Anda di halaman 1dari 44

Home

budidaya

tata boga

ilmu teknik

ilmu pengetahuan

agama

music

video

kamut

link

Menguji Adanya Unsur CO2 dan H2O dalam Suatu Senyawa


20:55

rumah pengetahuan

No comments

1.
Reaksi Pembakaran Senyawa Karbon MenghasilkanCO2 dan H2O
Gula pasir/ sukrosa merupakan contoh senyawa karbon. Gula pasir memiliki rumus kimia
C12H22O11. Jika dibakar, gula pasir akan menghasilkan CO2 dan H2O dengan persamaan
reaksi sebagai berikut.
C11H22O11(s) + 12O2(g) 12CO2(g) + 11H2O(g)
Cara Menguji Keberadaan Unsur CO2 dan H2O

Untuk mengetahui adanya unsur C, H, dan O, Anda dapat melakukan uji air kapur dan uji kertas
kobalt. Uji air kapur bertujuan untuk menguji keberadaan gas CO2. Adanya gas CO2 berarti
menunjukkan bahwa senyawa tersebut mengandung C dan O. Uji air kapur dilakukan dengan
cara melewatkan gas CO2 yang terbentuk kedalam larutan kapur. Larutan kapur yang
awalnya bening akan berubah menjadi keruh.
Ca(OH)2(aq) + CO2(g) CaCO3(s) + H2O(l)
Adapun uji kertas kobalt digunakan untuk menguji adanya H2O.Adanya H2O berarti
menunjukkan adanya unsur H dan O. Pengujian menggunakan kertas kobalt ini dilakukan
dengan cara menyentuhkan kertas kobalt kepada uap air hasil pembakaran senyawa karbon.
Jika bereaksi dengan uap air, kertas kobalt yang berwarna biru akan berubah warna menjadi
merah jambu.

NOVIA'S BLOG
from me to me by me

Sabtu, 01 Oktober 2011


analisa pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan

utama

kimia

analisis

adalah

terkait

dengan

penentuan

komposisi suatu senyawa dalam suatu bahan/sampel yang lazim disebut


dengan kimia analisis kualitatif. Dalam kimia analisis modern, aspekaspeknya tidak hanya mencakup kimia analisis kuantitatif baik dengan
menggunakan metode konvensional maupun dengan metode modern. Latar
belakang percobaan ini ialah : pemeriksaan pendahuluan dari sampel yang
akan dianalisis dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang sangat penting,
yang akan memudahkan pemeriksaan lebih lanjut. Oleh karena itu sebelum
mencoba melakukan reaksi analitis berbagai kation dan anion, ia harus
kenal akan operasi yang lazim dilakukan dalam analisis kualitatif, yakni
akan teknik laboratorium yang dilibatkan.

Karena

teknik

mengendapkan,

laboratorium

menyaring,

seperti

mendekantasi,

melarutkan,
menyuling,

menguapkan,
dan

teknik

laboratorium lainnya telah dipelajari pada saat praktikum kimia dasar, maka
hal itu sudah cukup memberikan dasar teknik laboratorium untuk praktikum
kimia analitik.
Berbagai macam teknik dan metode analisis saat ini telah tersedia
yang penggunaanya tergantung pada tujuan dan jenis sampel yang akan
dianalisis. Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan
reaksi basah. Reaksi kering diterapkan untuk analisis zat-zat padat,
sedangkat reaksi kering digunakan untuk analisis zat-zat dalam larutan.
Pada reaksi kering ini meliputi : pemanasan, uji nyala, uji manik boraks, uji
manik fosfat (atau garam mikroskomik), dan uji manik natrium karbonat.
Sedangkan pada reaksi basah analisis dilakukan terhadap zat dalam bentuk
larutan yang akan diketahui reaksi itu berlangsung dengan terbentuknya
endapan, dengan pembebasan gas, dan dengan perubahan warna. Teknik
ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensiareagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode
yang digunakan dalam anion tidak sesistematik kation. Namun skema yang
digunakan bukanlah skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih
dari satu golongan.
Tujuan Percobaan
Tujuan Umum
Mengidentifikasi dan menganalisis serta mendeteksi keberadaan unsur
kimia dalam suatu sampel atau cuplikan yang tidak diketahui.
Mempelajari karakteristik kation dan anion dalam larutan tertentu.

Mengidentifikasi dan mendeteksi jenis anion dan kation pada sampel


tertentu.
Memberikan Keterampilan kepada Mahasiswa dalam melakukan teknik
analisis kualitatif yang benar.
Tujuan Khusus
Percobaan secara organoleptik adalah untuk mengidentifikasi kation dan
anion secara langsung dari sampel yang diambil.
Percobaan dengan Tes Nyala adalah untuk mengetahui warna-warna yang
dihasilkan sampel pada nyala api Bunsen, baik secara langsung atau
melalui kaca kobal.
Percobaan dengan Manik Boraks adalah untuk mengetahui warna sampel
pada manik boraks yang dipanaskan pada nyala oksidasi dan reduksi
dalam keadaan panas dan dingin.
Pemeriksaan dengan H2SO4 pekat adalah untuk mengetahui adanya H2SO4
dalam suatu sampel berdasarkan perubahan warna, bau dan bentuk.
Prinsip Percobaan
Prinsip Percobaan secara Organoleptik
Prinsip berdasarkan pengamatan pada warna, abu dan bentuk
sampel akan menunjukkan kandungan kation atau anion dalam suatu
zat.
Prinsip Percobaan tes Nyala

Percobaan Tes Nyala dengan pengunaan sumber panas dari


pembakar Bunsen. Prinsipnya adalah pengamatan warna nyala
yang dihasilkan oleh sampel yang dipanaskan diatas nyala api
Bunsen, baik secara langsung atau melalui kaca kobal. Warna api
akan berubah bila reaksi yang terjadi dalam analisis ini.
Prinsip percobaan manik boraks
Pemeriksaan

pendahuluan

dengan

menggunakan

tes

pemeriksaan dengan manik boraks mempunyai prinsip yaitu


pengamatan warna nyala sampel pada manik boraks yang dipanasi
diatas nyala api oksidasi dan reduksi baik dalam dingin ataupun
panas. Sehingga diperoleh warna yang menunjukkan apakah zat itu
mengandung kation atau anion.
Prinsip pemeriksaan H2SO4 pekat
Prinsipnya adalah pengamatan terhadap perubahan warna
larutan, gas, bau, dan bentuk yang disimpan diatas sampel yang
dipanaskan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Kualitatif
Analisa kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia
dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya
dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa

pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini
dilakukan untuk mengetahui jenis anion / kation suatu larutan.
Definisi dari analisis kualitatif adalah pemeriksaaan kimiawi tentang jenis
unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran beberapa
zat (Ir. C.Poliling.1982)
Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum
adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium
karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan
metode yang digunakan dalam anion tidak sesistematik kation. Namun skema
yang digunakan bukanlah skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih
dari satu golongan.
Reaksi Basah
Uji-uji dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung
dengan terbentuknya endapa, dengan pembebasan gas, dan dengan perubahan
warna. Untuk reaksi basah berkaitan dalam penggolongan kation (G.Svehla,
1979).
Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu
diantaranya
Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida
encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. ( PbCl2, HgCl 2, AgCl ).

Reaksi kation
Golongan I

Ag+
1. Ag+ + HCL AgCL putih + H2. 2Ag+ + 2 NaOH 2AgOH + 2Na+ coklat
3. 2Ag+ + 2NH4 OH 2 AgOH NH+
Pb2+
1. Pb2+ + 2NaOH Pb(OH)2 putih + 2 Na+
Pb(OH)2 + 2NaOH Na2Pb(OH)4
2. Pb2+ +2 NH4OH Pb(OH)2 putih + 2 NH4+
3. Pb2+ + 2KI PbI2
Golongan II : Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn.
Golongan II
Hg2+
1. Hg2+ + 2KI HgI2 merah + 2k+
HgI2 +2 KI K2 HgI2
2. Hg2+ + 2 NaOH Hg(OH)2 kuning +2 Na+
3. Hg2+ +2 NH4OH Hg(OH)2 putih + 2NH4+
4. Hg2+ + 2CUSO4 Hg(SO4 )2 + 2 CU2+
CU2+

1. CU2+ + 2KI CUI2 + 2K+


2. CU2+ + 2 NaOH CU(OH)2 biru + 2nA+
3. CU2+ + 2NH4 OH CU (OH)2 biru + 2NH
Cd2+
1. Cd2+ + KI
2. Cd2+ + 2NaOH Cd(OH)2 + 2 Na+
Cd (OH)2 + NaOH Cd(OH04 putih
3. Cd2+ + 2 NH4OH Cd(OH)2 + 2 NH+
Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer,
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun
kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana
netral / amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.
Golongan III A
Fe2+
1. Fe2+ + 2NaOH Fe(OH)2 hijau kotor + 2Na+
2. Fe2+ + 2NH4OH Fe(OH)2 hijau kotor + 2NH4+
3. Fe2+ + 2K4Fe(CN)6 K4 {Fe(CN)6} biru + 4k+
4. Fe2+ + KSCN Fe(SCN)2 + 2K+
Fe3+
1. Fe3+ + 3 NaOH Fe(OH)3 kuning + 3Na+

2. Fe3+ + 3 NH4 OH Fe(OH)3 Kuning + 3NH4+


3. Fe3+ + 3K4Fe(CN)6}2 K4{Fe(CN)6}2 biru +3k+
4. Fe3+ + 3KCNS Fe(SCN)3 + 3K+
Al3+
1. Al3+ + 3NaOH Al(OH)3 putih + 3Na+
2. Al3+ + 3NH4OH Al(OH)3 putih + 3NH4+
3. Al3+ + KSCN
Golongan III B
Zn21. Zn2- + NaOH Zn(OH)2 putih + 2Na+
2. Zn2- + Na2CO3 ZN(CO3)2 putih + 2Na+
3. Zn2- + K4Fe(CN )6 Zn4{Fe(CN)6}2 tetap + 8k+
Ni2+
1. Ni2+ + 2NaOH Ni(OH)2 hijau + 2Na+
2. Ni2+ + NH4OH Ni(OH)2 hijau + 2NH4+
3. Ni2+ + 2Na2CO3 Ni(CO3)2 hijau muda + 2Na
4. Ni2+ + K4Fe(CN)6 Ni4{Fe(CN)6}2 tetap + 8k+
CO2-

1. CO2- + NH4OH CO(OH)2 hijau + 2NH4


2. CO2- + 2NaOH CO9OH)2 biru + 2Na+
3. CO2- + K4Fe(CN)6 CO4{Fe(CN)6}2 tetap + 8k+
4. CO2- + 2Na2CO3 CO(CO3)2 hijau muda + 2Na
Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini
membentuk

endapan

dengan

ammonium

karbonat

dengan

adanya

ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini
adalah Ba, Ca, Sr.
Golongan IV
Ba21. Ba2- + k2 CrO4 BaCrO4 kuning
2. Ba2- + Na2CO3 BaCO3 putih
Uji nyala
Ba kuning kehijaun
Ca2+
1. Ca2+ + K2CrO4 CaCrO4 Lart. Kuning +2K+
2. Ca2+ + Na2 CO3 CaCO3 + 2Na+
Untuk uji nyala
Ca merah kekuningan.

Sr2+
1. Sr2+ + K2CrO4 SrCrO4 Lart. Kuning + 2K
2. Sr2+ + Na2CO3 SrCO3 + 2Na+
Untuk uji nyala
Sr merah karmin
Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensiaregensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir.
Kation golongan ini meliputi : Mg, K, NH 4+.
Golongan V
Mg2+
1. Mg2+ + 2 NaOH Mg(OH)2 putih + 2Na+
2. Mg2+ + 2 NH4OH Mg(OH)2 tetap + 2NH4+
3. Mg2+ + Na3CO(NO2)6 Mg3{CO(NO2)6} Lart. Merah darah + 3Na
Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya :

Anion sederhana seperti : O2-, F-, CN- , I, Cl, Br,

Anion okso diskret seperti : NO3-, SO42-, CO3, NO2,

Anion polimer okso seperti silikat, borat, atau fosfat terkondensasi

Anion kompleks halida seperti TaF6 dan kompleks anion yang


berbasis bangat seperti oksalat .

Reaksi dalam anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis untuk
memudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersamasama. Hal ini meliputi asetat, formiat, oksalat, sitrat, salisilat dan benzoat.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan
reaksi basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah
untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan
untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi kecil.
Untuk uji reaksi kering metode yang sering dilakukan adalah
Reaksi nyala dengan kawat nikrom : Sedikit zat dilarutkan kedalam HCL P. Diatas
kaca arloji kemudian dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom yang bermata
kecil yang telah bersih kemudian dibakar diatas nyala oksidasi.
Reaksi nyala beilstein : Kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas nyala
oksida sampai nyala hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala yang
terjadi berwarna hijau.
Reaksi nyala untuk borat : Dengan cawan porselin sedikit zat padat ditambahkan
asam sulfat pekat dan beberapa tetes methanol, kemudian dinyalakan
ditempat gelap. Apabila ada borat akan timbul warna hijau.
Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang
digunakan untuk kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema
yang kaku karena beberapa anion termaksud dalam lebih dari satu golongan.
Anion-anion dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Anion sederhana seperti O2,F- atau CN-.
Anion oksodiskret seperti NO3- atau SO42-.

Anion polimer okso seperti silikat, borad, atau fospat terkondensasi.


Anion kompleks halide, seperti TaF6 dan kompleks anion yang mengandung anion
berbasa banyak seperti oksalad
Reaksi-reaksi

dalam

anion

ini

akan

dipelajari

secara

sistematis

untuk

memudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersamasama, ini meliputi asetat, format, oksalad, sitrat, salisilad, benzoad, dan saksinat.
Reaksi Anion
Anion golongan A
Cl1. Cl- + AgNO3 AgCl putih + NO3AgCl + 2NH3 Ag(NH3)2 + Cl2. Cl- + Pb(CH3COO)2 PbCl2 putih + 2 CH3COO3. Cl- + CuSO4 I1. I- + AgNO3 AgI putih + NO32. I- + Ba(NO3)2
3. 2I- + Pb(CH3COO)2 PbI2 + 2 CH3COOSCN1. SCN- + AgNO3 AgSCN putih + NO3
2. SCN- + Pb(CH3 COO)2 Pb(SCN)2 putih + 2CH3COO-

3. SCN- + Pb(CH3 COO)2 Pb(SCN)2 putih + 2CH3COOGolongan B


S21. S2- + AgNO3 Ag2S hitam + 2NO3
Ag2S + HNO3
2. S2- + FeCl3 FeS hitam + HNO3
3. S2- + Pb(CH3COO)2 PbSO4 hitam + 2CH3COOGolongan C
CH3 COO1. CH3COO- + H2SO4 CH3 COOH + SO4
2. CH3COO- + Ba(NO3)2
3. CH3COO- + 3FeCl3 + 2H2O (CH3COO)6 + 2HCL + 4H2O
3Fe (OH)2
CH3COO- merah + 3CH3COOH +HCL
Golongan D
SO321. SO32- + AgNO3 Ag2SO3 putih + 2 NO3
Ag2SO3 + 2HNO3 2AgNO3 + H2SO4

2. SO32- + Ba(NO3 )2 BaSO3 putih + 2NO3


BaSO3 + 2HNO3 Ba(NO3)2 + H2SO3
3. SO32- + Pb(CH3COO)2 PbSO3 putih + 2CH3 COOPbSO3 + 2HNO3 Pb(NO3)

+ H2SO3

CO321. CO32- + AgNO3 Ag2CO3 putih + 2NO3Ag2CO3 + 2NO3- 2AgNO3 + H2CO3


2. CO32- + Mg(SO4)2 MgCO3 putih + 2SO42Golongan E
S2O3
1. S2O32- + FeCl3 Fe(S2O3 )3 Cl + 2Cl2. Pb(CH3COO)2 PbS2O3 putih + 2CH3COOGolongan F
PO431. PO43- + Ba(NO3 )2 Ba3(PO4 )2 putih + 2NO32. PO43- + FeCl3 FePO4 putih kuning + 3 ClGolongan G
1. Anion NO32- coklat tipis + FeSO4 + H2SO4 P.

2. NO32- + 4H2SO4 + 6FeSO4 6Fe + 2NO + 4SO4 + 4H2O


Reaksi kering
Yakni reaksi uji tanpa melarutkan sampel. Reaksi ini terdapat beberapa
macam jenis, diantaraknya :
Uji Manik fosfat
Digunakan

garam

mikroskomik,

natrium

ammonium

hydrogen

fosfat

tetrahidrat, manik tembus cahaya tak berwarna mengandung natrium


metafosfat.
Uji nyala
Bagian terpanas nyala adalah pada zona pelelhan yang terletak pada kirakira sepertiga ketinggian nyala, daerah ini dimanfaatkan untuk menguji
kedapat lelehan zat dan juga mlelngkapi dalam menguji keatsirian relative
dari zat-zat atau campuran zat.
Uji Spektroskopi
Untuk

memisahkan

cahaya

atau

rona-rona

komponennya

dan

mengidentifikasikan kation yang ada oleh perangkat rona yang khas itu.
Pemanasan
Yaitu teknik dengan cara zat disimpan dalam sebuah tabung pengapian
yang dibuat dari pipa kaca lunak, dan dipanasi dalam sebuah nyala Bunsen,
mula-mula dengan lembut nda kemudian dengan lebih kuat.
Uji Manik natrium karbonat, manik natrium karbonak disiapkan dengan
melelehkan sedikit natrium karbonat pada lingkaran kawat pt dalam nyala
Bunsen, diperoleh pantulan kecil tak tembus cahaya, jika dibasahi, maka

akan dibenamkan dala kalium nitrat dan sedikit manga, sehingga terbentuk
manik hijau natrium mangannat (G.Svehla, 1979)
Uji Pipa Tiup
Suatu nyala mengoksid diperoleh dengan memegang mulut pipa dengan
pipa itu kira-kira sepertiga kedalam nyala dan meniup dengan lebih kuat
dalam arah sejajar dengan puncak pemabkar.
Uji Manik Borak
Manik dan zat yang menempel mula-mula dipanasi dalam nyala mereduksi
bawah, dibiarkan dingin dan warnanya diamati. Kemudian manik itu
dipanasi dalam nyala mengoksid bawah, biarkan dingin dan warnanya
diamati lagi.

BAB III
BAHAN, ALAT DAN METODE
3.1. Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu : Sampel zat
sebanyak 5 jenis, 4 jenis berbentuk cairan dan satu jenis berbentuk
serbuk.
Digunakan pula Boraks, NH4, CH3COO-, dan NH3 dalam proses
percobaan ini.
3.2. Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu : Tabung reaksi,
gelas ukur, plat tetes, pipet tetes, batang pengaduk, pembakar Bunsen,
kawat kasa, penjepit tabung, dan rak tabung reaksi.

3.3 Metode Percobaan


3.3.1. Pemeriksaan secara Organoleptik
Periksa wujud zat dengan cermat, amati apakah mempunyai bau,
warna atau rasa yang khas.
Beberapa senyawa berwarna yang biasa dijumpai :
Merah : Pb3O4, As2S2, HgO, HgS, Sb2S3, CrO3, K3 (Fe(CN)6)
Jingga-merah : bikromat
Ungu kemerahan : permanganate
Kemerah-merahan : garam-garam mangan dan kobal terhidrasi.
Kuning : Cds, As2S3, SnS2, Pbl2, HgO, garam-garam fero, garamgaram nikel dll
Biru : garam-garam kobal anhidris, garam-garam kupri
terhidratasi, biru berlin
Coklat : PbO2, CdO, Fe2O3 dll
Hitam : PbS, CuS, CuO, HgS, dll
3.3.2. Pemeriksaan Secara Tes Nyala
Sedikit zat (+ 50 mg) diletakkan dalam plat tetes, kawat Pt atau
Ni/Cr, sebelum digunakan dicelupkan dulu ke dalam HCl pekat lalu bakar
untuk membersihkannya dari kotoran yang menempel lalu celupkan ke
dalam sampel kemudian bakar dalam api oksidasi Bunsen. Amati warna

nyala api yang terjadi. Nyala Na dapat menutupi nyala unsur lainnya,
untuk menanggulanginya dapat dilakukan dengan melihat nyala melalui
kaca kobal, dimana warna nyala Na diserap sehingga warna unsur
lainnya tampak lebih jelas.

Unsur

Warna
langsung

nyala

Warna nyala melalui kaca


kobal

Na

Kuning Emas

Violet

Merah padam

Ca

Merah bata

Hijau terang

Sr

Merah padam

Violet

Ba, Mo

Hijau kekuningan

Hijau kebiruan

Cu, Borat

Hijau

Pb, As, Sb, Bi

Biru pucat

Tabel 1. Pemeriksaan Tes Nyala


3.3.3. Pemeriksaan dengan mutiara boraks (manik boraks)
Buat manik boraks dalam lingkaran/cincin kecil pada ujung kawat Pt
atau Ni/Cr dengan mencelupkan kawat panas dan bersih kedalam boraks
padat, panaskan dalam api Bunsen, didapat manik yang tidak berwarna
dan transparan. Celupkan manik panas ke dalam sampel dan panaskan
dalam nyala oksidasi Bunsen. Amati warna manik tersebut, dalam
keaadaan panas dan dingin. Panaskan lagi manik tersebut dalam nyala
reduksi dan amati pula warnanya dalam keadaan panas dan dingin.

Logam

Oksidasi

Reduksi

Panas

Dingin

Panas

Dingin

Cu

Hijau

Biru

Tidak berwarna

Merah

Fe

Coklat
kuning

Kuning

Hijau

Hijau

Cr

Kuning
gelap

Hijau

Hijau

Hijau

Mn

Violet

Violet

Tidak Berwarna

Tidak
berwarna

Co

Biru

Biru

Biru

biru

Ni

Coklat
merah

Abu-abu

Tabel 2. Pemeriksaan dengan Mutiara Boraks


3.3.4. Reaksi dengan H2SO4 pekat
+ 0,1 g sampel dalam tabung ditambahkan 1-2 ml H 2SO4 pekat, panaskan.
Periksa gas yang terbentuk. Lihat table dibawah ini.

No

Warna Gas

Bau Gas

Gas yang
terjadi

Asal

1.

Menusuk

HCl

Klorida

2.

Merah

Menusuk

HBr & Br

Bromida

3.

Violet

Menusuk

HI & I2

Iodida

HNO3 & HNO2

4.

Coklat

Menusuk

ClO2

Nitrat

5.

Kuning

Meslu

Cl2

Klorat

6.

Hijau kekuningan

Merangsang

HF

Klorida

7.

Menusuk

Fluoresein

8.

MnO4

9.

Ungu

Mn2O7

Formiat

10. Tbw

CO

Oksalat

11. -

Bau cuka

CO + CO2

Sianida,
fero/fe

12. -

13. D. kuning

Risianida
HOAC

Oksalat

O2

Asetat

COS, SO2,

Feroksida
Tiosianat

14. Merah

Br2 + O2

Bromat

Tabel 3. Pemeriksaan dengan Reaksi H2SO4 pekat

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Percobaan
Pemeriksaan Secara Organoleptik

Hasil pengamatan dari percoban secara organoleptik diperoleh data sebagai


berikut :

Sampel

Warna

Bau

Bentuk

Kuning

Tidak Berbau

Serbuk

II

Bening

Tidak Berbau

Cair

III

Ungu Kemerahan

Tidak Berbau

Cair

IV

Bening

Tidak Berbau

Cair

Bening

Tidak Berbau

Cair

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Secara Organoleptik


Pemeriksaan secara Kering
Tes Nyala
Hasil pengamatan dari percoban pada tes nyala diperoleh data
sebagai berikut :

Sampel

Warna

Keterangan

Kuning emas

Perkiraan Na

II

Hijau Kekuningan

Perkiraan Ba, Mo

III

Biru Pucat

Perkiraan Pb, AS, Sb, Bi

IV

Hijau

Perkiraan Cu/borat

Violet

Perkiraan K

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Secara Tes Nyala


Tes Pemeriksaan dengan Mutiara Boraks (Manik Boraks)
Hasil pengamatan dari percoban pada pemeriksaan dengan manik
boraks diperoleh data sebagai berikut :

Sampe
l

Oksidasi

Reduksi
Keterangan

Panas

Dingin

Panas

Dingin

Coklat
Kuning

Kuning

Hijau

Hijau

Perkiraan Fe

II

Kuning
Gelap

Hijau

Hijau

Hijau

Perkiraan Cr

III

Biru

Biru

Biru

Biru

Perkiraan Co

IV

Hijau

Biru

Tidak
Berwarna

Merah

Perkiraan Cu

Coklat
Merah

Abu-abu

Perkiraan Ni

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan dengan Mutiara Boraks (Manik Boraks)


Reaksi dengan H2SO4 pekat
Hasil pengamatan dari percoban dengan H 2SO4 diperoleh data
sebagai berikut :

Sampe

Warna

Bau Gas

Reaksi

Keterangan

Gas

Coklat

Menusuk

Terjadi
letupan

II

Menusuk

Terjadi
letupan

letupan- Perkiraan
HNO3
dan
HNO2
letupanPerkiraan HCl

Terjadi letupan kecil


III

IV

Kuning

Meslu

Merah

Perkiraan
CO+CO2
Terjadi letupan agak
Perkiraan ClO2
besar
Terjadi letupan besar
Perkiraan
Br2+O2

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan dengan H2SO4 pekat


4.2. Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Shvehla, G. 1995. Vogel Buku Teks Analisis Makro dan Semimikro I. PT. Kalman
Media Pustaka: Jakarta.
Haryadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia: Jakarta.

Diposkan oleh sani.novia di 08.40

Sabtu, 21 Desember 2013


Sintesis Aspirin
Sintesis Aspirin
1.

Tujuan : Mengetahui proses pembuatan aspirin

2.

Dasar teori :
Aspirin adalah zat sintetik pertama di dunia dan penyebab utama
perkembangan industri farmateutikal. Bayer mendaftarkan aspirin sebagai merek
dagang pada 6 Maret 1899. Felix Hoffmann bukanlah orang pertama yang
berusaha untuk menciptakan senyawa aspirin ini. Sebelumnya pada tahun1853,
seorang ilmuwan Perancis bernama Frederick Gerhardt telah mencoba untuk
menciptakan suatu senyawa baru dari gabungan asetil klorida dan sodium
salisilat. Aspirin dijual sebagai obat pada tahun 1899 setelah Felix Hoffmann
berhasil memodifikasi asam salisilat, senyawa yang ditemukan dalam kulit kayu
dedalu.
Asam asetil salisilat mempunyai nama sinonim asetosal, asam salisil
atasetat dan yang paling terkenal adalah aspirin (brandname produk dari Bayer).
Serbuk atau kristal asam asetil salisilat dari tidak berwarna sampai berwarna
putih. Asam asetilsalisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi perlahan
jikaterkena uap air menjadi asam asetat dan asam salisilat. Nilai titik lebur dari
asam asetil salisilat adalah 1350C. Aspirin atau asam asetil salisilat atau asetosal
adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai
senyawa analgesik (anti nyeri), antipiretik (penurun panas), dan anti inflamasi
(anti peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan
dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangn jantung.
Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok
senyawa glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian gula yang
terikat pada non-glikosida L. Aglikon dalam salian adalah salial alkohol dan
tereduksi sempurna menjadi asam salisilat.
Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat, yaitu dengan mereaksikannya dengan
anhidrida asetat. Pada pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi

esterifikasi. Ester

merupakan

turunan

asam

karboksilat

yang

gugus OH

darikarboksilnya diganti dengan gugus OR dari alkohol. Ester dapat dibuat dari
asamdengan alkohol, atau dari anhidrida asam dengan alcohol. Suatu ester
asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2R dengan R
dapat berbentuk alkil maupun aril. Alkohol dengan asam karboksilat dan turunan
asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi
esterifikasi. (Fessenden & Fessenden, 1986)
Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversible.
Anhidrida asam ialah turunan dari asam dengan mengambil air dari dua gugus
karboksil

dan

menghubungkan

fragmen-fragmennya. Esterifikasi

atau

pembentukan ester terjadi jika asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol


primer atau sekunder dengan sedikit asam mineral sebagai katalis. Produksi
ester secara industri dilakukan dengan mereaksikan anhidrida asam dengan
alkohol. Ester yang dibuat dengan cara ini adalah asam asetil salisilat atau yang
lebih dikenal dengan aspirin. (http://id.scribd.com/)
Aspirin ini dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari aspirin
yaitu asam salisitat direaksikan dengan asam asetat anhidrad atau dapat juga
direaksikan dengan asam asetat glasial bila asam asetat anhidrad sulit untuk
ditemukan. Asam asetat anhidrad ini dapat digantikan dengan asam asetat
glasial karena asam asetat glasial ini bersifat murni dan tidak mengandung air
selain

itu

asam

asetat

anhidrad

juga

terbuat

dari

dua

asan

asetat glasial sehingga pada pereaksian volumenya semua digandakan. Pada


pembuatan

aspirin

juga

ditambahkan

berlangsung

cepat

dan

akan

air

terbentuk

untuk

melakukan

endapan.

Endapan

rekristalisasi
inilah

yang

merupakan aspirin.

3.

Alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu bulat,cawan petri,batang
pengaduk,penanggas air,corong dan kertas saring.Bahan yang dipakai adalah
asam salisilat,asam sulfat pekat,asam asetat pekat dan aquades.

4.

Cara kerja
Ditimbang 2,5 gram asam salisilat lalu diukur 5ml asam asetat kemudian
dimasukkan kedalam labu bulat dan ditambahkan 3 tetes asam sulfat

pekat,digoyangkan labu bulat hingga semua bercampur.Kemudian dipanaskan


selama 15 menit pada suhu 500 C kemudian didinginkan dan ditambahkan 37,5
mL aquades lalu di aduk dan disaring menggunakan kertas saring.
5.

Hasil pengamatan

Terbentuknya endapan dikertas saring dan itu adalah aspirin.

6.

Pembahasan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk melakukan sintesis aspirin dari asam
salisilat dan anhidrat asetat dengan metode asetilasi. Aspirin merupukan turunan
dari asetil salisilat yang sangat berkhasiat, diantaranya berfungsi sebagai
analgetik, antiseptic, penghambat pembentukan hormon, agen peuretik, agen
untuk mengatasi sindrom batter. Aspirin dapat dihasilkan dengan menggunakan
reaksi esterifikasi dengan metode asetilasi. intetis aspirin termasuk reaksi
esterifikasi. Asam salisilat dicampur dengan anhidrin asetat, menyebabkan
reaksi kimia yang mengubah grup alkanol asam salisilat menjadi grup asetil (ROHR-OCOCH3). Proses ini menghasilkan aspirin dan asam asetat, yang
merupakan aspirin sampingan. Digunakan anhidrat asetat karena untuk mencegah
adanya air, sebab bila terdapat air maka kristal aspirin akan terurai kembali menjadi asam
salisilat. Adapun fungsi dari penggunaan asam sulfat pekat yaitu sebagai katalisator yang
mempercepat terjadinya reaksi namun tidak ikut bereaksi.

Dilakukan pemanasan untuk menaikkan kelarutan asam salisilat yang terbentuk

sehingga dapat berekasi sempurna.Sejumlah kecil asam sulfat umumnya


digunakan sebagai katalis. Asam sulfat berfungsi sebagai donor proton sehingga
ikatan rangkap pada anhidrin asetat lebih mudah terbuka lalu bergabung dengan
asam salisilat yang kehilangan hidrogennya.

Kesimpulan
Aspirin adalah obat antiseptik yang dapat dihasilkan dari proses eseterifikasi
dengan metode asetilasi

Daftar pustaka
Fessenden & Fessenden. 1986.Kimia Organik Jilid 2 Edisi 3. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Muchiagloss. (2013, April 18). Manfaat Aspirin.
http://medicalera.com/3/3414/manfaat-aspirin
Puteri,

Retrieved

from

R. F. (2013, April 18). Pembuatan Aspirin. Retrieved


http://id.scribd.com/doc/90675145/Pembuatan-Aspirin

Medicalera:
from

Scribd:

Wikipedia.
(2013,
April
18). Aspirin.
Retrieved
from
Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Aspirin. Penetapan bahan organik tanah adalah berdasarkan
oksidasi. Macam oksidasi yang sering digunakan untuk penetapan bahan organik adalah
oksidasi basah dan oksidasi kering. Penetapan bahan organic pada percobaan ini
menggunakan cara oksidasi basah , menurut metode Walkey Black, dimana bahan organic
tanah dioksidasi oleh kalium dikromat berlebih diberikan untuk mengoksidasi bahan organic.
Kalium dikhromat yang berlebihan tidak digunakan untuk proses oksidasi tersebut, di titrasi
dengan ferrosulfat yang sudah diketahui normalitasnya. Difinilamine dalam H2SO4 pekat
digunakan untuk petunjuk titik akhir titrasi sedangkan pemberian H3PO4 85% untuk
menghilangkan gangguan yang mungkin timbul karena adanya ion Ferro.Reaksi yang
berlangsung pada dasarnya sebagai berikut :
3 C + 2 Cr2O7 + 16 H+ 3 CO2 + 4 Cr2 + 8 H2O
Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui kandungan bahan organik yang ada dalam tanah
Untuk mengetahui factor factor yang mempengaruhi kandungan bahan organic dalam
tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system kompleks dan
dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah
yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi,
fisika, dan kimia (Kononova, 1961).
Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau
humus.
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk
mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan
tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan
organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah
merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung
meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya
meningkat.(red) Bahan organik tanah juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah.
Tanah yang sehat memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Sedangkan tanah
yang tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Kesehatan tanah penting
untuk menyamin produktivitas pertanian.
Bahan organik dalam tanah merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai bahan
penyusun tanah. Kadar bahan organik yang terdapat dalam tanah Alfisol berkisar antara
(0,05-5) % dan merupakan tanah yang ideal untuk lahan pertanian, dan untuk tanah organik
mendekati 60 % dan pada Titik oleh kadar bahan organik memperlihatkan kecenderungan
yang menurun (Pairunan, dkk., 1985)
Bahan organik memiliki peranan sangat penting di dalam tanah. Bahan organik tanah terdiri
dari sisa-sisa tumbuhan atau binatang melapuk. Tingkat pelapukan bahan organik berbedabeda dan tercampur dari berbagai macam bahan.
Fungsi Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki
beberapa peranan kunci di tanah. Peranan-peranan kunci bahan organik tanah dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
Fungsi Biologi:
menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuk organisme (termasuk mikroba)
tanah menyediakan energi untuk proses-proses biologi tanah memberikan kontribusi pada
daya pulih (resiliansi) tanah
Fungsi Kimia:
merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah penting untuk daya pulih tanah akibat
perubahan pH tanah menyimpan cadangan hara penting, khususnya N dan K
Fungsi Fisika:

mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah untuk meningkatkan stabilitas struktur
tanah meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air perubahahan moderate
terhadap suhu tanah.
Fungsi-fungsi bahan organik tanah ini saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebagai
contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat
meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan
meningkatkan daya pulih tanah (www.csiro.au).
Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan karena
mempengaruhi jumlah bahan organik. Miller et al. (1985) berpendapat bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat dan jumlah bahan
organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur tanah, tingkat aerasi tanah,
topografi dan sifat penyediaan hara.
Pemberian bahan organik ke dalam tanah memberikan dampak yang baik terhadap tanah,
tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan memberikan respon yang positif apabila tempat
tanaman tersebut tumbuh memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangannya.
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur tumbuh
tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam
amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik (Brady,
1990)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ALAT DAN BAHAN


ALAT :
Erlenmeyer 250 ml atau 500 ml
Pipet volume 1o ml
Gelas ukur 20 ml
Buret dan statif
BAHAN :
H3PO4 85%
H2PO4 pekat 96 %
NaF Kristal
K2Cr2O7 (49,04 g K2Cr2O7 dilarutkan dalam aquades hingga 1000 ml)
Indikator difenilamin
Larutan Fe2SO4 1 N

CARA KERJA :
Menimbang 0,5 g contoh tanah yang telah dihaluskan ke dalam tabung erlenmeyer 250 ml.
Memipet 10 ml Kalium dikhromat 1 N dan menuangkan dalam Erlenmeyer, menggoyang
dengan hati hati sehingga tidak terjadi butir butir tanah menempel didinding labu.
Menambahkan 20 ml asam sulfat pekat dan mengaduk betul hingga rata, harus terjadi
kontak reagen dengan tanah (melakukan pada kamar asam)
Memantapkan selama 30 menit
Menambahkan 200 ml aquades
Menambahkan 10 ml H3PO4 85% dan 0,2 g NaF dalam Erlenmeyer.
Menambahkan indicator difenilamin 10 tetes.
Mentitrasi dengan larutan ferrosulfat (warna akan berubah dari biru gelap menjadi hijau)
Rumus untuk mengetahui % C :
% C=((vol blanko-vol contoh)x 3)/(vol blanko x 0,5)
Kandungan bahan organic tanah (%) = %C x 1,729

BAB IV HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan
I II III IV
Volume blanko (ml) 21.4 21.4 21.4 21.4
Volume contoh (ml) 20.8 15.7 19.4 17.7
%C 0.168224 1.598131 0.560748 1.037383
bahan OT 0.29086 2.763168 0.969533 1.793636
Kategori sangat rendah sedang sangat rendah rendah

No Penambahan Bahan Warna

1 + Kalium khromat Orange


2 + asam sulfat pekat Merah bata
+ aquades Coklat muda
3 +asam pospat 85% Colkat muda
4 + indicator definilamine Hijau gelap kebiruan
5 + titrasi dengan ferrosulfat Hijau terang

Kelompok III
% C=% C=((vol blanko-vol contoh)x 3)/(vol blanko x 0,5) = ((21,4 ml-19,4 ml)x 3)/(21,4 ml x
0,5)= 0.560748
Kandungan bahan organic tanah (%) = 0.560748 x 1,729 = 0,969533
Pembahasan
Tanah tersusun dari bahan padatan, cair, dan udara. Bahan padatan tersebut terdiri dari
bahan mineral dan bahan organic. Bahan mineral terdiri dari partikel pasir, debu dan liat.
Ketiga partikel ini menyusun tekstur tanah. Bahan organik dari tanah mineral berkisar 5%
dari bobot total tanah. Meskipun kandungan bahan organik tanah mineral sedikit (+5%)
tetapi memegang peranan penting dalam menentukan Kesuburan Tanah (dasar dasar ilmu
tanah.blogspot.com).
Komposisi Biokimia Bahan Organik Menurut Waksman (1948) dalam Brady (1990) bahwa
biomassa bahan organik yang berasal dari biomass hijauan, terdiri dari : (1) air (75%) dan
(2) biomass kering (25%).
Tanah mempunyai kandungan bahan organic yang bervariasi . Banyak sedikitnya jumlah
bahan organic yang terdapat pada tanah disebabkan oleh kadar komponen biomassa kering
yang mencakup unsure; (1)Karbon(C=44%),(2)Oksigen(O=40%),(3)Hidrogen(H=8%),dan(4)
Mineral (8%). Penetapan bahan organic menggunakan metode oksidasi yang mana cara
kerjanya adalah dengan mengoksidasi bahan organic tanah. Bahan yang digunakan
mencakup kalium khromat itu sendiri yang berfungsi untuk mengoksidasi bahan organic.
Ferrosulfat untuk mentitrasi kalium khromat berlebih yang tidak digunakan untuk proses
oksidasi. Definilamine dan asam sulfat pekat yang digunakan untuk petunjuk titik akhir titrasi.
Dan pemberian asam pospat 85% untuk menghilangkan gangguan yang mungkin timbul
karena adanya ion ferro, serta NaF untuk memperkuat atau memperjelas warna (tapi tidak
digunakan karena limit).
Pada pengamatan timbul warna yang berbeda setiap kali pencampuran bahan, yang
menunjukkan telah terjadinya reaksi antar bahan. Data pada table pengamatan diatas. Akan
tetapi warna yang di titik beratkan adalah pada kondisi setelah ditambah indicator dan pada
kondisi dititrasi. Karena perubahan warna dari hijau gelap kebiruan menjadi hijau mudah
adalah penunjuk yang menyatakan jumlah volume titrasi, yang nantinya volume ini sebagai
nilai volume contoh untuk menentukan % kandungan bahan organic di tanah setelah .

Data hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan kandungan bahan organic pada
kelompok I, II, III dan IV. Penyebabnya adalah contoh tanah yang digunakan sebagai bahan
pengamatan untuk masing masing kelompok berbeda. Pada hasil pengamatan kelompok
III didapat % kandungan bahan organic = 0.969533 % yang termasuk dalam kategori
kandungan bahan organiknya sangat rendah. Hal ini dipengaruhi oleh banyak factor, Seperti
factor yang telah disebutkan diatas yaitu perbedaan jenis contoh tanah, dari factor ini kita
bisa menjabarkan lebih rinci yaitu :
Kedalaman tanah; kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organic dan N, kadar bahan
organic terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm, makin ke bawah makin
berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organic memang terkonsentrasi di lapisan
atas.
Tekstur; tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat makin tinggi pula bahan
organic dan N tanah bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan
memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan organic cepat habis.
Iklim yang termasuk didalamnya suhu dan curah hujan; makin ke daerah dingin makin tinggi
kandungan bahan organic dan N. pada kondisi yang sama kadar bahan organic dan N
bertambah dua hingga tiga kali lipat tiap suhu tahunan rata rata turun 100C . bila
kelembaban efektif meningkat kadar bahan organic dan N juga bertambah. Hal ini
menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah .
Drainase; drainase yang buruk dimana airnya berlebih, menyebabkan oksidasi terhambat
karena aerasi buruk, hal ini menyebabkan kadar bahan organic dan N lebih tinggi daripada
tanah berdrainase baik. Jadi semakin drainase air baik, kandungan bahan organik dalam
tanah justru akan semakin kecil, dikarenakan ruang pori yang terisi udara akan
mempercepat oksidasi (Nurhajati H., 1986)

Selain itu juga terdapat factor penunjang yang ikut andil dalam mempengaruhi % kandungan
bahan organic di tanah dilihat dari sumber bahan berasal. Sumber Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah dapat berasal dari:
Sumber primer bahan organik dalam tanah Alfisol adalah jaringan tanaman, berupa akar,
batang, ranting, daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan
terangkut ke Titik bawah serta diinkorporasikan dengan tanah.(Islami, T., 1995).
Sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang dapat berupa: kotorannya dan
mikrofauna.
Sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: (a) pupuk kandang, (b) pupuk
hijau, (c)pupuk bokasi (kompos), dan (d) pupuk hayati.

BAB V KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa kandungan bahan organik tanah pada
masing masing kelompok berbeda dengan rata rata termasuk dalam kategori

kandungannya sangat rendah dan pada kelompok III = 0.969533 % yang masuk dalam
kategori sangat rendah.
factor factor yang mempengaruhi kandungan bahan organic dalam tanah :
Kedalaman tanah,
Tekstur,
Iklim yang termasuk didalamnya suhu dan curah hujan, dan
Drainase
Sumber bahan organic : Sumber primer, Sumber sekunder, dan Sumber lain dari luar

DAFTAR PUSTAKA
-------, Bahan Organic.www.csiro.au. desember 2009
-------, Dasar dasar ilmu tanah.blogspot.com. desember 2009
Brady. 1990. Bahan organic dalam Anisuryani. IPB
Hakim, N. 1986. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung : Lampung
Islami, T., 1995 Bahan organic dalam Wikipedia. Desember 2009
Kononova. 1961. Bahan organic dalam Anisuryani. IPB
Miller .1985. Bahan organic dalam Anisuryani. IPB
Pairunan. 1985. Bahan organic dalam Anisuryani. IPB

Stevenson .1994. Bahan organic dalam Anisuryani.


IPBMicrobiology Site
Just another WordPress.com site

Menu
Skip to content

Home

About

Mengenal Beberapa Medium untuk Mikrobia


Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji
sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya

harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada
media. Berikut ini beberapa media yang sering digunakan secara umum dalam mikrobiologi.
Lactose Broth
Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air,
makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk
Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton
dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa
menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme koliform.
Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test untuk koliform.
Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa.
EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi
untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa,
danSalmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti
berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya
tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut.
Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh
terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun
media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli.
Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis
bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan eosin
dan metilin bklue sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang
meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan
bakteri koli yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah
bakteri coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most
probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat digunakan
untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air.
Nutrient Agar
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk
pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian
mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak
beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam
prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok
kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam
kultur murni.
Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat
1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan
autoklaf pada 121C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan.
Nutrient Broth
Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya sama

dengan nutrient agar. Nutrient broth dibuat dengan cara sebagai berikut.
1.Larutkan 5 g pepton dalam 850 ml air distilasi/akuades.
2.Larutkan 3 g ekstrak daging dalam larutan yang dibuat pada langkah pertama.
3.Atur pH sampai 7,0.
4.Beri air distilasi sebanyak 1.000 ml.
5.Sterilisasi dengan autoklaf.
MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)
MRSA merupakan media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960)
untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis
bahan. MRS agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui
untuk beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien
diperkaya MRS agar tidak sangat selektif, sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis
Leuconostoc serta jenis bakteri lain dapat tumbuh. MRS agar mengandung:
1.Protein dari kasein 10 g/L
2.Ekstrak daging 8,0 g/L
3.Ekstrak ragi 4,0 g/L
4.D (+) glukosa 20 g/L
5.Magnesium sulfat 0,2 g/L
6.Agar-agar 14 g/L
7.dipotassium hidrogen phosphate 2 g/L
8.Tween 80 1,0 g/L
9.Diamonium hidrogen sitrat 2 g/L
10.Natrium asetat 5 g/L
11.Mangan sulfat 0,04 g/L
MRSB merupakan media yang serupa dengan MRSA yang berbentuk cair/broth.
Dari enidchemicals.com
Trypticase Soy Broth (TSB)
TSB adalah media broth diperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan penumbuhan
bermacam mikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimen
laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen.
Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan
substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam
mikroorganisme. Dekstrosa adalah sumber energi dan natrium klorida mempertahankan
kesetimbangan osmotik. Dikalium fosfat ditambahkan sebagai buffer untuk mempertahankan
pH.
Plate Count Agar (PCA)
PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan.
PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan (casein enzymic hydrolisate, yeast extract,
dextrose, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf (15

menit pada suhu 121C). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis
mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang
menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast
mensuplai vitamin B kompleks.
APDA
Media APDA berfungsi untuk menumbuhkan dan menghitung jumlah khamir dan yeast yang
terdapat dalam suatu sampel. Khamir dan yeast akan tumbuh dengan optimal pada media
yang sesuai. Adanya asam tartarat dan pH rendah maka pertumbuhan bakteri terhambat.
APDA dibuat dengan merebus kentang selama 1 jam/45 menit, agar dilelehkan dalam 500 ml
air. Campurkan ekstrak kentang dalam agar lalu ditambahkan glukosa dan diaduk rata. Pada
APDA jadi ini juga ditambah asam tartarat.
Potato Dextrose Agar (PDA)
PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga
digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan.
PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak
kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang
baik untuk pertumbuhan bakteri. Cara membuat PDA adalah mensuspensikan 39 g media
dalam 1 liter air yang telah didestilasi. campur dan panaskan serta aduk. Didihkan selama 1
menit untuk melarutkan media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121C selama 15
menit. Dinginkan hingga suhu 40-45C dan tuang dalam cawan petri dengan pH akhir
5,6+0,2.
VRBA (Violet Red Bile Agar)
VRBA dapat digunakan untuk perhitungan kelompok bakteri Enterobactericeae. Agar VRBA
mengandung violet kristal yang bersifat basa, sedangkan sel mikroba bersifat asam. Bila
kondisi terlalu basa maka sel akan mati. Dengan VRBA dapat dihitung jumlah bakteri E.coli.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat VRBA adalah yeast ekstrak, pepton, NaCl,
empedu, glukosa, neutral red, kristal violet, agar). Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur
dengan 1 liter air yang telah didestilasi. Panaskan hingga mendidih sampai larut sempurna.
Dinginkan hingga 50-60C. Pindahkan dalam tabung sesuai kebutuhan, pH akhir adalah 7,4.
Campuran garam bile dan kristal violet menghambat bakteri gram positif. Yeast ekstrak
menyediakan vitamin B-kompleks yang mendukung pertumbuhan bakteri. Laktosa
merupakan sumber karbohidrat. Neutral red sebagai indikator pH. Agar merupakan agen
pemadat.
PGYA
Media ini berfungsi untuk isolasi, enumerasi, dan menumbuhkan sel khamir. Dengan adanya
dekstrosa yang terkandung dalam media ini, PGYA dapat digunakan untuk mengidentifikasi
mikroba terutama sel khamir. Untuk membuatnya, semua bahan dicampur dengan ditambah
CaCO3 terlebih dahulu sebanyak 0,5 g lalu dilarutkan dengan akuades. Kemudian
dimasukkan dalam erlenmeyer dan disumbat dengan kapas lalu disterilisasi pada suhu 121C
selama 15 menit.

SSA
Medium SSA (Salmonella Shigella Agar) merupakan medium diferensial untuk melakukan
isolasi selektif dari enterobakter patogenik khususnya genus Salmonella dan Shigella.
Medium ini dapat menghampat pertumbuhan mikrobia garam- positif. Kandunganya adalah
ekstrak daging (5 g), kasein pankreas (2.5 g), peptida dari jaringan tanaman (2.5 g), laktosa
(10 g), garam empedu (8.5 g), sodium sitrat (8.5 g), sodium tiosulfat (8.5 g), besi sitrat (1 g),
neutral red (0.025 g), agar (13.5 g) dan brilliant green (0.330 mg).
ENDO AGAR
Medium ENDO agar merupakan medium selektif untuk deteksi dan isolasi E. coli dan
mikrobia coliform. Adanya sodium sulfat dan fuksin akan menghambat pertumbuhan
mikrobia gram- positif. E. coli dan mikrobia coliform akan memetabolisme laktosa dan
menghasilkan aldehid dan asam. Aldehid akan melepaskan fuksin dari senyawa fuksin- sulfat,
fuksin kemudian akan mewarnai koloni merah, dan E. coli akan terlihat berwarna hijau
metalik. Kandungan medium ini adalah pepton (10 g), Na2HPO4 (2.5 g), laktosa (10 g),
sodium sulfat anhidrose (3.3 g), pararosanilin/ fuksin (0.3 g) dan agar (12.5 g).
Medium BGBB
Medium BGBB (Brilliant Green Bile Broth) merupakan medium untuk perhitungan
(enumeration) bakteri coliform yang toleran panas dan E. coli di dalam susu, atau produk
olahan susu lainya, air minum dan air limbah. Adanya bile dan brilliant green akan
menghambat mikrobia gram- positif dan gram negatif lain selain coliform. Perkembangan
mikrobia coliform dalam medium ini ditunjukan dengan adanya kekeruhan dan pembentukan
gas dalam tabung durham sebagai hasil fermentasi laktosa. Kandungan medium ini adalah
tripton (10 g), bacteriological ox bile/ bakteriologis empedu sapi (20 g), laktosa (10 g) dan
brilliant green (13.3 mg).

Jul
14

LAPORAN FLAME FOTOMETRI (FOTOMETER NYALA)


I TUJUAN
a. Dapat menentukan kadar Kalium (K) dalam senyawa

b. Dapat menentukan kadar Kalium (K) dalam sampel Semangka


c. Mengetahui prinsip kerja alat Flame Fotometer (Fotometer Nyala)

II TEORI DASAR
Landasan Teori
Apabila suatu unsur atau atom dalam keadaan dasar (ground state) diberi
energi yang sangat besar dari luar seperti dibakar pada suhu tinggi akan
menyebabkan

atom

menjadi

tidak

stabil

dimana

elektron-elektron

yang

mengelilingi inti atom akan berpindah ke orbit yang energinya lebih besar.
Elektron-elektron yang berpindah tersebut cenderung kembali ke tempat
kedudukan semula dan sewaktu elektron kembali ke kedudukan semula
dipancarkan cahaya dalam bentuk nyala yang berwarna dengan panjang
gelombang tertentu.
Peristiwa tersebut dikatakan atom dalam keadaan tereksitasi. Jadi yang
dimaksud dengan atom dalam keadaan tereksitasi adalah atom yang bila diberi
energi besar dari luar, elektron-elektron akan berpindah dan elektron yang
berpindah tersebut cenderung kembali ke kedudukan semula serta sewaktu
kembali dipancarkan cahaya dalam bentuk nyala berwarna sesuai dengan
panjang gelombang.
Cahaya atau nyala yang dipancarkan sewaktu peristiwa eksitasi tersebut
di atas dinamakan emisi nyala yang besarnya adalah:
A = a. b. c

E = k. c

E = Emisi nyala
k = konstanta
c = konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi unsur yang terbakar, semakin besar pula emisi
nyala dan warna juga sem akin pekat. Jadi parameter nyala adalah suatu
peralatan yang digunakan untuk menentukan konsentrasi atom atau unsur yang
didasarkan atas pengukuran Emisi nyala apabila unsur tersebut mengalami
peristiwa eksitasi.

Fotometer nyala khusus digunakan untuk menentukan konsentrasi unsurunsur yang terdapat dalam golongan Alkali dan Alkali tanah.
Alkali : Li, Na, K, Rb, Cr, Fr
Alkali tanah : Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra

Peralatan Fotometer Nyala


Komponen-komponen

peralatan

dan

bahan

utama

untuk

peralatan

Fotometer Nyala terdiri dari :


1. BBG (Bahan Bakar Gas)
BBG digunakan untuk membakar unsur atau atom nyala yang berwarna
sebagai bahan bakar gas seperti gas propane (C 3H8) dan gas LPG (Liquid
Petrolium Gas)
2. O2 atau Udara
O2 atau udara digunakan untuk mempertinggi suhu pembakaran.
3. Atomizer (nebulizer)
Atomizer (nebulizer ) adalah suatu alat yang bertujuan untuk mengubah
larutan menjadi butiran-butiran halus yang menyerupai atom.
4. Ruang pembakar
Bertujuan untuk membakar butiran-butiran halus yang menyerupai atom
5. Saringan (filter) cahaya
Saringan cahaya digunakan untuk menyeleksi warna-warna nyala yang
dihasilkan sewaktu atom mengalami eksitasi. Warna-warna nyala tersebut
datang ke filter dan oleh filter dilakukan penyeleksian warna nyala. Warna-warna
nyala dari unsur-unsur yang ditetapkan akan diserap oleh filter. Dan

warna

nyala dari unsur yang ditetapkan akan keluar dari filter. Warna filter yang
digunakan harus sama dengan warna nyala dari unsur yang ditetapkan. Contoh :
warna nyala unsur dari Natrium adalah kuning, maka gunakanlah filter yang
bewarna kuning.

6. Foto sel
Bertujuan untuk mengubah energi cahaya atau warna nyala menjadi energi
listrik berupa kuat arus yang lemah.
7. Amplifier
Bertujuan untuk memperkuat arus
8. Recorder
Bertujuan untuk mencatat emisi nyala dari unsur yang terbakar

Prinsip Kerja Fotometer Nyala


Pertama kali bahan bakar gas dinyalakan dan kemudian dialirkan O 2atau
udara pada tekanan tertentu sa

mpai diperoleh warna nyala biru yang kuat

dan tajam. Langkah berikutnya adalah menentukan unsur apa yang akan
ditentukan dengan jalan menetapkan posisi filter. Celupkan pipa kapiler yang ada
di ujung atomizer ke dalam larutan contoh. Oleh atomizer larutan contoh akan
berubah menjadi butiran-butiran halus yang menyerupai atom. Butiran-butiran
halus yang menyerupai atom tersebut masuk ke dalam ruang pembakaran
sehingga terjadi peristiwa eksitasi dari unsur-unsur.
Hasil peristiwa eksitasi tersebut berupa nyala yang berwarna. Nyala yang
berwarna berasal dari unsur-unsur yang mengalami eksitasi melewati filter atau
saringan cahaya untuk dilakukan penyeleksian warna-warna nyala dari unsurunsur yang tereksitasi. Oleh filter cahaya, warna-warna nyala dari unsur yang
tidak ditetapkan akan diserap oleh filter dan warna nyala dari unsur yang
ditetapkan akan keluar melalui filter. Warna nyala yang keluar dari filter akan
ditangkap oleh foto sel dan oleh foto sel warna nyala akan diubah menjadi
besaran listrik berupa kuat arus yang lemah.
Kuat arus yang lemah diperkuat oleh amplifier sehingga recorder akan
mencatat emisi nyala dari unsur yang akan ditetapkan. Sebelum membaca emisi
nyala unsur yang ditetapkan terlebih dahulu fotometer nyala distandarisasi

dengan aquades. Dimana pembacaan emisi nyala aquades harus angka nol,
apabila fotometernyala telah distandarisasi barulah dibaca emisi nyala unsur
yang akan ditetapkan.

III PROSEDUR KERJA


A. Alat

Labu Uk ur 100 mL

Labu Ukur 50 mL

Gelas Piala 250 mL dan 100 mL

Buret 50 mL

Klem dan Standar

Labu Semprot

Botol Film

Pipet gondok 10 mL dan 1 mL

Pump pipet

Flame Fotometer

B. Bahan

Aquades

Larutan Induk KCl 500 ppm

Sampel Semangka

C. Cara Kerja

Larutan Standar
1. Buat larutan standar KCl 50 ppm dari larutan standar KCl 500 ppm dengan
memipet larutan KCl 500 ppm sebanyak 10 mL dan encerkan dengan
aquades dalam labu ukur 100 mL, lalu homogenkan.
2. Masukkan larutan standar 50 ppm tersebut ke dalam buret.
3. Lalu buat deretan larutan standar Kalium yaitu 0; 1; 2; 4; 8; 10 ppm
masing-masing dalam labu ukur 50 mL.
4. Gunakan aquades sebagai pengencer dan homogenkan.

Larutan Sampel Semangka


1. Semangka di peras dan sarinya disaring.
2. Pipet filtrat semangka sebanyak 1 mL dan encerkan dalam labu ukur 100
mL dengan aquades

Pengukuran Emisi Kalium


1. Posisi filter select pada posisi K
2. ON kan alat dan nyalakan api BBG
3. Alirkan udara melalui kompresor udara dan nyala api harus biru dengan
jalan memutar tombol fuel
4. Celupkan pipa kapiler plastik yang ada di ujung atomizer ke dalam
aquades
5. Tepatkan pembacaan emisi (E) K aquades angka 00,0 dengan memutar
tombol blank
6. Ganti aquades dengan larutan standar 10 ppm K dan atur emisi K pada
angka 100,0 dengan memutar tombol sensitivity mulai coarse dan
diakhiri fine

7. Lalu ganti larutan dengan aquades yang awal sampai didapatkan kembali
angka 00,0
8. Celupkan pipa kapiler tersebut ke dalam deretan larutan standar K mulai
0; 1; 2; 4; 8; dan 10 ppm. Catat emisi K masing-masingnya.
9. Ukur juga emisi larutan contoh (cx) dan emisi sampel semangka.
10.Buat grafik standar K dan tentukan konsentrasi Kalium larutan contoh dan
sampel semangka

Anda mungkin juga menyukai