Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA

Analisis Kualitatif Karbohidrat (Pereaksi Fehling) dan Analisis Kadar


Karbohidrat Total (Metode Luff-Schoorl)

KELOMPOK 3
SHIFT C

Disusun oleh:

1. Elsa Daw Cristin 260110170093


2. Rhayza Salsabila 260110170094
3. Ahmad Fahim F. 260110170095
4. M. Sulthan Ryan 260110170096
5. Patria Pari A.A.S. 260110170097

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
I. Tujuan
1.1 Mengindentifikasi karbohidrat pada sampel dengan pereaksi Fehling
1.2 Mengetahui kadar gula pereduksi dengan metode Luff-Schoorl
II. Prinsip
2.1 Kolorimetri
Kolorimetri merupakan metode pengukuran panjang gelombang dan
intensitas radiasi elektromagnetik pada spektrum sinar yang dapat
terlihat (Encyclopædia Britannica, 2018).
2.2 Pengendapan
Pengendapan merupakan proses dimana terbentuk suatu padatan yang
tak dapat larut dalam suatu larutan (Chang, 2005).
2.3 Reaksi redoks
Reaksi Redoks merupakan reaksi dimana terjadi reaksi oksidasi dan
reduksi secara bersamaan pada suatu senyawa (Svehla, 1985).
III. Reaksi
3.1 Reaksi fehling

(Winarno, 2004).

3.2 Reaksi Luff-Schoorl


IV. Teori Dasar
Karbohidrat adalah senyawa karbon, hydrogen, oksigen yang
terdapat dialam. Karboohidrat memiliki rumus empiris CH2O. Misalnya
rumus molekul glukosa adalah C6H12O6. Senyawa ini pernah disangka
sebagai hidrat dari karbon, sehingga disebut sebagai karbohidrat. Pada tahun
1880 an disadari bahwa gagasan hidrat dari karbon merupakan gagasan
yang salah dab karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksi aldehid dan
keton atau turunan mereka. Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya,
misalnya sukrosa dan kapas keduanya adalah karbohidrat. Salah satu
perbedaan utama berbagai tipe karbohidrat adalah ukuran molekulnya
(Fessenden dan Fessenden, 1986).
Karbohidrat tersusun atas C,H dan O yang terbentuk dari peristiwa
fotosintesis pada tumbuhan. Karbohidrat memiliki peran sebagai energi
utama. Setiap 1 gram karbohidrat mengandung 4,1 kalori membentuk
senyawa-senyawa organik seperti lemak dan protein. Menjaga
keseimbangan asam basadalam tubuh. Manusia tidak dapat terlepas dari
peranan karbohidrat dalam melaksanakan aktivitasnya. Berbagai sumber
makanan seperti berasa dan jagung termasuk umber karbohidrat utama
(Sulistiyono, 2003).
Karbohidrat dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu,
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks atau dapat juga menjadi 3
macam yaitu polisakarida, disakarida dan monosakarida. Gula termasuk
karbohidrat sederhana yang menjadi sumber-sumber energi dan merupakan
oligosakarida primer. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan
luff schoorl menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI
berlebih, sehingga dilepaskan I2, I2 yang dibebaskan tersebut akan dititrasi
dengan larutan Na2S2O3 (Rivai, 2005).
Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat dalam
buah,sayur, sirup jagung,sari pohon dan bersama fruktosa dalam madu.
Fruktosa dinamakan juga gula buah, yaitu gula yang paling manis. Terdapat
dalam buah, madu, nectar bunga dan juga dalam sayuran. Galaktosa yaitu
monosakarida yang jarang terdapat bebas dialam. Umumnya berikatan
dengan glukosa dalam laktosa (Nurhayati, 2010).
Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat dengan metode
luff schoorl adalah diawali dengan kuprooksida yang berada dalam reagen
akan membebaskan iod dari garam KI. Banyaknya iod dapat diketahui
dengan titrasi menggunakan Na-Tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi
sudah cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah
warna dari biru menjadi putih maka artinya titrasi sudah selesai. Selisih
banyaknya titrasi blanko dan sampel telah disesuaikan dengan tabel
mengganggambarkan hubungan banyaknya Na-Tiosulfat dengan banyaknya
gula reduksi (Khopkar, 1999).
Oligosakarida adalah karbohidat yang terbentuk dari 2 sampai 10
monosakarida. Yang termasuk kelompok ini adalah disakarida, trisakarida
dan seterusnya. Disakarida terdiri dari 2 monosakarida yang terikat o-
glikosidik. 3 senyawa disakarida utama yang penting dan melimpah ruah
dialam yaitu sukrosa, laktosa dan maltosa. Ketiga senyawa ini memiliki
rumus molekul yang sama. (C12H22O11) tetapi struktur molekul berbeda
(Rahayu et al, 2005).
Karbohidrat memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Sumber Energi
Karbohidrat dalam tubuh pada sirkulasi darah sebagai glukosa sebagai
suplai energi.
b. Pemberi Rasa
Karbohidrat monosakarida dan disakarida dapat menjadi pemberi rasa
manis terhadap makanan.
c. Pengatur Metabolisme Lemak
Karbohidrat dapat mencegah terjadinya oksidasi suatu lemak yang tak
sempurna.
d. Membantu sistem pencernaan
Karbohidrat dapat memberi gaya peristaltik pada usus dan memberi
bentuk pada feses.
(Almatsier, 2010).
Prinsip analisis dengan metode luff schoorl yaitu reduksi Cu2+
menjadi Cu+ oleh monosakarida. Monosakarida bebas akan mereduksi
larutan basa dan garam logam menjadi bentuk oksida atau bentuk bebasnya.
Kelebihan Cu2+ yang tidak tereduksi kemudian dikualifikasi dengan titrasi
iodometri (Wulansari, 2013).
Prinsip analisa yang digunakan adalah iodometri karena kita akan
menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana
proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium bebas dalam larutan.
Apabila terdapat zat oksidator kuat dalam larutannya yang netral atau
bersifat sedikit asam penambahan ion ioda berlebih akan membuat zat
oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dan
banyaknya oksidator (Rivai, 2005).
V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah beaker glass,
erlenmeyer, kertas saring, mesin sentrifugasi, mortir, pipet tetes,
stamper, tabung reaksi dan timbangan analitik.
5.2 Bahan
Bahan yang diperlukan pada praktikum ini addalah asam nitrat pekat,
jagung 100gr, kalium iodat, NaOH pekat dan natrium tiosulfat
VI. Prosedur
a. Pembuatan larutan Fehling
1) Fehling A
Ditimbang 34,65 gram CuSO4.5H2O lalu dilarutkan dalam 500 mL
aquadest.
2) Fehling B
Dilarutkan 125 KOH dan 173 Na-K-Tartrat dalam 500 mL air.
b. Pengujian sampel dengan pereaksi fehling
Dimasukan 2 mL pereaksi fehling (1 mL fehling A dan 1 mL fehling B)
ke tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 mL larutan sampel ke dalam
tabung reaksi lalu dipanaskan hingga mendidih dan diamati perubahan
warna.
c. Pembuatan reagen luff school
Dilarutkan 34,6 gram CuSO4.5H2O dan 230 gram asam sitrat
monohidrat dengan air hingga 400 mL dalam gelas A. kemudian
dilarutkan 370,6 gram Na-Karbonat anhidrat dengan air hingga 1000 mL
dalam gelas B. lalu dicampur gelas B ke gelas A dengan hati-hati.
d. Pembakuan natrium tiosulfat
Dilarutkan 0,085 KIO3 dan 2 gram KI dengan 25 mL air dalam
Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 5 mL H2SO4 10% ke dalam
Erlenmeyer yang sama. Lalu mentittrasi analit dengan Na-tiosulfat
hingga berwarna kunigng jerami lalu dtambahkan amilum 2,5%. Lalu
dititrasi hingga analit tidak berwarna.
e. Preparasi sampel
Ditambahkan 25 mL reagen Luff-Schoorl, lalu ditambahkan larutan
sampel 20% sebanyak 25 mL kemudian dipanaskan hingga mendidih,
didinginkan lalu ditambah 15 mL KI dan 25 mL H2SO4 20% kemudian
diditrasi dengan Na-tiosulfat hingga berwarna kuning jerami lalu
ditambahkan amilum dan dititrasi hingga tidak berwwarna.
VII. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil
Pembuatan pereaksi Fehling
1 Fehling A : Larutkan 34.65 gr CuSO4 dalam Larutan Fehling A
aquadest sebanyak 500 mL lalu saring larutan berwarna biru
dan diamkan selama 2 hari
2 Fehling B : Larutkan 173 gr Na-K-Tartrat 100 ml larutan Fehling
dalam 500 mL aquadest lalu menambahkan B yang bening
KOH 125 gr
Analisis kualitatif uji Fehling
1 Mencampurkan kedua larutan Fehling A dan Larutan Fehling
B menjadi satu
2 Meneteskan sekitar 2-3 tetes Fehling ke Larutan homogen
dalam sampel
3 Memanaskan larutan dalam beaker glass Larutan berubah warna
jadi orange
Pembakuan Natrium Tiosulfat
1 Melarutkan 0,085 KIO3 dan 2 gr KI dengan Larutan berwarna
25 ml air dalam erenmeyer. orange
2 Menambahkan 5 ml H2SO4 10% kedalam Larutan berwarna orang
Erlenmeyer pekat
3 Diamkan 1-2 menit Larutan berwarna
coklat tua pekat
4 Menitrasi dengan Natrium Tiosulfat Larutan berwarna
kuning dan sedikit
kebiruan
5 Menambahkan amilum 0,5 ml lalu dititrasi Larutan berwarna biru,
sampai bening lama kelamaan menjadi
kembli bening.
Analisis kuantitatif uji Luff Schoorl
1 Memasukkan 10 ml filtrat larutan sampel ke Larutan kuning muda
dalam Erlenmeyer
2 Menambahkan 10 ml HCl 30% Larutan hijau lebih tua
3 Memanaskan kemudian didinginkan Larutan menjadi biru
tua
4 Mengukur pH larutan hingga netral dengan Indikator pH berwarna
menambah NaOH kuning
5 Mengenambahkan 25 ml larutan luff schrool Larutan hijau
7 Menambahkan batu didih dan tutup mulut Larutan hijau kebiruan
labu dengan kapas lalu memanaskan larutan
selama 10 menit
8 Mendinginkan larutan dengan air mengalir Larutan hijau kebiruan
dan menambahkan 5 ml KI 20%
9 Menambahkan 15 ml asam sulfat 6 N Larutan ungu muda
10 Menitrasi larutan dengan Natrium Tiosulfat Larutan ungu muda lalu
lalu menambahkan amilum 1% berubah menjadi putih
susu setelah ditambah
amilum

VIII. Perhitungan
1. Pembakuan Na-tiosulfat 0,1 N dengan KIO3 0,1 N
V1 = 10,5 ml
V2 = 10,5 ml
V3 = 10,6 ml
Vrata-rata = 10,52 ml
7,2 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑁 𝑁𝑎 − 𝑡𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 = = 0,68 𝑁
10,53 𝑚𝐿

2. Perhitungan %kadar karbohidrat dalam sampel dengan metode luff


schrool
a. Perhitungan Angka Tabel
(𝑉 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
≜𝑇= 0,1

(19−10) 𝑥 0,68
= 0,1

= 61,2

b. Perhitungan % Kadar
∆𝑇 𝑥 𝑓𝑝
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
57,3 𝑥 5
= 𝑥 100%
2500

= 11,46%
IX. Pembahasan
Pertama, dilakukan pengujian kualitatif dengan menggunakan
pereaksi fehling. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi keberadaan karbohidrat yang terkandung pada sampel
yaitu jagung. Namun dalam pengujian ini, tidak perlu menggunakan sampel
yang disentrifugasi terlebih dahulu, sampel cukup dihaluskan saja. Hal ini
dikarenakan dalam pengujian fehling secara kualitatif hanya untuk
mengetahui ada atau tidaknya kandungan karbohidrat di dalam sampel.
Kemudian jagung yang sudah halus dihidrolisis terlebih dahulu dengan
dilakukan pemanasan kemudian menammbahkan HCl. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi pembentukan warna.
Pereaksi Fehling yang digunakan dalam uji kualitatif ini ada dua
jenis, yaitu Fehling A dan juga Fehling B. Untuk membuat pereaksi Fehling
A dapat dilakukan dengan cara mereaksikan CuSO4 dengan Asam Sulfat
(H2SO4) pekat. Sedangkan, untuk membuat Fehling B dapat dilakukan
dengan cara mencampurkan Kalium Natrium Tartrat dengan larutan NaOH.
Pada analisis kuantitatif luff school, menggunakan metode titrasi
balik. Sampel akan dititrasi menggunakan natrium tiosulfat dan indicator
amilum. Titrasi ini juga sering disebut sebagai titrasi iodometri. Ketika
preparasi sampel telah dilakukan, maka sampel akan disentrifugasi untuk
memisahkan larutan dan ampas nya atau sarinya. Sampel disentrifugasi
selama 5 menit dengan kecepatan 100 rpm. Setelah disentrifugasi selama
beberapa kali maka akan didapatkan larutan yang memisah sebanyak 30 ml
untuk dilakukan titrasi tiga kali. Filtratnya kemudian dimasukkan kedalam
tiga Erlenmeyer. Kemudian pencampuran HCl dilakukan untuk mengkatalis
karbohidrat tersebut. Polimer karbohidrat terikat kuat dan susah untuk
bereaksi maka untuk mereaksikan nya dilakukan penambahan HCl sebagai
katalis. Untuk mempercepat reaksi pemecahan polimer karbohidrat dengan
HCl larutan kemudian dipanaskan diatas penangas air. Setelah dingin
dilakukan penambahan NaOH unutk menetralisir keasaman pada larutan
tersebut. Hal tersebut dilakukan karena apabila kadar keasaman nya tinggi,
maka akan mengakibatkan hasil titrasi lebih tinggi dari sebenarnya kareena
akan berlangsung reaksi oksidasi
Ion iodide menjadi I2 seperti reaksi berikut:
O2 + 4I- + 4H+ 2I2 + H2O
Namun ketika pH nya pun terlalu tinggi (basa), akan menyebabkan
berkurang nya hasil titrasi, hal tersebut disebabkan karena pada pH tinggi
retan terhadap resiko kesalahan, seperti terjadinya pengurangan I2 yang
dipecah oleh air (hidrolisis). Setelah kadar nya netral maka dilanjutkan
dengan penamabahan larutan luff school. Luiff school digunakan untuk
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Larutan kembali dipanaskan dan dimasukkan
batu dididh untuk menghomogen kan panas dalam larutan dan menghindari
kelebihan panas. Larutan dipanaskan sekitar 10 menit. Saat suhu sudah
homogen maka larutan didinginkan dengan air mengalir supaya cepat
dingin. Setelah itu, ditambahkan KI sebanyak 15 ml kadar 20% untuk
menyuplai iodin dalam larutan, kemudian ditambahkan asam sulfat 25 ml
6N untuk mengkatalis reaksi tersebut. KI tidak boleh terkena panas matahari
dan terbuka karena akan terjadi penguapan dan degradasi oleh cahaya
matahari. Ketika ditambahkan KI dan asam sulfat maka larutan berubah
menjadi biru kehitaman. Selanjutnya akan dilakukan pentitrasian dengan
natrium tiosulfat dan sebelumya ditambahkan amilum sebagai indicator.
Dalam hal ini kadar natrium tiosulfat yang akan dititrasi sampai titik
ekuivalen akan sama dengan kadar I2 bebas dalam larutan yang juga
dianggap sama dengan kadar karbohidrat saat dilakukan pencampuran
sebelumnya. Karena ketika ditambahkan KI akan mereduksi CuO dan
dilepaskan I2 yang setara dengan karbohidrat karena disertai terjadinya
perubahan warna menandakan terjadinya titik ekuivalen diantara keduanya.
Saat dititrasi dengan natrium tiosulfat maka warna yang seharusnya kuning
jerami yang menandakan kadar I2 dalam larutan sudah berkurang. Akan
tetapi dalam percobaan yang kami lakukan hal tersebut tidak terjadi. Hal ini
mungkin Karena KI yang digunakan tidak segar dan sudah rusak. Hal
tersebut juga bisa disebabkan Karena tidak ditutup setelah ditambahkan
kelarutan yang mengakibatkan iodidin nya mengendap dan terkontaminasi.
Hal lain yang mungkin terjadi adalah penambahan asam yang terlalu banyak
sehingga menyebabkan keasaman dalam larutan terlalu tinggi.
Saat larutan telah kuning jerami, saat tersebut adalah tiitk sebelum
terjadinya titik ekuivalen, seharusnya penambahan amilum akan
menyebabkan larutan menjadi bewarna biru, akan tetapi dalam larutan kami
tidak terjadi perubahan warna, hal ini mungkin karena amilum yang
digunakan sudah rusak dan tidak segar. Titik akhir titrasi secara teori adalah
berubah menjadi warna putih. Gambar yang kami dapatkan saat akhir agak
sesuai yaitu berearna putih susu. Setelah proses titrasi selesai maka dapat
dihitung volume natrium tiosulfat yang bereaksi. Ketika selisih titrasi dari
larutan balnko dan titrasi terhadap sampel dilakukan maka dapat
digambarkan huungan antara banyaknya natrium tiosulfat dengan gula
pereduksi yang terdapat dalam larutan, sehingga kadar gula nya pun dapat
ditentukan.
X. Kesimpulan
9.1. Dapat diidentifikasi karbohidrat pada pepaya dengan uji Fehling,
ditandai dengan terbentuk larutan berwarna jingga.
9.2 Dapat diketahui kadar gula pereduksi pada pepaya dengan metode Luff-
Schoorl yaitu sebesar 11,46%.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S.2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Chang, R. 2005. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

Encyclopaedia Britannica. 2018. Colorimetry. Available at https://www.


britannica.com/science/colorymetry. [Accessed on 16 March 2018].

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta :
Erlangga.

Khopkar, J.1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Nurhayati, A. 2010. Karbohidrat. Available at http://file.upi.edu/direktori/


fptk/jur.pen-kesejahteraan-keluarga/196710051993022.al-nurhayati/
karbohidrat .pdf. [Accessed on 23th March 2018].

Rahayu, Anny, Suranto, dan Tjahjadi, P. 2005. Analisis Karbohidrat, Protein, dan
Lemak pada Pembuatan Kecap Lamtoro Gung (Leucaena leuco Cephala)
terfermentasi Aspergillus Oryzae. Jurnal Bioteknologi, Vol. 2(1).

Rivai, H.2005. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Penerbit UI.

Sulistiyono, A.2003.Penentuan Jenis Karbohidrat dengan Uji Kualitatif


Menggunakan Reagen pada Sampel Mie Instan. Jurnal Karbohidrat, Vol.1:1.

Svehla, G. 1985. Vogel's Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic


Analysis 5th Edition. New York : Longman Inc.

Winarno, F. O. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Wulansari, F.D.2013. Metode Sederhana Penentuan Jumlah Unit Pengulangan


Glukosa dalam Amilosa Sebagai Media Pembelajaran Materi Karbohidrat.
Jurnal Pengajaran MIPA, Vol.18 : 2.

Anda mungkin juga menyukai