KELOMPOK 3
SHIFT C
Disusun oleh:
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
I. Tujuan
1.1 Mengindentifikasi karbohidrat pada sampel dengan pereaksi Fehling
1.2 Mengetahui kadar gula pereduksi dengan metode Luff-Schoorl
II. Prinsip
2.1 Kolorimetri
Kolorimetri merupakan metode pengukuran panjang gelombang dan
intensitas radiasi elektromagnetik pada spektrum sinar yang dapat
terlihat (Encyclopædia Britannica, 2018).
2.2 Pengendapan
Pengendapan merupakan proses dimana terbentuk suatu padatan yang
tak dapat larut dalam suatu larutan (Chang, 2005).
2.3 Reaksi redoks
Reaksi Redoks merupakan reaksi dimana terjadi reaksi oksidasi dan
reduksi secara bersamaan pada suatu senyawa (Svehla, 1985).
III. Reaksi
3.1 Reaksi fehling
(Winarno, 2004).
No Perlakuan Hasil
Pembuatan pereaksi Fehling
1 Fehling A : Larutkan 34.65 gr CuSO4 dalam Larutan Fehling A
aquadest sebanyak 500 mL lalu saring larutan berwarna biru
dan diamkan selama 2 hari
2 Fehling B : Larutkan 173 gr Na-K-Tartrat 100 ml larutan Fehling
dalam 500 mL aquadest lalu menambahkan B yang bening
KOH 125 gr
Analisis kualitatif uji Fehling
1 Mencampurkan kedua larutan Fehling A dan Larutan Fehling
B menjadi satu
2 Meneteskan sekitar 2-3 tetes Fehling ke Larutan homogen
dalam sampel
3 Memanaskan larutan dalam beaker glass Larutan berubah warna
jadi orange
Pembakuan Natrium Tiosulfat
1 Melarutkan 0,085 KIO3 dan 2 gr KI dengan Larutan berwarna
25 ml air dalam erenmeyer. orange
2 Menambahkan 5 ml H2SO4 10% kedalam Larutan berwarna orang
Erlenmeyer pekat
3 Diamkan 1-2 menit Larutan berwarna
coklat tua pekat
4 Menitrasi dengan Natrium Tiosulfat Larutan berwarna
kuning dan sedikit
kebiruan
5 Menambahkan amilum 0,5 ml lalu dititrasi Larutan berwarna biru,
sampai bening lama kelamaan menjadi
kembli bening.
Analisis kuantitatif uji Luff Schoorl
1 Memasukkan 10 ml filtrat larutan sampel ke Larutan kuning muda
dalam Erlenmeyer
2 Menambahkan 10 ml HCl 30% Larutan hijau lebih tua
3 Memanaskan kemudian didinginkan Larutan menjadi biru
tua
4 Mengukur pH larutan hingga netral dengan Indikator pH berwarna
menambah NaOH kuning
5 Mengenambahkan 25 ml larutan luff schrool Larutan hijau
7 Menambahkan batu didih dan tutup mulut Larutan hijau kebiruan
labu dengan kapas lalu memanaskan larutan
selama 10 menit
8 Mendinginkan larutan dengan air mengalir Larutan hijau kebiruan
dan menambahkan 5 ml KI 20%
9 Menambahkan 15 ml asam sulfat 6 N Larutan ungu muda
10 Menitrasi larutan dengan Natrium Tiosulfat Larutan ungu muda lalu
lalu menambahkan amilum 1% berubah menjadi putih
susu setelah ditambah
amilum
VIII. Perhitungan
1. Pembakuan Na-tiosulfat 0,1 N dengan KIO3 0,1 N
V1 = 10,5 ml
V2 = 10,5 ml
V3 = 10,6 ml
Vrata-rata = 10,52 ml
7,2 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑁 𝑁𝑎 − 𝑡𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 = = 0,68 𝑁
10,53 𝑚𝐿
(19−10) 𝑥 0,68
= 0,1
= 61,2
b. Perhitungan % Kadar
∆𝑇 𝑥 𝑓𝑝
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
57,3 𝑥 5
= 𝑥 100%
2500
= 11,46%
IX. Pembahasan
Pertama, dilakukan pengujian kualitatif dengan menggunakan
pereaksi fehling. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi keberadaan karbohidrat yang terkandung pada sampel
yaitu jagung. Namun dalam pengujian ini, tidak perlu menggunakan sampel
yang disentrifugasi terlebih dahulu, sampel cukup dihaluskan saja. Hal ini
dikarenakan dalam pengujian fehling secara kualitatif hanya untuk
mengetahui ada atau tidaknya kandungan karbohidrat di dalam sampel.
Kemudian jagung yang sudah halus dihidrolisis terlebih dahulu dengan
dilakukan pemanasan kemudian menammbahkan HCl. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi pembentukan warna.
Pereaksi Fehling yang digunakan dalam uji kualitatif ini ada dua
jenis, yaitu Fehling A dan juga Fehling B. Untuk membuat pereaksi Fehling
A dapat dilakukan dengan cara mereaksikan CuSO4 dengan Asam Sulfat
(H2SO4) pekat. Sedangkan, untuk membuat Fehling B dapat dilakukan
dengan cara mencampurkan Kalium Natrium Tartrat dengan larutan NaOH.
Pada analisis kuantitatif luff school, menggunakan metode titrasi
balik. Sampel akan dititrasi menggunakan natrium tiosulfat dan indicator
amilum. Titrasi ini juga sering disebut sebagai titrasi iodometri. Ketika
preparasi sampel telah dilakukan, maka sampel akan disentrifugasi untuk
memisahkan larutan dan ampas nya atau sarinya. Sampel disentrifugasi
selama 5 menit dengan kecepatan 100 rpm. Setelah disentrifugasi selama
beberapa kali maka akan didapatkan larutan yang memisah sebanyak 30 ml
untuk dilakukan titrasi tiga kali. Filtratnya kemudian dimasukkan kedalam
tiga Erlenmeyer. Kemudian pencampuran HCl dilakukan untuk mengkatalis
karbohidrat tersebut. Polimer karbohidrat terikat kuat dan susah untuk
bereaksi maka untuk mereaksikan nya dilakukan penambahan HCl sebagai
katalis. Untuk mempercepat reaksi pemecahan polimer karbohidrat dengan
HCl larutan kemudian dipanaskan diatas penangas air. Setelah dingin
dilakukan penambahan NaOH unutk menetralisir keasaman pada larutan
tersebut. Hal tersebut dilakukan karena apabila kadar keasaman nya tinggi,
maka akan mengakibatkan hasil titrasi lebih tinggi dari sebenarnya kareena
akan berlangsung reaksi oksidasi
Ion iodide menjadi I2 seperti reaksi berikut:
O2 + 4I- + 4H+ 2I2 + H2O
Namun ketika pH nya pun terlalu tinggi (basa), akan menyebabkan
berkurang nya hasil titrasi, hal tersebut disebabkan karena pada pH tinggi
retan terhadap resiko kesalahan, seperti terjadinya pengurangan I2 yang
dipecah oleh air (hidrolisis). Setelah kadar nya netral maka dilanjutkan
dengan penamabahan larutan luff school. Luiff school digunakan untuk
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Larutan kembali dipanaskan dan dimasukkan
batu dididh untuk menghomogen kan panas dalam larutan dan menghindari
kelebihan panas. Larutan dipanaskan sekitar 10 menit. Saat suhu sudah
homogen maka larutan didinginkan dengan air mengalir supaya cepat
dingin. Setelah itu, ditambahkan KI sebanyak 15 ml kadar 20% untuk
menyuplai iodin dalam larutan, kemudian ditambahkan asam sulfat 25 ml
6N untuk mengkatalis reaksi tersebut. KI tidak boleh terkena panas matahari
dan terbuka karena akan terjadi penguapan dan degradasi oleh cahaya
matahari. Ketika ditambahkan KI dan asam sulfat maka larutan berubah
menjadi biru kehitaman. Selanjutnya akan dilakukan pentitrasian dengan
natrium tiosulfat dan sebelumya ditambahkan amilum sebagai indicator.
Dalam hal ini kadar natrium tiosulfat yang akan dititrasi sampai titik
ekuivalen akan sama dengan kadar I2 bebas dalam larutan yang juga
dianggap sama dengan kadar karbohidrat saat dilakukan pencampuran
sebelumnya. Karena ketika ditambahkan KI akan mereduksi CuO dan
dilepaskan I2 yang setara dengan karbohidrat karena disertai terjadinya
perubahan warna menandakan terjadinya titik ekuivalen diantara keduanya.
Saat dititrasi dengan natrium tiosulfat maka warna yang seharusnya kuning
jerami yang menandakan kadar I2 dalam larutan sudah berkurang. Akan
tetapi dalam percobaan yang kami lakukan hal tersebut tidak terjadi. Hal ini
mungkin Karena KI yang digunakan tidak segar dan sudah rusak. Hal
tersebut juga bisa disebabkan Karena tidak ditutup setelah ditambahkan
kelarutan yang mengakibatkan iodidin nya mengendap dan terkontaminasi.
Hal lain yang mungkin terjadi adalah penambahan asam yang terlalu banyak
sehingga menyebabkan keasaman dalam larutan terlalu tinggi.
Saat larutan telah kuning jerami, saat tersebut adalah tiitk sebelum
terjadinya titik ekuivalen, seharusnya penambahan amilum akan
menyebabkan larutan menjadi bewarna biru, akan tetapi dalam larutan kami
tidak terjadi perubahan warna, hal ini mungkin karena amilum yang
digunakan sudah rusak dan tidak segar. Titik akhir titrasi secara teori adalah
berubah menjadi warna putih. Gambar yang kami dapatkan saat akhir agak
sesuai yaitu berearna putih susu. Setelah proses titrasi selesai maka dapat
dihitung volume natrium tiosulfat yang bereaksi. Ketika selisih titrasi dari
larutan balnko dan titrasi terhadap sampel dilakukan maka dapat
digambarkan huungan antara banyaknya natrium tiosulfat dengan gula
pereduksi yang terdapat dalam larutan, sehingga kadar gula nya pun dapat
ditentukan.
X. Kesimpulan
9.1. Dapat diidentifikasi karbohidrat pada pepaya dengan uji Fehling,
ditandai dengan terbentuk larutan berwarna jingga.
9.2 Dapat diketahui kadar gula pereduksi pada pepaya dengan metode Luff-
Schoorl yaitu sebesar 11,46%.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S.2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta :
Erlangga.
Rahayu, Anny, Suranto, dan Tjahjadi, P. 2005. Analisis Karbohidrat, Protein, dan
Lemak pada Pembuatan Kecap Lamtoro Gung (Leucaena leuco Cephala)
terfermentasi Aspergillus Oryzae. Jurnal Bioteknologi, Vol. 2(1).
Winarno, F. O. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.