Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT DENGAN PEREAKSI


FEHLING & ANALISIS KUANTITATIF GULA PEREDUKSI
DENGAN METODE LUFF-SCHOORL

Hari / Jam Praktikum : Senin / 10.00-13.00 WIB


Tanggal Praktikum : 26 Maret 2018
Kelompok :2
Asisten : 1. Anasya Ridha Nurhanifah
2. Rahma Alya Nafisah

Anggota :
Yuwanti Winda Astuti 260110170088 Editor, Data Pengamatan,
Simpulan, Hasil Pengamatan
Farah Mufidah 260110170089 Tujuan, Prinsip, Teori Dasar,
Alat dan Bahan
Syifa Salsabila 260110170090 Pembahasan
Prilly Mutiara Sandy 260110170091 Pembahasan, Perhitungan
Ardhia Kirana Pramesti 260110170092 Mekanisme Reaksi, Metode

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
I. Tujuan

1.1 Mengidentifikasi karbohidrat pada sampel dengan pereaksi fehling.

1.2 Mengetahui kadar gula pereduksi dengan metode Luff-Schoorl.

II. Prinsip

2.1 Reaksi Warna

Reaksi warna terjadi ketika dua atau lebih molekul bercampur, membuat satu
senyawa yang berbeda sehingga memiliki struktur kimia yang berbeda. Senyawa
tersebut mempunyai absorbansi dan radiasi cahaya yang berbeda dan dari sana dapat
dilihat perubahan warna yang terjadi (Gillespie, C. 2018).

2.2 Pengendapan

Pengendapan merupakan reaksi yang biasanya melibatkan senyawa-senyawa


ionik dan menghasilkan endapan (Chang, 2004).

2.3 Reaksi Redoks

Reaksi redoks merupakan singkatan dari reaksi reduksi dan oksidasi, keadaan
jika oksidasi berubah disertai dengan pertukaran elektron antar pereaksi (Svehla,
1985).
III. Reaksi

1. Uji Fehling

(Winarno, 2004).

2. Uji Luff Schoorl

R – COH + CuO → CuO2 + R – COOH


H2SO4 + CuO → CuSO4 + H2O
CuSO4 + 2KI → CuI2 + K2SO4
2CuI2 → Cu2I2 + I2
I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + NaI
(Soedarmadji, 1989).
IV. Teori Dasar

Karbohidrat tersusun dari beberapa unsur karbon dan air. Sederhananya


karbohidrat didefinisikan sebagai suatu polimer gula. Karbohidrat adalah karbon yang
memiliki kandungan sejumlah besat gugus hidroksil. Karbohidrat terdiri atas atom C,
H, dan O. Rumus umum dari karbohidrat ialah Cn(H2O)n maupun CnH2On
(Wiratmaja, 2011).
Karbohidrat ialah suatu senyawa organik dengan memiliki fungsi utamanya
sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel serta jaringan tubuh. Peran utamanya
ialah untuk menyedian glukosa bagi sel-sel tubuh yang kemudian dapat diubah
menjadi energi (Djakani, 2013).
Karbohidrat merupakan senyawa schoorl cadangan energi yang melalui
proses schoorl (Endrawati, 2014).
Berdasarkan sifat terhadap zat-zat penghidrolisa, karbohidrat dibagi menjadi
empat kelompok, yaitu:
1. Monosakarida, yaitu karbohidrat yang tidak dapat terhidrolisa menjadi senyawa
yang lebih sederhana, terdiri dari satu gugus cincin. Contohnya glukosa,
galaktosa, dan fruktosa.
2. Disakarida adalah senyawa dibentuk dari gabungan dua molekul atau lebih
monosakarida. Contohnya sukrosa, maltosa, dan laktosa.
3. Glikosida, merupakan senyawa yang terdiri dari gabungan molekul gula dan non
gula.
4. Polisakarida, yaitu polimer glukosa yang tersusun oleh lebih dari lima belas
monomer gula,. Terbagi menjadi dua jenis yang berbeda yaitu, homopolisakarida
dan heteropolisakarida
(Poedjiadi, 2006).

Gula reduksi dan serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat. Gula reduksi
termasuk didalamnya semua monosakarida dan sebagian disakarida (sukrosa bukan
gula pereduksi), sedangkan polisakarida meliputi amilum, pektin, mannan dan
galaktan (Fitriningrum, dkk., 2013).

Karbohidrat yang terdapat dalam suatu makanan dapat diidentifikasi secara


kualitatif maupun kuantitatif. Uji karbohidrat yang berdasarkan pada pembentukan
warna dapat dilakukan dengan cara mengujinya menggunakan pereaksi fehling. Uji
fehling digunakan untuk mengetahui adanya kandungan gula pereduksi pada suatu
karbohidrat (Keenan, 1986).

Uji fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid atau tidak.
Reagen yang dapat digunakan dalam pengujian ini adalah fehling A (mengandung
CuSO4 anhidrat) dan Fehling B (mengandung NaOH dan KNa-Tartat). Gula
pereduksi bereaksi dengan pereaksi feling menghasilkan endapan merah bata (Cu2O)
(Khozin, 2015).

Metode luff schoorl merupakan metode penentuan monosakarida dengan cara


kimiawi. Metode lff-schrool ini dilakukan untuk menentukkan kadar kuprooksida
dalam larutan yang akan dititrasi, Penentuan titrasi ini dilakukan dengan
menggunakan Natrium tiosulfat (Soedarmadji, 1989).

Reaksi yang terjadi pada penentuan kadar gula pereduksi dengan


menggunakan metode luff – schoorl adalah mula-mula kuprooksida dalam reagen
akan membebaskan ion iod dari KI. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi
menggunakan Na-tioulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah mencapai titik akhir
atau belum digunakan indikator amilum. Apabila larutan berubah warna dari biru
menjadi puti maka titrasi telah berakhir. Kadar gula pereduksi dihitung dengan selisih
banyaknya titrasi blanko dan sampel, dan telah disesuaikan dengan tabel yang
menggambarkan hubungan banyaknya Na-tiosulfat dengan banyaknya gula pereduksi
(Khopkar, 1999).

Titrasi iodometri adalah salah satu janis titrasi redoks yang melibatkan
iodium. Titrasi ini termasuk ke dalam jenis titrasi tidak langsung yang dapat
digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi
yang lebih besar daripada sistem iodium iodida atau senayawa-senyawa yang bersifat
oksidator seperti CuSO4.5H2O (Asip dan Okta, 2013).

Pada titrasi iodometri menggunakan amilum sebagai indikator yang berfungsi


untuk menunjukkan titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna dari biru
menjadi tidak berwarna. Larutan indikator amilum ditambahkan saat akan menjelang
titik akhir titrasi karena indikator amilum akan menjadi kompleks pembentukan iod-
amilum yang memiliki warna biru dan sulit dititrasi oleh natrium tiosulfat (Ulfa,
2015).

V. Alat dan Bahan

4.1 Alat

 Batu didih
 Buret
 Corong
 Erlenmeyer
 Gelas ukur
 Kaca arloji
 Kapas sumbat
 Kertas saring
 Labu ukur
 Neraca analitik
 Penangas air
 Penjepit kayu
 Pipet tetes
 Plastik hitam
 Sentrifus
 Spiritus
 Statif
 Tabung reaksi
 Tabung sentrifus

4.2 Bahan

 Amilum 0,5%
 Asam sitrat (C6H8O7)
 Aquades
 CuSO4
 HCl
 H2SO4
 KI
 KIO3
 KNaC4H4O8
 Na2CO3
 NaOH Pelet
 Na-tiosulfat
 Sampel 100%

VI. Metode

A. Preparasi Sampel
Sampel dipotong menjadi potongan kecil sebesar, lalu ditimbang sebanyak 25
gram. Selanjutnya sampel digerus dengan menggunakan alu. Selanjutnya sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dipanaskan. Sampel dimasukkan ke
dalam tabung sentrifugasi lalu disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm selama
15 menit. Selanjutnya adalah dipisahkan fase cair dan fase padat.

B. Analisis Kualitatif dengan Uji Fehling


Sampel yang akan diuji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2
sampai 3 tetes reagen fehling. Selanjutnya, larutan dipanaskan dengan air
mendidih selama 2 sampai 3 menit, lalu perubahan warna yang terjadi diamati.

C. Analisis Kuantitatif dengan Uji Luff Schoorl


Pengujian pada uji ini adalah triplo. Dalam setiap erlenmeyer, 10 mL sampel
ditambahkan 10 mL HCl. Selanjutnya dipanaskan kemudian didinginkan. Lalu,
NaOH ditambahkan 45% sehingga pH menjadi netral. Selanjutnya, ditambahkan
25 mL larutan luff schoorl. Lalu, dipanaskan dan ditambahkan batu didih, lalu
dinginkan Erlenmeyer dengan air mengalir. Selanjutnya, ditambahkan 5 mL KI
20% dan 15 ml H2SO4 6N. Lalu, Erlenmeyer dibungkus dengan plastik hitam.
Selanjutnya, dititrasi dengan larutan Na-Tiosulfat sampai warna menjadi kuning
jerami. Lalu, amilum 1 % ditambahkan sampai berubah menjadi warna biru.
Lalu, dititrasi dengan larutan Na-Tiosulfat sampai berwarna putih.

D. Pembuatan Reagen Luff Schoorl


25 gram CuSO4 dilarutkan dalam aquadest 100 ml. Lalu, 28,8 gram
Na2CO3.10H2O dilarutkan dalam 400 ml air mendidih. Lalu, dilarutkan asam
sitrat dalam 50 mL aquadest. Lalu, asam sitrat dituang ke dalam larutan
Na2CO3.10H2O. Selanjutnya, larutan CuSO4.5H2O hingga homogen. Lalu,
setelah dingin ditambahkan aquadest sebanyak 1 liter. Akan terjadi kekeruhan,
didiamkan sejenak, lalu saring.
E. Pembuatan Fehling A
3,5 gram CuSO4 ditimbang, lalu ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml, disaring
dan didiamkan selama 2 hari.

F. Pembuatan Fehling B
17,3 gram Na-K-Tartat ditimbang, lalu ditambahkan 50 ml aquadest, disaring dan
didiamkan selama 2 hari.

G. Pembuatan Fehling
Larutan fehling A dan B dicampurkan masing-masing 20 ml dengan
perbandingan masing 1:1.

VII. Data Pengamatan

No. Perlakuan Hasil

A. Preparasi Sampel

1. Alat dan bahan disiapkan, buah papaya Sampel menjadi potongan-potongan


diambil dan dipotong-potong menjadi kecil.
kecil.

2. Kemudian potongan papaya ditimbang Didapatkan sampel seberat 25 gram.


sebanyak 25 gram.

3. Sampel ditambahkan aquadest 20 ml Sampel menjadi hancur.


NaOH lalu diblender.

4. Setelah hancur, sampel dimasukkan ke Didapatkan dua lapisan yang terdiri


dalam tabung untuk disentrifugasi dari supernatant pada bagian atas dan
sebanyak tiga kali, 6000 ppm selama 5 ampas pada bagian bawah.
menit.

5. Sampel dipisahkan dari endapannya. Didapatkan supernatannya saja.

B. Analisis Kualitatif dengan Uji Fehling

1. Sampel dimasukkan ke dalam tabung Larutan supernatant papaya dengan


reaksi sebanyak 1 ml, lalu ditambahkan penambahan reagen Fehling A dan
2-3 tetes masing-masing reagen Fehling Fehling B.
A dan Fehling B ke dalam tabung reaksi.

2. Lalu dipanaskannya dalam penangas air Terjadi larutan yang mendidih


yang sudah mendidih selama 2-3 menit dengan perubahan adanya endapan
dan diamati perubahan yang terjadi. merah bata.

C. Analisis Kuantitatif dengan Uji Luff


Schoorl

1. Dimasukkan sampel ke dalam labu Sampel siap digunakan.


Erlenmeyer.

2. Ditambahkan 10 mL HCl 30%. Tidak terjadi perubahan.

3. Dipanaskan larutan hingga suhu Warna larutan menjadi agak keruh.


mencapai 70℃ selama 10 menit, lalu
didinginkannya.

4. Ditambahkan larutan NaOH 45% Tidak terjadi perubahan warna


sebanyak 2-3 tetes.

5. Ditentukan pH sampel. Larutan sampel menjadi netral dalam


kisaran pH sebesar 7-8 dengan pH
meter menunjukan perubahan warna
menjadi hijau.
6. Ditambahkan 25 mL larutan Luff Larutan sampel berubah warna
Schoorl. menjadi biru.

7. Dipanaskan larutan, lalu ditambahkan Agar larutan sampel tidak terjadi


batu didih. bumping saat dididihkan.

8. Didinginkan Erlenmeyer dengan air Larutan dalam tabung secara


mengalir. perlahan mendingin.

9. Ditambahkan 5 mL KI 20% dan 15 mL Larutan menjadi berwarna agak


H2SO4 6N (dibungkus Erlenmeyer kecoklatan.
dengan kresek hitam).

10. Dititrasi larutan sampel dengan larutan Larutan sampel berubah warna
Na-tiosulfat hingga warna kuning jerami. menjadi kuning jerami.

11. Ditambahkan amilum 1% (hingga Larutan sampel siap dengan indikator


berwarna biru). amilum 1%.

12. Dititrasi kembali dengan Na-tiosulfat Larutan sampel berubah warna


hingga larutan sampel berwarna putih. menjadi putih susu.

VIII. Pembahasan

Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh. Selain


sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan
asam basa di dalam tubuh, berperan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh,
dan pembentuk struktur sel dengan mengikat protein dan lemak. Sebagai sumber
energi, karbohidrat menyediakan energi bagi tubuh. Dalam satu gram karbohidrat
telah dihasilkan sebanyak 4 kalori, sebagian karbohidrat yang ada di dalam tubuh
berada dalam sirkulasi darah yang berguna sebagai glukosa dalam pemenuhan
kebutuhan energi dalam tubuh, sebagian lainnya disimpan untuk digunakan sebagai
glikogen yang berada di dalam jaringan otot dan hati, serta sebagian yang lainnya lagi
dirombak menjadi lemak yang kemudian akan dapat disimpan sebagai suatu
cadangan energi yang berada di dalam jaringan lemak.
Pada praktikum kali ini praktikan akan mengidentifikasi karbohidrat secara
kualitatif (Metode Fehling) dan kuantitatif (Metode Luff Schrool). Prinsip dari uji
fehling ialah mengidentifikasi karbohidrat dengan membedakan gugus aldehid dan
keton dengan menambahkan reagen fehling A (CuSO4) dan fehling B (Na-K-tatrat +
NaOH). Karbohidrat akan mengalami reaksi reduksi dan oksidasi setelah
ditambahkan kedua reagen ini. Aldehid yang dioksidasi nantinya akan membentuk
asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Untuk uji fehling
akan menghasilkan endapan merah bata apabila positif terdapat karbohidrat dalam
kadar tertentu.
Sebelum diuji, 25 g sampel terlebih dahulu dihaluskan untuk kemudian
diambil cairannya dan dilanjutkan pada proses sentrifugasi. Sentrifugasi ialah proses
pemisahan partikel terhadap densitas layangnya. Dengan dilakukannya sentrifugasi
maka akan terjadi perubahan berat partikel dari keadaan normal menjadi meningkat
seiring dengan kecepatan serta sudut kemiringan perputaran partikel tersebut terhadap
sumbunya. Kecepatan rotasi yang digunakan ialah sebesar 6000 rpm selama 5 menit,
kecepatan ini digunakan agar proses sentrifugasi tidak terlalu lama. Larutan nantinya
akan terbagi menjadi dua fase yaitu supernatant yang berupa cairan dan fase endapan.
Fase supernatant inilah yang akan digunakan untuk uji coba kuantitatif ataupun
kualitatif karbohidrat.
Uji yang pertama ialah uji fehling. Uji fehling ini menggunakan pereaksi
fehling yang terdiri atas campuran antara fehling A dan fehling B. Dimana fehling A
terbuat dari CuSO4 dan fehling B terbuat atas campuran NaOH dan Na-K-tatrat.
Pemanasan yang berlangsung pada uji fehling ini bertujuan dalam gugus
aldehid pada zat maupun sampel yang terbongkar ikatannya serta dapat bereaksi
dengan ion OH- yang akan membentuk asam karboksilat. Endapan merah CuSO4
yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi pembentukan asam
karboksilat. Larutan fehling akan menunjukkan endapan merah bata jika sampel
menunjukkan hasil positif.
Pada sampel pepaya, didapatkan hasil yang positif yaitu larutan supernatant
sampel berubah menjadi merah seelah diteteskan dengan reagen fehling A dan B
sebanyak 3 tetes dan kemudian dipanaskan dengan cara memasukkan air ke dalam
beaker glass lalu memasukkan tabung reaksi diatas kompor yang menyala.
Metode selanjutnya ialah uji kuantitatif yang dilakukan menggunakan metode
Luff- Schrool. Metode ini menggunakan teknik pengerjaan titrasi nantinya, sehingga
membutuhkan titran untuk pengujian kadar dari sampel. Titran yang digunakan ialah
natirum tiosulfat. Yang nantinya akan menghasilkan warna putih susu pada sampel
apabila sudah melewati titik ekivalen.
Luff-Schrool merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam
penentuan kuantitatif kadar karbohidrat secara kimiawi. Sampel yang digunakan
dalam praktikum ini adalah pepaya 25 gram. Praktikum kali ini bertujuan untuk
menetapkan suatu kadar glukosa yang ada pada berbagai jenis zat yang mengandung
gula dengan metode luff schoorl. Jenis cairan yang digunakan pada percobaan ini
adalah larutan supernatant pepaya.
Dalam pengujian karbohidrat menggunakan metode luff schoorl ini pH pada
larutan sampel harus diperhatikan dengan baik, karena suatu pH yang terlalu rendah
(terlalu asam) dapat menyebabkan hasil titrasi lebih tinggi dari yang sebenarnya,
karena terjadi reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2. Sedangkan, jika pH yang didapat
terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi yang dihasilkan akan menjadi lebih
rendah dari yang sebenarnya, karena pada kondisi pH yang tinggi akan terjadi suatu
resiko kesalahan, yaitu bereaksi I2 yang terbentuk dengan H2O (hidrolisis).
Setelah sampel dimasukan dalam Erlenmeyer sebanyak 10 mL, ditambahkan
10 ml HCl. Kemudian melakukan proses pemansan diatas penangas air lalu
didinginkan. Kemudian ditambahkan NaOH 45% hingga pH netral kisaran 7-8. Lalu,
ditambahkan larutan luff-schrool sebanyak 25 ml. Dipanaskan sehabis itu
ditambahkan batu didih dalam pemanasannya.
Campuran sampel ditambahkan batu didih, gunanya untuk mencegah
terjadinya suatu letupan (bumping). Pada saat proses pemanasan, diusahakan larutan
dididihkan dalam waktu 3 menit dan dibiarkan mendidih dalam waktu 10 menit, hal
ini dimaksudkan agar suatu proses reduksi dapat berjalan dengan sempurna, dan Cu
akan dapat tereduksi dalam waktu kurang lebih 10 menit. Agar tidak terjadi suatu
pengendapan pada seluruh Cu3+ yang tereduksi menjadi Cu+, untuk mencegah tidak
akan adanya kelebihan pada Cu2+ yang dititrasi maka larutan harus diusahakan
mendidih dalam jangka waktu 3 menit.
Campuran tersebut kemudian didinginkan dengan cara mengaliri air di
permukaan Erlenmeyer. Setelah campuran dingin kemudian ditambahkan KI 20%
sebanyak 5 mL dan H2SO4 6N sebanyak 15 ml perlahan-lahan. Penambahan dengan
menggunakan larutan-larutan ini akan menghasilkan reaksi yang terjadi antara
kuprioksida menjadi CuSO4 dengan H2SO4, serta CuSO4 yang bereaksi dengan KI.
Reaksi yang terjadi ditandai dengan adanya buih serta perubahan warna
larutan menjadi coklat. Larutan tersebut kemudian dititrasi cepat dengan
menggunakan larutan Natrium thio sulfat (Na2S2O3) 0,1 N. titrasi cepat dilakukan
untuk menghindari penguapan KI. Indikator yang dipergunakan adalah amilum.
Penambahan suatu indikator amilum ialah setelah larutan campuran sampel
mendekati titik akhir, hal ini dilakukan karena bila dilakukan pada saat awal titrasi
maka amilum akan dapat membungkus iod serta menjadikan warna titik akhir
menjadi terlihat tidak tajam. Maka berdasarkan praktikum dan perhitungan, kadar
karbohidrat dalam sampel pepaya adalah 0,179 %.

IX. Kesimpulan

1. Dapat diketahui identifikasi secara kualitatif suatu karbohidrat pada sampel


pepaya dengan uji fehling.
2. Dapat diketahui kadar gula dalam pepaya menggunakan uji Luff Schoorl,
yaitu sebesar 0,179 % pada 25 gram sampel pepaya.
Daftar Pustaka

Asip, F. Dan Okta, T. 2013. Adsorpsi Pada Gas Nam Menggunakan Membran
Mekanik dengan Metode Titrasi Iodometri. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 19 (4) :
22-28.
Chang, R. 2004. Kimia Dasar, Jilid 1, Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Djakani, H. 2013. Gambaran Kadar Gula Darah Puasa pada Laki-Laki Usia 40-59
Tahun. Jurnal e-Biomedik, Vol. 1 (1) : 71-75.
Endrawati, H. 2014. Pengertian Karbohidrat, Klasifikasi Karbohidrat, dan
Metabolisme Karbohidrat. Diakses secara online melalui
http://litbang.staff.ub.ac.id/2014/06/03/pengertian-karbohidrat-klasifikasi-
karbohidrat-dan-metabolisme-karbohidrat. [Diakses pada tanggal 24 Maret
2018 pada pukul 10.00 WIB].
Fitriningrum, R. Sugiyarto, dan Susilowati, A. 2013. Analisis Kandungan Karbohidrat
pada Berbagai Tingkat Kematangan Buah Karika (Carica pubescens) di
Kejajar dan Sembungan, Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Jurnal
Bioteknologi. Vol. 10 (1) : 6-14.
Gillespie, C. 2018. Chemical Reaction That Cause Color Change. Diakses secara
online melalui https://sciencing.com/chemical-reactions-cause-color-change-
7501675.html. [Diakses pada tanggal 1 April 2018 pada pukul 18.55 WIB].
Keenan, K. 1986. Kimia untuk Universitas II. Jakarta: Erlangga.
Khopkar, A. 1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Khozin, A. 2015. Kegunaan Uji Fehling. Diakses secara online melalui
https://www/al-astor.net/2015/05/kegunaan-uji-fehling-html. [Diakses pada
tanggal 24 Maret 2018 pada pukul 06.46 WIB].
Poedjadi, A. 1984. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI press.
Soedarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberti.
Svehla, G. 1985. Vogel : Buku Teks Analsa Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro, Edisi V. Jakarta : Kalman Media Pustaka.
Ulfa, A. 2015. Penetapan Kadar Klorin (Cl2) pada Beras Menggunakan Metode
Iodometri. Jurnal Kesehatan Holistik. Vol. 9 (4) : 197-200.
Winarno, F. O. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Wiratmaja, I. G. 2011. Pembuatan Etanol Generasi Kedua dengan Memanfaatkan
Limbah Rumput Laut Eucheuma cattonli Sebagai Bahan Baku. Jurnal Ilmiah
Teknik Mesin, Vol. 5 (1) : 75-84.

LAMPIRAN

1. Perhitungan

PERHITUNGAN % KARBOHIDRAT DALAM PEPAYA METODE LUFF


SCHOORL

1. Pembakuan Natrium Tiosulfat dengan KIO3


V titrasi: V1 = 10,5 ml
V2 = 10,5 ml
V3 = 10,6 ml
10,5+10,5+10,6
V rata – rata = = 10,53 ml
3
0,3
Mol KIO3 = 166 = 1,8 𝑚𝑚𝑜𝑙

mol eq Na2S2O3 = mol eq KIO3


VNa . NNa = 1,8 mmol
10,53 . NNa= 1,8 mmol
NNa = 0,09 N

1. Perhitungan % kadar karbohidrat dalam sampel dengan metode luff schrool


V titrasi: V1 = 21,2 ml
V2 = 20,8 ml
V3 = 20,6ml
V rata – rata = 21,2+20,8+20,6 / 3 = 20,86 ml

a. Perhitungan AngkaTabel

= (25-20,86) x 0,09/ 0,1 = 3,71

b. PerhitunganKonversiAngkaTabel
antara 3 dan 4 = 9,7 – 7,2 = 2,5
konversi = 7,2 + (0,71 x 2,5)
= 8,975
c. Perhitungan % Kadar

faktor pengenceran = 25 : 5 = 5
𝐴𝑇 ×𝑓𝑝 8,975×5
% kadar = 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100% = × 100% = 0,179%
25000

% kadar dalam 100 gram buah pepaya = 0,179% x 4 = 0,716 %

Maka, % kadar dalam 25 gram buah pepaya adalah 0,179 % dan dalam 100
gram buah pepaya adalah 0,716%.
2. Hasil Pengamatan

Uji Fehling Saat Kuning Jerami Hasil Akhir Titrasi

Anda mungkin juga menyukai