Anda di halaman 1dari 23

OSTEOARTHRITIS

SUNANI
260110180002
KELAS A
DEFINISI

Osteoarthtritis merupakan penyakit tulang rawan yang


menggambarkan terjadinya kegagalan kondrosit untuk
mempertahankan keseimbangan antara pembentukan
dan perusakan tulang rawan. Hal ini menyebabkan
hilangnya tulang rawan pada sendi, peradangan lokal,
perubahan patologis tulang, dan kerusakan lebih lanjut
pada tulang rawan yang dipicu oleh tulang yang
mengalami kerusakan (DiPiro et al., 2011).
ANATOMI DAN FISIOLOGI

Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed.

(DiPiro et al., 2011)


ANATOMI DAN FISIOLOGI
(CONT…)

Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed.

(DiPiro et al., 2011)


PATOGENESIS

(Soeroso, 2007).
PATOFISIOLOGI
Osteoarthritis (OA) terbagi dalam dua kelompok etiologi utama, yaitu OA
primer dan OA sekunder.
• OA Primer (idioptik)
OA primer merupakan tipe yang paling umum yang mana tidak memiliki
penyebab yang dapat diidentifikasi.
• OA sekunder
OA sekunder adalah jenis OA yang penyebabnya diketahui seperti
rheumatoid, radang sendi, trauma, gangguan metabolisme atau gangguan
endokrin, dan faktor bawaan.

(Dipiro et al., 2011).


PATOFISIOLOGI (CONT…)
Pasien osteoartritis mengalami perubahan dalam komposisi
glikosaminoglikan dengan peningkatan keratin sulfat dan penurunan rasio
kondroitin 4-sulfat terhadap kondroitin 6-sulfat. Perubahan ini dapat
mengganggu interaksi kolagen kroteoglikan pada kartilago. Kandungan
kolagen tidak berubah sampai penyakit menjadi parah. Peningkatan sintesis
kolagen, perubahan distribusi dan diameter serat dapat terlihat. Peningkatan
aktivitas metabolik yang ditandai dengan peningkatan sintesis matriks yang
dikontrol oleh kondrosit dianggap merupakan suatu respon perbaikan
terhadap kerusakan. Tulang subkondral yang berdekatan dengan kartilago
artikular juga mengalami pergantian tulang yang lebih cepat dengan
peningkatan aktivitas osteoklast dan osteoblast.
(Dipiro et al., 2011).
PATOFISIOLOGI (CONT…)

Terdapat hubungan antara pelepasan peptida vasoaktif dan matriks


metalloproteinase, neovaskularisasi, dan peningkatan permeabilitas
kartilago yang berdekatan. Peristiwa ini selanjutnya mengakibatkan
degradasi kartilago dan pada akhirnya menyebabkan hilangnya kartilago
yang berakibat timbul rasa sakit dan perubahan bentuk sendi (Dipiro et
al., 2011).
GEJALA

• Nyeri sendi
• Nyeri tekan
• Rasa hangat yang merata pada area sendi yang sakit
• Kemerahan pada daerah yang sakit
• Perubahan gaya jalan
• Hambatan gerakan sendi (kaku)
(Soeroso, 2007)
DIAGNOSIS

Diagnosis OA dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik. Temuan radiografi


yang khas, dan pengujian laboratorium. Tujuan diagnostik yang paling utama antara lain
sebagai berikut:
1.Untuk membedakan OA primer dan sekunder
2. Untuk memperjelas sendi yang terlibat, tingkat keparahan keterlibatan sendi, respon
terhadap terapi sebelumnya, dan menyiapkan dasar rencana perawatan.
American college of rheumatology telah menerbitkan kriteria diagnostik tradisional dan
decision trees untuk diagnosis OA. Berikut contohnya:
DIAGNOSIS (CONT…)
• Untuk OA pinggung
Merasakan rasa sakit di pinggul dan setidaknya dua dari tiga kriteria berikut:
- Tingkat sedimentasi eritrosit ˂20 mm/ jam (˂5,6 μm/detik)
- Femoral atau osteofit asetabular
- Penyempitan ruang sendi pada radiografi
- Hal ini memberikan sensitivitas 89% dan spesifitas 91%.
• Untuk OA lutut
Merasakan rasa sakit di lutut dan osteofit ditambah salah satu dari kriteria berikut:
- Usia lebih dari 50 tahun
- Kekakuan dipagi hari tidak lebih dari 30 menit
- Pembesaran tulang
DIAGNOSIS (CONT…)

- Kelembutan tulang, atau kehangatan teraba

- Hal ini memberikan sensitivitas 95% dan spesifitas 69%.


(Dipiro et al, 2011)
• Untuk OA tangan
Merasakan nyeri tangan, ngilu, atau kaku dan disertai 3 atau 4 kriteria berikut:
- pembengkakan jaringan keras > 2 diantara 10 sendi tangan
- pembengkakan jaringan keras > 2 sendi distal interphalangea (DIP)
- pembengkakan < 3 sendi metacarpo-phalanea (MCP)
- deformitas pada ≥ 1 diantara 10 sendi tangan
(JH Klippel, 2001)
DIAGNOSIS (CONT…)
• pemeriksaan penunjang
1. pemeriksaan radiologi
Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA, ialah:
- Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada daerah
yang menanggung beban)
- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
- Kista tulang
- Osteofit pada pinggir sendi
- Perubahan struktur anatomi sendi
Berdasarkan perubahan-perubahan radiologis diatas, secara radiografi OA dapat digradasi
menjadi ringan sampai berat; yaitu menurut Kellgren dan Lawrence. Harus diingat bahwa
pada awal penyakit, seringkali radiografi sendi masih normal (Soeroso, 2009).
DIAGNOSIS (CONT…)

• pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA, biasanya tidak banyak berguna.
Pemeriksaan laboratorium akan membantu dalam mengidentifikasi penyebab pokok
pada OA sekunder. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam
batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan dengan arthritis
peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rhematoid dan komplemen) juga
normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan
viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan
(<8000/m) dan peningkatan protein. (Soeroso, 2009)
DIAGNOSIS (CONT…)
• pemeriksaan marker
Marker yang dapat digunakan sebagai uji diagnostik pada OA antara lain:
Keratan sulfat, Konsentrasi fragmen agrekan, fragmen COMP (cartilage
alogometric matrix protein), metaloproteinase matriks dan inhibitornya dalam
cairan sendi. Keratan sulfat dalam serum dapat digunakan untuk uji diagnostik
pada OA generalisata. Marker sering pula digunakan untuk menentukan beratnya
penyakit, yaitu dalam menentukan derajat penyakit (Soeroso, 2009).
GUIDELINE

(Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, 2006)


TERAPI FARMAKOLOGI

Get a modern PowerPoint


Presentation that is beautifully
designed.

Get a modern PowerPoint


Presentation that is beautifully
designed.

Get a modern PowerPoint


Presentation that is beautifully
designed.

Get a modern PowerPoint


Presentation that is beautifully
designed.

(Dipiro et al, 2011)


TERAPI FARMAKOLOGI (CONT…)
Untuk OA tingkat mild-moderate, analgesik topical atau acetaminophen dapat
digunakan. Jika tindakan ini gagal, atau muncul inflamasi, NSAID dapat
digunakan.
Get a modern PowerPoint
Presentation that is beautifully
1. Acetaminophen designed.

- Mekanisme
Get a modern PowerPoint
Presentation that is beautifully
designed.
Acetaminofen bekerja di sistem saraf pusat dengan menghambat sintesis
prostaglandin, yaitu
Get a modern agen yang dapat meningkatkan sensasi nyeri. Acetaminofen
PowerPoint
Presentation that is beautifully
designed.
mencegah sintesis prostaglandin dengan memblok COX pusat.
Get a modern PowerPoint
- CaraPresentation
penggunaan that is beautifully
designed.
Saat digunakan untuk OA kronis, asetaminofen harus diminum sesuai jadwal dan
dapat disertai dengan makanan atau tanpa makanan.

(Dipiro et al, 2011)


TERAPI FARMAKOLOGI (CONT…)
- Dosis

Asetaminofen dapat diberikan 325-600 mg tiap 4-6 jam, namun dosis total tidak
boleh lebih
Get adari 4 gram
modern per hari.
PowerPoint
Presentation that is beautifully
2. NSAID designed.

NSAID bekerja dengan


Get a modern memblok sintesis prostaglandin dengan menghambat enzim
PowerPoint
Presentation that is beautifully
designed.
COX (COX-1 dan COX-2) sehingga dapat mengurangi nyeri dan inflamasi. NSAID non
spesifik memblok kedua COX-1 dan COX-2. Jika dilihat dari fungsi enzim COX,
Get a modern PowerPoint
Presentation that is beautifully
designed.
blokade COX-1 yang terjadi pada NSAID non spesifik berpotensi menyebabkan
ulser GI Get
dana modern PowerPoint
meningkatkan resiko pendarahan dengan menghambat agregasi
Presentation that is beautifully
designed.
platelet. Aktivitas spesifik blokade COX-2 dapat mengurangi prostaglandin,
inflamasi dan nyeri, tanpa memblok efek COX-1.

(Dipiro et al, 2011)


TERAPI FARMAKOLOGI (CONT…)
Hal menguntungkan ini dijadikan alasan dikembangkannya agen spesifik selektif COX-2
(“coxib”). Coxib efektif mengurangi OA dan nyeri lain tanpa merusak GI. Celecoxib dan
rofecoxib merupakan dua agen selektif COX- 2 pertama yang telah banyak digunakan
Get a modern PowerPoint
Presentation that is beautifully
pada pasien OA.(Dipirodesigned.
et al, 2011)
Obat-obat lain
Get a modern PowerPoint
Presentation that is beautifully
• Obat luar: krem, gosok, spray (capsaicin spray), metilsalisilat
designed.

• Kortikosteroid: antiinflamasi
Get a modern PowerPoint yang kuat, dapat diberikan secara suntik pada sendi . Ini
Presentation that is beautifully
adalah tindakan untuk jangka pendek, tidak disarankan untuk lebih dari 2-3 x suntik per
designed.

tahun. TidakGet
diberikan per oral
a modern PowerPoint
Presentation that is beautifully
designed.
• Asam hyaluronidase: disuntikkan di sendi, biasanya untuk OA lutut. Zat ini adalah
komponen dari sendi, terlibat dalam lubrikasi dan nutrisi sendi.
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, 2006)
TERAPI NON FARMAKOLOGI

Nutrisi
Berupa vitamin D

Olahraga
Seperti berjalan, jogging, menari dan panjat tebing

Terapi fisik

Diet

(Dipiro et al, 2011)


DAFTAR PUSTAKA

Portfolio Presentation
Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G. and Posey L.M.2011.Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach, 8th ed., Mc GrawHill, United State of America.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas DanI Klinik.
hope and I2006. PHARMACEUTICAL
believe that CARE
this Template will your Time, Money UNTUK
and Reputation. EasyPASIEN PENYAKIT
to change colors, photos and
text. Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed. Get a modern PowerPoint Presentation
ARTHRITIS REMATIK. Tersedia secara online di website http that is beautifully designed.
://farmalkes.kemkes.go.id/?wpdmact=process&did=MTg4LmhvdGxpbms= [diakses pada tanggal 30 Maret
2020]
Klippel, JH .2001. Osteoarthritis; Epidemiology and Pathogenesisin Primer on the Rheumatic disease, 12
ed Arthritis Foundation. Georgia, PP:573-582
Soeroso, Joewono,dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R, 2009. Oteoartritis. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam, 5th
ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam : 2538-49.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai