KELOMPOK 1
SUNANI
260110180002
MAYA ANDANI
260110180003
ASILLA MAURI K
260110180004
NYAI AYU S
260110180005
KAILA KEISHA MEI
260110180006
Kasus TB 1
Seorang Bapak berumur 48 tahun dengan berat 65 kg dan tinggi 165 cm didiagnosis TB paru
oleh dokter. Bapak tersebut telah mengonsumsi obat TB yang diresepkan dokter selama 2
minggu, namun Bapak tersebut tidak melakukan kontrol ke dokter setelah 2 minggu karena
dirasa telah sembuh.
Pertanyaan
1.Bagaimana terapi pengobatan pasien tersebut?
2.Informasi apa saja yang perlu disampaikan pada pasien saat konseling?
3.Apa pengobatan ARVyang diberikan jika pasien diketahui seorang ODHA dengan stadium
klinis 3 dan CD4 250/mm3?
Tuberculosis
(CDC, 2016)
Sebagian kecil tubercle bacilli
masuk ke dalam aliran darah
kemudian menyebar ke seluruh
tubuh. Tubercle bacilli dapat
mencapai setiap bagian tubuh,
termasuk otak, laring, saluran
limfa, paru-paru, tulang
belakang,tulang atau ginjal.
(CDC, 2016)
FAKTOR RESIKO
1. Usia Muda
2. Laki-laki lebih banyak terkena TB Paru
3. Kepadatan hunian rumah
3. Polusi udara dalam ruangan
4. Daya tahan tubuh turun
5. Kontak dengan penederita TB
6. Asap Rokok
7. Alkohol
(Hiswani, 2009)
Tujuan pengobatan:
Sasarannya adalah penyelesaian segera tanda
dan gejala penyakit, pencapaian keadaan tidak
menular, sehingga mengakhiri isolasi,
kepatuhan terhadap rejimen pengobatan oleh
pasien, dan menyembuhkan secepat mungkin
(umumnya dengan setidaknya 6 bulan
pengobatan)
(Dipiro et al, 2015)
Tahap Pengobatan TB
• Tahap awal : Pengobatan diberikan setiap hari. Panduan pengobatan
dimaksudkan untuk menurunkan jumlah kuman dalam tubuh pasien dan
meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah
resisten. Pengobatan tahap awal pada pasien baru harus diberikan selama 2
bulan. Umumnya daya penularan sudah menurun setelah 2 minggu
pengobatan
• Tahap lanjutan : Merupakan tahap penting untuk membunuh sisa kuman
yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien
dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
(Kemenkes RI, 2014)
Terapi Farmakologi Pada Pasien
Jika pengobatan terputus lebih dari 2 bulan, pasien dengan berat
badan 65 kg berarti menggunakan OAT KDT lini kedua. Pada kasus
kali ini pengobatan pasien baru terputus selama 2 minggu
sehingga pengobatan kategori 1 sebaiknya dilanjutkan saja, tidak
perlu mengganti ke kategori 2
(Kemenkes RI, 2011).
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia (sesuai WHO & ISTC)
• Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
• Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
• Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat di Indonesia
terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide,
Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu Pirazinamid dan
Etambutol.
(Pena, 2019)
Mengkonsumsi Makanan Bergizi Tinggal di Lingkungan Sehat
(Pena, 2019)
Olahraga secara Rutin Mengurangi Makanan Natrium dan
Kafein
Apabila penderita melakukan olahra
ringan secara rutin, seperti jogging Mengurangi makanan yang
atau senam, maka akan membantu mengandung natrium dan kafein,
peredaran darah dan metabolisme maka dapat membantu
dalam tubuh menjadi lancar. penyembuhan penyakit TB dapat
Sehingga, virus penyakit TB tidak berjalan dengan baik.
akan mampu berkembang atau
berduplikasi diri menjadi banyak.
(Pena, 2019)
Konseling
Tujuan konseling :
Untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan
obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Kriteria pasien atau keluarga pasien yang perlu diberi konseling :
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB,DM, AIDS,
epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
(Kemenkes, 2014)
Konseling
Langkah-langkah Konseling :
- Pengumpulan data meliputi identifikasi secara detail dan pengkajian
terhadap masalah yang mungkin menimbulkan ketidakpatuhan klien
dalam meminum OAT
- Perencanaan konseling yang perlu diberikan
- Monitor dan evaluasi hasil konseling
PROGRAM TERAPI TB
- Tujuan pengobatan TB :
- Menyembuhkan penderita
- Mencegah kematian karena TB
- Mencegah kekambuhan
- Memutus mata rantai penularan
- Mencegah resisitensi obat
- Mengurangi dampak ekonomi dan sosial
(Depkes,2005)
Konseling
Tahapan Konseling :
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
Anda?
- Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan
(Depkes,2005)
Konseling
- Mengingatkan klien dengan telpon/sms untuk pengobatan atau
jadwal kontrol kembali
- Memberikan motivasi dalam menangani ketidakpatuhan dengan
menjelaskan keuntungan dari pengobatan
- Tingkatkan kewaspadaan diri klien dari gejala penyakit yang terjadi
sehingga membutuhkan pengobatan dan gejala efek samping dari
OAT
- Menjelaskan bahwa klien harus dapat mengevaluasi diri sendiri,
meliputi membantu klien untuk mengembangkan kepercayaan diri,
memastikan klien telah memahami informasi yang diperoleh dan
memastikan apakah informasi yang diberikan dalam proses konseling
dapat dipahami dengan baik oleh klien dengan cara meminta kembali
klien untuk mengulangi informasi yang sudah disampaikan. Melalui
cara ini pula dapat diidentifikasi penerimaan informasi yang salah
sehingga dapat dilakukan pembetulan. (Depkes,2005)
Konseling
Prinsip pengobatan pada penderita TB adalah:
- OAT dalam bentuk paduan obat adekuat, dosis tepat
- Kombinasi dosis terpadu (KDT) atau fixed dose combination (FDC)
lebih menguntungkan untuk meningkatkan kepatuhan, disamping
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai, sehingga sangat dianjurkan
- Pengobatan sesuai dengan klasifikasi dan tipe penderita
- Ada pengawas menelan obat (PMO), untuk menjamin keteraturan
pengobatan penderita TB, atau dibantu alat bantu pengingat agar
tidak lupa untuk mengonsumsi obat TB
- Pengobatan TB dilakukan dengan 2 (dua) tahap, yaitu tahap awal
(selama 2 bulan) dan tahap lanjutan (minimal selama 4 bulan sesuai
klasifikasi dan tipe penderita)
- Mengikuti panduan obat anti TB (OAT)
(Depkes,2005)
Konseling
Apoteker menjelaskan efek samping dari OAT yang digunakan baik
ringan maupun berat dengan pendekatan gejela. Adapun efek
samping ringan OAT:
(Depkes,2005)
Konseling
Apoteker menjelaskan efek samping dari OAT yang digunakan baik
ringan maupun berat dengan pendekatan gejela. Adapun efek
samping berat OAT:
(Depkes,2005)
Konseling
MONITORING DAN EVALUASI TERAPI TB
Monitoring kemajuan hasil pengobatan pada penderita TB
dewasa dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak
mikroskopis pada akhir tahap awal (akhir bulan ke-2) dan
akhir tahap lanjutan (akhir bulan ke-6).
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibanding
pemeriksaan radiologis dalam monitoring terapi.
Evaluasi terapi TB berguna untuk penentuan hasil
pengobatan penderita TB apakah tergolong sembuh,
pengobatan lengkap, putus berobat atau gagal.
(Depkes,2005)
“
Apa pengobatan ARV yang diberikan jika
pasien diketahui seorang ODHA dengan
stadium klinis 3 dan CD4 250/mm3 ?
• Pengobatan TB tetap merupakan prioritas utama untuk penderita dan harus diberikan
awal sebelum penderita mendapat ARV.
• Pengobatan ARV perlu dimulai meskipun penderita sedang dalam pengobatan TB. Perlu
diingat, pengobatan TB di Indonesia selalu mengandung rifampisin sehingga penderita
dalam pengobatan TB dan mendapat pengobatan ARV bisa mengalami masalah interaksi
obat dan efek samping obat yang serupa sehingga memperberat efek samping obat.
(Kemenkes, 2012).
Tatalaksana pengobatan TB pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS
adalah sama seperti pasien TB lainnya. Obat TB pada pasien HIV/AIDS
sama efektifnya dengan pasien TB yang tidak disertai HIV/AIDS. Prinsip
pengobatan pasien TB-HIV adalah dengan mendahulukan pengobatan
TB. Pengobatan ARV(antiretroviral) dimulai berdasarkan stadium klinis
HIV sesuai dengan standar WHO.
( Kemenkes RI, 2009 )
Rekomendasi ART
(Kemenkes, 2013).
ARV Lini Pertama digunakan untuk ODHA yang belum pernah diberikan ARV sebelumnya
(naive ARV)
Depkes RI. 2007. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis. Tersedia online di
Desember 2019].
Hiswani. 2009. Tuberkulosis merupakan Penyakit Infeksi yang menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat.