Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI

SEMESTER GANJIL 2018-2019

“TITRASI ASIDIMETRI-ALKALIMETRI”

Hari / Jam Praktikum : Kamis / 13.00-16.00 WIB


Tanggal Praktikum : 15 November2018
Shift :A
Kelompok :1
Asisten : 1. Arnita Annisanur
2. Dina Hawari

SUNANI
260110180002

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2018
I. Tujuan
Untuk menentukan kadar suatu zat menggunakan metode titrasi
asidimetri atau alkalimetri.

II. Prinsip
2.1 Asidimetri
Asidimetri merupakan suatu cara untuk menentukan kadar
dengan cara kuantitatif pada suatu senyawa yang bersifat basa
yang menggunakan suatu larutan baku asam untuk
mengetahuinya (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.2 Alkalimetri
Alkalimetri merupakan suatu cara untuk menentukan kadar
dengan cara kuantitatif pada suatu senyawa yang bersifat asam
yang menggunakan suatu larutan baku basa untuk
mengetahuinya (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.3 Pembakuan
Pembakuan atau standarisasi adalah suatu cara dimana
konsentarsi larutan sudah diketahui secara tepat dengan
menguraikan suatu sampel yang berasal dari suatu zat yang
terlarut (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.4 Larutan baku primer
Larutan baku primer adalah larutan yang melalui metode
gravimetri atau perhitungan massa dapat diketahui
konsentrasinya secara akurat (Underwood, 1996).

III. Reaksi
3.1 Asam Borat
H3BO3 + 3NaOH Na3BO3 + 3H2O (Basset,1994).
3.2 Asam Oksalat
H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O (Basset,1994).
3.3 Asam Sitrat
C6H8O7 + NaOH C6H7O7 + H2O (Basset,1994).
3.4 Boraks
Na2B4O2 + 8 H2O + HCl HB(OH)3 + 2NaCl + 3H2O
(Basset,1994).
3.5 Kalsium karbonat
CaCO3 + 2HCl CaCl2 + CO2 + H2O
(Basset,1994).
3.6 Natrium bikarbonat
NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2 (Basset,1994).
3.7 Natrium karbonat
NaCO3 + HCl NaCl + H2CO3 (Basset,1994).

IV. Teori Dasar

Ilmu analisis kimia merupakan suatu ilmu yang


memahami tentang suatu proses pemisahan dan suatu analisin
pada bahan. Suatu analisis ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimnana susunan suatu bahan dengan cara mempelajari
suatu jenis baik secara karakteristiknya maupun
identifikasinya. Suatu analisis ini dapat digolongkan menjadi
dua golongan berdasarkan dari tujuan analisisnya, yaitu
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif , analisis kualitatif
sendiri merupakan suatu analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi atau menentukan suatu sampel atau bahan
apa saja yanga terdapat pada suatu sampel yang diujikan,
sedangkan analisis kuantitatif merupakan suatu analisis yang
digunakan untuk mengidentifikasi atau menentukan suatu
kadar pada suatu bahan atau senyawa yang terdapat pada suatu
sampel yang sedang diujikan (Frank,1957).
Asidimetri merupakan suatu cara dalam melakukan
proses titrasi dengan menambahkan suatu larutan baku yang
sifatnya asam pada suatu sampel yang memiliki suatu sifat
yang basa. Sedangkan alkalimetri merupakan suatu cara dalam
melakukan proses titrasi dengan menambahkan suatu larutan
baku yang siafatnya basa pada suatu sampel yang memiliki
suatu sifat yang asam (Laili et al, 2014).

Proses asidimetri-akalimetri terdapat dalam suatu


metode yang biasa digunakan untuk membuat larutan baku
sekunder, yaitu metode titrimetri. Suatu analisis titrimetri ini
juga biasa dikenal dengan metode volumetri yang merupakan
suatu metode analisis untuk mengukur volume suatu zat yang
ingin dicari. Pada dasarnya volumetri ini dilakukan melalui
prose titrasi, yaitu dengan melakukan penambahan suatu
larutan yang baku dan penambahan dilakukan secara sedikit-
sedikit pada suatu larutan sampel. Suatu larutan baku yang
digunakan untuk mentitrasi suatu sampel tersebut dimasukkan
pada buret dan larutan baku dalam buret ini biasa disebut
titran, sedangkan suatu sampel yang ditetesi oleh larutan baku
yang ada dalam buret biasa disebut dengan nama pentiter.
Pada proses titrasi jika telah mencapai titik ekivalen teoritis ,
maka sedikit demi sedikit akan timbul perubahan warna dan
kelarutan. Perubahan warna ini terjadi dikarenakan adanya
penambahan suatu indikator, misal yang ditambahkan adalah
indikator fenolftalein, maka perubahan warna yang terjadi,
yaitu dari warna bening menjadi warna rose, sedangkan yang
dimaksud perubahan kelarutan adalah perubah suatu larutan
yang awalnya jernih bisa berubah menjadi keruh atau bahkan
akan terbentuk suatu endapan. Pada saat terjadi perubahan
warna kelarutan, kemudian perubahan tersebut tetap tidak
kembali pada keadaan semula, maka dapat diartikan bahwa
suadah tercapai titik akhir titrasi. Titik ekivalen teoritis sendiri
adalah keaadan yang secara teoritis dimana seluruh sampel
yang sedang diuji telah bereaksi. Agar suatu proses analisis
dapat dilakukan dengan baik, maka terdapat syarat-syarat ,
yaitu reaksi akan berlangsung cepat, terdapat perubahan
terhadap suatu sampel yang diuji baik perubahan kimia
maupun fisika, dan adannya suatu penambahan indikator pada
saat proses titrasi. Indikator sendiri merupakan suatu zat yang
berfungsi sebagai pemberi tanda bahwa proses titrasi telahs
selesai dilakukan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pada suatu analisis secara volumetri dapat digolongkan
menjadi empat bagian, yaitu pertama adalah asidimetri-
alkalimetri yang biasa disebut juga dengan reaksi netralisasi
atau reaksi pembentukan garam. Kedua adalah reaksi reduksi-
oksidasi atau disebut juga reaksi redoks dimana pada reaksi
redoks ini terjadinya perubahan bilangan oksidasi karena
mengalami reduksi maupun oksidasi. Ketiga adalah reaksi
pengendapan yang merupakan suatu reaksi yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu endapan pada larutan. Keempat
adalah reaksi pembentukan zat kompleks yang merupakan
reaksi yang menghasilkan suatu senyawa kompleks dari
pengompleksan organik dengan suatu ion logam
(Pudjaatmaka, 2002).
Larutan baku primer pada umumnya merupakan suatu
larutan yang konsentrasi suadah diketahui secara akurat
dengan menggunakan suatu metode perhitungan massa atau
gravimetri. Setelah dilakukan proses penimbangan dengan
teliti yang kemudian dilakukan proses pelarutan pada pada
volume yang disesuaikan dan nilai konsentrasi pada suatu
larutan baku primer yang telah ditimbang dan dilarutkan ini
dapat dihitung melalui suatu cara yang sederhana (Hardi,
2015).
Pada suatu larutan baku primer terdapat syarat-syarat
yang menunjukan secara spesifik karakteristik dari suatu
larutan baku primer, yaitu suatu larutan baku primer dapat
dimurnikan, suatu larutan baku primer mudah diperoleh
dimana saja, dan pada saat proses penimbangan suatu larutan
baku primer beratnya tidak berkurang walaupun proses
penimbangan yang dilakukan terkena udara, dan suatu larutan
baku primer dapat melarut sepurna pada suatu pelarut yang
telah disesuaikan, contoh senyawa yang merupakan larutan
baku primer adalah natrium klorida, asam benzoat, asam
oksalat, kalium kromat, arsen (III) oksida dan lainnya
(Syarifudin et al, 2016)
V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
a. Batang pengaduk h. Labu ukur
b. Beaker glass i. Pipet tetes
c. Buret j. Penangas air
d. Corong kaca k. Spatel
e. Erlenmeyer l. Statif
f. Gelas ukur m. Timbangan analitik
g. Kaca arloji
5.2 Bahan
a. Aquades
b. Asam klorida
c. Asam oksalat
d. Asam sitrat
e. Fenolftalein 1 %
f. Natrium hidroksida
5.3 Gambar Alat
a. Batang pengaduk b. Beaker glass c. Buret

d. Corong kaca e. Erlenmeyer f. Gelas ukur

g. Kaca arloji h. Labu ukur i. Pipet tetes

j. Penangas air k. Spatel l. Statif

l.

m. Timbangan analitik
VI. Prosedur

6.1 Pembakuan NaOH


Larutan NaOH dengan larutan oksalat 0,1 N 25 ml dengan cara
sebagai berikut. Padatan oksalat ditimbang lalu dilarutkan di dalam
beaker glass dan diaduk dengan alat ultrasonic. Selain itu, larutan
NaOH dibuat dari pengenceran NaOH 0,1 N di dalam erlemenyer 500
ml dengan ditambahkan aquadest. Apabila telah didapatkan larutan
yang encer, NaOH dimasukkan dalam buret kemudian dititrasi dengan
oksalat dan indikator fenolftalein. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali,
kemudian volume NaOH dicatat dan dihitung normalitasnya.
6.2 Pembakuan HCl
Larutan HCl dibakukan dengan larutan NaOH 0,1 N 25 ml
dengan cara sebagai berikut. Padatan NaOH ditimbang lalu dilarutkan
di dalam aquadest yang hangat dalam beaker glass lalu, masukkan di
dalam labu ukur 100 ml dan diaduk dengan alat ultrasonic. Setelah itu,
larutan HCl dibuat dari pengenceran HCl 0.1 N di dalam erlenmeyer
500 ml dengan ditambahkan aquadest. Lalu dalam pelarutan NaOH
dengan aquadest hangat apabila telah didapatkan larutan yang sudah
larut, selanjutnya dimasukkan dalam buret kemudian dititrasi dengan
NaOH dan indikator fenolftalein. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali,
kemudian volume HCl dicatat dan dihitung normalitasnya.
6.3 Titrasi
Larutan NaOH yang telah dibakukan dimasukkan ke dalam buret.
Sementara itu, larutan Asam sitrat dimasukkan ke dalam erlenmeyer
dan ditambahkan dengan beberapa tets indikator fenolftalein. Setelah
semua alat dan bahan telah siap untuk digunakan, larutan NaOH
diteteskan demi sedikit dari buret. Titrasi dilakukan hingga muncul
perubahan warna dari bening menjadi rose. Titrasi diulangi sebanyak 3
kali, kemudian volume NaOH yang terpakai untuk titrasi dicatat dan
dilakukan perhitungan normalitas dari Asam sitrat. Setelah itu, persen
kadar dari asam sitrat dihitung.

VII. Data pengamatan


No. Perlakuan Hasil Foto
7.1 Pembakuan NaOH
 Menyiapkan  Didapat erlenmeyer
erlenmeyer yang telah siap
 Menambahkan 25  Didapat larutan
ml larutan asam yang telah ditetesi
oksalat 0,1N dan fenolftalein
beberapa tetes  Didapat NaOH
fenolftalein pada buret
 Memasukkan NaOH  Didapat larutan
ke dalam buret berwarna rose
 Mentitrasi asam  Didapat
oksalat hingga volumeNaOH 25
berwarna rose ml
 Mencatat volume  Didapat
NaOH konsentrasi NaOH
 Menghitung 0,1 N
konsentrasi NaOH
7.2 Pembakuan HCl
 Menambahkan 25  Didapat larutan
ml larutan NaOH NaOH pada
0,1N ke erlenmeyer erlenmeyer
 Menambahkan  Didapat warna
indikator bening saat ditetesi
fenolftalein fenolftalei
 Mentitrasi HCl n
dengan NaOH  Didapat warna rose

7.3 Penetapan kadar


 Asam sitrat
 Menimbang  Didapat
0,5-1 gram sampel
asam sitrat dalam
 Melarutkan bentuk
asam sitram larutan
25 ml (Asam sitart
aquadest 1)
 Mentitrasi  Didapat
dengan 0,1 larutan
N NaOH asam sitrat
menggunaka  Didapat
n indikator larutan
fenolftalein berwarna
rose

VIII. Perhitungan (Asam sitrat 1)


 Pembakuan NaOH
1. N1 × 𝑉 1 = N2 × V2
0,1 × 25 = N2 × 25
0,1×25
N2 = 25

= 0,1 N
2. N1 × 𝑉 1 = N2 × V2
0,1 × 25 = N2 × 24
0,1×25
N2 = 24
= 0,104 N
Jadi, rata-rata dari pembakuan NaOH yaitu, :
0,1+0,104
= 2

= 0,102 N

 Pembakuan HCl
1. N1 × 𝑉 1 = N2 × V2
0,1 × 8,5 = N2 × 10
0,1×8,5
N2 = 10

= 0,085 N
2. N1 × 𝑉 1 = N2 × V2
0,1 × 0,9 = N2 × 10
0,1×0,9
N2 = 10

= 0,09 N
Jadi, rata-rata dari pembakuan HCl yaitu, :
0,085+0,09
= 2

= 0,087 N

 Erlenmeyer 1, V= 11,2 ml
Analit (asam sitrat) = Titran (NaOH)
𝑚
×𝑒 = 𝑚𝑡 × 𝑉𝑡 × 𝑒𝑡
𝑚𝑟
𝑚𝑟×𝑚𝑡×𝑉𝑡×𝑒𝑡
𝑀𝑎 = 𝑒𝑎
210×0,1×11,2
= 3

= 78, 4 mg
= 0,0784 gram
 Kadar erlenmeyer 1
𝐵𝑒×𝑁𝑡×𝑉𝑡
= × 100%
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0784
= × 100%
10

= 0,784 %
Didapat sampel seberat 0,784 gram dalam 100 ml aquadest.
 Erlenmeyer 2, V= 11 ml
𝑚𝑟×𝑚𝑡×𝑉𝑡×𝑒𝑡
𝑀𝑎 = 𝑒𝑎
210×0,1×11
= 3

= 77 mg
= 0,077 gram
 Kadar erlenmeyer 2
𝐵𝑒×𝑁𝑡×𝑉𝑡
= × 100%
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,077
= × 100%
10

= 0,77 %
Didapat sampel seberat 0,77 gram dalam 100 ml aquadest.
 Erlenmeyer 3, V= 10,5 ml
𝑚𝑟×𝑚𝑡×𝑉𝑡×𝑒𝑡
𝑀𝑎 = 𝑒𝑎
210×0,1×10,5
= 3

= 73,5 mg
= 0,0735 gram
 Kadar erlenmeyer 3
𝐵𝑒×𝑁𝑡×𝑉𝑡
= × 100%
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0735
= × 100%
10

= 0,735 %
Didapat sampel seberat 0,735 gram dalam 100 ml aquadest.
Jadi, rata-rata kadar Asam sitrat yaitu, :
0,784% + 0,77% + 0,735%
3
= 0,763%
IX. Pembahasan

Sebelum dimulai praktikum, mula-mula alat dan bahan


disiapkan. Alat yang diperlukan adalah buret, erlenmeyer, kaca
arloji, penangas air, perkamen, spatula, statif, dan timbangan
analitik. Semua alat tersebut perlu dicuci terlebih dahulu, kecuali
untuk penangas air, statif, dan timbangan analitik. Penangas air dan
timbangan analitik tidak boleh dibersihkan karena alat-alat tersebut
bersentuhan langsung dengan sampel dan kedua alat ini
berhubungan langsung dengan listrik, jadi sebaiknya tidak perlu
dicuci. Statif pun tidak perlu dicuci karena hanya berfungsi sebagai
penyangga dan tidak berhubungan langsung dengan sampel. Buret,
erlenmeyer, gelas ukur, spatula, dan kaca arloji perlu dicuci sampai
bersih agar pengotor-pengotor yang terdapat dalam alat-alat
tersebut hilang. Alat-alat tersebut digunakan sebagai pengambilan
bahan ataupun wadah sampel yang artinya bagian dari alat akan
langsung bersentuhan dengan sampel. Karena apabila pada saat
pencucian tidak dilakukan dengan benar dan alat belum bersih,
maka bisa saja itu berpengaruh terhadap hasil percobaan.

Adanya zat-zat pengotor yang masih menempel pada alat


dapat menyebabkan kesalahan terhadap hasil percobaan. Kertas
perkamen tidak perlu dilakukan pencucian karena fungsinya hanya
sebagai wadah dalam proses penimbangan suatu zat yang tidak
bersifat higroskopis dan bentuknya padat. Buret digunakan pada
saat titrasi sebagai wadah untuk larutan baku yang memiliki fungsi
sebagai pentiter. Setelah dicuci bersih menggunakan air, buret
dibilas terlebih dahulu menggunakan aquadest dengan tujuan
membersihkan buret dari zat-zat pengotor yang mungkin tertinggal.
Kemudian, akan lebih baik buret dibilas dengan larutan yang akan
digunakan dalam buret, dalam percobaan ini digunakan aquadest
dalam proses pencuciannya dikarenakan NaOH yang tersedia tidak
terlalu banyak dan ditakutkan akan habis. Sebenarnya pembilasan
menggunakan larutan yang akan digunakan untuk menitrasi
bertujuan agar tetesan atau larutan yang masih menempel atau
tertinggal pada dinding buret ikut terbuang bersamaan dengan
pembilasan.

Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah aquadest,


indikator fenolftalein, larutan asam sitrat, dan larutan NaOH.
Aquadest berfungsi sebagai pelarut untuk mengencerkan sampel,
yaitu larutan asam sitrat. Sampel yang sudah berbentuk larutan
tetap ditambahkan aquadest ini bertujuan agar pada saat
pengambilan sampel untuk titrasi menegtahui berapa banyak yang
akan digunakan. Karena sampel yang digunakan adalah asam sitrat
yang bersifat asam dan pentiter yang digunakan adalah NaOH yang
bersifat basa, maka titrasi kali ini adalah proses alkalimetri.

Indikator fenolftalein digunakan sebagai indikator dalam


reaksi pembatas antara sampel dengan pentiter. Alasan
menggunakan fenolftalein ini, karena fenolftalein bersifat asam
lemah yang dapat membebaskan ion H+ dalam larutan. Molekul
fenolftalein tidak berwarna, dan ion fenolftalein berwarna merah
muda. Jika basa ditambahkan kedalam fenolftalein, maka
kesetimbangan molekul yang dimana ionnya akan bergeser ke arah
produk,menyebabkan ionisasi lebih banyak karena pembebasan ion
H+. Alasan lainnya adalah fenolftalein digunakan sebagai indikator
keadaan suatu zat yang bersifat lebih asam atau lebih basa.
Fenolftalein juga tidak akan berwarna bening dalam keadaan zat
yang asam atau netral, namun akan berwarna kemerahan pada zat
yang lebih basa. Tepatnya pada titik pH di bawah 8,3 fenolftalein
tidak berwarna, namun jika mulai melewati 8,3 maka warna merah
muda yang semakin kemerahan akan muncul. Semakin basa maka
warna yang ditimnulkan akan semakin merah. Namun
kenyataannya pada saat percobaan alkalimetri ini tidak dilakukan
pembakuan terhadap NaOH. Hal ini dikarenakan proses
pembakuan hanya bertujuan untuk mengetahui konsentarsi
sebenarnya dari NaOH yang digunakan.

Setelah diketahui nilai dari konsentrasi yang sebenarnya,


nilai tersebut yang akan dimasukkan ke dalam perhitungan. Jadi,
tidak terlalu berpengaruh apakah pembakuan dilakukan di awal
sebelum proses titrasi maupun di akhir setelah proses titrasi.
Pembakuan NaOH dan titrasi asam sitrat adalah dua prosedur yang
berbeda.

Setelah alat dan bahan yang digunakan telah siap


digunakan, latjutkan dengan proses titrasi. Mula-mula, dibuatlah
larutan asam sitrat, akan tetapi sampel yang telah diberikan sudah
dalam bentuk larutan dalam labu ukur 100 ml dengan volume
sampel 12 ml. Walaupun sampel yang diberikan sudah dalam
bentuk larutan sampel harus tetap ditambahkan aquadest
secukupnya sampai memnuhi batas cekung atas pada labu ukur 100
ml. Lalu setelah ditambahkan aquadest, kemudian larutan asam
sitrat siapkan tiga labu erlenmeyer dan pada masing-masing
erlemeyer dimasukkan 10 ml larutan asam sitrat menggunakan bulp
pipet akan takaran sesuai. Setelah masing- masing erlenmeyer
ditambahkan larutan asam sitrat sebanyak 10 ml, selanjutnya pada
masing-masing erlemenyer ditetesi indikator fenolftalein sebanyak
4 tetes. Dengan dilakukannya penambahan indikator ini bertujuan
untuk mengetahui apakah titrasi telah mengetahui titik akhir atau
belum. Fenolftalein ini dipilih untuk digunakan sebagai indikator
dalam proses titrasi asam sitart dengan NaOH.
Setelah penambahan indikator fenolftalein pada masing-
masing erlenmeyer, dilanjutkan dengan proses titrasi menggunakan
NaOH. Pada percobaan ini dilakukan dengan cara triplo, yaitu
titrasi dilakukan berulang sebanyak tiga kali. Jadi, sejak awal sudah
tersedia tiga hasil larutan asam sitrat. Hal ini dimaksudkan agar
hasil yang didapatkan menjadi lebih akurat. Misalnya pada proses
titrasi yang dilakukan mungkin terjadi kesalahan sehingga
percobaan yang dilakukan berulang akan memberikan data yang
lebih akurat. Bisa saja saat percobaan pertama NaOH yang
ditambahkan terlalu melebihi titik akhir sehingga percobaaan kedua
dan ketiga dapat menjadi pembanding.

Selanjutnya NaOH sebagai pentiter diletakkan di buret yang


telah terpasang pada statif dan larutan asam sitrat yang akan dicari
konsentrasinya diletakkan di dalam erlenmeyer yang diletakkan di
bawah buret. Pada saat pemasangan buret pada statif perlu
diperhatikan dengan baik, dipastikan bahwa posisi buret sudah
tegak lurus agar volume dapat dibaca dengan baik dan juga klem
pada statif tidak boleh longgar agar buret tidak terlepas dan pecah.
Selama dilakukan penambahan NaOH, erlenmeyer harus terus
dikocok agar NaOH dapat tersebar pada larutan dan bereaksi lebih
cepat. Dengan pengocokan dapat dipastikan apakah perubahan
warna yang terjadi tidak kembali ke warna awal. Titik akhir titrasi
didapat ketika larutan sudah berubah warna selama kurang lebih 30
detik. Jadi apabila saat penambahan telah terjadi perubahan warna
namun saat dilakukan pengocokan warna kembali hilang menjadi
warna awal lagi berarti pada kondisi ini belum tercapai titik akhir
titrasi. Hal ini menyebabkan pengocokan memiliki peran yang
penting dalam titrasi. Pada saat akhir titrasi didapat masing-masing
volume titran (NaOH) dalam erlenmeyer 1 adalah 11,2 ml pada
erlenmeyer 2 adalah 11 ml, dan pada erlenmeyer 3 adalah 10,5 ml.
Setelah volume diketahui, kemudian dihitung kadarnya dan didapat
kadar rata-rata dari 3 percobaan adalah 0,763% atau 0,763 gram
dalam 100 ml aquadest.

Sebenarnya NaOH yang digunakan untuk titrasi harus


dibakukan terlebih dahulu. Hal ini disebabkan NaOH merupakan
bahan baku sekunder yang konsentrasinya relatif tidak stabil dan
higroskopis. Larutan yang masih belum baku sebaiknya tidak
dipakai untuk titrasi, karena pada titrasi ini sendiri bertujuan untuk
mencari tahu konsentrasi larutan yang belum diketahui. Jadi,
apabila pentiternya masih memilki konsentrasi yang tidak tetap,
maka hasil yang didapat pun bisa menjadi tidak akurat.

Pemakaian Asam Oksalat dalam stadarisasi NaOH juga


dikarenakan reaksinya dengan NaOH dapat menghasilkan
keakuratan yang lebih baik dibanding asam lemah lain, karena
anatara NaOH dan asam oksalat terjadi reaksi sempurna. NaOH (
Basa kuat ) akan bereaksi dengan asam oksalat (asam lemah )
membentuk garam yang bersifat basa. Reaksi antara basa kuat dan
asam lemah ini akan lebih mudah diamati titik akhir titrasinya,
reaksi berlangsung secara cepat dan kuantitatif serta tidak ada
reaksi samping. Reaksi yang terjadi, yaitu sebagai berikut:

H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O (Basset,1994).

Dalam pembakuan NaOH dilakukan 2 kali dana didapat rata-


rata konsentrasi dari 2 percobaan tersebut adalah 0,104 N

Dalam pembakuan HCl tidak menggunakan larutan asam


boraks dikarenakan tidak tersediannya bahan dalam laboratorium.
Untuk itu dalam pembakuan HCl digunakan larutan NaOH yang
telah dilarutkan dalam aquadest hangat, kemudian NaOH
dimasukkan dalam buret dan larutan HCl yang telah dilarutkan
dengan aquades dalam 3 erlenmeyer ditambahkan masing-masing
indikator fenolftalein kemudian dititrasi dengan larutan NaOH
yang ada pada buret. Setelah mencapai titik akhir titrasi maka
terbentuklah perubahan warna dari bening menjadi rose. Setelah
larutan dilakukan titrasi maka, didapatkan konsentrasi rata-rata dari
HCl sebesar 0,087 N.

X. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan


bahwa titik akhir titrasi berhasil diketahui dengan menggunakan
alkalimetri. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari
bening menjadi rose dan diadapatkan kadar rata-rata sebesar 0,763 %
atau 0,763 gram dalam 100 ml aquadest.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J.1994.Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif


Anorganik.Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Frank, Richard E. 1957. Identification Analysis, A Stimulating


Revival of Qualitative Analysis. Journal of Chemical
Education. Vol. 34 (8): 383 – 386.
Gandjar, G.I., dan Rohman,A.2007.Kimia Farmasi
Analisis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hardi,A.Dwika.2015.Penentuan Kondisi Optimum Adsorpsi


Karbondioksida Hasil Pembakaran Batu Bara Oleh Larutan
Natrium Hidroksida.Jurnal Kimia.Vol.4(2):1-5.

Laili, R., Nurhayati., dan Muhdarina. 2014. Karakterisasi Lempung


Cengar Aktivasi KOH Kalsinasi Pada 300oC. JOM FMIPA.
Vol. 1 (2): 67 – 77.
Pudjaatmaka, A. H. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka.

Syarifudin, Ali, Nita, Fajaryanti, Meta, dan Dewi.2016.Analisis


Kandungan Asam Laktat Pada Suhu Formula Merek X
Secara Volumetri.Jurnal Farmasetis.Vol.5(2):54-59.

Underwood,A.L.1996.Analisis Kimia Kuantitatif Edisi


VI.Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai