Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI


“IDENTIFIKASI GARAM”

Shannon Maidelaine Prijadi


260110190071
Kelas C 2019
Kamis, 10 Oktober 2019, 10.00-13.00

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
I. Tujuan
Mengidentifikasi kation dan anion yang terdapat dalam suatu larutan
dengan metode kualitatif

II. Prinsip
2.1 Reaksi pengendapan
Reaksi pengendapan adalah reaksi yang menunjukkan adanya
senyawa ionik dan dalam suatu cairan yang menunjukkan padatan yang
tidak larut (memisahkan diri dari larutan) dan. (Chang, 2005).
2.2 Uji nyala
Uji nyala ini dilakukan dengan menggunakan api dalam bunsen
atau spiritus yang biasanya diujikan pada pengujian logam dan
menimbulkan warna yang khas. (Fullick dan Fullick, 2001).
2.3 Uji kelarutan
Uji kelarutan adalah uji dengan proses larutnya suatu padatan
menjadi suatu larutan yang homogen dengan mencampurkan satu sama
lainnya. (Padjaatmoko, 1990).
2.4 Uji Organoleptis
Uji organoleptis adalah uji yang dilakukan menggunakan alat
indra yang kita punya, dan yang diuji adalah mulai dari entuk,
wujudnya, maupun fisik luarnya. (Sari, et.al, 2014).

III. Reaksi
3.1 Identifikasi Kation
K+ + H2C4H4O6 → KHC4H4O2 +O2
KHC4H4O2 → H2O + KNH4C4HO6
3.2 Identifikasi Anion
2I- +Cl2 → 2Cl- + I2
I2 + 5Cl2 + 6H2O → 2IO3- +10Cl- + 12H+
2I- +2NO3- +4H+ → I2 +2NO + 2H2O
Ag+ + I- → AgI
AgI + HNO3 →AgNO3 + HI
(Farmakope V, 2014)

IV. Teori Dasar


Dalam percobaan kali ini, saya menggunakan metode kualitatif dalam
mengidentifikasi anion dan kation dalam suatu garam ini. Identifikasi adalah
pengikatan atau cara untuk pengujian/ perbandingan yang kurang dalam
pengenalan obat secara utuh dan pasti. Saat inframerah yang dilakukan pada zat
dari sediaan yang sudah ada, harus memenuhi kebutuhan persyaratan spektrum
serapan secara maksimal dan intensitas relatif terhadap zat pembanding cukup
dipenuhi spektrum serapan inframerah sari yang dimaksudkan untuk mendekati
spektrum serapan inframerah zat pembandingnya. (Depkes RI, 1979).
Seperti yang telah diketahui bahwa analisis kualitatif ini memiliki
tujuan antara lain, untuk mengetahui sifat suatu unsur atau senyawa kimia dari
yang organik maupun anorganik, serta bentuk dari senyawa tersebut. Selain
itu, analisis kualitatif juga bertujuan untuk mengetahui keberadaan atau
kandungan suatu unsur dalam senyawa tertentu. Namun, tidak semua unsur
ataupun senyawa yang terdapat sampel ini dapat dianalisis secara langsung dari
warna, bau, maupun rasa, karena sebagian besar harus menggunakan proses
pemisahan atau penambahan dengan zat lainnya terlebih dahulu dari unsur yang
lainnya. (Sahirman, 2013).
Kemudian, setiap unsur atau senyawa tertentu yang akan diuji ini pasti
memiliki bentuk reaksi yang berbeda – beda satu dengan lainnya dan
menghasilkan perubahan warna yang berbeda – beda pula. (Sikanna, 2016).
Selain itu, analisis kualitatif juga merupakan cara penelitian dengan pengeliatan
yang dapat dilakukan dalam beberapa skala, yaitu analisis makro dan
semimikro. Analisis makro biasanya menggunakan 0,5 – 1 gram dan juga
volume sekitar 20 ml. Sedangkan, analisis semimikro itu kuantitas yang
digunakannya dikurangi faktor 0,1-0,005 atau sekitar 0,05 gram dan 1 ml
volume larutan di sekitar. Analisis kualitatif menggunakan dua jenis uji, yakni
reaksi kering dan basah. Reaksi kering digunakan untuk menguji dan
mengidentifikasi zat padat, sedangkan reaksi basah digunakan untuk menguji
atau mengidentifikasi zat dalam larutan. Namun, kebanyakan reaksi kering ini
digunakan untuk analisis semimikro (Svehla,1985).
Pada analisis anorganik ini, yang harus diperhatikan pada uji
identifikasi ini merupakan adanya perubahan warna, endapan yang terbentuk
serta gas yang muncul setelah bereaksi. Jika hasil sesuai dengan prosedur dan
literatur, maka dapat dipastikan keberadaan unsur asam atau basa tertentu
terkandung dalam senyawa tersebut (Kapoor, 1989).
Anion merupakan ion yang bermuatan negatif dalam suatu senyawa.
Produk penukaran ion negatif atau anion yang umum ialah resin yang harganya
relatif mahal dibandingkan dengan penukaran kation. Kemampuan untuk
melakukan penukaran anion berhubungan dengan ukuran. Semakin besar
ukuran anion, semakin sulit anion masuk ke dalam antarlapis (Roto, et.al.,
2009). Ion anion yaitu ion yang memiliki muatan negatif sehingga lebih dapat
menerima elektron sedangkan kation adalah ion positif yang lebih sering
melepas atau mengeluarkan elektron. Anion dan kation termasuk kedalam
senyawa ionic. (Oxtoby, et.al., 2001).
Untuk kation dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu golongan 1
adalah unsur yang membuat endapan putih jika ditambahkan dengan asam
klorida dimana unsur tersebut adalah Ag, Hg, dan Pb. Namun, dengan cara
penambahan air panas, Pb akan larut dalam air panas, jika ditambahkan dengan
K2Cr2O7 maka Pb akan berwarna kuning, sedangkan untuk Hg dan Ag, saat
ditambah dengan amoniak, Hg akan berwarna hitam dan Ag akan berwarna
putih. (Svehla, 1985).
Untuk golongan II terdapat unsur-unsur adalah As3+, Hg2+, Bi, Cd, Sn,
dan Cu2+. Golongan II ini akan membentuk endapan saat bereaksi dengan
hydrogen sulfida (H2S). Golongan III ini merupakan golongan yang tidak larut
dalam hidrogen sulfida yang encer dan asam klorida encer, dimana golongan
III akan membentuk endapan dengan ammonium sulfide. Unsur-unsur dari
golongan III ini adalah Al3+, Zn2+, Co2+, Ni2+, Fe3+, dan Fe2+. (Svehla, 1985).
Untuk golongan IV merupakan golongan dengan unsur yang
membentuk endapan dengan ammonium karbonat dan tidak larut dengan asam
klorida, hidrogen sulfida, dan ammonium sulfida. Golongan IV ini hanya
beranggotakan unsur Ba, Ca, dan Sr. Untuk unsur-unsur ini akan mengendap
berwarna putih kecuali stronsium akan berwarna kuning. Golongan V adalah
golongan yang unsur-unsur tidak larut dalam semua pereaksi yang ada di atas,
yaitu HCl, H2S, (NH4)2S, dan (NH4)2CO3. Unsur-unsur tersebut adalah Na, K,
Mg, ammonium, dan hidrogen. (Svehla, 1985).
Anion dalam kegunaannya apabila dilakukan bersama kation dapat
digunakan untuk berbagai kegunaan, contohnya adalah dapat digunakan
sebagai pemurni gliserol (Hidayati, 2012). Lalu, penerapan anionnya bersama
kation juga digunakan dalam bidang industri biogas yang dimana biogas ini
akan dimurnikan dengan penyerapan CO2 dari bromine yang dibuat dengan
aplikasi anion tersebut. (Bidart, 2011).
Anion dibagi menjadi empat golongan untuk mempermudah mengenal
identitasnya, yaitu:
1. Golongan pertama adalah golongan acid-Volatile group, yaitu golongan anion
yang di dalamnya terdiri dari ion-ion CO32-, S2-, SO32-, S2O32-, NO2-. Ion-ion
tersebut memiliki sifat membentuk gas jika bereaksi dengan asam.
2. Anion golongan kedua adalah barium group yaitu SO42-, CrO42-, PO43-, C2O42-,
BO2-.
3. Anion Golongan ketiga adalah silver group yang anggotanya I -, SCN -, Br-, Cl-
Anion golongan ini akan mengendap dengan Ag+ dalam larutan asam (HNO3).
4. Anion golongan ke empat anion golongan ini disebut juga sebagai soluble
group. Tidak ada tes atau uji spesifik untuk menguji anion-anion tersebut
Anion-anion golongan ini meliputi: Nitrat (NO3 )̄ , Asetat (CH3COO ̄). (Svehla,
1985).
Uji nyala merupakan suatu metode analisis klasik untuk
mengidentifikasi adanya kandungan logam yang spesifik dalam suatu sampel
(Moraes, et al, 2014). Reagen golongan yang paling umum digunakan adalah
AgNO3, Ba (NO3)2, dan HNO3. (Harjadi, 1990).

V. Alat dan Bahan


5.1 Alat
a. Kawat Ni
b. Kawat Cu
c. Pipet tetes
d. Plat tetes
e. Rat tabung reaksi
f. Spatula
g. Tabung reaksi

5.2 Pereaksi

 AgNO3
 Asam Tartat
 BaCl2
 CH3COOH
 HNO3
 Kloroform
 Kanji
 NH4OH
 PtCl4

5.3 Sampel
 KI

VI Data Pengamatan
6.1 Uji Kation dan Anion
No Sampel Prosedur Hasil Pengamatan Reaksi

1. K+ Ditambahkan Uji ini tidak dilakukan K++ H2C4H4O2


Asam Tartart karena tidak terdapat →KHC4H4O2+ O2
asam tartart. Dan kedua (Svehla, 1985)
uji ini saling
Ditambahkan KHC4H4O2 +
berhubungan.
NH4OH NH4OH→ H2O +
KNH4C4H4O6
(Svehla, 1985)

Keluar gelembung gas K+ + CH3COOH →


Ditambahkan dan bau busuk di CH3COOK + H+
CH3COOH dalamnya.

(Svehla, 1985)
Ditambahkan Tidak ada reagen 2K+ + [PtCl6]2-→
Platinum (IV) sehingga reaksi tidak K2[PtCl6]
Klorida dilakukan.
(Svehla, 1985)
Uji flame test: Senyawa tersebut saat
diuji flame test berwarna
-Siapkan
ungu terang yang sedikit
senyawa yang
terlihat. Hal ini
akan
menunjukkan adanya
dimasukkan ke
unsur kalium yang
dalam plat tetes.
terkandung di dalamnya.
-Siapkan HCl
dalam plat tetes
sebagai
pembersih
kawat Ni.

-Bakar terlebih
dahulu dan
totolkan ke HCl
kawat Pt sampai
tidak ada
percikan api.

-Totolkan pada
senyawa tadi
dan bakar
kembali sampai
terlihat warna
yang khas.
2. I- Ditambahkan Saat ditambahkan dengan 2I- +Cl2 → 2Cl- + I2
BaCl2 barium klorida ini I2 + 5Cl2 + 6H2O →
menghasilkan warna 2IO3- +10Cl- + 12H+
Ditambahkan
putih keruh dan timbul
kloroform
gelembung gas.
Kemudian, saat
ditambahkan dengan
kloroform langsung
memberntuk endapan
putih dan masih ada gas
didalamnya.

(Svehla, 1985)

Ditambahkan Saat ditambahkan dengan 2I- +2NO3 - +4H+ → I2


amilum amilum larutan yang +2NO + 2O2
terbentuk berwarna putih
keruh dan membentuk
sedikit endapan putih.

(Svehla, 1985)

Ditambahkan Saat ditambahkan dengan Ag+ + I- → AgI


AgNO3 perak (I) nitrat larutan
Ditambahkan yang terbentuk adalah AgI + HNO3 →AgNO3
HNO3 putih keruh seperti susu, + HI
dan saat ditambahkan
dengan asam nitrat,
larutan langsung
berkabonasi seperti
redoxon, yang lama
kelamaan menjadi putih
bening. (Svehla, 1985)

6.2 Uji Organileptik


Sampel Bentuk Warna Kelarutan Rasa

KI hablur agak Putih Sangat mudah Pahit


halus larut dalam air,
etanol, dan
gliserin

VII Perhitungan
𝜌×10×%
N. NH3 = × 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑀𝑟
0,73×10×25
= × 1 = 10,7352
17

N1 x V1 = N2 x V2

10,7532 × 𝑉 𝑁𝐻4𝑂𝐻 = 4 × 25

VNH4OH = 9,315 mL

V aquadest = 15,6 mL
VIII Pembahasan
Dalam percobaan identifikasi garam kali ini, saya akan membahas 16
sampel yang telah diidentifikasi masing-masing dengan prosedur dari
farmakope III dan V. Percobaan ini juga melakukan beberapa pengujian
pada masing-masing sampel tersebut. Uji yang dilakukan dibagi menjadi,
yaitu uji organoleptis, uji kelarutan, uji kation, dan uji anion. Pengujian
yang pertama dilakukan adalah uji organoleptis. Organoleptik berhubungan
dengan pengindraan suatu produk makanan yang meliputi rasa, warna, bau,
bentuk, dan sentuhan.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa uji organoleptik pada sampel
ini melibatkan panca indra yang dimiliki. Namun, tidak semua panca indra
dapat melakukan uji ini karena senyawa yang diuji bisa saja merupakan
senyawa yang berbahaya. Seperti contohnya, penggunaan lidah sebagai
indra pengecap untuk mengetahui rasa dari senyawa tersebut. Hal ini sangat
tidak disarankan untuk dilakukan bahkan dilarang karena dapat
membahayakan sistem kerja tubuh karena bisa saja terdapat reaksi sampel
terhadap senyawa yang ada di dalam tubuh tersebut apabila dilakukan
pencicipan.
Kemudian, untuk memakai indra penciuman juga tidak dianjurkan
bahkan juga dilarang karena senyawa-senyawa tersebut bisa saja berbau
menyengat dan menusuk ke dalam saluran pernafasan yang dapat
mengganggu sistem syaraf penciuman kita. Seperti contohnya, mencium
sampel seperti kloroform yang dapat membuat praktikan pingsan. Selain
itu, untuk indra penyentuh, yaitu tangan seharusnya berhati-hati karena
beberapa senyawa bersifat korosif dan berbahaya, seperti contohnya adalah
asam klorida yang bersifat korosif dapat membuat pakaian berlubang dan
jika tangan kita yang terkena asam klorida ini dapat gatal-gatal bahkan jika
pekat sekalipun dapat berakibat fatal.
Lalu, untuk mata (indra penglihatan) dapat dilakukan dengan bebas,
tetapi tetap saja harus berhati-hati. Indra penglihatan ini dapat digunakan
untuk uji organoleptis dalam melihat bentuk dan wujud dari senyawa yang
akan diuji ini. Oleh karena itu, hanya penglihatan dan peraba yang biasa
digunakan dalam pengujian organoleptik. Namun, perabaan sampel
dilakukan jika tangan sudah terbalut oleh sarung tangan lateks/ sintetis.
Untuk sampel yang pertama adalah BaCl2. Mulai dari bentuknya adalah
kristal putih dan tidak berbau. Kemudian, untuk uji kelarutannya ini bahwa
sampel ini sangat larut dalam air. Sesuai dengan persamaannya adalah
Ba + H 2O → Ba2+ + H2 ↑ + 2OH-

Kemudian, untuk identifikasi kationnya, yaitu ion barium ini jika


ditambahkan dengan asam sulfat encer akan terbentuk endapan putih. Saat
ditambahkan dengan asam klorida, endapan tadi tidak larut. Ditambahkan
kembali dengan asam nitrat, hasilnya sama dengan asam klorida bahwa
endapan tidak larut. Untuk pengujian uji nyala, cara yang dilakukan sama,
yaitu plat tetes diisi dengan HCl dan sampel tersebut. Kemudian, dibakar
kawat Ni nya supaya bersih dengan total. Langsung ditotolkan pada HCl
dan bakar kembali kawat Ni nya supaya benar-benar bersih seutuhnya.
Kemudian, ditotolkan lagi ke sampel yang ingin diuji tersebut, dan dibakar
kembali. Dilihat perubahan warnanya, saat saya melakukan pengamatan ini,
saya melihat perubahan warna api menjadi hijau muda. Dari hasil uji flame
test ini dapat dibuktikan bahwa barium memang menghasilkan warna hijau
muda.

Untuk pengidentifikasi anionnya, yaitu klorida, dengan menambahkan


perak nitrat yang membentuk endapan putih dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambah dengan asam nitrat dan hasilnya endapan tidak larut.
Ditambahkan lagi dengan ammonia encer dan hasilnya endapan terlarut dan
menjadi bening. Lalu, ditambahkan kembali dengan asam nitrat dan
menghasilkan endapan putih kembali.

Lalu, dilanjutkan dengan sampel yang kedua, yaitu magnesium sulfat


(MgSO4) yang dimana untuk uji organoleptiknya adalah berbentuk hablur
putih halus dan rasanya adalah asin kepahitan. Untuk uji kelarutannya
adalah sangat mudah larut dalam air. Kemudian, sangat larut dalam gliserin,
namun sukar larut dalam etanol. uji kationnya dilakukan penambahan
ammonium karbonat dan hasilnya adalah larutan magnesium sulfat ini larut
dalam air, gliserin, dan etanol juga.

Lalu, untuk uji kationnya adalah ditambahkannya ammonium karbonat


P yang hasilnya adalah larut dalamnya. Kemudian, ditambahkan lagi
dengan dinatrium pospat yang membentuk endapan hablur dan tidak larut
saat ditambahkan dengan kuning titran dan NaOH. Selain itu, untuk uji
anionnya ditambahkan dengan BaCl2, terbentuk endapan putih dan saat
ditambahkan dengan HCl dan HNO3 sekaligus, endapan tersebut tidak larut
didalamnya. Kemudian reaksikan dengan senyawa yang berbeda lagi, yaitu
timbal asetat dan hasilnya adalah endapan putih. Kemudian, tabung reaksi
yang lain berisi magnesium sulfat ini ditambahkan dengan HCl dan hasilnya
adalah larut. Kemudian saat tabung reaksi lainna ditambahkan dengan
suspense A, hasilnya adalah kuning pucat.

Untuk sampel yang ketiga adalah natrium karbonat (Na2CO3). Untuk


uji organoleptiknya adalah berbentuk serbuk jarum putih dan tidak berbau.
Untuk kelarutannya adalah sangat larut dalam air. Identifikasi kation Na+
dilakukan dengan melakukan uji nyala dan hasilnya adalah nyala api
berwarna kuning. Kemudian, untuk mengidentifikasi anion karbonat
dilakukan dengan menambahkan asam sulfat pada larutan dan hasilnya
adalah terbentuk gas dan gelembung. Lalu, ditambahkan PP 3 tetes. Larutan
langsung warnanya berubah menjadi warna merah.

Untuk sampel keempat adalah asam borat. Uji organoleptik pada asam
borat ini adalah berbentuk hablur halus berwarna putih dan tidak berbau.
Untuk uji kelarutannya adalah larut dalam air. Kemudian, untuk uji kation
ini dilakukan dengan mencampur sampel pada asam klorida dan dites
dengan kertas lakmus dan langsung berubah warna menjadi merah. Untuk
tabung selanjutnya ditambahkan dengan larutan iodium 3-4 tetes dan
hasilnya adalah timbul gelembung gas. Kemudian, saat diuji dengan
mencampuran asam borat dengan asam sulfat dan methanol, hasil yang
didapatkan adalah warna hijau.

Untuk sampel yang kelima adalah ammonium sianat (NH4SCN). Uji


organoleptik yang diamati ini adalah berbentuk kristal putih dan larut dalam
air saat diuji kelarutannya. Untuk uji kationnya digunakan teknik
pencampuan yang pertama adalah dengan mencampurkannya dengan
natrium hidorksida dan diletakkan kertas lakmus, hasil yang didapat adalah
warna kertas lakmus yang awalnya berwarna merah menjadi biru dan
berbau amoniak, yang menandakan larutannya tersebut bersifat basa. Untuk
uji anion yang dilakukan adalah dengan meneteskan FeCl3 beberapa tetes,
dan hasil yang didapat adalah warna berubah menjadi merah darah pekat.

Untuk sampel yang keenam adalah garam natrium klorida (NaCl),


dengan uji organoleptiknya adalah berbentuk serbuk halus putih dan untuk
kelarutannya mudah larut dalam air. Kemudian, dilakukan uji identifikasi
kation dengan cara flame test terlebih dahulu dan didapatkan warna kuning
saat dibakar di spiritus. Lalu, uji anionnya adalah dengan penambahan
perak nitrat dan langsung terbentuk endapan putih di bagian bawah tabung
reaksinya.
Untuk sampel yang ketujuh adalah natrium bikarbonat (NaHCO3). Uji
organoleptiknya adalah berbentuk serbuk putih dan tidak berbau. Untuk uji
kelarutannya adalah larut dalam air. Uji identifikasi kationnya dilakukan
flame test dan hasilnya adalah berwarna kuning. Untuk identifikasi
kationnya hanya dilakukan flame test saja karena reagen untuk uji kation
ini tidak ada. Kemudian, untuk uji anionnya hanya dilakukan penambahan
PP dan hasilnya adalah larutannya berwarna merah.

Untuk sampel kedelapan adalah KMnO4, untuk uji organoleptiknya


adalah berbentuk hablur berwarna ungu tua, tidak berbau, dan larut dalam
air yang mendidih. Untuk uji identifikasi kationnya adalah dilakukan flame
test dan didapatkan warna ungu violet saat dibakar ini. Kemudian, untuk uji
anionnya dilakukan penambahan asam sulfat dan hasilnya warna ungunnya
menjadi pekat dan saat ditambahkan dengan asam oksalat lalu dipanaskan,
warna ungu yang ada dalam larutan lama-kelamaan menghilang.

Untuk sampel kesembilan, yaitu timbal asetat (Pb- CH3COOH). Uji


organoleptiknya adalah berbentuk hablur prisma putih dan tidak berbau.
Saat ditambahkan aquadest juga langsung larut dalam air. Untuk uji
kationnya adalah dilakukan penambahan asam sulfat dan langsung
terbentuk endapan putih di bagian dasar tabung reaksi, lalu ditambahkan
lagi di tabung yang berbeda adalah kalium kromat dan menghasilkan
endapan berwarna kuning. Kemudian, dilakukan pengujian untuk anion,
yaitu ditambahkan asam sulfat dan etanol lalu dipanaskan dan larutan
mengeluarkan bau yang khas. Selain itu, ditambahkan besi (III) klorida
pada tabung yang berbeda dan hasilnya adalah warna merah pecah
keorange-an. Selain itu, dilakukan pengujian kembali dengan
menambahkan asam oksalat dan dipanaskan sehingga mendapatkan bau
yang khas dari larutan tersebut.
Untuk sampel kesepuluh adalah boraks (H3BO3). Untuk uji
organoleptiknya berbentuk serbuk hablur putih dan kelarutannya adalah
larut dalam air. Di bagian sampel ini hanya diuji bagian anionnya saja
karena berdasarkan rumus molekulnya yaitu H3 BO3 yang tidak terdapat
kation yang spesifik dan tidak terdapat dalam penggolongan kation
sehingga bagian kationnya tidak diuji. Kemudian, uji anionnya dilakukan
penetesan asam sulfat langsung ke serbuk boraks ini di atas cawan porselen,
ditambahkan dengan etanol, lalu diaduk-aduk, lalu dibakar, dan hasilnya
adalah timbul warna hijau saat dibakar.

Untuk sampel kesebelas, kalsium klorida (CaCl2), yaitu berbentuk


serpihan putih dan tidak berbau. Kemudian, kelarutannya ini adalah sangat
larut dalam air mendidih, etanol, dan etanol yang mendidih. Lalu, untuk
pengujian identifikasinya dilakukan penambahan ammonioum bikarbonat,
lalu dipanaskan dan hasilnya adalah terdapat endapan putih saat
penambahannya, tetapi saat dipanaskan endapan tadi langsung larut sedikit
demi sedikit. Selain itu, dilakukan penambahan ammonium oksalat dan
asam klorida ditabung pertama, dan hasilnya adalah terdapat endapan putih
pertamanya lalu saat ditambahkan HCl langsung larut.

Kemudian, ditambahkan lagi tabung kedua dengan ammonium oksalat


dan terbentuk endapan putih yang tidak larut. Selain itu, juga dilakukan
penambahan dengan mencampurkan 1 tetes larutan garam dengan 4 tetes
glioksal bis (2-Hidroksionil) 1% dalam etanol (95%) dan 1 tetes NaOH
10%, dan hasilnya adalah terbentuk endapan koloid.

Untuk sampel kedubelas adalah kalium klorida (KCl), dengan uji


organoleptiknya adalah berbentuk kristal putih dan kelarutannya adalah
sangat mudah larut dalam air tetapi tidak dengan etanol. Kemudian,
langsung dilakukan pengujian terhadap kationnya, dengan cara flame test
terlebih dahulu dan didapatkan warna ungu saat pengujian. Lalu,
dilanjutkan dengan natrium bitartat LP ke dalam larutan netral kalium dan
terbentuk endapan putih, ditambahkan amonium hidroksida 6N, endapan
langsung larut di dalam tabung reaksi. Lalu, tambahkan ke tabung reaksi
yang berbeda larutan alkali hidroksida dan alkali karbonat, dan hasilnya
adalah endapan larut.

Untuk uji anionnya, dilakukan beberapa cara, yaitu tambahkan AgNO3


LP ke dalam larutan klorida dan hasilnya terbentuk endapan putih seperti
dadih yang tidak larut dalam asam nitrat P, namun larut dalam larutan
NH4OH 6N sedikit berlebih. Selain itu, untuk uji kloridanya ditambahkan
asam nitrat encer dan hasilnya endapan putih dan keruh ini tidak larut di
dalamnya, kemudian ditambahkan ammonium hidroksida, endapannya
langsung larut.

Untuk sampel ketigabelas, yaitu KBr, dengan uji organoleptiknya


adalah berbentuk kristal transparan dan tidak berbau. Untuk uji
kelarutannya adalah larut dalam air. Kemudian, dilakukan uji terhadap
kationnya hanya dilakukan flame test saja karena reagen dalam prosedur
farmakope tidak tersedia di dalam laboratorium sehingga hasil flame test
yang didapatkan warna ungu violet saat dibakar pada spiritus. Lalu,
dilakukan uji anion, dengan dilakukan penambahan perak nitrat dan
terbentuk endapan berwana putih kekuningan dan dilanjut dengan tabung
yang berbeda penambahan asam nitrat dan garam ini tidak larut didalamnya.
Kemudian, di 2 tabung yang berbeda ditambahkan ammonia dengan
ammonia encer dan hasilnya adalah garam hanya larut dalam ammonia saja
dan terbentuk endapan pada ammonia encer.

Untuk sampel keempat belas, yaitu kalium iodide (KI), ini adalah garam
yang saya dapatkan saat percobaan dilakukan. Untuk organoleptiknya
adalah hablur sedikit halus berwarna putih dan tidak berbau. Untuk uji
kelarutannya juga sangat larut dalam air, etanol, maupun gliserin.
Kemudian dilakukan beberapa percobaan untuk pengujian kation, dengan
cara flame test dan didapatkan hasilnya adalah warna ungu violet saat
dibakar. Kemudian, dilakukan percobaan lagi yaitu penambahan asam
asetat pada garam tersebut, dan didapatkan hasilnya adalah bau ammonia
dan keluar gelembung gas kecil-kecil.

Lalu, untuk uji anionnya dilakukan penambahan BaCl2 dan hasilnya


adalah terbentuk endapan putih keruh dan langsung timbul gelembung gas
di dalamnya. Dengan tabung yang sama ditambahkan kloroform di
dalamnya dan langsung membentuk endapan putih yang lebih banyak dan
gas yang dtimbulkan juga semakin banyak. Kemudian, di tabung yang
berbeda ditambahkan amilum (kanji) dan terbentuk endapan putih keruh.
Selain itu, ditambahkan juga ditabung yang berbeda perak nitrat dan
terbentuk endapan putih keruh seperti susu, dan ditambahkan langsung
asam nitrat di dalamnya dan larutan tadi langsung bereaksi seperti redoxon
(berkarbonasi) dan timbul gas didalamnya, tetapi lama-kelamaan
larutannya menjadi bening dan gasnya hilang.

Untuk sampel kelimabelas, yaitu HgCl2, dengan uji organoleptiknya


adalah berbentuk hablur putih dan tidak berbau. Untuk uji kelarutannya
adalah sangat larut dalam aquadest ini. Kemudian, untuk uji kation raksanya
ini (Hg2+), dilakukan penambahan natrium hidroksida 1 N dan langsung
terbentuk endapan kuning dan larutannya juga berwarna kuning. Lalu,
ditambahkan pula dengan KI dan warna yang berubah menjadi kemerah-
merahan. Lalu, untuk uji anionnya yaitu klorida, dilakukan penambahan
HgNO3 dan ditambahkan dengan asam nitrat dengan hasilnya adalah
terbentuk endapan putih seperti dadih yang dapat dilarutkan dalam natrium
klorida 6N.
Untuk sampel terakhir, yaitu ammonium klorida (NH4Cl), yaitu untuk
uji organoleptiknya adalah hablur putih dan mudah larut dalam air dan
gliserin. Untuk uji kationnya dilakukan dengan cara mencampurkan sampel
dengan NaOH lalu dipanaskan hingga tercium bau ammonia di dalamnya.
Kemudian, untuk uji anionnya dilakukan penambahan perak nitrat dan
ammonia pekat sehingga garam tersebut langsung larut, dibandingkan
dengan penambahannya dengan ammonia encer.

IX Kesimpulan
Berdasarkan percobaan kali ini, didapatkan bahwa setiap garam sampel
memiliki pengujiannya masing-masing, dan spesifik untuk sampel yang saya
dapatkan, yaitu KI (kalium Iodida), yang diidentifikasi berdasarkan dengan
prosedur farmakope V. Kemudian, hasil yang didapatkan ini juga sesuai dengan
literatur yang say abaca, sehingga bagian kation dalam garam KI adalah K+ dan
bagian anionnya adalah Cl-.

X Daftar Pustaka
Bidart, C., Romel Jiménez, Carlos Carlesi, Mauricio Flores, dan Álex Berg. 2011.
Synthesis and Usage of Common and Functionalized Ionic Liquids for Biogas
Upgrading. Chemical. Engineering Journal. Vol. 175: 388 – 395.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti. Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Depkes, RI. 1979. Farmakope III. Jakarta: Depkes RI.
Depkes, RI. 2014. Farmakope V. Jakarta: Kemenkes RI.
Fullick, A, dan Fullick, P. 2001. Chemistry For AQA. London: Oxford Heinamann
Educational Publisher.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
Hidayati, R., Arif Hidayat dan Susila Arita. 2012. Pengaruh Penambahan H 3PO4
dan Resin Kation Anion Terhadap Persen Total Gliserol Hasil Samping
Pembuatan Biodiesel. Jurnal Teknik Kimia No.4 Vol.18, Halaman 31-38.
Kapoor, K.L. 1989. Systematic Qualitative Analysis. New Delhi: Discovery
Publishing House.
Padjaatmoko.1990. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta: PT Kalman Pustaka.
Oxtoby, D.W., H.P. Gillis, N.H. Nachtrieb. 2001. Kimia Modern. Jakarta:
Erlangga.
Roto, Iqmal, T., dan Umi, N. S. 2009. Aplikasi Pengolahan Polutan Anion Kirom
(VT) Dengan Menggunakan Agen Penukar Ion Hydrotalcitbzn-Al-Sol.
Jurnal Manusia dan Lingkungan. Volume 16 (1): 42-53.
Sahirman. 2013. Analisis Kimia Dasar 2. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sari, D.K, Sri Anna. M, Lilik. K, Ali. K, Tommy. M. K. 2014. Uji Organoleptik
Formulasi Biskuit Berbasis Tepung Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus).
Jurnal Agroteknologi Pangan. Vol 34(2). 120-125.
Sikanan. 2016. Analisis Kualitatif Kandungan Formalin Pada Tahu Yang Dijual Di
beberapa Pasar Di Kota Palu. Tersedia Secara Online.
https://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php /kovalen /article/download. [Diakses
2 Oktober 2019].
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Ed 5. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai