Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA

FARMASI
SEMESTER GANJIL 2017-2018

IDENTIFIKASI KATION

Hari / Jam Praktikum : Senin / 13.00-16.00 WIB

Tanggal Praktikum : 25 September 2017

Kelompok :2

Asisten : 1. Saqila Alifa


2. Fillah Muty Syahidah

Indah Permata Rendi


260110170052

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
I. Tujuan
1.1 Mengidentifikasi kation dalam larutatan dengan menggunakan
metode kualitatif.
II. Prinsip
II.1 Analisis Kualitatif
Analisis Kualitatif adalah suatu analissis yang digunakan
untuk menentukan macam atau jenis komponen-komponen bahan
yang dianalisis, analisis ini sebagai analisis jenis/ analisis kualitatif.
Dalam melakukan analisis kualitatif mempergunakan sifat-sifat
dari zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat
kimianya( Widiarto,2004)
II.2 Kation
Kation merupakan ion positif yang berada di dalam sebuah
larutan (Martin et al,1983).

III. Reaksi
1.1 Identifikasi ion natrium, kalium, magnesium, dan ammonium

Na++Mg2++3UO22++9CH3COO-            NaMg(UO2)3(CH3COO)9

3K+ + [Co(NO2)6]3- K3[Co(NO2)6]  

Mg2+ + HPO2- HgHPO     (Svehla, 1979).

1.2 Identifikasi untuk ion hydronium (H3O+)


Zn + 2H+  Zn2+ +H2 (Svehla,1985)

1.3 Identifikasi untuk ion NH4+


NH4+ + OH-  NH3 + H2O
NH4+ +2[HgI4]2- + 4OH-  HgO.Hg(NH2)I + 7I- +3H2O
1.4 Identifikasi untuk ion perak, timbal, merkuri, dan merkuro

A.
 Ag+ +  Cl-   AgCl
AgCl + 2NH3  [Ag(NH3)2]+ +Cl-
6Ag + 8HNO3 6Ag+ + 2NO + 6NO3- + 4H2O
 Pb2+ + 2Cl-  PbCl2
PbCl + 2NH3 + 2H2O  Pb(OH)2 + 2NH4+ + 2Cl-
 Hg22+ + 2Cl-  Hg2Cl2
Hg2Cl2 + 2NH3 + 2H2O  Hg + Hg(NH2)Cl + NH4+ +
Cl-
3Hg2Cl + 2HNO3 + 6HCl  3HgCl2 + 2NO + 4H2O
B.
 Ag+ + I-  AgI
AgI + I- 
 Pb2+ + 2I-  PbI2
PbI2 + 2I-  [PbI4]2-
 Hg22+ + 2I-  Hg2I2
Hg2I2 + 2I-  [HgI4]2- + Hg
HgI2 - HgI2 + Hg (Svehla, 1985)
C. HKJ
 2Ag+ + CrO42-  AgCrO4
 Pb2+ + CrO42-  PbCrO4
 Hg2+ + CrO42-  HgCrO4 (Svehla, 1985)
D. Hufridfsk
 2Ag+ + 2OH-  AgO2 + H2O
 Pb2+ + 2OH-  Pb(OH)2
 Hg22+ + 2OH-  Hg2O + H2O (Svehla, 1985)

1.5 Identifikasi untuk ion merkuro dan merkuri


A.
 Hg32+ + 2OH-  HgO2 + H2O

Hg22+ + 2Cl-  Hg2Cl2

 Hg22+ + 2OH-  Hg2O + H2O


Hg22+ + 2Cl-  Hg2Cl2
B.
 Hg2+ + 2I-  Hg2I2
Hg2I2 + 2I-  [HgI4]2- + Hg
 Hg 2+ + 2I-  HgI2
HgI2 + 2I-  [HgI4]2- (Svehla, 1985)

1.6 Identifikasi untuk ion barium, kalsium, dan stronsium


A. Ba2+ + 2HCl  BaCl2 + H2
Ba2+ + NH4OH  Ba(OH)2 + H2
Ba2+ + CO32-  BaCO3
Ba2+ + CrO4  BaCrO4
Ba2+ + SO42-  BaSO4
B. Sr2+ + 2HCl  SrCl2 + H2
Sr2+ + NH4OH  Sr(OH)2 + NH3
Sr2+ + CrO42-  SrCrO4
Sr2+ + CO32-  SrCO3
Sr2+ + SO42-  SrSO4 (Svehla, 1985)
C. Ca2+ + 2HCl  CaCl2 + H2
Ca2+ + NH4OH  Ca(OH)2 + NH3
Ca2+ + CO3-  CaCO3
Ca2+ + CrO42-  CaCrO4
Ca2+ + SO42-  CaSO4 (Svehla, 1985)

1.7 Identifikasi untuk ion tembaga, dan cadmium↨


2Cu2+ + [Fe(CN)6]4+ Cu[Fe(CN)6]
Cu2+ + 4CN-  [Cu(CN)4]2-
Cd2+ + 4CN- [Cd(CN)4]2
1.8 Identifikasi untuk ion kobalt
 Co2+ + OH- +NO2  Co(OH)NO2
 Co2+ + 4SCN  [Co(SCN)4]2+
2H+ + [Co(SCN)4]2+ ↔ H2 [Co(SCN)4]
 Co2+ +NH3 + H2O +NO3  Co(OH)NO3 + NH4
1.9 Identifikasi untuk ion nikel
Ni2+ + NH4OH  Ni(OH)2 + NH4+
1.10 Identifikasi untuk ion alumunium dan seng
 Al3+ + 3OH-  Al(OH)3
 Zn2+ + 2OH-  Zn(OH)2
1.11 Identifikasi untuk ion fero dan feri
 4Fe3+ + 3[K4Fe(CN)]6  Fe4[Fe(CN)6]3
 3Fe2+ + 3[K3Fe(CN)]6  Fe3[Fe(CN)6]2
 Fe3+ + 3NH3 + 3H2O ↔ Fe(OH)3 + 3NH4+
Identifikasi ion fero
2Fe + 3H2SO4  Fe(SO4)3 + 3H2 (Svehla, 1985)
Identifikasi ion feri
Fe3+ + 3KCNS  Fe(CNS)3 + 3K+
1.12 Identifikasi untuk ion arsen dengan cara Gutzeit
 As3+ + 3Zn + 3H+ +AsH3 + 3Zn2+
 ASO42- + 4Zn + 11H+  AsH3 + 4Zn2+ + 4H2O

IV. Teori Dasar


Analisis kualitatif merupakan analisis yang membahas tentang
identifikasi zat, seperti unsur/senyawa yang terdapat dalam suatu
sempel/contoh,serta juga membahas identifikasi komponen-komponen
didalamnya, komponen dapat berupa radikal,ion,kation ataupun
molekul( Underwood,1986).
Istilah penelitian kualitatif awalnya bersumber pada pengamatan
kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Lalu
mereka mendefinisikan bahwa metodologi kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kasaannya sendiri. Penelitian kualitatif
memiliki ciri atau karakteristik yang memebedakan dengan penelitian jenis
lainnya (Nasution, 2003).
Analisis kualitatif memacu terhadap seperangkat prosedur
laboratorium yang dapat digunakan untuk memisahkan serta menguji
adanya ion dalam larutan dengat suhu yang dikunakan. Analisis ini berlaku
untuk kation dan anion, analisis ini dinamakan analisis kualitatif
dikarenakan hanya menentukan jenis ion yang ada dalam suatu campuran.
Dalam melakukan analisis kualitatif menggunakan seperangkat prosedur
yang dinamakan bagan analisis kualitatif.Pendekatan yang digunakan
untuk memisahkan kation ke dalam golongannya adalah melalui
pengendapan (Petrucci, 1992).

Istilah kation berasal dari kata Yunani yaitu “kata” yang berarti
turun untuk mewakili angka yang lebih rendah dari electron dan ion yang
kurang lebih berarti pengelana (Waspakrik, 2005).
Kation adalah ion yang bermuatan positif (Pudjaatmaka,2002).
Pada dasarnya didalam cairan yang mengandung anion,kation dan
molekul air terjadi pertukaran ion yang dapat bergerak
bebas(Anggraini,2012)
Analisis kualitatif dapat dilakukan melalui proses
pemanasan.proses pemanasan sangat membantu proses difusi dalam suatu
larutan(Arnelli& Yoga,2010).
Analisis kualitatif terutama didasarkan pada asas kesetimbangan
larutan. Kation dibagi menjadi lima golongan, yaitu :
1) Golongan 1, yaitu kation yang mengendap dengan adanya ion
klorida, contohnya Ag+,Pb2+, dan Hg+.
2) Golongan 2, yaitu kation yang megendap dengan penambahan ion
sulfide, contohnya Cu2+,Cd2+,Br3+,Hg2+,Sn4+ dan Sb2+.
3) Golongan 3, yaitu kation akan bersifat basa jika ditambahkan
natrium hidroksida dan akan mengendap dengan penambahan ion sulfide,
contohnya Al3+,Cr3+,Co2+,Fe2+,Ni2+,Mn2+ dan Zn2+.
4) Golongan 4, yaitu kation yang menegndap dengan penambahan
natrium karbonat, contohnya Ba2+,Sr2+ dan Ca2+.
5) Golongan 5, yaitu kation yang mungkin tersisa dalam larutan
contohnya, Na+,K+ dan NH4+.
Keberadaan NH4+ ditentukan dengan menambahkan natrium hidroksida :
NaOH(aq) + NH4+(aq) → Na+(aq) + NH3(g) (Chang,2004).
Penelitian kualitatif memiliki ciri atau karakteristik yang
memebedakan dengan penelitian jenis lainnya (Nasution, 2003).
Dalam analisa kualitatif kita dapat menggunakan beberapa pereaksi
diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik,kedua pereaksi ini
dilakukan untuk mengetahui jenis anion / kation(Safrizal,2011).
Dalam melakukan analisis, harus memperhatikan sifat-sifat fisis
dari sampel tersebut. Hal-hal yang diperhatikan yaitu warna, bau, indeks
bias, titik didih, massa jenis, dan kelarutan. Apabila sampel yang kita
gunakan berupa padatan, harus memperhatikan warna, bau, titik leleh,
warna nyala, bentuk Kristal, dan kelarutan. Harus diketahui juga bahwa
menganalisis kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan yang
cukup mnegenai sifat fisis dari bahan-bahan yang akan diamati atai
dianalisis oleh kita pada suatu percobaan (Hargis, 1998).
Salah satu analisis kualitatif adalah dengan reaksi pengendapan
yang cirinya adalah terbentuknya produk yang tak larut atau endapan.
Endapan adalah padatan tak larut yang terpisah dari larutan. Reaksi
pengendapan biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionic (Chang,2004).
Uji nyala merupakan salah satu pengujian pertama yang dilakukan
untuk menganalisa nama suatu zat. Jika sebuah kawat bersih dimasukkan
ke dalam larutan-larutan garam logam ditahan dalam nyala pembakaran
Bunsen atau nyala lampu pompa akan menghasilkan nyala dengan warna
yang khas. Warna ini muncul karena atom-atom kembali ke keadaan
semula. Nyala berwarna ini dapat dianalisis dengan menggunakan
spektroskop. Contoh logam stronsium dan kalsium digunakan untuk
memberi warna pada kembang api (Kindersley,1993).
Tembaga merupakan logam bewarna kuning kecoklatan, lunak,
liat, dan dapat ditempa. Ion Cu2+ dapat diidentifikasi menggunakan benda-
benda yang terbuat dari besi seperti paku. Misalnya merendam paku pada
CuSO4. (Sutresna,2007).
Larutan cuplikan dapat mengandung bermacam-macam kation.
Ada beberapa cara dalam pemeriksaan kation secara sistematis. Misalnya
cara fosfat dari reni, cara peterson dan cara H2S. Pada bagian ini hanya
akan dibahas pemisahan kation berdasarkan skema H2S menurut bragmen
yang diperkuat oleh Fresenius, Treadwell dan Noyes. Dalam analisis cara
H2S kation-kation diklasifikan dalam lima golongan berdasarkan sifat –
sifat larutan contoh terhadap beberapa pereaksi. Pereaksi yang paling
umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan
amonium karbonat. Jadi klasifikasi kation dilakukan berdasarkan atas
perbedaan reaksi dari klorida, sulfida, dan karbonat kation tersebut.
Penambahan pereaksi golongan akan mengendapkan ion-ion dalam
golongan tersebut. Setiap masing-masing golongan kemudian dipisahkan
kemudian dilakukan pemisahan ion-ion segolongan dan dilakukan
identifikasi terhadap masing-masing ion. Pemisahan dengan cara H2S
dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut. Analisis kation metode H2S
dilakukan dengan menambahkan perekasi golongan. Terdapat 8 golongan
dalam sistim periodik unsur. Dari delapan golongan tersebut terdapat
unsur-unsur yang dapat menghasilkan kation (ion bermuatan positif)
seperti unsur golongan I, Golongan II dan golongan III. Pemahaman
mengenai kation pada sistem periodik unsur diperlukan untuk mendasari
pembahasan pada pokok bahasan ini. Misalnya larutan contoh yang
mengandung kation tertentu akan mengendap apabila ditambahkan larutan
HCL 2 N (Sahirman, 2013).

V. Alat dan Bahan


V.1Alat
a) Beaker Glass
b) Kaca Objek
c) Kawat Ni-Krom
d) Kertas lakmus Biru
e) Kertas lakmus Merah
f) Labu Erlenmeyer
g) Paku tidak berkarat
h) Penjepit
i) Plat Tetes
j) Pipet Tetes
k) Rak Tabung Reaksi
l) Spiritus
m) Tabung reaksi
V.2Bahan Bahan

5.2.1 Pereaksi

a. Aquadest

b. Asam klorida (HCl)

c. Asam sulfida (H2S)

d. Amonia (NH4OH)

e. Natrium hidroksida (NaOH)

f. (NH4)2CO3

g. NH4OH

5.2.2 Sampel

a. AgNO3 i. FeCl3 q. NaCl

b. As2O3 j. FeSO4 r. NH4+

c. Asam borat k. Hg2Cl s. Ni(NO3)2

d. BaCl2 l. HgCl2 t. Pb.Ac2

e. Boraks m. H3O+ u. Tawas

f. CaCl2 n. KI

g. Co(NO3)2 o. MgSO4

h. CuSO4 p. Na2B4O7

5.3 Gambar Alat

a. Batang pengaduk
b. Beaker glass

c. Bunsen

d. Kaca objek

e. Kawat nikrom
f. Lakmus

g. Penjepit kayu

h. Pipet tetes

i. Plat tetes
j. Rak tabung reaksi

k. Spatula

l. Tabung reaksi
VI. Prosedur
VI.1 Prosedur Identifikasi ion Na+,K+ ,Mg2+

Untuk melakukan identifikasi terhadap ion natrium (Na+), kalium (K+) dan
magnesium (Mg2+) digunakan larutan sampel yaitu larutan ammonium oksalat
0,4M. Kedalam larutan sampel, ditambahkan 1 tetes larutan amonium oksalat 0,4
M dan 1 tetes larutan ammonium sulfat 1M setelah itu dikocok. Untuk kation Na+
diambil 2 tetes larutan sempel lalu ditambahkan dengan larutan asam asetat 1 M
sehingga larutan bereaksi asam. larutan seng uranill asetat ditambahkan sebanyak
5 tetes, kemudian dikocok dan diamati endapan yang akan terbentuk dan lihat
bentuk kristal nya di bawah mikroskop. Natrium akan membentuk kristal berlian.
Untuk K+ larutan sampel ditambah 5 tetes asam asetat 4M, kemudian
dipanaskan. Setelah dingin, ditambahkan 2 tetes larutan Na3[Co(NO2)6],
dikocok. Dan diamati endapan yang terjadi. Kalium akan membentuk endapan
kuning sedangkan Kristal akan membentuk amplop.
Untuk Mg2+ diambil 10 tetes larutan a) lalu dibasakan dengan NH4OH
4M, kemudian ditambahkan 2 tetes larutan Na2HPO4 1M, lalu dikocok dan
diamati endapan yang terbentuk. Magnesium akan endapan putih. Endapan
dilarutkan dalam campuran 2 tetes asam oksalat 1M dan 3 tetes air, setelah itu
dikocok hingga larut. Lalu diambahkan 1 tetes titan kuning dan NaOH/NH4OH
4M berlebih. Lalu diamati endapan yang terjadi.
6.2 Identifikasi ion hidronium (H3O) +

Kedalam tabung reaksi berisi 2 ml HCl 6M atau HNO3 6M atau H2SO4


6M, dimasukkan logam Zn. Kemudian diamati perubahan yang terjadi. Kedalam
tabung reaksi berisi larutan asam seperti pada percobaan 1), dicelupkan
kedalamnya kertas lakmus biru dan lakmus merah. Lalu dimati perubahan yang
terjadi.
6.3 Identifikasi ion NH4+
Kedalam tabung reaksi dimasukkan larutan zat yang mengandung ion NH4+.
Llu ditambahkan kedalamnya larutan NaOH 4M, dan diletakkan kertas lakmus
merah basah pada mulut tabung reaksi. Setelah itu dipanaskan tabung reaksi dan
amati perubahan warna larutan lakmus Kedalam tabung reaksi dimasukkan zat
yang mengandung ion NH4+. Lalu ditambahkan beberapa tetes pereaksi Nessler
dan perubahan yang terjadi diamati.
6.4 Identifikasi ion Ag+,Pb2+, dan Hg+.

Disediakan 3 tabung reaksi, masing –masing tabung diisi dengan 1 zat


yang berebeda, tabung 1 diisi dengan ion perak,tabung 2 diisi ion timbal,tabung 3
diisi dengan ion merkuro atau merkuri. Kedalam masing-masing tsbung
ditambahkan HCl encer kemudian dipanaskan dan diamati perubahan warna yang
terjadi.
Disediakan 3 tabung reaksi yang telah diisi seperti percobaan (a , kedalam
tabung raksi ditambahkan larutan KI, diamati perubahan yang terjadi. Kemudian
tambahkan KI berlebiih dan di amati perubahan yang terjadi.
Disediakan 3 tabung reaksi yang diisi dengan larutan yang sama
percobaan a, ditambahkan kedalam tabung larutan K2CrO4, diamati perubahan
yang terjadi.
Disediakan 3 tabung reaksi lagi, setiap tabung diisi dengan larutan seperti
pada percobaan a. Ditambahkan kedalam tabung reaksi NaOH encer setelah itu
diamati perubahan yang terjadi.

6.5 Identifikasi ion (Hg)+dan (Hg)+

Disediakan 2 tabung reaksi, kemudian tabung 1 diisi dengan larutan


merkuro dan tabung 2 diisi dengan larutan merkuri. Setelah itu ditambahkan
larutan NaOH 4M kedalam setiap tabung dan perubahan yang terjadi diamati.
Kemudian disediakan lagi 2 tabung reaksi,dan diisi larutan seperti pada percobaan
pertama. Kedalam tiap tabung ditambahkan larutan HCl encer, perubahan yang
terjadi kemudian diamati. Disediakan 2 tabung reaksi kembali,lalu diisi larutan
seperti pada percobaan pertama. Setelah itu ditambahkan kedalam masing-masing
tabung sedikit larutan KI, dan perubahan yang terjadi diamati, diamkan, dan
diamati lagi apa yang terjadi. Terakhir dambahkan lagi kedalamnya larutan KI
berlebih, dan diamati perubahan yang terjadi.

6.6 Identifikasi ion Barium (Ba 2+), kalsium(Ca2+), stronsium (Sr2+)


Sepuluh tetes larutan sampel ditambah 1 tetes HCl 6M, dan dikocok hingga
larut. Kemudian dibasakan dengan NH4OH 4M, dan ditambahakan 2 tetes
(NH4)2CO3 1M. Perubahan yang terjadi diamati. Lalu panaskan dalam penangas
air, biarkan campuran sampai dingin. Perubahan yang terjadi diamati lagi. Setelah
itu ditambahkan 2 tetes asam asetat 4M dan 4 tetes larutan ammonium asetat 4M,
lalu dikocok dan diamati perubahan yang terjadi. Kemudian ditambahkan 1 tetes
larutan K2CrO4 1M, dan dikocok. Perubahan yang terjadi diamati kembali. Jika
terbentuk endapan warna kuning, ditambahkan 4 tetes larutan HCl 6M, dan
dikocok hingga larut lalu ditambahkan 1 tetes H2SO4 4M, dan diamati kembali
perubahan yang terjadi. Jika terbentuk endapan putih, maka dilakukan uji nyala.
6.7 Identifikasi ion Tembaga (Cu2+) dan (Cd2+)
Sepuluh tetes sampel diasamkan dengan asam asetat 4M, kemudian
ditambah larutan K4Fe(CN)6 0,1N dan diamati endapan yang terjadi. Endapan
merah muda menunjukkan adanya ion tembaga. Endapan putih menunjukkan
adanya ion kadmium.

6.8 Identifikasi ion Kobalt (Co2+)

Larutan sampel diasamkan dengan HCl 1M. Kemudian ditambahkan


beberapa butir NH4CNS, dan lalu dikocok. Kemudian ditambahkan sejumlah
volume yang sama aseton, dan dikocok. Warna biru menunjukan adanya ion
kobalt disediakan 3 tabung reaksi masing-masing diisi dengan larutan Co2+.
Tabung 1, ditambahkan NaOH 1M, dan diamati perubahan yang terjadi. Lalu
didiamkan beberapa saat, dan diamati perubahan yang terjadi . Tabung 2,
ditambahkan 1 ml amil alkohol dan larutan NH4CNS. Setelah itu diamati
perubahan yang terjadi. Tabung 3, ditambahkan ammonia dan diamati perubahan
yang terjadi.
6.9 Identifikasi ino Nikel
Kedalam tabung reaksi berisi larutan nikel, ditambahkan larutan NH4OH
4M hingga basa. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan dimetilglioksim
(DMG). Jika terjadi endapan merah menunjukkan adanya ion nikel.
6.10 Identifikasi ion Al3+ dan Zn2+
Disediakan 2 tabung reaksi. Tabung 1 diisi larutan aluminium dan tabung
2 diisi larutan seng. Kedalamnya ditambah larutan NaOH 4M, kemudian diamati
perubahan yang terjadi. Lalu ditambahkan lagi larutan NaOH 4M sampai berlebih,
dan diamati perubahan yang terjadi. Kemudian ditambahkan larutan Alizarin S,
dan diamati perubahan yang terjadi. Setelah itu diasamkan dengan asam asetat,
dan diamati kembali perubahan yang terjadi. Kedalam tiap tabung ditambahkan
larutan K4Fe(CN)6, dan diamati perubahan yang terjadi.
6.11 Identifikasi ion fe2+ dan fe3+

Disediakan 2 tabung reaksi. Kemudian tabung 1 diisi larutan ion fero dan
tabung 2 diisi larutan ion feri. Kedalam tiap tabung ditambahkan larutan
K4Fe(CN)6, dan diamati perubahan yang terjadi. Disediakan 2 tabung reaksi, diisi
seperti pada percobaan pertama. Kedalamnya ditambahkan larutan K3Fe(CN)6
dan diamati perubahan yang terjadi. Disediakan 2 tabung reaksi lagi, diisi seperti
pada percobaan pertama. Ke dalam tiap tabung ditambahkan larutan amonia
encer, dan diamati perubahan yang terjadi. Kedalam tabung reaksi berisi larutan
ion fero, ditambahkan asam sulfat encer,lalu ditambahkan larutan o-fenantrolin,
dan diamati perubahan yang terjadi.
6.12 Identiifkasi ion Arsen den butzett

Dikedalam tabung reaksi masukkan larutan ion arsen, kemudian


ditambahkan 5 tetes HCl pekat dan logam Zn. Lalu ditambahkan kapas yang
dibasahi larutan Pb-asetat 1 cm di bawah mulut tabung yang dipasang longgar.
Setelah itu ditutup mulut tabung dengan kertas yang dibasahi dengan larutan
HgCl2 atau AgNO3 tadi dan diamati warna kertas tersebut.Untuk K+ larutan
sampel ditambah 5 tetes asam asetat 4M, kemudian dipanaskan. Setelah dingin,
ditambahkan 2 tetes larutan Na3[Co(NO2)6], dikocok. Dan diamati endapan yang
terjadi. Kalium akan membentuk endapan kuning sedangkan Kristal akan
membentuk amplop.

VII. Data Pengamatan


1. Identifikasi untuk ion Na+, K+, Mg2+

No. Perlakuan Hasil Foto


1. Diambil larutan 2
tetes larutan N+ yang
telah dicampur
denagn 1 tetes
amonium oksalat
0,4 M dan 1 tetes
amonium sulfat 1M.
ditambahkan larutan
asam asetat 1M
hingga bereaksi
asam. Ditambahkan
5 tetes larutan seng
uranil asetat,
kemudiankocok.
2. K+ ditambahkan 5
tetes asam asetat 4
M ke dalam larutan
sempel, kemudian
dipanaskan. Setelah
dingin, ditambahkan
2 tetes larutan
Na[CO(CO2)6],
3. Uji nyala.
Langkah awal kawat
Ni-krom dicelupkan
kedalam HCL pekat,
kawat dibakar pada
nyala api oksidasi
sampai tidak timbul
warna nyala.
Kemudian ambil
padatan/ larutan ion
yang akan dianalisa
dengan kawat Ni-
krom, kemudian
untuk mengamati
warna nyala yang
terjadi dengan cara
di bakar.
Na+ Terlihat warna
kuning

K+ Warna ungu

Ca+ Warna merah bata

Ba2+ Warna hijau

Pb2+ Biru pucat


Sr3+ Tidak timbul
warna, timbul uap
Cu2+ hijau

2. Identifikasi untuk ion hidronium (H3O+)

No. Prosedur Hasil Foto


1. Dimasukan logam Zn Zn bereaksi dengan
kedalam tabung H2SO4 dan terdapat
reaksi yang berisi gelembung.
larutan H2SO4 6M.
2. Dicelupkan kertas Lakmus biru berubah
lakmus biru kedalam warna menjadi merah.
tabung reaksi yang
berisi H2SO4 6M.
3. Dicelupkan kertas Lakmus merah tetap
lakmus merah berwarna merah.
kedalam tabung
reaksi yang berisi
H2SO4 6M.

3. Identifikasi untuk ion NH4+

No. Prosedur Hasil Foto


1. Dimasukan larutan Ada gelembung gas,
yang mengandung ion lakmus yang diletakkan
NH4+, ditambahkan dimulut tabung reaksi
NaOH, diletakkan berubah warna dari
lakmus merah warna merah menjadi
dimulut tabung, biru.
panaskan.
4. Identifikasi ion perak (Ag+), timabal (Pb+), dan merkuri (Hg2+)dan
merkuro(Hg+)

No. Prosedur Hasil Foto


1. Dimasukan HCl 6M Warna larutan menjadi
kedalam tabung putih dan terbentuk
reaksi yang berisi ion endapan.
perak, amati Setelah dipanaskan
perubahan. dihasilkan padatan,
Dipanaskan dan dan gelembung gas.
amati. Setelah ditambahkan
Kedalam larutan NH4OH larutannya
ditambahkan larutan berwarna putih.
NH4OH berlebih, Setelah ditambahkan
amati perubahan HNO3 tidak terjadi
warna. perubahan.
Kedalam larutan juga
ditambahkan HNO3
berlebih dan diamati
perubahan yang
terjadi.
2. Dimasukan HCl 6M Tidak bereaksi.
kedalam tabung Setelah dipanaskan
reaksi yang berisi ion dihasilkan padatan dan
timbal, amati gelembung gas.
perubahan. Setelah ditambahkan
Dipanaskan dan NH4OH terbentuk
amati. endapan putih.
Kedalam larutan Setelah ditambahkan
ditambahkan larutan HNO3 larutan menjadi
NH4OH berlebih, berwarna putih dan
amati perubahan terbentuk endapan.
warna. Kedalam
larutan juga
ditambahkan HNO3
berlebih dan diamati
perubahan yang
terjadi.
3. Dimasukan HCl 6M Tidak menghasilkan
kedalam tabung warna dan tidak
reaksi yang berisi ion terbentuk endapan.
merkuri, amati Setelah dipanaskan
perubahan. terbentuk gelembung
Dipanaskan dan gas.
amati. Setelah ditambahkan
Kedalam larutan larutan NH4OH tidak
ditambahkan larutan terbentuk warna.
NH4OH berlebih, Setelah ditambahkan
amati perubahan HNO3 tidak terjadi
warna. Kedalam perubahan.
larutan juga
ditambahkan HNO3
berlebih dan diamati
perubahan yang
terjadi.
4. Dimasukan KI 1M Percobaan tidak
kedalam tabung dilakukan
reaksi yang berisi ion
perak, amati
perubahan.
Ditambahkan lagi
larutan KI berlebih,
amati perubahan
yang terjadi.
5. Dimasukan KI 1M Ditambahkan KI 1M
kedalam tabung larutan menjadi
reaksi yang berisi ion berwarna putih
timbal, amati (keruh).
perubahan. Ditambahkan KI
Ditambahkan lagi berlebih larutan
larutan KI berlebih, menjadi semakin
amati perubahan keruh.
yang terjadi.
6 Dimasukan KI 1M Ditambahkan KI 1M
kedalam tabung larutan menjadi
reaksi yang berisi ion berwarna kuning.
merkuri, amati Ditambahkan KI
perubahan. berlebih larutan
Ditambahkan lagi menjadi semakin pekat
larutan KI berlebih, dan terbentuk endapan.
amati perubahan
yang terjadi.
7. Dimasukan K2CrO4 Larutan menjadi
kedalam tabung berwarna merah bata.
reaksi yang berisi ion
perak, amati
perubahan.
8. Dimasukan K2CrO4 Larutan menjadi
kedalam tabung berwarna kuning.
reaksi yang berisi ion
timbal, amati
perubahan.
9. Dimasukan K2CrO4 Larutan menjadi
kedalam tabung berwarna jinga dan
reaksi yang berisi ion terbentuk endapan.
merkuri, amati
perubahan.

10. Dimasukan NaOH Larutan menjadi


encer kedalam berwarna coklat dan
tabung reaksi yang terbentuk endapan.
berisi ion perak,
amati perubahan.
11. Dimasukan NaOH Larutan menjadi
enecer kedalam berwarna putih dan
tabung reaksi yang terbentuk endapan.
berisi ion timbal,
amati perubahan.

12. Dimasukan NaOH Larutan menjadi


encer kedalam berwarna kuning dan
tabung reaksi yang terbentuk endapan.
berisi ion merkuri,
amati perubahan.

5. Identifikasi untuk ion merkuri (Hg2+)

No. Prosedur Hasil Foto


1. a. Dimasukan larutan a. larutan berubah
merkuri kedalam warna dari bening
tabung reaksi dan menjadi kuning.
ditambahkan NaOH b. larutan tidak
4M. berubah warna.
b.Percobaan
selanjutnya,
dimasukan larutan
merkuri kedalam
tabung reaksi dan
ditambahkan HCl 4M
2. Dimasukan larutan Ditambhakan KI 1M
merkuri kedalam larutan menjadi
tabung reaksi dan terbias warna kuning
ditambahkan KI 1M. pucat.
Didiamkan. Ditambah Setelah didiamkan
dengan KI berlebih. larutan menjadi tidak
berwarna ( bening ).
Setelah ditambahkan
KI berlebih larutan
berubah menjadi
warna jingga.

6. Identifikasi untuk ion barium (Ba2+) dan kalsium (Ca2+)

No. Prosedur Hasil Foto


1. Larutan sampel Ditambahkan HCl 6M
(mengandung ion tidak berubah warna.
Ba2+) ditambahkan Dibasakan dengan
HCl 6M, kocok. NH4OH dan
Dibasakan dengan ditambahkan
larutan NH4OH (NH4)2CO3 tidak
ditambahkan berubah warna.
(NH4)2CO3, amati. Didinginkan tidak
Ditambahkan asam berubah warna tetapt
asetat dan larutan terbentuk embun.
ammonium asetat, Ditambahkan asam
dikocok. asetat dan ammonium
Ditambahkan asetat tidak terjadi
K2CrO4 . Terbentuk perubahan warna.
endapan, Ditambahkan K2CrO4
ditambahkan HCl, larutan menjadi keruh.
kocok. Ditambahkan Ditambahkan HCl
H2SO4, amati. tidak terjadi
Terbentuk endapan perubahan.
lakukan uji nyala. Ditambahkan H2SO4
terbentuk endapan
putih.
Uji nyala terbentuk
warna nyala hijau
terang.

2. Larutan sampel Ditambahkan HCl


(mengandung ion tidak terjadi
Ca2+) ditambahkan perubahan.
HCl 6M, kocok. Ditambahkan NH4OH
Dibasakan dengan dan (NH4)2CO3tidak
larutan NH4OH terjadi perubahan.
ditambahkan Didinginkan tidak
(NH4)2CO3, amati. terjadi perubahan
Ditambahkan asam warna tetapi terbentuk
asetat dan larutan embun.
ammonium asetat, Ditambahakan asam
dikocok. asetat dan ammonium
Ditambahkan asetat tidak terjadi
K2CrO4. Terbentuk perubahan warna.
endapan, Ditambahkan K2CrO4
ditambahkan HCl, wana tetap bening.
kocok. Ditambahkan Ditambhakan HCl
H2SO4, amati. tidak terjadi
Terbentuk endapan perubahan.
lakukan uji nyala.

7. Identifikasi untuk ion tembaga (Cu2+)

No. Prosedur Hasil Foto


1. Sampel diasamkan Percobaan tidak
dengan asam asetat dilakukan
4M dan ditambahkan
larutan K4Fe(CN)6
0,1N amati.
2. Sampel diasamkan Larutan berubah dari
dengan asam asetat bening menjadi kuning
4M dan ditambahkan keruh.
larutan K4Fe(CN)6
0,33N amati.
3. Dimasukkan larutan 1) larutan berubah dari
ion temabaga bening menjadi biru
kedalam 4 tabung langit
reaksi. 2) abu-abu kehitaman 1)

1)ditambahkan 3) larutan berubah dari


NaOH, amati dan bening menjadi coklat
dipanaskan. keruh.
2)ditambahkan 2)
NH4SCN berlebih,
amati.
3)ditambahkan
K4Fe(CN)6,amati. 3)

8. Identifikasi untuk ion kobalt (Co2+)


No. Prosedur Hasil Foto
1. Sampel diasamkan Percobaan tidak
dengan HCl 1M + dilakukan
NH4SCN +
aseton,dikocok.
2. Dimasukan larutan 1) larutan beruabah 1)
ion Co2+ kedalam 3 menjadi biru tua.
tabung reaksi, Setelah didiamkan
1) ditambahkan berubah menjadi ungu
NaOH,amati. pudar dan terbentuk
Didiamkan,amati. endapan.
2) ditambahkan 2) Amil alkohol tidak
alcohol dan NH4SCN, tersedia
3)
amati. 3) larutan menjadi
3) ditambahkan warna violet
ammonia, amati.

9. Identifikasi untuk ion kobalt (Co2+)

No. Prosedur Hasil Foto


1. Sampel diasamkan Percobaan tidak
dengan HCl 1M + dilakukan
NH4SCN +
aseton,dikocok.
2. Dimasukan larutan
ion Co2+ kedalam 3
tabung reaksi,
1) ditambahkan
NaOH,amati.
Didiamkan,amati.
2) ditambahkan
alcohol dan NH4SCN,
amati.
3) ditambahkan
ammonia, amati.

10. Identifikasi untuk ion aluminium (Al3+) dan seng (Zn2+)

No. Prosedur Hasil Foto


1. Dimasukan a.KAI(SO4).12H2O
KAI(SO4).12H2O larut (warna bening).
ditambahkan aquades. Ditambahkan NaOH
Diambil larutan menjadi putih keruh.
KAI(SO4).12H2O NaOH berlebih menjadi
ditambahkan 1 tetes bening.
NaOH. Ditambahkan b.Ditambahkan alizarin
kemabali NaOH menjadi ungu pekat.
berlebih. Ditambahkan asam
Ditambahkan alizarin. asetat terbentuk 2 fasa,
Ditambahkan asam yaitu lapisan atas
asetat. Dan berwarna jingga dan
ditambahkan lapisan bawah berwarna
K3Fe(CN)6. biru pekat.
c.Ditambahakan
K3Fe(CN)6 terbentuk 3
fasa, yaitu lapisan atas
kuning bening, lapisan
tengan jingga
(endapan), dan lapisan
bawah ungu pekat.
2. Dilarutkan ZnO ZnO larut dalam
dengan aquades. aquades.
Diambil larutan ZnO NaOH : berwarna putih
dan ditambahkan keruh
NaOH. Ditambahkan NaOH berlebih
lagi NaOH berlebih. :berwarna bening, ada
Ditambahkan alizarin. sedikit gumpalan
Ditambahkan asam Alizarin : ungu
asetat. Dam Asam asetat : terbentuk
ditambahkan 2 fasa, yaitu lapisan
K3Fe(CN)6. atas jingga dan lapisan
bawah ungu pekat.
K3Fe(CN)6 : terbentuk 3
fasa, yaitu lapisan atas
kuning bening, lapisan
tengah jingga
(endapan), lapisan
bawah ungu (ada
endapan ungu muda).

11.Identifikasi untuk ion fero (Fe2+) dan feri (Fe3+)

No. Prosedur Hasil Foto


1. Dimasukkan fero dan Terjadi perubahan
feri dalam tabung warna biru tua pada
yang fe2+ dan tidak terjadi
terpisah,tambahkan perubahan pada fe3+.
K4 Fe (CN)6
,ditambahkan NH3
encer , menambahkan
larutan 1-2 ml
eter/amil alkohol
12. Identifikasi untuk ion fero (Fe2+) dan feri (Fe3+)

No. Prosedur Hasil Foto


1. As2O3 + Zn + HCl Dalam larutan terdapat
gelembung
-Setelah diberi kapas
dan ditutup kertas,
larutan menjadi abu-
abu

VIII. Perhitungan
4 N NaOH ( Mr=40 ) volume 20 ml e=1
gr 1000
N= × ×e
Mr volume lar .
gr 1000
4= × ×1 ¿
40 20
4×40×20
gr= ×1
1000
gr=3,2
jadi , massa NaOH yang dibutuhkan adalah 3,2 gram⋅¿

IX. Pembahasan

Pada praktikum ini, dilakukan percobaaan untuk mengidentifikasi


golongan pada kation secara analisis kualitatif. Percobaan pertama yaitu
mengidentifikasi ion natrium, kalium dan magnesium.

Identifikasi ion Natrium(Na+) dilakukan dengan Na+ sebanyak 2 tetes


ditambahkan kedalam larutan sampel yang telah diberi 1 tetes larutan amonium
oksalat 0,4 M dan 1 tetes larutan ammonium. Penambahan ini membuat larutan
berubah menjadi suasana asam. larutan seng uranill asetat juga ditambahkan
sebanyak 5 tetes dan hasil percobaan bisa diamati. Untuk identifikasi Na+ tidak
dilakukan percobaan. Seharusnya endapan yang terbentuk adalah berupa kristal
berlian yang bisa diamati dibawah mikroskop.

Untuk ion kalium(K+) digunakan larutan sampel berupa larutan


ammonium okslat. Ion kalium(K+) dicampurkan kedalam campuran dari larutan
ammonium oksalat dengan ammonium sulfat, ditambahkan asam asetat dan
laritan Na2HPO4 dan hasil yang diperoleh seharusnya adalah terbentuknya
endapan. Tetapi, pada percobaan yang dilakukan tidak menghasilkan endapan
hanya berupa larutan bening. . Harusnya muncul endapan berwarna kuning.
Alasannya karena masih kurangnya bahan larutan a atau ammonium sulfat 1 M
yang akan digunakan dalam percobaan.

Untuk ion magnesium diambil larutan sampel kemudian larutan sempel


dibasakan dengan menggunakan larutan NH4OH dan ditambah dengan larutan
Na2HPO4 sehingga terbentuk endapan putih sedikit. Endapan putih tadi dilarutkan
lagi dengan asam oksalat dan air, ditambahkan titan kuning dan NH 4OH berlebih
tidak menghsilakan endapan, tetapi seharusnya menghasilkan endapan. Untuk ion
natrium tidak dilakukan percobaannya.
Pada praktikum ini juga dilakukan percobaan uji warna nyala dari
beberapa kation seperti uji nyala Na+,K+ ,Ca+ ,Ba2+ ,Pb2+, Sr3+ ,Cu2+. Pertama
kawat Ni-krom dicelupkan kedalam HCl pekat, dibakar pada nyala api oksidasi
sampai tidak timbul warna nyala. Penambahan HCl pada kawat ditujukan untuk
membersihkan kawat dari zat atau larutan yang masih tertempel/ tertinggal sampai
kawat benar-benar terbakar. Kemudian ambil padatan/ larutan ion yang akan
dianalisa dengan kawat Ni-krom,bakar kawat diatas api busen yang berwarna biru.
Kemudian dilakukan pengamatan terhadap perubahan warna nyala api yang
terlihat. Setelah melakukan uji nyala pertama, untuk uji kation berikutnya, kawat
Ni-krom harus dicelupkan kedalam HCL pekat kambali dan dibakar kembali
sampai warna nyala menghilang. Hal ini dilakukan agar tidak ada larutan atau
senyawa zat sempel sebelumnya yang masih menempel agar tidak tercampur
dengan larutan atau senyawa zat sempel selanjutnya. Hasil dari pengamatan
adalah : Na+ terlihat warna kuning terang, K+ terlihat warna ungu pucat, Ca2+
terlihat warna merah krkuningan, Ba2+ terlihat warna hijau, Cu 2+. Terlihat
perubahan warna menjadi hijau, Pb2+ terlihat warna nyala api berwarna biru pucat.
Untuk identifikasi H3O+ tidak dilakukan percobaanya.
Dalam identifikasi ion NH4+ , ditambahkan larutan NaOH pada larutan
yang mengandung ion NH4+, agar pH menjadi basa. Percobaan dilakukan dengan
ditempelkan kertas lakmus merah pada dinding tabung reaksi yang berisi NH 4+,
setelah itu tabung reaksi dipanaskan diatas nyala api bunsen dan dihasilkan
lakmus merah berubah menjadi biru karena pH larutan yang basa. Penambahan
reaksi nessler tidak dilakukan karena pereaksi nessler tidak tersedia. Untuk
identifikasi ion perak,timbal dan merkuri, kedalam larutan yang mengandung
masimg-masing ion perak,timbal dan merkuri ditambahkan HCl, agar didapatkan
endapan. Pada masing-masing tabung berisi kation tersebut, ditambahkan HCl
encer menghasilkan perubahan, Pb2+ menghasilkan warna putih, Hg2+
menghasilkan warna bening dan larut. Untuk katin Ag + tidak dilakukan
percobaannya. Setelah itu uji kation dengan ditambahkan KI dan KI berlebih.
Pada Pb2+ yang ditambahkan KI menghasilkan endapan yang berwarna kuning
muda. Sedangkan Hg2+ ditambahkan KI juga menghasilkan endapan yang
berwarna kuning. Yang terakhir dilakukan dengan penambahan NaOH encer.
Hasilnya, kedua ion membentuk endapan. Endapan ion timbal berwarna putih dan
merkuri berwarna kuning.

Reaksi ion merkurium (I) : saat merkurium (I) ditambahkan asam klorida
encer atau klorida klorida yang larut maka akan terbentuk endapan putih. Endapan
yang terjadi tak larut dalam asam encer. Namun saat ditambahkan natrium
hidroksida maka akan terbentuk endapan hitam merkurium(I) oksida. Endapan tak
larut dalam reagensia berlebihan , tetapi mudah larut dalam asam nitrat
encer.Ketika dididihkan warna endapan berubah menjadi abu abu , karena
terdisproporsionasi pada merkurium (II) oksida dan logam merkurium akan
terbentuk. Sedangkan ketika ditambahkan kalium iodide endapan yang terbentuk
akan berwarna hijau yaitu menjadi merkurium (I) iodide. Ketika endapan
merkurium (I) iodide dengan air terjadi disproporsionasi dan terbentuk campuran
endapan merkurium(II) iodide merah dan merkurium hitam yang berbutir halus.

Reaksi ion merkurium (II) jika natrium hidroksida ditambahkan dalam


jumlah sedikit maka endapan berubah warna menjadi merah kecoklatan, namun
jika ditambahkan dalam jumlah yang stoikiometris endapan akan berubah menjadi
warna kuning ketika terbentuk merkurium (II). Ketika ditambahkan kalium iodide
perlahan lahan kepada larutan akan terbentuk endapan merah merkurium (II)
iodide. Kemudian endapan akan larut dalam reagensia yang berlebihan, dimana
ion tetraiodomerkurat (II) terbentuk (Svehla, 1979).

Dalam merkurium (II) yang kami lakukan ketika merkurium (II)


dimasukkan larutan NaOH , warna larutan yang awalnya bening berubah menjadi
kuning hal itu dikarenakan larutan NaOH atau natrium hidroksida ditambahkan
dalam jumlah yang stoikiometris, dan ketika ditambahkan larutan HCl tidak
mengalami perubahan warna yaitu tetap berwarna kuning. Maka percobaan ini
sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Sedangkan untuk percobaan
pertamatidak dilakukan karena ketidaktersediannya bahan yaitu merkuro.

Pada percobaan ion barium, apabila barium ditambahkan dengan asam


sulfat pekat maka akan larut dengan baik. Lebih baik lagi jika dilarutkan dalam
asam sulfat pekat yang mendidih dan ditambah ammonium asetat. Ketika barium
ditambahkan larutan kalium kromat maka akan tak larut dalam air. Endapan akan
tak larut dalam asam encer namun akan dapat larut dengan mudah dalam asam
mineral. Untuk percobaan ion Stronsium jika ditambahkan larutan asam sulfat
encer maka tak akan larut. Sedangkan bila ditambahkan larutan kalium kromat,
akan terbentuk endapan kuning stronsium kromat. Endapannya akan larut agak
banyak dalam air maka tak akan terjadi endapan dalam larutan stronsium yang
encer.Sedangkan untuk percobaan ion kalsium jika ditambahkan larutan asam
sulfat encer makaakan terbentuk endapan putih kalsium sulfat. Namun jika
ditambahkan larutan kalium kromat maka tidak terjadi endapan endapan dari
larutan larutan encer,tidak pula dari larutan larutan pekat. (Svehla, 1979).

Berdasarkan percobaan yang dilakukan saat larutan ion barium


ditambahkan larutan HCl tidak terjadi perubahan warna, namun saat ditambahkan
larutan NH4OH dan (NH4)2CO3 tidak mengalami perubahan warna juga. Ketika
Ditambahkan asam asetat dan kalium kromat warna larutan berubah menjadi
sedikit keruh. Kemudian ketika diberikan larutan HCl lagi tetap tidak mengalami
perubahan warna. Sedangkan ketika diberi asam sulfat larutan berubah warna dan
terbentuk endapan putih. Karena terbentuk endapan putih maka dilakukan uji
nyala dengan kawat Ni-Krom. Ketika dilakukan uji nyala, warna yang terlihat
adalah hijau.

Dalam percobaan larutan ion kalsium ketika larutan ditambahkan larutan


HCl, NH4OH , (NH4)2CO3 , asam asetat , kalium kromat, dan larutan HCl lagi
larutan tetap tidak mengalami perubahan warna. Karena tidak mengalami
perubahan warna dan tidak terbentuk endapan putih makan tidak dilakukan uji
nyala. Seharusnya ketika larutan terbentuk endapan putih dan kemudian dilakukan
uji nyala maka warna ion kalsium akan timbul warna merah bata ketika dilakukan
uji nyala. Hal ini terjadi karena adanya pemakaian pipet yang bergantian kepada
setiap larutan dan pipet tersebut belum dibersihkan kembali sehingga antara
larutan yang satu dengan yang lainnya tercampur. Untuk percobaan ion stronsium
tidak dilakukan karena ketidaktersediaan bahan.

Identifikasi untuk ion tembaga (Cu2+) dari larutan CuSO4 dan kadmium
(Cd2+) dari larutan CdSO4 dilakukan dengan 10 tetes sampel Cu2+ dan 10 tetes
Cd2+ masing-masing diasamkan dengan asam asetat dan larutan K4Fe(CN)6 0,033
N. Dan hasilnya adalah terjadi perubahan warna dari bening menjadi kuning
keruh. Seharusnya jika kedua sampel tersebut dilarutkan diasamkan dengan
larutan K4Fe(CN)6 0,1 N, terdapat endapan berwarna merah muda pada ion
tembaga dan endapan putih pada ion kadmium. Pada percobaan kali ini tidak
terbentuknya endapan bisa jadi karena perbedaan normalitas yang seharusnya
digunakan K4Fe(CN)6 0,1 N, namun pada percobaan diasamkan oleh K 4Fe(CN)6
0,033 N atau banyaknya K4Fe(CN)6 yang ditambahkan pada larutan sampel. Lalu
untuk megidentifikasi ion tembaga, dilakukan kembali pada empat tabung yang
masing-masing berisi larutan ion tembaga. Tabung I ditambahkan larutan NaOH,
larutan yang tadinya berwarna bening berubah menjadi putih keruh dan setelah
dipanaskan warna larutan berubah menjadi bening dengan endapan putih . Tabung
II ditambahkan NH4CNS, tidak ada perubahan warna, larutan tetap bening.
Tabung III ditambahkan K4Fe(CN)6, terjadi perubahan warna larutan dari bening
menjadi kuning keruh.
Identifikasi untuk ion kobalt (Co2+) dilakukan dengan cara yang pertama
larutan sampel diasamkan dengan HCl 1M , dikocok dan ditambahkan dengan
beberapa butir NH4CNS dan aseton. Setelahnya larutan berubah warna dari merah
ke keunguan, lalu berubah lagi menjadi biru tua. Warna biru tua dalam tabung ini
menunjukkan adanya ion kobalt. Setelah itu, larutan tadi dibagi ke dalam tiga
tabung reaksi. Tabung 1 ditambahkan NaOH, hasilnya larutan tersebut berubah
warna menjadi ungu pudar ditambah adanya endapan. Tabung II ditambahkan 1
mL alkohol dan NH4CNS, hasilnya warna menjadi biru tua tidak terlalu pekat.
Tabung III ditambahkan NH4CNS, hasilnya warna biru tua.

Percobaan 1.9 yaitu mengidentifikasi ion Ni2+ laboran tidak melakukan


percobaan tersebut dikarenakan keterbatasan atau tidak tersedia zat yang
mengandung nikel untuk dilakukan percobaan ini.
Apabila percobaan identifikasi ion nikel ini dilakukan. Ion nikel termasuk
pada kation golongan III yang artinya ion-ion akan mengendap jika direaksikan
dengan ion sulfide atau direaksikan dengan ammonium hidroksida. Percobaan ini
sebenarnya lebih sederhana dibandingkan mengidentifikasi ion alumunium dan
seng. Percobaan ini laboran hanya melakukan dua prosedur yaitu mereaksikan zat
yang mengandung ion nikel dengan natrium hidroksida 4 M lalu ditambahkan
dimetilglioksim sebagai pelarut organic.
Pada percobaan yang pertama digunakan zat bernama kalium alumunium
sulfat untuk menguji ada tidaknya ion alumunium. Ion alumunium ini termasuk
kation golongan III, kation golongan III adalah ion-ion yang mengendap jika
direaksikan dengan ion sulfide atau hidroksida dalam suasana basa. Pertama
kalium alumunium sulfat dilarutkan dalam 10 ml aquades bertujuan untuk
melarutkan kalium alumunium sulfat agar menjadi larutan. Lalu larutan kalium
alumunium sulfat tersebut dipipet sebanyak 20 tetes dan dimasukkan ke tabung
reaksi. Setelah itu larutan tersebut ditetesi NaOH untuk memisahkan ion
alumunium dari larutannya dan hasilnya larutan kalium alumunium sulfat berubah
warna menjadi putih keruh. Setelah itu ditetesi NaOH lagi hingga berlebih
maksudnya berlebih adalah konsentrasi NaOH diberikan lebih banyak dari yang
seharusnya karena larutan tersebut ingin dijadikan bersifat basa. Dengan
menggunakan kertas lakmus merah, , lakmus merah dicelupkan kedalam larutan
kalium alumunium sulfat. Pencelupan pertama kertas tetap merah yang
menandakan bahwa larutan tersebut belum bersifat basa. Kemudian ditetesi NaOH
kembali, dicelupkan kertas lakmus merah lagi namun tetap belum berubah warna
lakmus merah tersebut. Ditetesi NaOH lagi, pada pencelupan lakmus merah yang
ketiga barulah lakmus merah berubah menjadi berwarna biru yang artinya larutan
tersebut sudah berada dalam kondisi basa. Dan larutan tersebut setelah ditetesi
NaOH berlebih hingga basa, warna larutannya berubah dari putih keruh menjadi
bening. Hasil ini sesuai dengan teori yang dijadikan acuan. Berarti praktikan
melakukan eksperimen yang tepats sejauh ini. Setelah menjadi basa, kemudian
larutan ditetesi larutan alizarin yang membuat warna larutan langsung berubah
menjadi ungu pekat. Setelah itu ditetesi asam asetat 1 M sebanyak 15 tetes. Pada
larutan tersebut terbentuk 2 fasa warna. Fasa atas terbentuk warna jingga
sedangkan fasa bawah terbentuk warna ungu pekat. Lalu ditambahkan kalium besi
sianida sebanyak 10 tetes, yang terjadi adalah terbentuk 3 fasa warna. Pada bagian
atas terbentuk warna kuning bening, pada bagian tengah terbentuk warna jingga
disertai endapan dan fasa paling bawah terbentuk warna ungu pekat. Setelah
dikocok larutan berubah warna menjadi jingga kemerah-merahan. Ini sesuai
dengan literature mengenai identifikasi ion alumunium. Namun praktikan tidak
melakukan 1 prosedur lagi yaitu penambahan ammonium hidroksida yang
bertujuan untuk membuktikan keberadaan ion alumunium dengan terbentuknya
endapan putih setelah direaksikan dengan ammonium hidroksida. 1 prosedur
tersebut tidak praktikan lakukan karena pada modul memang tidak tercantum
prosedur tersebut. Namun pada literature lain dijelaskan bahwa prosedur terakhir
yaitu penambahan ammonium hidroksida. Hal tersebut terjadi karena kelalaian
praktikan yang tidak membaca referensi-referensi lain sehingga hal tersebut tidak
terjadi lagi.
Pada percobaan identifikasi ion Zn2+ zat yang digunakan adalah ZnO atau
zinc oxide. Prosedurnya sama dengan percobaan identifikasi ion Al. Pertama
diambil 1 sendok zinc oxide dan dilarutkan dalam 10 ml aquades. Maka hasilnya
akan didapat larutan zinc oxide. Tujuan melarutkan zinc oxide pada aquades
karena jika sudah berbentuk larutan maka akan lebih mudah mereaksikan
senyawa-senyawa tersebut. Setelah itu larutan ZnO dipipet dan dimasukkan ke
tabung reaksi sebanyak 20 tetes lalu ditambahkan 1 tetes NaOH. Hasil yang
terjadi yaitu larutan menjadi berwarna putih keruh. Lalu ditambahkan kembali
larutan NaOH berlebih hingga basa, untuk mengetahui larutan tersebut sudah
bersifat basa atau belum maka digunakan kertas lakmus merah. Pada penambahan
NaOH yang pertama, ketika lakmus merah dimasukkan ke dalam larutan tersebut
lakmus merah tetap merah. Setelah itu NaOH ditambahkan lagi dan dicoba
kembali menggunakan lakmus merah, maka terjadi perubahan dari lakmus merah
menjadi lakmus biru yang menandakan bahwa larutan telah basa. Hasilnya larutan
menjadi bening kembali. Setelah menjadi basa, kemudian larutan ditetesi 1 tetes
larutan alizarin yang membuat warna larutan langsung berubah menjadi ungu
pekat. Setelah itu ditetesi asam asetat 1 M sebanyak 15 tetes. Pada larutan tersebut
terbentuk 2 fasa warna. Fasa atas terbentuk warna jingga sedangkan fasa bawah
terbentuk warna ungu pekat. Lalu ditambahkan kalium besi sianida sebanyak 10
tetes, yang terjadi adalah terbentuk 3 fasa warna. Pada bagian atas terbentuk
warna kuning bening, pada bagian tengah terbentuk warna jingga disertai endapan
dan fasa paling bawah terbentuk warna ungu pekat. Setelah dikocok larutan
berubah warna menjadi jingga kemerah-merahan. Kami melakukan perlakuan
yang sama pada kedua percobaan tersebut dan hasil akhirnya sama namun step
terakhir tidak kami lakukan sehingga tidak ada perbedaan antara larutan kalium
alumunium sulfat yang mengandung ion alumunium dan larutan zinc oxide yang
mengandung ion Zn2+ hal ini terjadi karena praktikan kurang teliti dalam
mengerjakan prosedur dan mungkin tidak pas saat menambahkan konsentrasi-
konsentrasi zat yang digunakan pada praktikum kali ini.

Dalam identifikasi ion fero dan feri, maka hal pertama yang dilakukan
sesuai prosedur adalah dengan larutan ion fero dan feri ditambahkan reagen yang
terdiri atas larutan K3Fe(CN)6, larutan K4Fe(CN)6 dan larutan ammonia encer
untuk kemudian diamati perubahan warnanya. Warna awal masing-masing ion
dalam larutannya adalah kuning muda. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka
larutan ion feri akan berubah menjadi warna hijau tua, sedangkan ion fero akan
berubah menjadi warna biru dongker yang menjadi cirri khas dari masing-masing
ion. Sedangkan pada identifikasi yang lebih spesifik, larutan ion feri diberi
beberapa tetes kalium sianida dan alkohol, sehingga warnanya berubah menjadi
warna merah pekat sedangkan larutan ion fero diberikan tetes asam sulfat dan o-
fenantrolin yang tidak mengubah warna asalnya sama sekali. Sedangkan pada
identifikasi ion As3+, penambahan Zn dan HCl mengubah warna larutan menjadi
kecoklatan dan berubah cepat menjadi keabu-abuan setelah bagian mulut tabung
reaksi ditutup dengan menggunakan kertas yang telah terlebih dahulu diberi
larutan Pb-asetat.

X. Kesimpulan

Secara analisis kualitatif dalam mengidentifikasi kation untuk menentukan


jenis zat/ senyawa tunggal dikenali/diidentifikasi dengan mengamati perubahan
warna dan endapan yang terjadi setelah ditambahkan larutan lain ataupun
dipanaskan, dsb. Pada zat yang ditambahkan.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Anggraini,Diah dkk. 2012.Karakterisasi Komposisi Kimia, Luas Permukaan Pori
dan Sifat Termal Dari Zeolit Bayah. Jurnal Teknologi Bahan Nuklir.
Volume 3 No 1 ; 1-48.
Arnelli, Yoga dkk.2010.Pengaktifan Kapas Sebagai Resin Penukar Kation Asam
Lemah. Jurnal Sains & Matematika. Volume 14 No 4 ; 1-3.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Hargis,L.1998. Analytical Chemistry : Prinsiples and Techniques. New Jersey :
Practice Hall.
Kindersley,Dorling. 1993. Jendela IPTEK. London.
L.Underwood,A. 1993. Analisis kimia kualitatif edisi IV . Jakarta : Erlangga.
Martin et al. 1983. Farmasi Fisik. Jakarta : UI Press.
Nasution,S. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Tarsito.
Petrucci, R. H. 1992. Kimia dasar prinsip dan terapan modern edisi keempat jilid
1. Jakarta : Erlangga.

Pudjaatmaka,A. Hadyana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka.

Safrizal.2011.Identifikasi kation dengan uji endapan. Available at


http://dokumen.tips/documents/90571730-identifikasi-kation-dengan-uji-
endapan.html [Accessed 1 Oktober 2017 07.00].
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Jakarta : PT. Grafindo.
Svehla,G. 1979. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
Edisi 5 Bagian 1 dan Bagian 2. Jakarta : Kalman Media Pustaka.
Svehla.G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro
Edisi 5. Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka.
Widiarto, Sonny. 2004. Analisis Anion Kation. Available at
http://staff.unila.ac.id/sonnywidiarto/2011/09/bab-5-analisis-kation-anion-
pdf [Accessed 21 September 2015 03:54].

Anda mungkin juga menyukai