap satu molekul
glukosa teroksidasi. menghasilkan piruvat menempati posisi penting dalam
metabolismedan merupakan titik awal untuk katabolisme lanjut (Phillip, E.
Pack. 2007).
Setiap organisme mempunyai perbedaan jalur glikolisis yang menjadi
kunci pembeda organisme tersebut. Mikroba dalam kehidupannya memerlukan
makronutrien dan mikronutrien. Salah satu makronutrien adalah karbon. Jenis
dan jumlah karbon yang berbeda menyebabkan cara untuk memanfaatkannya
juga berbeda sehingga terdapat beberapa cara bakteri dalam memanfaatkan
karbon.
5

a) Jalur EMP (The Embden-Mayerhof-Parnas)


Jalur EMP merupakan jalur yang banyak ditemukan di semua kelompok
organisme, termasuk jamur, yeasts dan bakteri. jalur ini dapat beroperasi di
bawah kondisi anaerobik atau aerobik dan terdiri dari 10 enzim-katalis reaksi
terletak di dalam matriks sitoplasma. Kunci pembeda ketiga jalur lainnya
(heksokinase, fosfofruktokinase dan kinase piruvat) yakni reaksi terjadi secara
reversibel. Sedangkan jalur EMP reaksinya yang terjadi yakni secara
irreversible.
Untuk setiap molekul glukosa dioksidasi menjadi dua piruvat molekul,
keuntungan bersih hanya dua ATP, karena yang Konsumsi dalam reaksi
sebelumnya. (Waiter, Michel J. At all, 2001).
Glucose (C6) + 2ADP + 2Pi + 2NAD+ →2 pyruvate (C3) + 2ATP + 2NADH +
2H+

Gambar 1.Jalur EMP (The Embden-Mayerhof-Parnas)


6

b) Jalur PP (The Pentose Phosphate)


Fosfat pentosa (PP) atau jalur heksosa jalur monofosfat ditemukan di
banyak bakteri dan sebagian besar organisme eukariotik. Jalur ini seringkali
beroperasi pada waktu yang sama dengan jalur EMP. Dalam ragi, misalnya,
10-20% glukosa (lebih selama pertumbuhan pesat) yang terdegradasi melalui
jalur PP, dan sisanya katabolisme dari jalur EMP. Jalur PP bisa berfungsi pada
kondisi aerobik atau anaerobik, baik katabolik maupun anabolik. Jalur ini
sangat penting dalam penyediaan NADPH, terutama untuk digunakan untuk
langkah reduktif dalam proses anabolik, intermediet untuk asam amino
aromatik sintesis, terutama erythrose-4-fosfat; pentosa, terutama ribosa untuk
biosintesis asam nukleat, dan biosintesis intermediet lainya.
Jalur PP merupakan siklus dan seperti semua jalur glycolytic, enzim ini
berada di matrik sitoplasma. Ini dimulai dengan oksidasi dua langkah glucose
6-phospate (G6P) ke pentose (C5) fosfat, ribulosa 5-fosfat (Rump), melalui 6-
phosphogluconate. Proses Ini melibatkan satu karbon yang hilang sebagai
CO2 dan pembentukan dua NADPH. Setelah fase oksidatif ini, RuMP
mengalami serangkaian penataan ulang menjadi serangkaian dua-karbon dan
tiga-karbon pertukaran fragmen, dikatalisis oleh enzim transketolase dan
transaldolase.Untuk setiap tiga unit glukosa diproses, satu GAP, enam NADPH
dan dua fruktosa 6-fosfat (F6P) molekul yang dihasilkan. Molekul F6P
dikonversi kembali ke G6P untuk mempertahankan operasi dari siklus. Itu
GAP dapat dioksidasi menjadi piruvat dengan jalur EMP enzim atau juga dapat
dikembalikan ke awal jalur melalui konversi dari dua GAP satu G6P.
3 glucose 6-phosphate (C6) + 6NADP+ + 3H2O → 2 fructose 6-phosphate (C6) +
glyceraldehyde 3-phosphate (C3) + 3CO2 + 6NADPH + 6H+
7

Gambar 2. Jalur PP (The Pentose Phosphate)


c) Jalur ED (The Entner-doudoroff)
Jalur ED adalah jalur metabolisme yang relatif sedikit digunakan oleh
mikroorganisme yang tidak memiliki EMP jalur. Kebanyakan bakteri Gram-
negatif, termasuk spesies Azotobacter, Pseudomonas, Rhizobium,
Xanthomonas dan Zymomonas, tapi jarang dalam jamur. Jalur dimulai
dengan pembentukan 6-phosphogluconate, seperti di jalur PP. Meskipun
kemudian mengalami dehidrasi, bukan teroksidasi, untuk membentuk 2-okso-
3-deoksi-6-phosphogluconate. Molekul enam-karbon dipecah oleh Aldolase
untuk membentuk dua senyawa C3, piruvat dan GAP, dan terakhir juga dapat
dikonversi menjadi piruvat. Secara keseluruhan, dari glukosa setiap molekul
dimetabolisme, pada jalur yang dapat menghasilkan dua molekul piruvat, satu
ATP, satu NADH dan satu NADPH, yang merupakan hasil energi yang lebih
rendah daripada jalur EMP (Waiter, Michel J. At all, 2001).
8

Gambar 3. Jalur ED (The Entner-doudoroff)


d) Jalur PK (phosphoketolase)
The phosphoketolase (PK) atau jalur Warburg-Dickens jalur
metabolisme yang ditemukan di beberapa bakteri asam laktat, terutama dari
spesies Lactobacillus dan Leuconostoc. Ini melibatkan oksidasi dan
dekarboksilasi glukosa 6-fosfat ke pantat, seperti di jalur PP. RuMP yang
berisomer dengan xylulose fosfat 5-(C5) dan dibelah oleh phosphoketolase
menjadi GAP (C2) dan asetil fosfat (C2). Pada akhirnya dikonversike laktat dan
kedua ke etanol. Jalur ini menghasilkan hanya setengahATP dibandingkan
dengan jalur EMP. Namun, tidak dimungkinkan pembentukan pentosa dari
heksosagula untuk sintesis asam nukleat dan katabolisme pentosa (Waiter,
Michel J. At all, 2001).
9

Gambar 4. Jalur PK (phosphoketolase)


2) Siklus Krebs (Tricarboxylic acid cycle)
Tricarboxylic acid cycle (Siklus Krebs) merupakan serangkaian reaksi
metabolisme yang mengubah asetil koA yang direaksikan dengan asam
oksaloasetat (4C) menjadi asam sitrat (6C). Selanjutnya asam oksaloasetat
memasuki daur menjadi berbagai macam zat yang akhirnya akan membentuk
oksaloasetat lagi (McKane and Judy Kandel,1950).
Pyruvate (C3) + NAD+ + CoA →acetyl CoA (C2) +CO2 + NADH + H+ acetyl
CoA (C2) + 3NAD+ + FAD + ADP → 2CO2 + 3NADH + 3H+ + FADH2 +
ATP
Asetil KoA masuk siklus krebs bersama empat molekul karbon
(oksaloasetat). Selanjutnya menjadi senyawa enam carbon atau asam asitrat.
Selama berturut-turut, dua atom karbon dari asetil KoA teroksidasi menjadi
dua molekul CO2, meninggalkan empat Oksaloasetat untuk menerima asetil
KoA lainnya. Siklus ini beberapa energi di keluarkan dari oksidasi asam sitrat
yang digunakan untuk memproduksi satu molekul ATP. Kebanyakan energi
ditranfer oleh empat pasangan elektron dari tiga molekul NAD+ (membentuk
NAD + H+) dan satu molekul FAD (membentuk FADH2 ). Energi dari elektron
10

ini kemudian digunakan untuk membentuk ATP pada sistem transport elektron.
Pada jalanya satu asetil KoA menghasilkan 12 molekul ATP kemudian
dioksidasi oleh siklus krebs. Sejak dua molekul asetil KoA diproduksi untuk
masing-masing oksidasi glukosa, energi akhir yang dihasilkan dari siklus krebs
adalah 12 molekul ATP.

Gambar 5. Siklus Krebs


3) Transfer elektron
Setelah proses tricarboxylic acid maka yang terakhir adalah
proses transfer elektron. Transfer elektron merupakan reaksi pemindahan
elektron melelui reaksi redoks (reduksi-oksidasi). karena respirasi mebutuhkan
jumlah ATP dari proses oksidasi NADH dan FADH. Maka dibutuhkan
senyawa senyawa yang memiliki potensial reduksi rendah sebagai akseptor
elektron, dan O2 sangat ideal sebagai akseptor. Elektron yang berasal dari
oksidasi substrat NADH atau FADH2, melalui serangkaian redoks atau
reduksi-oksidasi reaksi, lalu ke terminal akseptor. Dalam proses ini, energi
dilepaskan selama aliran elektron digunakan untuk membuat gradien proton.
11

Energi yang ditangkap dalam ikatan energi yang tinggi ketika P (fosfat)
anorganik bergabung dengan molekul ADP untuk membentuk ATP. Proses ini
disebut fosforilasi oksidatif. Energi (ATP) dalam sistem transpor elektron
terbentuk melalui reaksi fosforilasi oksidatif, Energi yang dihasilkan oleh
oksidasi 1 mol NADH atau NADPH2 dapat digunakan untuk membentuk 3
mol ATP. Reaksinya sebagai berikut.
NADH + H+ + 1/2 O2 + 3ADP + 3H3PO4 → NAD+ + 3ATP + 4H2O
Sementara itu, energi yang dihasilkan oleh oksidasi 1 mol FADH2
dapat menghasilkan 2 mol ATP. Beberapa jenis enzim yang terlibat dalam
pengangkutan elektron seperti NADH dehidrogenase, sitokrom reduktase, dan
sitokrom oksidase. Pembawa elektron terdiri dari flavoprotein (contohnya
FAD dan mononukleotida flavin, FMN), besi sulfur (FeS), dan sitokrom,
protein dengan cincin yang berisi besi yang disebutheme. Gugus non-protein
seperti lipid-soluble (larutan dalam lemak) yang lebih dikenal
dengan quinones (Suharni,2007).

Gambar 6. Sistem Transpor Elektron


12

b. Respirasi anaerob
Beberapa bakteri fakultatif anaerob dan obligatif anaerob melakukan
respirasi anaerob. Dengan melibatkan electron transport system (ETS), tetapi
terminal akseptor elektron selain oksigen.
Anaerob obligat adalah organisme yang mati bila terkena oksigen, seperti
Clostridium tetani dan Clostridium botulinum, yang masing-masing menyebabkan
tetanus dan botulisme.
Bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang dapat hidup dengan baik
bila ada oksigen maupun tidak ada oksigen. Contoh bakteri anaerob fakultatif
antara lain Escherichia coli, Streptococcus, Alcaligenes, Lactobacillus, dan
Aerobacter aerogenes. Anaerob fakultatif dapat hidup dengan adanya atau tidak
adanya oksigen, tetapi lebih memilih untuk menggunakan oksigen. Contoh jenis
ini termasuk Escherichia coli.
Contoh respirasi anaerob berikut :
1. Respirasi Nitrat
Respirasi nitrat dilakukan oleh bakteri anaerob fakultatif. Potensi redoks
nitrat adalah +0.42 Volt, dibandingkan dengan oksigen yang potensial redoksnya
+0,82 volt. Akibatnya, lebih sedikit energi yang digunakan dibandingkan dengan
oksigen sebagai terminal akseptor elektron dan molekul lebih sedikit ATP yang
terbentuk. Proses ini memiliki beberapa langkah, yang mana nitrat direduksi
menjadi nitrit dan nitrogen oksida menjadi dinitrogen, yang disebut
sebagai dissimilatory nitrate reduction atau denitrifikasi. Reaksi denitrifikasi
sebagai berikut:
2NO3- + 12 e- + 12 H+ → N2 + 6 H2O
Denitrifikasi dilakukan oleh spesies Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas
aeruginosa, Paracoccus denitrificans dan Thiobacillus denitrificans.
Bakteri ini adalah kelompok bakteri yang memiliki kemampuan untuk
melakukan reaksi reduksi senyawa nitrat (NO3-) menjadi senyawa nitrogen bebas
(N2). Pada beberapa kelompok bakeri denitrifikasi, dapat ditemukan senyawa
nitrogen oksida (NO) sebagai hasil sampingan metabolisme. Proses ini pada
umumnya berlangsung secara anaerobik (tanpa melibatkan molekul oksigen, O2).
13

Proses denitrifikasi merupakan salah satu dari rangkaian siklus


nitrogen yang berperan dalam mengembalikan senyawa nitrat yang terakumulasi
di wilayah perairan, terutama laut, untuk kembali dipakai dalam bentuk bebas. Di
samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti
dinitrogen oksida (N2O). Senyawa tersebut tidak hanya dapat berperan penting
bagi hidup berbagai organisme, tetapi juga dapat berperan dalam fenomena hujan
asam dan rusaknya ozon. Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan
selanjutnya bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke
bumi dalam bentuk hujan asam (HNO2).
Sedangkan bakteri fakultatif Anaerob seperi, E. coli dan sejenisnya, yang
hanya mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan enzim.
2. Respirasi Sulfat
Respirasi sulfat dilakukan oleh sebagian kecil bakteri heterotrophic, yang
semuanya oligatif anaerob, seperti bakteri dari spesies Desulfovibrio. Bakteri ini
membutuhkan sulfat sebagai aseptor proton dan terduksi menjadi sulfit. Reaksi
sulphate respiration sebagai berikut:
SO42- + 8 e- + 8 H+ → S2- + H2O

3. Respirasi Karbonat
Respirasi Karbonat dilakukan oleh bakteri seperti Methanococcus dan
Methanobacterium. Bakteri tersebut merupakan anaerob obligat yang mereduksi
CO2, dan kadang-kadang karbon monoksida, untuk menjadi metana. Bakteri
metanogen yang biasa menggunakan hidrogen sebagai sumber energi dan
ditemukan di lingkungan yang rendah nitrat dan sulfat, misalnya usus beberapa
hewan, rawa, sawah dan digester limbah lumpur. Reaksi respirasi karbonat hingga
membentuk metan sebagai berikut:
CO2 + 4H2 →CH4 + 2H2O
Selain nitrat, sulfat dan karbon dioksida, besi besi (Fe3+), mangan (MN4+)
dan beberapa organik senyawa (sulfoksida dimetil, fumarat, glisin dan oksida
trimetilamina) dapat berfungsi sebagai terminal elektron akseptor untuk respirasi
anaerob tertentu bakteri.
14

2. Fermentasi
Fermentasi glukosa terjadi dalam sitoplasma sel setelah fosforilasi pada
glukosa 6-PO4. Asam piruvat merupakan perantara kunci dalam merubah glukosa
6-PO4 dalam metabolisme fermentasi dari semua karbohidrat. Dalam
pembentukannya, NAD direduksi dan harus dioksidasi kembali untuk mendapat
keseimbangan reduksi-oksidasi akhir. Oksidasi ulang ini terjadi dalam reaksi-reaksi
terminal dan diiringi oleh hasil reduksi dari asam piruvat.
Bakteri dibedakan secara jelas dari jaringan hewan dalam perilaku mereka
yang membuang asam piruvat. Pada fisiologis mamalia, arah utama dari respirasi

dimana substrat-substrat teroksidasi menjadi CO2 dan H2O, oksigen menjadi

penerima hidrogen utama. Pada beberapa bakteri, oksidasi tak lengkap atau
fermentasi merupakan suatu keharusan, dan hasil dari fermentasi tersebut dapat
terkumpul hingga mencapai jumlah yang luar biasa. Hasil akhir pada organisme
tertentu bisa berupa asam laktat maupun alkohol. Pada yang lainnya, asam piruvat
termetabolisme lebih jauh menjadi suatu produk seperti asam butirat, butil alkohol,
aseton, dan asam propionat. Fermentasi bakteri sangat penting karena memiliki
nilai ekonomi dalam industri dan berguna di laboratorium untuk identifikasi spesies
bakteri .
1. Fermentasi alkohol
Jenis fermentasi tertua yang dikenal adalah produksi etanol dari glukosa.
Fermentasi alkohol yang dilakukan oleh ragi hampir sempurna/murni, alkohol
muncul dari dekarboksilasi asam piruvat oleh piruvat dekarboksilat sebagai enzim
utama dari fermentasi alkohol. Asetaldehid bebas yang terbentuk kemudian
direduksi menjadi etanol melalui dehidrogenasi alkohol, dan NADH-nya
teroksidasi kembali, walaupun sejumlah bakteri menghasilkan alkohol melalui
jalur-jalur lainnya.
2. Fermentasi homolaktat
Seluruh anggota dari genus Streptococcus dan Pediococcus serta banyak
spesies dari Lactobacillus memfermentasikan glukosa secara pre-dominan menjadi
asam laktat. Pada disimilasi glukosa oleh homofermenter, piruvat direduksi menjadi
asam laktat oleh dehidrogenasi enzim laktat, dengan NADH yang berperan sebagai
15

penyumbang hidrogen. Mekanisme homofermentasi memiliki karakteristik


menghasilkan asam laktat yang tinggi karena peranan aldolase yang memecah
heksosa difosfat menjadi dua bagian yang sebanding, masing-masing membentuk
piruvat dan kemudian laktat. Fermentasi yang sama terjadi pada otot hewan.
3. Fermentasi heterolaktat
Sebagai tambahan pada produksi asam laktat, beberapa bakteri asam laktat
(Leuconostoc dan spesies Lactobacillus tertentu) melakukan fermentasi campuran
di mana hanya sekitar setengah dari glukosa yang diubah menjadi asam laktat,
sisanya adalah CO2, alkohol, asam format, atau asam acetat. Fermentasi
heterolaktat dibedakan secara mendasar dengan jenis homolaktat di mana jalur
pentosa fosfat cenderung lebih digunakan daripada skema EMP. Pelepasan satu
karbon dari glukosa sebagai CO2 adalah karakteristik dari fermentasi glukosa oleh
seluruh organisme heterolaktat. Hal yang penting juga adalah penemuan bahwa
energi yang dihasilkan sesuai dengan pertumbuhannya yaitu sepertiga lebih rendah
per molekul glukosa terfermentasi oleh organisme homolaktat.
4. Fermentasi asam propionat
Kebanyakan hasil akhir dari fermentasi-fermentasi yang dilakukan oleh
beberapa bakteri anaerob berupa propionat. Jalurnya ini merupakan karakteristik
dari genus Proponibacterium, bersifat anaerob Gram-positif tidak membentuk
spora yang tergolong Lactobacillus. Asam propionat yang dihasilkan organisme-
organisme ini berasal dari glukosa atau asam laktat berperan pada menentukan cita
rasa dan aroma khas dari keju Swiss.
Kemampuan bakteri asam propionat untuk menfermentasikan asam laktat,
sebagai hasil akhir dari proses fermentasi lainnya, sangan penting karena
memungkinkan organisme-organisme ini untuk memperoleh tambahan ATP.
Dalam fermentasi heksosa, tahap awal dari jalur glikolitik, piruvat berasal
baik dari hexose maupun asam laktat, kemudian teroksidasi lebih jauh menjadi CO 2
dan acetyl-CoA , diantara hasil- hasil reaksi terdapat asetat dan CO2. Ikatan asetil-
CoA yang kaya energi dipergunakan untuk sintesis ATP.
5. Fermentasi asam campuran
Jenis fermentasi ini adalah karakteristik dari kebanyakan Enterobacteriaceae.
Organisme yang termasuk pada genus Escherichia, Salmonella, dan Shigella
16

memfermentasi gula melalui piruvat menjadi asam format, laktat, asetat, dan

suksinat. Sebagai hasil tambahan adalah CO2, H2, dan ethanol. Jumlah produk-

produk ini bervariasi berdasarkan organisme dan derajat anaerobiknya. Semua


enterobakteria menghasilkan asam format, yang dalam keadaan asam diubah oleh
format hidrogenliase menjadi molekul hidrogen dan karbondioksida. Asam format
yang diproduksi dalam fermentasi ini berasal dari asam piruvat dalam pemecahan
yang melibatkan koenzim A untuk menghasilkan asetil-CoA dan asam format.
Enzim yang mengkatalisasi reaksi pada persamaan 1 yaitu piruvat format liase,
adalah enzim kunci yang mengatur jalur fermentasi. Aktivitas katalisnya sangat
tinggi, dan secara ketat dikendalikan baik pada tingkat transkripsi maupun setelah
translasi. Asetil-CoA yang terbentuk dalam reaksi 1 secara cepat diubah menjadi

asetil PO4.

6. Fermentasi Butanediol

Beberapa kelompok organisme, termasuk Enterobacter, Bacillus, dan


Serratia menghasilkan 2,3- butanediol dalam fermentasi selain jenis asam
campuran. Dua molekul piruvat, tanda-tanda aseton (asetilmetilkarbinol),
dikarboksilasi membentuk satu molekul acetoin netral yang kemudian tereduksi
menjadi 2,3- butanediol.
Reduksi ini dapat balik secara lambat di udara, dan jika dilakukan dengan
basa lebih kuat merupakan dasar untuk reaksi Voges-Proskauer, suatu pengujian
untuk aseton. Pemecahan sebagian piruvat menjadi 2,3 – butanediol sangat
mengurangi jumlah asam yang diproduksi secara relatif pada fermentasi asam
campuran dan bertanggungjawab atas reaksi positif metil merah yang sering
dipergunakan dalam diferensiasi Escherichia dan Enterobacter.
7. Fermentasi Asam Butirat
Hasil-hasil produk primer dari fermentasi karbohidrat oleh banyak spesies
Clostridium, diantaranya adalah asam butirat, asam asetat, CO 2, dan H2.
Clostridium menerapkan sistem fosfotransferase dalam pengambilan gula dan jalur
EMP untuk degradasi fosfat heksosa menjadi piruvat. Perubahan piruvat menjadi
asetil-CoA terkatalisasi oleh oksidoreduktase piruvat-ferredoksin. Dalam urut-
urutan reaksi ini, dua hidrogennya tidak diubah ke NAD seperti pada reaksi
17

dehidrogenasi piruvat, akan tetapi digunakan untuk mereduksi ferredoksin.


Ferredoksin memiliki potensi redoks yang sangat rendah, dimana pada pH 7,0
kurang lebih sama dengan pada elektroda hidrogen. Maka, saat Clostridium
menfermentasikan karbohidrat, ferredoksin yang tereduksi dapat mentransfer
elektron ke hidrogenase dan hidrogen dapat berubah. Reaksi kunci dalam
fermentasi asam butirat adalah pembentukan asetoasetil CoA karena terjadi
kondensasi dari dua molekul asetil-CoA yang berasal dari asetat atau piruvat:

2 CH3CO – ScoA CH 3COCH2CO – ScoA + HSCoA

Unsur C4 ini adalah kunci untuk seluruh reaksi pembentukan unsur C4 dari

Clostridium. Konversi dan reduksi subkuennya dari asam butirat memungkinkan


membentuk ATP.
8. Fermentasi Unsur-unsur Nitrogen Organik
Beberapa bakteri anaerob bukanlah penghasil primer asam butirat. Asam
amino, berasal dari protein-protein dan purine serta basis pirimidin difermentasikan
oleh protease ekstraseluler pada beberapa macam organisme. Asam amino tunggal
dapat berperan sebagai sumber utama energi bagi spesies tertentu. Untuk
Clostridium proteolitik, seperti Clostridium sporogenes, Clostridium difficle, dan
Clostridium botulinum jenis A dan B, jenis fermentasi asam amino yang paling
khas adalah reaksi Stickland, merupakan proses reduksi-oksidasi berpasangan yang
melibatkan sepasang asam amino, yang satu berperan sebagai penyumbang elektron
dan yang lainnya sebagai penerima elektron. Salah satu contoh dari jenis reaksi ini
adalah fermentasi alanin dan glisin:

Alanin + 2 Glisin + 2 H2O 3 Asam asetat + 3 NH3 + CO2


Degradasi asam-asam amino dalam hidrolisis protein adalah sangat
kompleks.Prosesnya selalu melibatkan reaksi reduksi dan oksidasi antara satu atau
lebih asam-asam amino atau unsur-unsur nonnitrogenus yang berasal dari asam
amino. Reaksi-reaksi oksidasi biasanya mirip dengan reaksi-reaksi yang berkaitan
dengan organisme-organisme aerob, misalnya deaminasi oksidatif, transaminasi,
dan oksidasi asam alfa-keto. Reaksi-reaksi reduksi lebih dibedakan dan
memanfaatkan sebagai penerima-penerima elektron seperti asam-asam amino, asam
18

alfa dan beta keto, asam-asam alfa dan beta tak-saturasi, atau thiolester koenzim A,
dan proton. Hasil reduksi utama mencakup sejumlah asam-asam lemak rantai
pendek, asam suksinat, asam aminovalerat, dan molekul hidrogen .
B. Proses Anabolisme Mikroba
Proses anabolisme mikroorganisme dapat dibedakan menjadi dua
berdasarkan sumber energinya yaitu fototrof dan kemotrof. Sedangkan apabila
berdasarkan kemampuan mendapat sumber karbonnya menjadi dua juga yaitu
autotrof dan heterotrof.
Mikroorganisme fototrof adalah mikroorganisme yang menggunakan cahaya
sebagai sumber energi utamanya. Fototrof dibagi menjadi dua yakni : fotoautotrof
dan fotoheterotrof.
1. Fotoautotrof
Organisme yang termasuk fotoautrotrof melakukan fotosintesis.
Sedangkan fotosintesis adalah proses mensintesis senyawa organik kompleks dari
unsur-unsur anorganik dengan menggunakan energi cahaya matahari. Fotosintesis
tidak hanya dilakukan oleh tumbuhan namun juga dilakukan oleh mikroba.
Mikroba yang melakukan fotosintesis seperti Cyanobacteria, serta beberapa jenis
algae. Pada Reaksi umum yang terjadi dpat dituliskan sebagai berikut :

6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 + 6O2


Dalam fotosintesis terjadi dua tahapan reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi
terang atau fosforilasi reaksi ini terjadi di tilakoid dan reaksi gelap terjadi di
dalam stromokloroplas.
Reaksi terang merupakan pemecahan air menjadi hidrogen dan oksigen
yang disebut dengan fotolisis. Hidrogen hasil fotolisis digabung dengan
karbondioksida yang ditangkap dari uadara bebas untuk membentuk glukosa.
Pada reaksi terang, atom hydrogen dari molekul H2O dipakai untuk mereduksi
NADP menjadi NADPH, dan O2 dilepaskan sebagai hasil samping reaksi
fotosintesis. Reaksi ini juga dirangkaikan dengan reaksi endergonik pembentukan
ATP dari ADP + Pi. Dengan demikian tahap reaksi terang dapat dituliskan dengan
persamaan:
19

Dalam hal ini pembentukan ATP dari ADP + Pi merupakan suatu


mekanisme penyimpanan energi matahari yang diserap kemudian diubah menjadi
bentuk energi kimia. Proses ini disebut fotofosforilasi.
Tahap kedua disebut tahap reaksi gelap. Dalam hal ini senyawa kimia berenergi
tinggi NADPH dan ATP yang dihasilkan dalam tahap pertama (reaksi
gelap) dipakai untuk proses reaksi reduksi CO2 menjadi glukosa dengan
persamaan:

Gambar 7. Reaksi gelap dan terang

2. Fotoheterotrof
Fotoherotrof adalah kelompok kecil bakteri yang menggunakan energi
cahaya tapi membutuhkan zat organik seperti alkohol, asam lemak, atau
karbohidrat sebagai sumber karbon. Organisme ini meliputi bakteri non-sulfur,
bakteri ungu, dan hijau.
Contoh :
Fotosintesis anoksigenik, yaitu proses fototrof mana energi cahaya ditangkap dan
diubah menjadi ATP, tanpa menghasilkan oksigen.
1. Fotosintesis bakteri ungu non belerang
20

CO2 + 2CH3CHOHCH3 → (CH2O) + H2O + 2CH3COCH3


2. Fotosintesis bakteri hijau belerang
CO2 + 2H2S → (CH2O) + H2O + 2S

Mikroorganisme kemotrof, mikroorganisme ini bergantung kepada reaksi


oksidasi dan reduksi akan zat anorganik atau organik sebagai sumber energi
mereka. Mikroorganisme kemotrof dibagi menjadi dua yakni kemoautotrof dan
kemoheterotrof.
1. Kemoautotrof
Kemoautotrof adalah organisme kemotrof yang sumber karbonnya berasal
dari CO2, hanya memerlukan CO2 sebagai sumber karbon bukan sebagai sumber
energi. Bakteri ini memperoleh energi dengan mengoksidasi bahan-bahan
anorganik. Energi kimia diekstraksi dari hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3),
ion fero (Fe2+), atau bahan kimia lainnya. Contohnya adalah bakteri Sulfolobus sp.
yang mengoksidasi sulfur.
2. Kemoheterotrof
Kemoheterotrof adalah organisme kemotrof yang sumber karbonnya dari
senyawa-senyawa organik (mengonsumsi molekul organik untuk sumber energi
dan karbon). Dibagi menjadi dua berdasarkan akseptor elektron terakhirnya.
Apabila akseptor terakhirnya adalah O2 contohnya adalah hewan dan hampir
semua fungi, protozoa, serta bacteria. Apabila akseptor terakhirnya bukan
O2 adalah Streptococcus sp dan Clostridium sp.

C.Kurva Pertumbuhan Mikroba


Pertumbuhan mikroorganisme dimulai dari awal pertumbuhan sampai
dengan berakhirnya aktivitas merupakan proses bertahap yang dapat digambarkan
sebagai kurve pertumbuhan. Kurve pertumbuhan umumnya terdiri atas 7 fase
pertumbuhan, tetapi yang utama hanya 4 fase yaitu : lag, eksponensial, stasioner,
dan kematian. Kurve pertumbuhan yang lengkap merupakan gambaran
pertumbuhan secara bertahap (fase) sejak awal pertumbuhan sampai dengan
terhenti mengadakan kegiatan. Kurve pertumbuhan biasanya terbagi dalam 5 fase
pertumbuhan, tetapi lebih terinci dalam 7 fase yakni sebagai berikut :
21

Gambar 8. Kurva lengkap pertumbuhan mikroba


1. Fase Lag
Fase lag disebut juga fase persiapan, fase permulaan, fase adaptasi atau fase
penyesuaian yang merupakan fase pengaturan suatu aktivitas dalam lingkungan
baru. Oleh karena itu selama fase ini pertambahan massa atau pertambahan
jumlah sel belum begitu terjadi, sehingga kurve fase ini umumnya mendatar.
Selang waktu fase lag tergantung kepada kesesuaian pengaturan aktivitas dan
lingkungannya. Semakin sesuai maka selang waktu yang dibutuhkan semakin
cepat. Beberapa enzim dan zat perantara dibentuk sehingga keadaannya
memungkinkan terjadinya pertumbuhan lebih lanjut. Ukuran sel mulai membesar
tetapi belum membelah diri.
2. Fase akselerasi
Merupakan fase setelah adaptasi, sehingga sudah mulai aktivitas perubahan
bentuk maupun pertambahan jumlah dengan kecepatan yang masih rendah.
3. Fase Eksponensial
Merupakan fase peningkatan aktivitas perubahan bentuk maupun
pertambahan jumlah mencapai kecepatan maksimum sehingga kurvenya dalam
bentuk eksponensial. Peningkatan aktivitas ini harus diimbangi oleh banyak
faktor, antara lain : faktor biologis, misalnya : bentuk dan sifat mikroorganisme
terhadap lingkungan yang ada, asosiasi kehidupan diantara organisme yang
bersangkutan dan faktor non-biologis, misalnya : kandungan hara di dalam
medium kultur, suhu, kadar oksigen, cahaya, bahan kimia dan lain-lain. Jika
22

faktor-faktor di atas optimal, maka peningkatan kurve akan tampak tajam atau
semakin membentuk sudut tumpul terhadap garis horizontal (waktu).
4. Fase retardasi atau pengurangan
Merupakan fase dimana penambahan aktivitas sudah mulai berkurang atau
menurun yang diakibatkan karena beberapa faktor, misalnya : berkurangnya
sumber hara, terbentuknya senyawa penghambat, dan lain sebagainya.
5. Fase stasioner
Merupakan fase terjadinya keseimbangan penambahan aktivitas dan
penurunan aktivitas atau dalam pertumbuhan koloni terjadi keseimbangan antara
yang mati dengan penambahan individu. Oleh karena itu fase ini membentuk
kurve datar. Fase ini juga diakibatkan karena sumber hara yang semakin
berkurang, terbentuknya senyawa penghambat, dan faktor lingkungan yang mulai
tidak menguntungkan.
6. Fase kematian
Merupakan fase mulai terhentinya aktivitas atau dalam pertumbuhan koloni
terjadi kematian yang mulai melebihi bertambahnya individu.
7. Fase kematian logaritmik
Merupakan fase peningkatan kematian yang semakin meningkat sehingga
kurve menunjukan garis menurun.
Pada kenyataannya bahwa gambaran kurve pertumbuhan mikroorganisme
tidak linear seperti yang dijelaskan di atas jika faktor-faktor lingkungan yang
menyertainya tidak memenuhi persyaratan. Beberapa penyimpangan yang sering
terjadi, misalnya : fase lag yang terlalu lama karena faktor lingkungan kurang
mendukung, tanpa fase lag karena pemindahan ke lingkungan yang identik, fase
eksponensial berulang-ulang karena medium kultur kontinyu, dan lain sebagainya.
Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor
biotik maupun faktor abiotik. Faktor biotik ada yang dari dalam dan ada faktor
biotik dari lingkungan. Faktor biotik dari dalam menyangkut : bentuk
mikroorganisme, sifat mikroorganisme terutama di dalam kehidupannya apakah
mempunyai respon yang tinggi atau rendah terhadap perubahan lingkungan,
kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi). Faktor lingkungan biotik berhubungan
23

dengan keberadaan organisme lain didalam lingkungan hidup mikroorganisme


yang bersangkutan. Faktor abiotik meliputi susunan dan jumlah senyawa yang
dibutuhkan di dalam medium kultur, lingkungan fisik (suhu, kelembaban,
cahaya), keberadaan senyawa-senyawa lain yang dapat bersifat toksik,
penghambat, atau pemacu, baik yang berasal dari lingkungaan maupun yang
dihasilkan sendiri (Bambang,2004).

Gambar 9. Empat fase utama pertumbuhan mikroba


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mikroorganisme mengalami proses kimia dalam tubuhnya yang meliputi
proses anabolisme dan katabolisme. Anabolisme misalnya pada fotosintesis, dan
katabolisme contohnya respirasi. Selain itu, ada pula mikroorganisme
yang bergantung kepada reaksi oksidasi dan reduksi akan zat anorganik atau
organik sebagai sumber energi mereka, disebut mikroorganisme kemotrof. Kurve
pertumbuhan umumnya terdiri atas 7 fase pertumbuhan, tetapi yang utama hanya
4 fase yaitu : lag, eksponensial, stasioner, dan kematian.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan
kurangnya literatur dan gambar. Untuk penulisan berikutnya diharapkan lebih
banyak memasukkan literatur dan gambar agar pemahaman pada materi ini
semakin luas.

24
DAFTAR PUSTAKA
Akarim, Nazip. 2005. Bahan Kuliah Mikrobiologi Dasar. Palembang: Universitas
Sriwijaya.

Bambang, Purnomo. 2004. Bahan Kuliah Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta


:Erlangga.

Djide, N., Sartini, dan Kadir, S. 2007. Bioteknologi Farmasi. Makasar. Unhas
press.

Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.

Palczar, Michael J. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Phillip, E. Pack. 2007. Cliffs A P Biology. University of Hawaii Press.

Priani, Nunuk. Metabolisme Bakteri. Medan: Fakultas Matematika Dan Ilmu


Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Suharni, Theresia Tri. 2007. Mikrobiologi umum. Yogyakarta : Penerbit


Universitas Atma Jaya.

Todar, Kenneth. 2012. The Growth of Bacterial Populations.


http://textbookofbacteriology.net/growth.html . Diakses pada 20 Juli 2012

Anda mungkin juga menyukai