Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI


Argentometri

Shannon Maidelaine Prijadi


260110190071
Kamis 21 November 2019, 10.00-13.00

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
I. Tujuan
Menentukan kadar senyawa halogen atau garam halide dengan metode
argentometri.

II. Prinsip

2.1.Prespitasi
Prespitasi adalah suatu metode untuk mengolah suatu zat dengan
menambahkan beberapa zat kimia supaya terjadi adanya pengendapan.
(Chang,2004).
2.2. Kompleksometri
Kompleksometri adalah suatu titrasi yang dilakukan dengan metode
tertentu dan menghasilkan suatu produk dengan rumus kimia yang
kompleks. (Day and Underwood, 2002).
III. Reaksi

3.1.Pembakuan
AgNO3 + NaCl→ AgCl↓+ NaNO3 (Rao,1992)
3.2.Titrasi Argentometri
AgNO3 berlebih + Cl- → AgCl↓ + AgNO3- (Rao,1992)

IV. Teori Dasar


Argentometri merupakan suatu metode titrasi untuk senyawa halogen
atau golongan VII yanga kan menjadi garam halida. Dalam metode yang akan
digunakan ini melibatkan reagen perak nitrat (AgNO3). Proses ini termasuk
dalam analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan suatu analisis yang
dilakukan untuk menentukan jumlah zat atau kadar dari suatu sampel dengan
melakukan penimbangan secara seksama. (Gandjar dan Rohaman, 2007).
Penimbangan secara seksama ini merupakan penimbangan yang
dilakukan dengan tingkat kesalahannya adalah 0,01% dari berat sampel
tersebut. Biasanya analisis kualitatif ini dilakukan pada gravimetri dan
volumetric. Gravimetri merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengetahui kuantitas dari suatu sampel dengan cara menimbang bobot dari
sampel tersebut. (Day and Underwood, 2002)
Volumetrik merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengetahui kuantitas dari suatu sampel dengan cara mengukur volume dari
sampel tersebut. Jika dilihat dari ukuran sampelnya, analisis kuantatif dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Analisis kuantitatif makro, yaitu analisis yang dilakukan untuk berat
sampel lebih dari 0,1 gram.
2. Analisis kuantitatif semimikro, yaitu analisis yang dilakukan untuk
berat sampel antara 10 sampai 100 miligram.
3. Analisis kuantitatif mikro, yaitu analisis yang dilakukan untuk berat
sampel antara 1 sampai 10 miligram.
4. Analisis kuantitatif ultramikro, yaitu analisis yang dilakukan untuk
berat sampel 1 mikrogram. (Sumardjo, 2009).
Analisis kuantitatif ini ada yang disebut sebagai kosntituen atau analit.
Analit disebut sebagai konstituen utama jika zat yang ingin diketahui kuantitas
atau jumlahnya menyusun lebih dari 1% sampel. Namun, jika analit disebut
sebagai konstituen minor, artinya adalah bahwa jumlah analit yang menyusun
0,1%-1%. Jika jumlahnya kurang dari 0,1% maka disebut dengan zat perunut.
(trace). (Day and Underwood, 2002).
Yang sudah dilakukan salah satunya adalah titrasi. Titrasi merupakan
suatu metode yang dilakukan dimana titrat tidak diketahui konsentrasinya dan
titran yang sudah diketahui konsentrasi, kemudian dicari titik akhirnya yang
diketahui dari perubahan warna menjadi merah muda. (Chang, 2005). Titrasi
dapat digunakan untuk mnentukan kadar laktosa, lemak, pH, dan keasaman
pada susu sapi yang difermentasi menjadi youghurt. Dimana sangat berguna
bagi industri untuk menentukan waktu yang tepat bagi fermentasi susu sapi
(Dini, et. al, 2013).
Titrasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu titrat. (Sunarya, dan Setiabudi, 2007). Syarat-syarat bahwa
titrasi ini akan berhasil adalah:
1. Reaksi harus tepat dan akurat.
2. Titik equivalen harus diketahui sebelumnya dengan adanya
perubahan warna.
3. Konsentrasi titran diketahui terlebih dahulu dan larutan sebagai
titran harus larutan baku standar.
4. Volume titran yang akan digunakan sudah diketahui.
(Sastromidjodjo, 2005)
Dalam praktikum argentometri memiliki tiga buah metode berdasarkan
prisnsip dan indikatornya, yaitu metode volhard, metode mohr, dan metode
fajans. (Day and Underwood 2002). Metode mohr adalah suatu metode dengan
memakai indikator K2CrO4 (Kalium Kromat). Mekanisme dari metode mohr
ini adalah saat AgNO3 ditambahkan pada NaCl akan membentuk AgCl↓dengan
endapan berwarna putih. Jika ion Cl- telah habis bereaksi, maka Ag+ akan
bereaksi dengan CrO42- dan membentuk endapan berwarna merah bata. Reaksi
ini akan berlangsung secara netral. Berikut reaksi yang terjadi, adalah:
Ag+ + Cl− → AgCl ↓ (endapan putih)
2Ag+ + CrO4 2-→ Ag2CrO4 (merah kecoklatan)
(Meija, et. al, 2016).
Kemudian, metode volhard merupakan suatu metode dengan memakai
indikator Fe3+ (FeNH4(SO4)2) atau ferri alluin. Dalam praktikum dengan
metode volhard ini Larutan AgNO3 harus dibakukan dengan tiosulfat terlebih
dahulu supaya menjadi larutan baku standar. Saat ion Ag+ habis, ion SCN-
berlebih akan bereaksi dengan indikator FeNH4(SO4)2 sehingga membentuk
endapan [Fe(OH)2(SCN)]2+.
Ag+ + SCN- → AgSCN
Fe3+ + SCN- →FeSCN2+ (Merah) (Landangkasiang et al. 2017).
Metode fajans adalah suatu metode titrasi yang menggunakan indikator
adsorpsi. Adsorpsi merupakan proses penyerapan yang terjadi hanya dibagian
permukaan atas saja. Indikator adsoropsi ini akan membuat endapan Ag +. Saat
mencapai titik akhir akan terjadi fluroresensi. Fluoresensi adalah suatu kondisi
jika suatu zat yang disinari oleh cahaya dan diserap ke dalamnya akan
menyebabkan emisi cahaya fluoresen. (Antara, et. al, 2009).
Reaksi pengendapan adalah reaksi yang terjadi antara kation dengan
anion yang menghasilkan suatu produk yang tidak larut sehingga dianggap
sebagai endapan. Syarat terjadinya endapan adalah adanya perbedaan kelarutan
antara senyawa satu dengan lainnya. Namun, tidak semua reaksi yang terjadi
menimbulkan pengendapan tersebut, hanya beberapa saja yang mengalaminya.
Sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu reaksi yang akan terjadi melalui
peraturan kelarutan. (Schaffer & Herman, 2017).
Reaksi pengendapan ini juga dapat diprediksi dengan penilaian KSP
dengan QSP. Berdasarkan literatur bahwa jika QSP memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan KSP maka akan terjadi pengendapan dalam reaksi
tersebut. Selain itu, pengendapan ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu suhu, konsentrasi, kecepatan pengadukan, dan kondisi pH dari senyawa
tersebut. (Anggraini, et. al. 2015).
Kemudian, dalam setiap reaksi dan titrasi pasti menggunakan indikator
yang dilihat dari kesesuian pH nya. Indikator adalah suatu larutan yang sangat
berperan dalam proses titrasi karena membantu dalam memperjelas adanya
perubahan warna dari sampel yang dititrasi. Pemakaian indikator ini biasanya
dibutuhkan hanya dua sampai tiga tetes saja. (Dyah, 2012).
V. Alat dan Bahan
5.1. Alat
a. Batang pengaduk
b. Beaker glass
c. Bulb
d. Buret
e. Corong
f. Erlenmeyer
g. Kertas Perkamen
h. Klem dan statif
i. Kresek Hitam
j. Labu ukur
k. Neraca analitik
l. Penangas air
m. Pipet tetes
n. Pipet volume
o. Plastik wrap
p. Spatula

5.2. Bahan
a. Aquadest
b. AgNO3
c. K2CrO4
VI. Prosedur
6.1.Pembuatan NaCl Untuk Pembakuan
NaCl ditimbang sebanyak 300 gr. Kemudian, masukkan ke dalam
erlenmeyer. Larutkan dalam 50 mL aqudest dan aduk hingga semuanya
larut sempurna.
6.2.Pembuatan Larutan AgNO3
Pertama-tama ditimbang 8,49 gram perak nitrat. Kemudian dimasukkan ke
dalam beaker glass berukuran 500ml. Setelah itu ditambahkan aquadest ke
dalam beaker glass sebanyak 500ml dan diaduk hingga membentuk larutan
yang homogen menggunakan batang pengaduk.

6.3.Pembakuan AgNO3 dengan NaCl


AgNO3 dimasukkan ke dalam buret dan diambil NaCl 10 mL ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan dengan indikator K2CrO4. Kemudian dititrasi
dari warna kuning menjadi merah kecoklatan.
6.4. Penetepan Kadar NaCl
Ditimbang terlebih dahulu NaCl sebanyak 3x penimbangan. Kemudian,
dilarutkan dalam erlenmeyer 20 mL. lalu, AgNO 3 dimasukkan ke dalam
buret. NaCl ditambahkan dengan indikator K2CrO4. Titrasi NaCl dengan
AgNO3 sampai berwarna merah kecoklatan.

VII. Data Pengamatan


7.1. Pembuatan AgNO3 dan NaCl
Masssa Timbang Volume Konsentrasi Mr
AgNO3 NaCl AgNO3 NaCl AgNO3 NaCl AgNO3 NaCl
11,3 gr 0,2922 gr 1,5 L 50 mL 0,1 N 0,1 N 170 58,5

7.2. Pembakuan AgNO3


Volume AgNO3 Volume NaCl Erlenmeyer Konsentrasi Rata-Rata
9,6 mL 10 mL I 0,104 N
10,1 mL 10 mL II 0,099 N 0,099 N
10,5 mL 10 mL III 0,095 N

7.3. Penetapan Kadar NaCl


Massa NaCl Volume AgNO3 Volume NaCl Kadar Erlenmeyer
0,3030 gr 24,3 mL 20 mL 46,44% I
0,3030 gr 23,1 mL 20 mL 44,15% II
0,3029 gr 23,1 mL 20 mL 44,167% III
Rata-Rata 44,919%

VIII. Perhitungan

8.1. Pembakuan AgNO3


a. Erlenmeyer I
𝑁1 × 𝑉1 = 𝑁2 × 𝑉2
10 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁 = 𝑁2 × 9,6 𝑚𝐿
𝑁2 = 0,104 𝑁
b. Erlenmyer II
𝑁1 × 𝑉1 = 𝑁2 × 𝑉2
10 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁 = 𝑁2 × 10, 1 𝑚𝐿
𝑁2 = 0,099 𝑁
c. Erlenmeyer III
𝑁1 × 𝑉1 = 𝑁2 × 𝑉2
10 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁 = 𝑁2 × 10,5 𝑚𝐿
𝑁2 = 0,095 𝑁
d. Rata-Rata Konsentrasi
𝐼 + 𝐼𝐼 + 𝐼𝐼𝐼
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
0,104 𝑁 + 0,099 𝑁 + 0,095 𝑁
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 = 0,099 𝑁

8.2. Pembuatan NaCl, HNO3, dan AgNO3


a. NaCl
𝑔𝑟 1000
𝑁= × ×𝑒
𝑀𝑟 𝑚𝐿
𝑔𝑟 1000
0,1 𝑁 = × ×1
58,5 50
𝑔𝑟 = 0,2925 𝑔𝑟
b. AgNO3
𝑔𝑟 1000
𝑁= × ×𝑒
𝑀𝑟 𝑚𝐿
𝑔𝑟 1000
0,1 𝑁 = × ×1
170 1500
𝑔𝑟 = 25,48 𝑔𝑟
c. HNO3
𝑃 × 𝜌 × 10
𝑁=
𝐵𝐸
65 × 1,4 × 10
𝑁=
63
𝑁 = 14,5 𝑁

8.3. Pengenceran HNO3


a. HNO3 6 N
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑁2 × 𝑉2
𝑉1 × 14,5 𝑁 = 100 𝑚𝐿 × 6 𝑁
𝑉1 = 41,38 𝑚𝐿
b. HNO3 4 N
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑁2 × 𝑉2
𝑉1 × 14,5 𝑁 = 100 𝑚𝐿 × 4 𝑁
𝑉1 = 27, 59 𝑚𝐿

8.4. Penetapan Kadar NaCl (Sampel No. 4 Padatan)


𝑉𝐴𝑔𝑁𝑂3 × 𝑁𝐴𝑔𝑁𝑂3 × 𝐵𝐸 𝑁𝑎𝐶𝑙
%= × 100%
𝑀𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

a. Erlenmeyer I
24,3 𝑚𝐿 × 0,099 𝑁 × 58,5 𝑁
%= × 100%
303 𝑚𝑔𝑟
% = 46,44%
b. Erlenmeyer II
23,1 𝑚𝐿 × 0,099 𝑁 × 58,5 𝑁
%= × 100%
303 𝑚𝑔𝑟

% = 44,15%
c. Erlenmeyer III
23,1 𝑚𝐿 × 0,099 𝑁 × 58,5 𝑁
%= × 100%
302,9 𝑚𝑔𝑟
% = 44,167%
d. Rata-rata Presentase
𝐼 + 𝐼𝐼 + 𝐼𝐼𝐼
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
46,44% + 44,15% + 44,167%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 = 44,919%

IX. Pembahasan
Dalam praktikum ini dilakukan analisis secara kuantitatif yang dimana
praktikum sampel yang saya dapatkan adalah natrium klorida padatan sampel nomor 4
(NaCl), sehingga masuk ke dalam volumetrik argentometri. Volumetric sendiri
merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kuantitas dari suatu sampel
dengan cara mengukur volume dari sampel tersebut dan akan dihitung untuk
pembakuan dan penetapan kadar. Pembakuan ini dilakukan untuk menjadikan AgNO3
sebagai larutan baku standar dengan menghitung konsentrasinya. Sedangkan untuk
penetapan kadarnya dilakukan untuk mengetahui jumlah kadar NaCl yang terkandung
dalam senyawa tersebut.
Dalam praktikum hari ini adalah mengenai argentometri yang merupakan suatu
metode untuk mendapatkan endapan suatu senyawa dengan mereaksikan sampel
dengan penambahan AgNO3. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar dari
garam halogen dengan indikator perak nitrat. Kemudian, digunakanlah metode mohr
yang artinya adalah suatu metode titrasi pada argentometri yang menggunakan
indikator K2CrO4 yang dilakukan dalam keadaan netral dan menghasilkan titik
akhirnya ditandai dengan endapan warna merah kecoklatan. Berdasarkan prinsipnya
adalah prepitasi dan kompleksometri. Prepitasi adalah pengolahan yang dilakukan
dengan cara menambahkan zat kimia tertentu untuk membentuk suatu endapan atau
senyawa yang tidak larut dalam air.
Lalu, prinsip yang kedua adalah kompleksometri yang dapat diartikan sebagai
suatu metode dengan mereaksikan dua zat untuk mendapatan produk yang kompleks,
contoh dalam praktikum ini adalah didapatkan Ag2CrO4. Kemudian, dapat dilihat dari
reaksinya bahwa AgNO3 direaksikan dengan NaCl untuk pembakuan, karena memang
tujuannya untuk membentuk endapan.
Seperti yang kita tahu bahwa unsur halogen akan membentuk endapan pada
logam Ag, Pb, dan Hg. Telah dijelaskan pada materi sebelumnya, yaitu identifikasi
kation golongan I bahwa logam yang termasuk di dalamnya (Ag,Pb, dan Hg) akan
membentuk endapan jka ditambahkan dengan HCl, dimana AgCl akan membentuk
endapan berwarna putih, PbCl2 akan membentuk endapan putih, dan HgCl juga
membentuk endapan putih.
Kemudian, untuk melakukan pembakuan dan penetapan kadar dibutuhkan
beberapa alat, yaitu beaker glass, buret, erlenmeyer, pipet volume, bulb, timbangan
analitik, pipet tetes, kertas perkamen, statif dan klem, batang pengaduk, dan spatula.
Untuk AgNO3 dan K2CrO4 telah tersedia dalam laboratorium untuk satu angkatan
sehingga saya tidak membuatnya. Untuk beaker glass dibutuhkan sebagai wadah untuk
menaruh AgNO3, buret digunakan untuk tempat titran yang akan ditempatkan pada
statif dan klem.
Titran yang digunakan dalam pembakuan dan penetapan kadar adalah AgNO 3.
Lalu, untuk penempatan buret harus lurus supaya pembacaan skala volume pada buret
tepat. Selain itu, dipakai juga buret dengan skala yang besar hingga 50 mL karena
pemakaian AgNO3 yang cukup banyak. Untuk erlenmeyer digunakan sebagai wadah
NaCl. Saat penimbangan NaCl, erlenmeyer harus dibawa ke tempat timbangan supaya
senyawa yang sudah ditimbang tidak jatuh. NaCl yang timbang sebanyak 4 kali, yaitu
untuk pembakuan 1 erlenmeyer dan 3 erlenmeyer digunakan untuk penetapan kadar
NaCl. NaCl yang timbang ini adalah sekitar 300 mgr.
Untuk batang pengaduk, kertas perkamen, dan spatula digunakan saat proses
penimbangan NaCl berlangsung. Penimbangan yang dilakukan adalah penimbangan
seksama yang dimana kesalahannya tidak boleh lebih dari 0,01% sehingga resiko yang
diambil sedikit dan datanya juga akurat. Oleh karena NaCl merupakan senyawa garam
yang tidak higroskopis sehingga cukup digunakan kertas perkamen saja. Kemudian,
saat melarutkan NaCl dalam erlenmeyer digunakan pelarutnya adalah aquadest, karena
NaCL mudah larut dalam aquadest.
Dari reaksi di atas akan membentuk endapan berwarna putih. Namun, jika Cl-
dari NaCl sudah semuanya bereaksi dengan AgNO3, maka Ag akan bereaksi dengan
indikator K2CrO4. indikator K2CrO4 ini memiliki warna asli, yaitu kuning terang. Saat
sudah bereaksi dengan AgNO3, akan terbentuk endapan Ag2CrO4 dengan warna merah
kecoklatan. Adanya perubahan warna merah ini sudah menunjukan titik equivalen
antara AgNO3 dengan NaCl.
Titik equivalen adalah kondisi dimana antara titran dengan titrat memiliki
jumlah mol yang sama dalam artian adalah setimbang. Dapat dilihat dalam praktikum
ini adalah ketika titrat menunjukkan titik-titik merah jika titran ditambahkan tetes demi
tetes. Berbeda dengan titik akhir dalam titrasi pembakuan ini, jika titik akhir merupakan
kondisi dimana tanda bahwa titrasi harus dihentikan. Dalam praktikum ini dapat dilihat
dari terbentuknya endapan-endapan yang berwarna putih dengan larutan yang
berwarna merah kecoklatan.
Titrasi pembakuan ini dilakukan triplo (tiga kali percobaan). Selain supaya
hasilnya akurat, titrasi yang dilakukan secara triplo ini bertujuan agar dapat diketahui
jumlah larutan baku (titran) yang digunakan pada percobaan pertama dan kedua yang
nantinya kan dibandingkan bahwa apakah jarak (selisih) antara ketiga titrasi lebih
sedikit atau cukup besar.
Pembakuan AgNO3, digunakan NaCl sebanyak 10 mL dengan hasil
penimbangan NaCl adalah 0,2992 gr dan dilarutkan dalam 50 mL aquadest, untuk
mendapatkan 10 mL tersebut harus digunakan pipet volume dan bulb supaya akurat
hasilnya. Pemakaian pipet volume ini dengan cara memasang bulb terlebih dahulu
kemudian ditekan tombol A (air), supaya udara yang ada dibulb dikeluarkan terlebuh
dahulu. Lalu, ditekan tombol section (hisap), untuk mengambil larutan NaCl, pipet
volume tidak boleh menyentuh permukaan bagian bawah beaker glass supaya lancer
dalam pengambilan larutannya. supaya larutan NaCl dapat masuk ke dalam pipet
volume. Isi pipet volumenya hingga batas pipet volume yang sudah ditentukan. Jika
sudah pindahkan pipet volume ke erlenmeyer dan tekan tombol E (Exit) yang berfungsi
untuk mengeluarkan larutan NaCl ke dalam erlenmeyer.
Setelah diambil sebanyak 10 mL, lalu ditambahkan dengan indikator Kalium
Kromat (K2CrO4) sebanyak 2 tetes saja, dan didapatkan larutan berwarna kuning
terang. Pembakuan dapat dihitung secara teoritis melalui rumus persamaan titrasi
adalah:
𝑁1 × 𝑉1 = 𝑁2 × 𝑉2
10 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁 = 𝑁2 × 10 𝑚𝐿
𝑁2 = 0,1 𝑁
Lalu, hasil yang didapatkan dari praktikum tahap pembakuan ini tidak jauh berbeda
dari teori perhitungannya. Hasil yang saya dapatkan dari tiga kali percobaan titrasi
adalah 0,104 N, 0,099 N, 0,095 N, sehingga didapatkan rata-rata dari pembakuan
AgNO3 adalah 0,099N, maka dapat dikatakan mendekati 0,1 N.
Lalu, untuk tahap penetapan kadar dilakukan juga percobaan sebanyak 3 kali
dengan tujuan yang sama dengan pembakuan, yaitu agar dapat diketahui jumlah larutan
baku (titran) yang digunakan pada percobaan pertama dan kedua yang nantinya kan
dibandingkan bahwa apakah jarak (selisih) antara ketiga titrasi lebih sedikit atau cukup
besar dan hasil yang didapatkan juga akurat.
Hasil yang didapat dari penimbangan NaCl adalah 0,303 gr untuk penimbangan
pertama dan kedua. Lalu, untuk penimbangan ketiga didapatkan 0,3029 gr. Lalu,
dimasukkan langsung ke erlenmyer dan dilarutkan dalam 20 mL aquadest yang diaduk
dengan batang pengaduk. Kemudian, ditambahkan dengan indikator Kalium Kromat
(K2CrO4) sebanyak 2 tetes saja dan larutan berubah warna menjadi larutan kuning
terang dengan awalnya adalah larutan AgNO3 dan larutan NaCl masing-masing
merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna. Sama seperti halnya proses
pembakuan ini yaitu larutan yang awalnya berwarna kuning menjadi larutan warna
merah kecoklatan.
Sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa reaksi antara AgNO3 dengan NaCl akan
membentuk endapan berwarna putih. Namun, jika Cl- dari NaCl sudah semuanya
bereaksi dengan AgNO3, maka Ag akan bereaksi dengan indikator K2CrO4. indikator
K2CrO4 ini memiliki warna asli, yaitu kuning terang. Saat sudah bereaksi dengan
AgNO3, akan terbentuk endapan Ag2CrO4 dengan warna merah kecoklatan. Adanya
perubahan warna merah ini sudah menunjukan titik equivalen antara AgNO 3 dengan
NaCl. Kemudian hasil yang didapatkan dari titrasi penetapan kadar ini adalah 46,44%,
44,167%, 44,15%. Oleh karena itu didapatkan hasil rata-ratanya untuk sampel 4 NaCl
ini adalah 44,919% .

X. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum argentometri kali ini dengan menggunakan sampel
nomor 4 padatan NaCl, didapatkan bahwa pembakuan AgNO3 rata-rata konsentrasinya
adalah 0,099 N, dan untuk penetapan kadar didapatkan 46,44%, 44,167%,
44,15%. Oleh karena itu didapatkan hasil rata-ratanya untuk sampel 4 NaCl ini adalah
44,919%. Percobaan ini dilakukan dengan metode mohr.

XI. Daftar Pustaka


Anggraini, M., Surono, B., Waluyo, S., Rusydi & Sujono, 2015. Pengendapan Uranium
dan Thorium Hasil Pelarutan Slag II. Eksplorium. Jurnal Ilmiah. Vol 36 (2):
125– 132.
Antara, I. K. G., I. W. Budiarsa Suyasa, A. A. Bawa Putra. 2009. Kajian Kapasitas dan
Efektivitas Resin Pensikar Anion untuk Mengikat Klor dan Aplikasinya pada
Air. Jurnal Kimia. 2(2): 87-92.
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep - Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep – Konsep Inti Edisi ke-3 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Dini, Putri, Hermin Sulistyarti, Atikah Atikah. 2013. Pembuatan Tes Kit Tiosianat
Berdasarkan Pembentukan Kompleks Besi (II) Tiosianat. Jurnal Ilmu Kimia
UB. Vol 1(2): 178-193.
Dyah, P. 2012. Asidi Alkalimetri. Bandung: Universitas Islam Negeri Gunung Jati.
Gandjar,I.dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Landangkasiang, A. I. N., Nurmeilita Taher, Josef Kaparang, and Silvina Diniantang
Harikedua. 2017. Kualitas Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis L.) Asap Pada
Beberapa Sentra Pengolahan Di Sulawesi Utara. Jurnal Media Teknologi Hasil
Perikanan. Vol 5(3): 10-15.
Meija, Juris, Anna Maria Michałowska-Kaczmarczyk, and Tadeusz Michałowski.
2016. Solution to Mohr’s Method Challenge. Journal Analytical and
Bioanalytical Chemistry. Vol 408(17): 4469–71.
Rao, S.B. 1992. Practical Biochemistry for Medical Student. Calcutta: Academic
Publisher.
Sastroamidjodjo, H. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM Press.
Schaffer, J. & Herman, C. 2017. Precipitation Reactions. Tersedia secara online di
https://chem.libretexts.org/Textbook_Maps/Inorganic_Chemistry/Supplement
Chemistry)/Descriptive_Chemistry/Main_Group_Reactions/Reactions_in_Aq
Solutions/Precipitation_Reactions. [Diakses pada 24 November 2019].
Sumardjo. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sunarya, Y., dan Setiabudi, A. 2007. Mudah Belajar Kimia. Bandung: Setia Purna
Inves.

Anda mungkin juga menyukai