Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI

SEMESTER GANJIL 2017-2018

ASIDIMETRI - ALKALIMETRI

Hari / Jam Praktikum : Senin / 13.00-16.00 WIB

Tanggal Praktikum : 13 NOVEMBER 2017

Kelompok : B-1

Asisten : 1. Saqila Alifa


2. Fillah Muty Syahidah

NIDA ADLINA FADHILAH


260110170043

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
I. Tujuan
Dapat menentukan kadar zat tertentu dengan menggunakan metode titrasi
asidi-alkalimetri.

II. Prinsip
2.1 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif merupakan sebuah istilah yang bisa digunakan untuk
menggambarkan sebuah metode-metode yang dilatarbelakangi oleh
informasi numerik atau kuantitas-kuantitas yang melibatkan data data
statistik, dimana penemuan dari hasil penelitian-penelitian itu
menggunakan unsur-unsur perhitungan (Stokes, 2006).
2.2 Asidimetri
Asidimetri merupakan sebuah metode titrasi asam basa dimana titrasi
dengan metode asidimetri ini dengan cara penentuan konsentrasi larutan
basa dengan menggunakan larutan baku asam (Shadily, 1973).
2.3 Alkalimetri
Titrasi alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang
bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Indikator yang digunakan
yaitu fenoftalein. Umumnya perubahan warna larutan dari tidak berwarna
menjadi merah muda. Perubahan warna larutan dapat dijadikan sebagai
acuan untuk menentukan titik akhir titrasi (Rohman dan Gandjar, 2008).
2.4 Netralisasi
Reaksi netralisasi merupakan sebuah reaksi dimana ion proton (ion
hydrogen ) dan ion electron (ion hidroksida) akan membentuk garam dan
air. Dimana reaksinya menjadi setimbang tidak kelebihan asam maupun
basa karena menjadi senyawa larutan netral (Utomo, 2008).

III. Reaksi
3.1 Titrasi Asam Sitrat dengan NaOH (Alkalimetri)
C6H8O7 + NaOH C6H7O7Na + H2O
(Weirner , 2010).
3.2 Pembakuan NaOH
2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O
(Svehla, 1985).

IV. Teori Dasar


Penelitian analisis kuantitatif itu adalah sebuah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu pendekatan-pendekatan atau penelitian dan percobaan yang
dikembangkan dalam ilmu pengetahuan alam dan ilmu- ilmu yang lainnya,
dimana sekarang digunakan secara luas dalam penelitian di bidang ilmu social.
Metode yang digunakan dalam metode kuantitatif adalah metode yang berdasar
pada informasi numeric atau melibatkan sebuah angka dan memprioritaskan
kuantitas dari hasil penelitian, dan biasanya di analogikan dengan analisis-analisis
statistic dan melibatkan unsur perhitungan (Stokes, 2006).
Dengan menentukan kadar konsentrasi dari suatu larutan asam-basa dengan
metode asidi-alkalimetri ini, proses yang dilakukan itu adalah proses titrasi, titrasi
itu sendiri merupakan penambahan volume suatu larutan secara cermat dari suatu
larutan yang konsentrasinnya sudah diketahui (Larutan Starndar), kepada suatu
larutan yang kosentrasinya tidak diketahui, yang akan melibatkan reaksi antara
kedua zat tersebut secara kuantitatif, selesainya proses titrasi ini saat mencapai
titik akhir, yaitu ditandai dengan semacam perubahan sifat fisik misalnya terdapat
perubahan warna. Titik akhir ini dapat dideteksi dari larutan yang tidak berwarna
setelah penambahan suatu indicator, fungsi indicator itu sendiri adalah yang
mengubah warna pada saat titik akhir titrasi (Oxtoby, 2001).
Titrasi asidi-alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan satu sama lain
dengan asam dan basa. Berdasarkan reaksi sebuah pelarutnya, asam dan basa
diklasifikasikan menjadi asam-basa kuat dan asam basa lemah, sehingga proses
titrasi meliputi titrasi asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah,
asam lemah dengan basa kuat, dan asam kuat dengan garam dari asam lemah dan
basa kuat dengan garam dari basa lemah (Padmaningrum, 2006).
Asidimetri merupakan pengukuran kepekatan suatu basa dengan
menggunakan larutan standar asam, cuplikan yang diperiksa atau diidentifikasi
dengan dititrasi oleh asam dan titik akhir titrasi diketahui dengan perubahan
sebuah warna penunjuk. Biasanya alat yang digunakan untuk proses titrasi
asidimetri ini dengan alat ukur yang disebut dengan asidimeter (Pudjaatmaka,
2002).
Alkalimetri merupakan salah satu metode titrasi dimana sebuah larutan asam
dititrasi dengan larutan baku basa, dimana larutan basa sudah diketahui
konsentrasinya, larutan asam nantinya akan dicampur dengan larutan baku basa
untuk mencapai titik akhir titrasi, proses titrasi ini bertujuan untuk proses
netralisasi (Afifa, dkk, 2015).
Proses pembakuan atau yang dikenal sebagai proses standarisasi
merupakan suatu proses dimana suatu larutan yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi secara teliti dari konsentrasi suatu larutan. Tujuan dilakukan proses
standarisasi atau pembakuan adalah untuk menyamakan larutan yang digunakan
untuk titrasi dengan standar larutan baku (Istiqomah, 2014).
Secara keseluruhan, metode titrasi asidi-alkalimetri merupakan suatu
proses titrasi yang berhubungan langsung dengan suatu senyawa yang bersifat
asam atau/dan basa, apabila kita melakukan pengukuran beberapa ml larutan yang
bertitran tertentu, yang diperlukan untuk menetralkan senyawa larutan yang
bersifat basa dimana suatu kadarnya belum diketahui secara pasti, maka disebut
dengan metode titrasi asidimetri, sedangkan suatu larutan asam dengan basa yang
titernya telah diketahui disebut dengan metode titrasi alkalimetri. Dalam suatu
proses titrasi perubahan yang paling mendasar dari penentuan titik akhir dan cara
perhitungannya adalah perubahan pH titrat. Reaksi- reaksi yang biasa terjadi
dalam titrasi adalah : reaksi penetralan, reaksi pembentukan asam lemah, dan
pembentukan basa lemah (Harjadi, 1987).
Dalam metode proses titrasi, dilakukan suatu proses pembakuan,
pembakuan itu sendiri adalah definisi dari suatu metode analisis kuantitatif
dengan suatu cara yaitu mereaksikan suatu zat yang merupakan larutan baku
(larutan yang sudah diketahui pasti konsentrasinya) dengan sebuah zat yang
dianalisis, reaksi tersebut diantaranya merupakan zat yang dianalisis dengan
larutan standar yang berlangsung secara kuantitatif (Wilardjo, 2002).
V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
a. Beaker Gelas f. Gelas Ukur
b. Bulb g. Labu Ukur
c. Buret h. Pipet Tetes
d. Corong Kaca i. Pipet Volume
e. Erlenmeyer j. Statif dan Klem

5.2 Bahan
a. Aquadest
b. Asam Oksalat (H2C2O4)
c. Asam Sitrat (C6H8O7)
d. Fenolftalein (PP)
e. Natrium Hidroksida 0,1 N (NaOH)

5.3 Gambar Alat


a. Beaker Gelas b. Bulb c. Buret

d. Corong Kaca e. Erlenmeyer f. Gelas Ukur


g. Labu Ukur h. Pipet Tetes i. Pipet Volume

j. Statif dan Klem

VI. Prosedur
6.1 Pembakuan NaOH
Pertama, padatan asam oksalat (H2C2O4) ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik yang sudah ditaruh kertas perkamen dalam
neraca, padatan Asam Oksalat (H2C2O4) ditimbang dengan takaran 63 mg,
hal ini dilakukan secara duplo.
Kedua, padatan asam oksalat (H2C2O4) yang telah ditimbang,
dimasukan ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan aquadest hingga
padatan asam oksalat (H2C2O4) larut. Lalu, larutan baku asam oksalat
(H2C2O4) ditetesi indikator fenolftalein. Kemudian, larutan asam oksalat
(H2C2O4) dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N secara duplo, Volume
NaOH yang digunakan dilihat dan dihitung konsentrasi NaOH dari hasil
titrasi.
6.2 Penetapan Kadar Asam Sitrat
Pertama, larutan Asam Sitrat (C6H8O7) yang sudah tersedia di labu
ukur ditambah aquadest sampai tanda batas labu ukur yaitu 250 ml.
Kemudian, larutan Asam Sitrat (C6H8O7) diambil dengan menggunakan
pipet volume 10 ml dengan bantuan bulb, dan segera tuangkan pada 3
buah Erlenmeyer (masing-masing 10 ml).
Kedua, setelah dituangkan 10 ml larutan Asam Sitrat (C6H8O7)
pada Erlenmeyer, larutan tersebut ditetesi dengan indikator fenolftalein
sebanyak 2-3 tetes kedalam larutan sampel, larutan Asam Sitrat (C6H8O7)
dititrasi secara triplo dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N. Volume
NaOH diamati dan dihitung kadar Asam Sitrat dari hasil titrasi.

VII. Data Pengamatan


7.1 Pembakuan NaOH
NO. PERLAKUAN HASIL GAMBAR
1. Padatan Asam Oksalat Terdapat massa
(H2C2O4) ditimbang 2 asam oksalat
kali. (H2C2O4) 63,5 mg
dan 63,3 mg.

2. Padatan asam oksalat Padatan menjadi


(H2C2O4) dimasukan larut dalam
kedalam Erlenmeyer aquadest, dan
dan ditambah aquadest. terbentuk larutan
asam oksalat di
Erlenmeyer.
3. Larutan baku asam Larutan tetap
oksalat (H2C2O4) bening dan terdapat
ditetesi indikator tetesan indikator
fenolftalein. pada larutan.

4. Larutan baku asam -Larutan berubah


oksalat (H2C2O4) menjadi warna pink
dititrasi dengan larutan muda.
NaOH 0,1 N secara -Titrasi 1 = 11 ml
duplo. Perubahan -Titrasi 2 = 10,4 ml
diamati.

7.2 Penetapan Kadar Asam Sitrat


NO. PERLAKUAN HASIL GAMBAR
1. Larutan sampel asam Terdapat larutan
sitrat (C6H8O7) pada asam sitrat
labu ukur ditambah (C6H8O7) pada
aquadest sampai labu ukur
tanda batas ukur yaitu sebanyak 250 ml.
250 ml.
2. Larutan asam sitrat Terdapat larutan
(C6H8O7) diambil 10 asam sitrat
ml menggunakan (C6H8O7)
pipet volume dengan sebanyak 10 ml di
bantuan bulb, ketiga
tuangkan pada 3 buah Erlenmeyer.
Erlenmeyer (masing-
masing 10ml).

3. Larutan asam sitrat Larutan asam


(C6H8O7) ditetesi sitrat (C6H8O7)
dengan indikator mengandung
fenolftalein 2-3 tetes. indikator
fenolftalein dan
masih berwarna
bening.

4. Larutan asam sitrat Larutan berubah


(C6H8O7) dititrasi menjadi warna
dengan larutan NaOH pink muda.
0,1 N secara triplo. -Titrasi 1 : 7,6 ml
Volume NaOH NaOH
dicatat dan dihitung -Titrasi 2 : 5,5 ml
dari hasil titrasi. NaOH
-Titrasi 3 : 4,4 ml
NaOH
7.3 Tabel Hasil Titrasi
Percobaan Volume Asam Volume NaOH
Sitrat
I 10 mL 7,6 mL
II 10 mL 5,5 mL
III 10 mL 4,4 mL

VIII. Data Perhitungan


8.1 Pembakuan Natrium Hidroksida (NaOH)

 Percobaan 1
Volume NaOH : 11 ml

N2. 11 =

N1 = 0,09163 N

 Percobaan 2
Volume NaOH : 10,4 ml

N2. 10,4 =

N2 = 0,09661 N

 Rata-Rata Normalitas NaOH

Nrata2 =

Nrata2 = = 0,09412 N

8.2 Perhitungan Kadar Asam Sitrat (C6H8O7)

%= x 100%
 Percobaan 1
-VNaOH = Vakhir - Vawal
= 19 ml – 11,4 ml = 7,6 ml
-NNaOH = 0,1 N
-VAs.Sitrat = 10 ml
-BMAs.Sitrat = 210
-Valensi = 3

-BE= = = 70

%= x 100%

= x 100%

= 0,532 %
 Percobaan 2
-VNaOH = Vakhir - Vawal
= 24,5 ml – 19 ml = 5,5 ml
-NNaOH = 0,1 N
-VAs.Sitrat = 10 ml

-BE= = = 70

%= x 100%
= 0,385 %
 Percobaan 3
-VNaOH = Vakhir - Vawal
= 28,9 ml – 24,5 ml = 4,4 ml
-NNaOH = 0,1 N
-VAs.Sitrat = 10 ml

-BE= = = 70

%= x 100%
= 0,308%
 Rata- Rata Kadar Asam Sitrat (C6H8O7)

%rata-rata =

%rata-rata = = 0,408%
 Volume Asam Sitrat = 10 ml

x 10 ml = 0,0408 ml
-Dalam Liter =
x 1000 ml = 4,08 ml dalam 1 Liter Asam Sitrat.

IX. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kadar zat asam sitrat dengan
menggunakan metode titrasi asidimetri-alkalimetri. Asidimetri merupakan suatu
metode titrasi dengan menggunakan suatu larutan standar asam (larutan yang
sudah diketahui konsentrasinya) untuk menentukan basa. Asam-asam yang
biasanya dipergunakan adalah asam klorida (HCl), asam cuka (CH3COOH), asam
oksalat (H2C2O4), asam borat (H3BO3). Sedangkan alkalimetri merupakan
kebalikan dari titrasi asidimetri, alkalimetri merupakan suatu metode titrasi yang
menggunakan larutan standar basa (konsentrasi sudah diketahui secara pasti)
untuk menentukan asam. Larutan basa yang biasanya digunakan yaitu natrium
hidroksida (NaOH).
Sebelum melakukan proses titrasi dengan asam sitrat, perlu dilakukan
pembuatan larutan NaOH, dimana proses pembuatan NaOH, aquadest yang
digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu agar CO2 terlepas dan tidak bereaksi
dengan NaOH membentuk natrium karbonat (Na2CO3) yang dapat mengotori hasil
titrasi, tetapi NaOH tidak boleh dimasukan kedalam aquadest yang masih panas
tunggu hingga aquadest bersuhu hangat kuku barulah dimasukan dalam aquadest
dan diaduk hingga larutannya menjadi homogen. Natrium hidroksida (NaOH)
termasuk golongan larutan baku sekunder, larutan baku sekunder yaitu suatu
larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara titrasi terhadap
larutan baku primer. Dalam reaksi tersebut, yang berperan sebagai larutan baku
primer adalah asam oksalat, karena konsentrasinya dapat ditentukan dengan cara
menimbang suatu zat murni (padatan asam oksalat) lalu menghitung dari berat zat
terlarut tersebut kemudian zat tersebut dilarutkan dengan tepat oleh aquadest.
Karena natrium hidroksida merupakan larutan baku sekunder maka perlu
dibakukan dengan menggunakan larutan standar primer asam oksalat, tujuan dari
pembakuan NaOH ini adalah untuk menentukan konsentrasi larutan setepat
mungkin dan untuk menyamakan konsentrasi larutan yang digunakan pada proses
titrasi dengan larutan standar baku. Sebelum proses pembakuan dimulai, larutan
asam oksalat harus dibuat terlebih dahulu dengan cara menimbang padatan asam
oksalat menggunakan neraca analitik yang sudah diberi kertas perkamen, fungsi
neraca analitik ini agar perhitungan massa dari benda tersebut memiliki tingkat
ketelitian yang tinggi dan hasilnya akurat, lalu letakan serbuk asam oksalat diatas
kertas perkamen dan timbang padatan asam oksalat secara duplo (2 kali proses
menimbang) hal ini dilakukan agar hasil timbangan lebih akurat, serta
meminimalisir kesalahan saat menimbang. Hasil dari penimbangan asam oksalat
pertama yaitu 63,5 mg dan hasil penimbangan asam oksalat kedua yaitu 63,3 mg
sehingga rata-rata dari massa asam oksalat yang akan digunakan yaitu 63,4 mg.
Selanjutnya, serbuk asam oksalat yang berada diatas kertas perkamen dilipat
dengan rapih agar tidak terbawa udara, dan jangan dimasukan kedalam saku,
karena dikhawatirkan ada serbuk asam oksalat yang jatuh didalam saku sehingga
berat asam oksalat menjadi berkurang. Lalu, serbuk asam oksalat yang telah
ditimbang tersebut dimasukan kedalam Erlenmeyer secara perlahan agar tidak ada
partikel yang terjatuh dan ditambahkan aquadest hingga padatan asam oksalat
larut dalam aquadest. Kemudian larutan asam oksalat sebelum dititrasi dengan
NaOH 0,1 N harus ditetesi 2-3 tetes indikator fenolftalein agar menghasilkan
perubahan warna saat mencapai titik akhir titrasi dan untuk mengetahui terjadinya
suatu titik ekuivalen dalam proses titrasi dengan menghasilkan warna pink muda
(rose) dan warna bertahan setelah didiamkan selama 30 detik.
Proses pembakuan NaOH dengan asam oksalat dilakukan secara duplo agar
volume NaOH yang digunakan saat proses pembakuan menjadi lebih akurat
dalam perhitungan. Proses pembakuan yang pertama volume NaOH yang
digunakan sebanyak 11 ml, sehingga konsentrasi yang didapat sebesar 0,09163 N,
kemudian proses pembakuan yang kedua volume NaOH yang digunakan
sebanyak 10,4 ml, sehingga konsentrasi yang didapat sebesar 0,09661 N. Jadi,
konsentrasi NaOH rata-rata sebesar 0,09412 N.
Setelah proses pembakuan NaOH selesai dan telah diketahui secara pasti
konsentrasinya sebagai larutan standar, selanjutnya pada percobaan kedua, yaitu
percobaan penetapan kadar Asam Sitrat, dari perobaan ini kita bisa mengetahui
kadar asam sitrat melalui proses titrasi. Pertama yang dilakukan adalah
mengencerkan larutan asam sitrat dengan menggunakan labu ukur karena fungsi
dari labu ukur itu adalah untuk proses pengenceran, karena sampel asam sitrat
yang digunakan berupa larutan pekat, maka dibutuhkan proses pengenceran, hal
ini dilakukan dengan cara menambahkan aquadest sampai garis tanda batas labu
ukur di bagian leher yang berguna untuk tanda batas akhir volume pelarut yang
digunakan untuk melarutkan zat, pada saat percobaan berlangsung digunakan labu
ukur 250 ml, karena larutan yang digunakan berwarna bening, maka perhatikan
garis mediskus bawah yang tepat berhimpit dengan garis batas labu ukur. Proses
memasukan aquadest pada labu ukur awalnya menggunakan beaker gelas dan
corong kaca agar aquadest tidak tumpah, memasukan aquadest jangan sampai
garis tanda batas, usahakan dibawah tanda batas, dan setelah itu agar tidak
melewati garis batas penambahan aquadest dilakukan dengan menggunakan pipet
tetes hingga menyentuh bagian garis batas. Usahakan saat penambahan aquadest
tidak melebihi garis batas labu ukur karena hal ini dapat mempengaruhi hasil
akhir proses pengenceran menjadi tidak akurat, dan harus membuang seluruh
larutan dan mengulangi perlakuan dari awal. Kemudian kocok labu ukur agar
larutannya menjadi homogen.
Proses selanjutnya, larutan asam sitrat diambil dengan menggunakan pipet
volume 10 ml, cara pengambilan larutan asam sitrat menggunakan bulb, karena
fungsi bulb untuk menyedot larutan dengan menekan katup suction (S) maka
larutan akan terhisap kedalam pipet volume, setelah mencapai 10 ml, larutan
tersebut dituangkan pada Erlenmeyer dengan menekan Katup Exhaust (E) dimana
posisi erlemneyer sedikit dimiringkan dan tegak lurus dengan pipet volume sekitar
45° ujung pipet pun harus menempel pada dinding erlenmeyer, hal ini dilakukan
agar tidak menimbulkan gelembung udara pada saat pemindahan larutan dari pipet
volume ke Erlenmeyer dan agar searah dengan gaya gravitasi sehingga
pengeluaran larutan menjadi lancar, jika semua larutan sudah dituangkan pada
Erlenmeyer namun masih ada sedikit larutan yang tersisa di pipet volume dan
tidak bisa dipaksakan keluar, artinya volume larutan yang dikeluarkan sudah
mencapai titik maksimal, larutan yang sudah berada di Erlenmeyer kemudian
ditetesi oleh indikator fenolftalein sebanyak 2-3 tetes, fungsi dari indikator ini
adalah untuk mengetahui saat mencapai titik akhir titrasi dan suatu titik ekuivalen
dengan ditandai perubahan warna pada larutan menjadi warna rose (pink muda),
karena indikator PP merupakan indikator yang baik untuk larutan basa dengan
range pH sebesar 8,2 – 10,0 jika di larutan asam maka tidak berwarna dan jika di
larutan basa akan berwarna pink muda. Setelah ditetesi indikator maka dititrasi
dengan larutan NaOH 0,1 N secara triplo, agar lebih akurat dan meminimalisir
terjadinya kesalahan, penetesan larutan NaOH harus sedikit demi sedikit agar
tidak terlewat titik akhir titrasinya. Pada saat proses percobaan pertama
sebenarnya terjadi kesalahan, karena kelebihan tetesan larutan NaOH sehingga
warna yang dihasilkan bukan pink muda, melainkan warna merah (pink tua), hal
ini karena titik akhir titrasi telampaui karena larutan basa berikatan terlalu banyak
dengan indikator fenolftalein sehingga warna yang dikeluarkan menjadi lebih
merah, akhirnya labu Erlenmeyer di goyang kan terus menerus tanpa ditetesi
larutan NaOH dan larutan kembali bening hal ini karena larutan penitrasi dapat
larut kembali dengan larutan yang berada dalam erlenmeyer dan perubahan warna
menjadi bening tersebut artinya belum mencapai titik akhir titrasi sepenuhnya,
karena larutan kembali bening maka ditambahkan kembali sedikit tetesan NaOH
dan langsung berwarna pink muda setelah digoyangkan dan warna pink muda ini
tidak hilang dalam waktu 30 detik, itu artinya larutan telah mencapai titik akhir
titrasi, karena proses penambahan kembali beberapa tetes NaOH itulah yang
menyebabkan percobaan pertama menggunakan 7,6 ml larutan NaOH. Pada
percobaan kedua volume NaOH yang digunakan sebanyak 5,5 ml dan pada
percobaan ketiga volume NaOH yang digunakan sebanyak 4,4 ml, seharusnya
ketika proses titrasi dilakukan sebanyak 3 kali volume yang digunakan tidak beda
jauh, namun karena kesalahan teknis dan terlambat untuk menutup kran buret di
titik akhir titrasi jadi data yang dihasilkan berbeda beda, lalu perhitungan kadar
yang didapat saat percobaan pertama yaitu 0,532%, percobaan kedua 0,385%, dan
percobaan ketiga 0,408%, sehingga rata rata kadar 0,408% artinya terdapat 4,08
ml dalam 1 liter Asam Sitrat (C6H8O7).
Reaksi yang terjadi saat proses titrasi asam sitrat :
C6H8O7 + NaOH C6H7O7Na + H2O
(Weirner , 2010).

X. Kesimpulan
Dapat menentukan kadar asam sitrat (C6H8O7) dengan menggunakan metode
titrasi asidi-alkalimetri dengan kadar sebesar 0,408% atau 4,08 ml dalam 1 liter
Asam Sitrat (C6H8O7).
DAFTAR PUSTAKA

Afifa, Ayu, dkk. 2015. PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK


GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK
BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI. Jurnal Ilmu Farmasi.
Volume 6 Nomor 1 : 2-7.
Harjadi, W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Istiqomah, Nur, dkk. 2014. PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN
TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS. Jurnal Ilmu Farmasi.
Volume 5 No. 1 : 32-40.
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Padmaningrum, Regina T. 2006. Titrasi Asidimetri. Tersedia secara online di
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/regina-tutik-
padmaningrum-dra-msi/c3titrasi-asidimetri.pdf.. [Diakses Pada tanggal 11
November 2017].
Pudjaatmaka, A, Handyana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka.
Rohman, A., dan Gandjar, I.G. 2008. Kimia Farmasi Analisis Cetakan ke-8.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Shadily, Hassan. 1973. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta : Kanisius.
Stokes, Jane. 2006. HOW TO DO MEDIA AND CULTURAL STUDIES : panduan
untuk melaksanakan penelitian dalam kajian media dan budaya.
Yogyakarta : PT. Bentang Pustaka.
Svehla, G. 1985. Vogel : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semi Makro. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.
Utomo, Pranjoto. 2008. Teori Asam dan Basa. Diakses Secara Online di
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/05_teori_asam_basa.pdf...
[Diakses pada tanggal 10 november 2017].
Weirner, Susan. A. 2010. Introduction to Chemical Principles. USA : Sounder
College Publishing.
Wilardjo, liek. 2002. Glosarium Fisika. Jakarta : Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai