ASIDIMETRI - ALKALIMETRI
Kelompok : B-1
II. Prinsip
2.1 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif merupakan sebuah istilah yang bisa digunakan untuk
menggambarkan sebuah metode-metode yang dilatarbelakangi oleh
informasi numerik atau kuantitas-kuantitas yang melibatkan data data
statistik, dimana penemuan dari hasil penelitian-penelitian itu
menggunakan unsur-unsur perhitungan (Stokes, 2006).
2.2 Asidimetri
Asidimetri merupakan sebuah metode titrasi asam basa dimana titrasi
dengan metode asidimetri ini dengan cara penentuan konsentrasi larutan
basa dengan menggunakan larutan baku asam (Shadily, 1973).
2.3 Alkalimetri
Titrasi alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang
bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Indikator yang digunakan
yaitu fenoftalein. Umumnya perubahan warna larutan dari tidak berwarna
menjadi merah muda. Perubahan warna larutan dapat dijadikan sebagai
acuan untuk menentukan titik akhir titrasi (Rohman dan Gandjar, 2008).
2.4 Netralisasi
Reaksi netralisasi merupakan sebuah reaksi dimana ion proton (ion
hydrogen ) dan ion electron (ion hidroksida) akan membentuk garam dan
air. Dimana reaksinya menjadi setimbang tidak kelebihan asam maupun
basa karena menjadi senyawa larutan netral (Utomo, 2008).
III. Reaksi
3.1 Titrasi Asam Sitrat dengan NaOH (Alkalimetri)
C6H8O7 + NaOH C6H7O7Na + H2O
(Weirner , 2010).
3.2 Pembakuan NaOH
2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O
(Svehla, 1985).
5.2 Bahan
a. Aquadest
b. Asam Oksalat (H2C2O4)
c. Asam Sitrat (C6H8O7)
d. Fenolftalein (PP)
e. Natrium Hidroksida 0,1 N (NaOH)
VI. Prosedur
6.1 Pembakuan NaOH
Pertama, padatan asam oksalat (H2C2O4) ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik yang sudah ditaruh kertas perkamen dalam
neraca, padatan Asam Oksalat (H2C2O4) ditimbang dengan takaran 63 mg,
hal ini dilakukan secara duplo.
Kedua, padatan asam oksalat (H2C2O4) yang telah ditimbang,
dimasukan ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan aquadest hingga
padatan asam oksalat (H2C2O4) larut. Lalu, larutan baku asam oksalat
(H2C2O4) ditetesi indikator fenolftalein. Kemudian, larutan asam oksalat
(H2C2O4) dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N secara duplo, Volume
NaOH yang digunakan dilihat dan dihitung konsentrasi NaOH dari hasil
titrasi.
6.2 Penetapan Kadar Asam Sitrat
Pertama, larutan Asam Sitrat (C6H8O7) yang sudah tersedia di labu
ukur ditambah aquadest sampai tanda batas labu ukur yaitu 250 ml.
Kemudian, larutan Asam Sitrat (C6H8O7) diambil dengan menggunakan
pipet volume 10 ml dengan bantuan bulb, dan segera tuangkan pada 3
buah Erlenmeyer (masing-masing 10 ml).
Kedua, setelah dituangkan 10 ml larutan Asam Sitrat (C6H8O7)
pada Erlenmeyer, larutan tersebut ditetesi dengan indikator fenolftalein
sebanyak 2-3 tetes kedalam larutan sampel, larutan Asam Sitrat (C6H8O7)
dititrasi secara triplo dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N. Volume
NaOH diamati dan dihitung kadar Asam Sitrat dari hasil titrasi.
Percobaan 1
Volume NaOH : 11 ml
N2. 11 =
N1 = 0,09163 N
Percobaan 2
Volume NaOH : 10,4 ml
N2. 10,4 =
N2 = 0,09661 N
Nrata2 =
Nrata2 = = 0,09412 N
%= x 100%
Percobaan 1
-VNaOH = Vakhir - Vawal
= 19 ml – 11,4 ml = 7,6 ml
-NNaOH = 0,1 N
-VAs.Sitrat = 10 ml
-BMAs.Sitrat = 210
-Valensi = 3
-BE= = = 70
%= x 100%
= x 100%
= 0,532 %
Percobaan 2
-VNaOH = Vakhir - Vawal
= 24,5 ml – 19 ml = 5,5 ml
-NNaOH = 0,1 N
-VAs.Sitrat = 10 ml
-BE= = = 70
%= x 100%
= 0,385 %
Percobaan 3
-VNaOH = Vakhir - Vawal
= 28,9 ml – 24,5 ml = 4,4 ml
-NNaOH = 0,1 N
-VAs.Sitrat = 10 ml
-BE= = = 70
%= x 100%
= 0,308%
Rata- Rata Kadar Asam Sitrat (C6H8O7)
%rata-rata =
%rata-rata = = 0,408%
Volume Asam Sitrat = 10 ml
x 10 ml = 0,0408 ml
-Dalam Liter =
x 1000 ml = 4,08 ml dalam 1 Liter Asam Sitrat.
IX. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kadar zat asam sitrat dengan
menggunakan metode titrasi asidimetri-alkalimetri. Asidimetri merupakan suatu
metode titrasi dengan menggunakan suatu larutan standar asam (larutan yang
sudah diketahui konsentrasinya) untuk menentukan basa. Asam-asam yang
biasanya dipergunakan adalah asam klorida (HCl), asam cuka (CH3COOH), asam
oksalat (H2C2O4), asam borat (H3BO3). Sedangkan alkalimetri merupakan
kebalikan dari titrasi asidimetri, alkalimetri merupakan suatu metode titrasi yang
menggunakan larutan standar basa (konsentrasi sudah diketahui secara pasti)
untuk menentukan asam. Larutan basa yang biasanya digunakan yaitu natrium
hidroksida (NaOH).
Sebelum melakukan proses titrasi dengan asam sitrat, perlu dilakukan
pembuatan larutan NaOH, dimana proses pembuatan NaOH, aquadest yang
digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu agar CO2 terlepas dan tidak bereaksi
dengan NaOH membentuk natrium karbonat (Na2CO3) yang dapat mengotori hasil
titrasi, tetapi NaOH tidak boleh dimasukan kedalam aquadest yang masih panas
tunggu hingga aquadest bersuhu hangat kuku barulah dimasukan dalam aquadest
dan diaduk hingga larutannya menjadi homogen. Natrium hidroksida (NaOH)
termasuk golongan larutan baku sekunder, larutan baku sekunder yaitu suatu
larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara titrasi terhadap
larutan baku primer. Dalam reaksi tersebut, yang berperan sebagai larutan baku
primer adalah asam oksalat, karena konsentrasinya dapat ditentukan dengan cara
menimbang suatu zat murni (padatan asam oksalat) lalu menghitung dari berat zat
terlarut tersebut kemudian zat tersebut dilarutkan dengan tepat oleh aquadest.
Karena natrium hidroksida merupakan larutan baku sekunder maka perlu
dibakukan dengan menggunakan larutan standar primer asam oksalat, tujuan dari
pembakuan NaOH ini adalah untuk menentukan konsentrasi larutan setepat
mungkin dan untuk menyamakan konsentrasi larutan yang digunakan pada proses
titrasi dengan larutan standar baku. Sebelum proses pembakuan dimulai, larutan
asam oksalat harus dibuat terlebih dahulu dengan cara menimbang padatan asam
oksalat menggunakan neraca analitik yang sudah diberi kertas perkamen, fungsi
neraca analitik ini agar perhitungan massa dari benda tersebut memiliki tingkat
ketelitian yang tinggi dan hasilnya akurat, lalu letakan serbuk asam oksalat diatas
kertas perkamen dan timbang padatan asam oksalat secara duplo (2 kali proses
menimbang) hal ini dilakukan agar hasil timbangan lebih akurat, serta
meminimalisir kesalahan saat menimbang. Hasil dari penimbangan asam oksalat
pertama yaitu 63,5 mg dan hasil penimbangan asam oksalat kedua yaitu 63,3 mg
sehingga rata-rata dari massa asam oksalat yang akan digunakan yaitu 63,4 mg.
Selanjutnya, serbuk asam oksalat yang berada diatas kertas perkamen dilipat
dengan rapih agar tidak terbawa udara, dan jangan dimasukan kedalam saku,
karena dikhawatirkan ada serbuk asam oksalat yang jatuh didalam saku sehingga
berat asam oksalat menjadi berkurang. Lalu, serbuk asam oksalat yang telah
ditimbang tersebut dimasukan kedalam Erlenmeyer secara perlahan agar tidak ada
partikel yang terjatuh dan ditambahkan aquadest hingga padatan asam oksalat
larut dalam aquadest. Kemudian larutan asam oksalat sebelum dititrasi dengan
NaOH 0,1 N harus ditetesi 2-3 tetes indikator fenolftalein agar menghasilkan
perubahan warna saat mencapai titik akhir titrasi dan untuk mengetahui terjadinya
suatu titik ekuivalen dalam proses titrasi dengan menghasilkan warna pink muda
(rose) dan warna bertahan setelah didiamkan selama 30 detik.
Proses pembakuan NaOH dengan asam oksalat dilakukan secara duplo agar
volume NaOH yang digunakan saat proses pembakuan menjadi lebih akurat
dalam perhitungan. Proses pembakuan yang pertama volume NaOH yang
digunakan sebanyak 11 ml, sehingga konsentrasi yang didapat sebesar 0,09163 N,
kemudian proses pembakuan yang kedua volume NaOH yang digunakan
sebanyak 10,4 ml, sehingga konsentrasi yang didapat sebesar 0,09661 N. Jadi,
konsentrasi NaOH rata-rata sebesar 0,09412 N.
Setelah proses pembakuan NaOH selesai dan telah diketahui secara pasti
konsentrasinya sebagai larutan standar, selanjutnya pada percobaan kedua, yaitu
percobaan penetapan kadar Asam Sitrat, dari perobaan ini kita bisa mengetahui
kadar asam sitrat melalui proses titrasi. Pertama yang dilakukan adalah
mengencerkan larutan asam sitrat dengan menggunakan labu ukur karena fungsi
dari labu ukur itu adalah untuk proses pengenceran, karena sampel asam sitrat
yang digunakan berupa larutan pekat, maka dibutuhkan proses pengenceran, hal
ini dilakukan dengan cara menambahkan aquadest sampai garis tanda batas labu
ukur di bagian leher yang berguna untuk tanda batas akhir volume pelarut yang
digunakan untuk melarutkan zat, pada saat percobaan berlangsung digunakan labu
ukur 250 ml, karena larutan yang digunakan berwarna bening, maka perhatikan
garis mediskus bawah yang tepat berhimpit dengan garis batas labu ukur. Proses
memasukan aquadest pada labu ukur awalnya menggunakan beaker gelas dan
corong kaca agar aquadest tidak tumpah, memasukan aquadest jangan sampai
garis tanda batas, usahakan dibawah tanda batas, dan setelah itu agar tidak
melewati garis batas penambahan aquadest dilakukan dengan menggunakan pipet
tetes hingga menyentuh bagian garis batas. Usahakan saat penambahan aquadest
tidak melebihi garis batas labu ukur karena hal ini dapat mempengaruhi hasil
akhir proses pengenceran menjadi tidak akurat, dan harus membuang seluruh
larutan dan mengulangi perlakuan dari awal. Kemudian kocok labu ukur agar
larutannya menjadi homogen.
Proses selanjutnya, larutan asam sitrat diambil dengan menggunakan pipet
volume 10 ml, cara pengambilan larutan asam sitrat menggunakan bulb, karena
fungsi bulb untuk menyedot larutan dengan menekan katup suction (S) maka
larutan akan terhisap kedalam pipet volume, setelah mencapai 10 ml, larutan
tersebut dituangkan pada Erlenmeyer dengan menekan Katup Exhaust (E) dimana
posisi erlemneyer sedikit dimiringkan dan tegak lurus dengan pipet volume sekitar
45° ujung pipet pun harus menempel pada dinding erlenmeyer, hal ini dilakukan
agar tidak menimbulkan gelembung udara pada saat pemindahan larutan dari pipet
volume ke Erlenmeyer dan agar searah dengan gaya gravitasi sehingga
pengeluaran larutan menjadi lancar, jika semua larutan sudah dituangkan pada
Erlenmeyer namun masih ada sedikit larutan yang tersisa di pipet volume dan
tidak bisa dipaksakan keluar, artinya volume larutan yang dikeluarkan sudah
mencapai titik maksimal, larutan yang sudah berada di Erlenmeyer kemudian
ditetesi oleh indikator fenolftalein sebanyak 2-3 tetes, fungsi dari indikator ini
adalah untuk mengetahui saat mencapai titik akhir titrasi dan suatu titik ekuivalen
dengan ditandai perubahan warna pada larutan menjadi warna rose (pink muda),
karena indikator PP merupakan indikator yang baik untuk larutan basa dengan
range pH sebesar 8,2 – 10,0 jika di larutan asam maka tidak berwarna dan jika di
larutan basa akan berwarna pink muda. Setelah ditetesi indikator maka dititrasi
dengan larutan NaOH 0,1 N secara triplo, agar lebih akurat dan meminimalisir
terjadinya kesalahan, penetesan larutan NaOH harus sedikit demi sedikit agar
tidak terlewat titik akhir titrasinya. Pada saat proses percobaan pertama
sebenarnya terjadi kesalahan, karena kelebihan tetesan larutan NaOH sehingga
warna yang dihasilkan bukan pink muda, melainkan warna merah (pink tua), hal
ini karena titik akhir titrasi telampaui karena larutan basa berikatan terlalu banyak
dengan indikator fenolftalein sehingga warna yang dikeluarkan menjadi lebih
merah, akhirnya labu Erlenmeyer di goyang kan terus menerus tanpa ditetesi
larutan NaOH dan larutan kembali bening hal ini karena larutan penitrasi dapat
larut kembali dengan larutan yang berada dalam erlenmeyer dan perubahan warna
menjadi bening tersebut artinya belum mencapai titik akhir titrasi sepenuhnya,
karena larutan kembali bening maka ditambahkan kembali sedikit tetesan NaOH
dan langsung berwarna pink muda setelah digoyangkan dan warna pink muda ini
tidak hilang dalam waktu 30 detik, itu artinya larutan telah mencapai titik akhir
titrasi, karena proses penambahan kembali beberapa tetes NaOH itulah yang
menyebabkan percobaan pertama menggunakan 7,6 ml larutan NaOH. Pada
percobaan kedua volume NaOH yang digunakan sebanyak 5,5 ml dan pada
percobaan ketiga volume NaOH yang digunakan sebanyak 4,4 ml, seharusnya
ketika proses titrasi dilakukan sebanyak 3 kali volume yang digunakan tidak beda
jauh, namun karena kesalahan teknis dan terlambat untuk menutup kran buret di
titik akhir titrasi jadi data yang dihasilkan berbeda beda, lalu perhitungan kadar
yang didapat saat percobaan pertama yaitu 0,532%, percobaan kedua 0,385%, dan
percobaan ketiga 0,408%, sehingga rata rata kadar 0,408% artinya terdapat 4,08
ml dalam 1 liter Asam Sitrat (C6H8O7).
Reaksi yang terjadi saat proses titrasi asam sitrat :
C6H8O7 + NaOH C6H7O7Na + H2O
(Weirner , 2010).
X. Kesimpulan
Dapat menentukan kadar asam sitrat (C6H8O7) dengan menggunakan metode
titrasi asidi-alkalimetri dengan kadar sebesar 0,408% atau 4,08 ml dalam 1 liter
Asam Sitrat (C6H8O7).
DAFTAR PUSTAKA