Anda di halaman 1dari 13

Qurrotul A’yun / 15030234023 / KA 2015

I. Judul Percobaan : HPLC (High Performance Liquid Chromatography)


II. Tanggal Percobaan : Kamis, 15 Maret 2018 pukul 07.50:00 WIB
III. Selesai Percobaan : Kamis, 15 Maret 2018 pukul 10.20 WIB
IV. Tujuan Percobaan : Menentukan konsentrasi parasetamol dalam sampel
menggunakan HPLC
V. Dasar Teori :
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen
campuran yang berdasarkan distribusi diferensial dari komponen-komponen sampel
diantara dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik kromatografi yang
dimana fasa gerak dan fasa diamnya menggunakan zat cair adalah HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) atau didalam bahasa Indonesia disebut KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) (Underwood, 1999).
Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat
digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas area standar. Pada
prakteknya, metode pembandingan area standar dan sampel kurang menghasilkan data
yang akurat bila hanya melibatkan suatu konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan
dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi (Underwood, 1999).
HPLC yang modern telah mucul akibat pertemuan dari kebutuhan, keinginan
manusia untuk meminimalis pekerjaan, kemampuan teknologi, dan teori untuk memandu
pengembangan pada jalur yang rasional. Jelas sebelum era peralatan yang modern bahwa
LC (Liquid Chromatography) memiliki kekuatan pemisahan yang sangat ampuh, bahkan
untuk komponen-komponen yang berhubungan sangat erat. LC harus ditingkatkan
kecepatannya, diotomasasi, dan harus disesuaikan dengan sampel-sampel yang lebih
kecil, waktu elusi yang beberapa jam (Budimarwanti, 2001).
HPLC berbeda dari kromatografi kolom cairan konvensional dalam hal digunakan
bahan pengisi kolom berupa partikel yang sangat kecil berukuran sampai 3-5 μm (1μm =
10-6 m). Sehingga mengharuskan digunakannya tekanan tinggi sampai 20.000 Kpa (
200 atmosfir) untuk mengalirkan fasa gerak melalui kolom tersebut.
Ternyata, penggunaan bahan pengisi kolom yang lebih kecil ini bukan saja telah
memperbaiki kecepatan analisis, tapi (dari ini yang lebih penting) ialah telah
menghasilkan suatu teknik dengan daya pisah yang tinggi. HPLC mempunyai kelemahan-
kelemahan yang diantaranya, peralatannya lebih rumit, tidak murah, dan perlu
pengalaman. Untuk beberapa jenis zat, metode ini kurang sensitif. Selain itu sampel
disyaratkan harus stabil dalam larutan.
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu
(Budimarwanti, 2001):
a. Fase Normal HPLC
HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun
disebut normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan partikel
silika yang sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah kolom sederhana
memiliki diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan kurang dari nilai ini) dengan
panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom
akan melekat lebih lama pada silika yang polar dibanding dengan senyawa-senyawa
non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat
melewati kolom. Apabila pasangan fasa diam lebih polar daripada fasa geraknya maka
sistem ini disebut HPLC fase normal.
b. Fase Balik HPLC
Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi
menjadi non polar melalui pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang pada
permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini,
akan terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam
campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat interaksi antara
rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fasa diam) dan molekul-molekul
polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul-molekul polar akan lebih cepat bergerak
melalui kolom. Sedangkan molekul-molekul non polar akan bergerak lambat karena
interaksi dengan gugus hidrokarbon.
Terdapat berbagai zat aditif yang digunakan oleh produsen makanan dan
minuman diantaranya : natrium benzoat, vitamin c, dan kafein untuk masing-masing
tujuan tertentu. Ketiga zat aditif tersebut merupakan senyawa yang memiliki sifat
kepolaran yang berbeda, dan memiliki gugus kromofor yang menyebabkan senyawa
tersebut dapat menyerap sinar UV. Berdasarkan karakteristik senyawa ini
memungkinkan dilakukan analisis dengan teknik HPLC yang menggunakan kolom
nonpolar seperti C-18 dan fasa gerak polar.

Reservoir Pelarut
Jumlah reservoir pelarut : (1) bisa salah satu atau lebih; berisi pelarut organik
seperti heksana, atau air, atau campuran air dan pelarut organik seperti
metanol,tergantung kepada apakah kita bekerja menggunakan fasa normal atau fasa
terbalik atau metode kromatografi lainnya (Budimarwanti, 2001).
Bila sistem KCKT dilengkapi dengan alat pencampuran (2) (atau mempunyai lebih
dari satu pompa) yang memungkinkan membuat campuran-campuran pelarut dengan
komposisi yang diatur dengan bantuan suatu programener, maka diperlukan lebih dari
satu reservoir, sistem ini diperlukan untuk melakukan elusi bergradien dimana komposisi
pelarut diubah-ubah selama pengelusian.
Pelarut fasa gerak dipompa dari reservoir oleh sistem pompa, demikian sehingga
campuran pelarut dengan komposisi tertentu dapat mengalir tanpa denyutan (pulseless).
Kecepatan aliran dapat diatur antara 0,1 – 10 mL/menit.
Gas yang terlarut dalam pelarut fasa gerak yang digunakan harus dibuang terlebih
dahulu (de-gassing), selain itu, pelarut harus di saring dahulu agar bebas dari partikel-
partikel kecil yang tidak larut.
Pada saluran-saluran pelarut biasanya dipasang saringan (berukuran 2-10 mμ)
untuk mencegah partikel-partikel kecil yang tidak larut tadi, masuk kedalam kolom.
Saringan ini harus diganti atau dibersihkan bila terjadi penyumbatan. Diantara jenis-jenis
pompa yang paling umum digunakan untuk sistem HPLC adalah jenis pompa “isap dan
tekan ” (reciprocating).
Pompa “isap dan tekan” yang sederhana mempunyai kecepatan isap yang tetap.
Artinya, waktu yang diperlukan untuk langkah mengisis sama dengan waktu untuk
langkah memompa. Pompa seperti ini memerlukan perendam denyutan yang baik. Oleh
karena itu, pompa jenis ini umumnya menggunakan dua pengisap yang masing-masing
bekerja kebalikan satu dari yang lainnya. Setiap pengisap memppunyai dua katup
pengendali.
Pelarut diisap ke dalam ruang pengisap melalui katup pemasukkan dan kemudian
ditekan ke luar melalui katup pengeluaran. Untuk melakukan elusi bergradien diperlukan
dua sistem pompa yang masing-masing mempunyai satu atau dua penghisap. Ada dua
macam rancangan utama pompa gradien yaitu pecampuran tekana tinggi yang
mempunyai hantaran dua pompa dan pencampuran tekana rendah dengan hantaran satu
pompa.
Rancangan pompa gradien yang pertama, yakni sistem pencampuran tekanan
tinggi, mempunyai dua pompa dan satu pengendali, masing-masing pompa
menghantarkan satu sistem pelarut. Fungsi pengendali adalah mengatur kecepatan aliran
masing-masing pelarut sesuai dengan komposisi yang diinginkan dan juga berfungsi
untuk menjamin terjadinya pengadukan yang baik oleh suatu pengaduk dinamik. Setiap
pompa mempunyai dua penghisap dan setiap penghisap mempunyai dua katup. Jenis
yang kedua, pompa pembagi bertekanan rendah hanya mempunyai satu penghisap. Untuk
melakukan elusi gradien hanya diperlukan satu pompa. Pompa ini mempunyai katup
pembagi, tidak mempunyai pengendali gradien.
Dengan katup-katup pembagi dimungkinkan untuk membuat suatu campuran terner
(tiga jenis pelarut) dengan perbandingan yang diinginkan. Jadi untuk melakukan gradien
gradien tidak diperlukan lebih dari satu pompa. Katup-katup pembagi ini dikendalikan
oleh suatu microprocessor dan terbuka selama langkah pemasukan pelarut.

Prinsip kerja instumentasi HPLC


HPLC menggunakan fasa gerak untuk memisahkan komponen dari sebuah
campuran komponen (analit). Prinsip keja HPLC adalah pemisahan setiaap komponen
dalam sampel berdasarkan kepolarannya. Yang paling membedakan HPLC dengan
kromatografi lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa
gerak. Fasa diam yang biasa digunakan (pada kolom) HPLC jenis fasa terbalik adalah
RMe2SiCl, dimana R adalah rantai alkana C-18 atau C8. Sementara fasa geraknya berupa
larutan yang diatur komposisinya (gradien elusi), misalnya : air:asetonitril (80:20), hal ini
bergantung pada kepolaran analit yang akan dipisahkan. Campuran analit akan terpisah
berdasarkan kepolarannya, dan waktu retensinya akan berbeda, hal ini akan teramati pada
spektrum yang punsak-puncaknya terpisah (Underwood, 1999).
Prinsip dasar HPLC adalah pemisahan komponen-komponen terjadi karena
perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Keunggulan
menggunakan HPLC dibandingkan kromatografi gas yaitu terletak pada kemampuannya
untuk menganalisis cuplikan yang tidak menguap dan labil pada suhu tinggi. HPLC tidak
terbatas pada senyawa organik tapi mampu menganalisis senyawa anorganik, mampu
menganalisis cuplikan yang mempunyai molekul tinggi (beratnya), mampu menganalisis
cuplik yang mempunyai titik didih yang sangat tinggi seperti polimer (Underwood,
1999).

Cara kerja instumentasi HPLC


Prinsip kerja alat HPLC adalah pertama fasa gerak dialirkan melalui kolom
kedetektor dengan bantuan pompa. Kemudian cuplikan dimasukan ke dalam aliran fasa
gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen
campuran karena perbedan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam.
Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom
terlebih dahulu. Sebaliknya solut-solut yang interaksinya kuat dengan fasa diam akan
keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen yang campuran yang keluar kolom
dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram (Pecsock,
R.L.dkk.1976).

Gambar 1. skema instrumentasi HPLC

Komponen-komponen instrumentasi HPLC


1. Fasa Gerak
Fasa gerak dari HPLC merupakan zat cair yang disebut eluen atau pelarut. Dalam
HPLC fasa gerak selain berfungsi untuk membawa komponen-komponen campuran
menuju ke detektor, selain itu juga dapat berinteraksi dengan solut-solut. Oleh karena itu,
fasa gerak dalam HPLC merupakan salah satu faktor penetu keberhasilan proses
pemisahan. Persyaratan zat cair yang akan digunakan sebagai fasa gerak sebagai berikut:
 Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan
dianalisis
 Zat cair harus murni, untuk menghindari masuknya kotoran yang dapat mengganggu
interpretasi kromatogram
 Zat cair harus jernih, untuk meghindari penyumbatan pada kolom
 Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar dan tidak beracun
 Zat cair tidak kental dan harus sesuai dengan detektor
Fasa gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari
partikel-partikel kecil. Selain itu adanya gas dalam fasa gerak juga harus dihilangkan,
sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama do pompa dan
detektor sehingga akan mengacaukan analisis.
Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fasa gerak tetap selama
elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi)
yang analog dengan pemrograman suhu pada kromatografi gas. Elusi bergradien
diguakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel
mempunyai kisaran polaritas yang luas.
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik
adalah campuran larutan buffer dengan metanol atua campuran air dengan asetonitril.
Untuk pemisahan dengan fase normal, fasa gerak yang paling sering digunakan adalah
campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau
menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang
umum dibanding fase terbalik (Pecsock, R.L.dkk.1976).

2. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stailess steel, akan tetapi ada juga yang terbuat
dari gelas berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa diam, tepat terjadinya pemisahan
campuran menjadi komponen-komponen. Bergantung keperluannya kolom utama dapat
digunakan untuk analisis atau preparatif setiap komponen yang keluar kolom ditampung
pada tabung yang berbeda dan keluaran HPLC dihubungkan dengan fraction colector
selain kolom utama dikenal pula kolom pengaman.
Kolom utama berisi fasa dian dan jenisnya bervariasi bergantung pada keperluan,
misalnya dikenal kolom C8, C-18, cyanopropyl, dan penukar ion. Kolom utama untuk
HPLC biasanya berukuran panjang berkisar antara 5-30 cm dan diameter dalam berkisar
4,5–10 mm.
Kolom pengaman (guard coloumn) disebut juga pra-kolom karena letaknya
sebelum sistem pemasukan cuplikan. Kolom ini berukuran pendek 5 cm dengan diameter
4,6 mm biasanya dipaking dengan partikel silika berukuran besar dari ukuran partikel
kolom utama. Kolom pengaman mempunyai dua fungsi yaitu: menyaring kotoran yang
terbawa oleh fasa gerak dan untuk menjenuhkan fasa gerak dalam rangka menghindarkan
terjadinya erosi fasa diam oleh aliran pelarut. Kolom merupakan jantung kromatograf,
keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada pilhan kolom dan kondisi kerja
yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok (Pecsock, R.L.dkk.1976) :
 Kolom analitik
Garis tengah dalam 2-6 mm, panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk kemasan
pelikel biasanya panjang kolom 50-100 cm, untuk kemasan mikropartikel berpori
biasanya 10-30 cm.
 Kolom preparatif
Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar, dan panjang 25-100 cm.

3. Pompa
Pada HPLC, pompa ini berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom
yang berisi serbuk halus. Digunakan pompa bertekanan tinggi dalam metode ini sebagai
akibat penggunaan fasa gerak yang berupa zat cair yang akan sukar mengalir dalam
kolom yang dipadatkan dengan serbuk halus. Oleh karena itu, agar zat cair dapat
melewati kolom secara tepat maka dibutuhkan bantuan pompa yang bertekana tinggi.
Pompa yang digunakan dalam HPLC harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Menghasilkan tekanan sampai 5000 psi
 Kecepatan alir berkisar antara 0,1-10 mL/menit
 Bahan tahan korosi
 Keluaran bebas pulse
Dikenal 3 jenis pompa yang masing-masing memiliki keuntungan yaitu :
a. Pompa Reciprocating
Pompa ini terdiri dari ruangan kecil tempat pelarut yang dipompa dengan cara
gerakan piston maju mundur yang dijalankan oleh motor. Gerakan piston memberikan
aliran eluen yang konstan, memiliki volume internal kecil (35-400 mL) menghasilkan
tekanan tinggi (sampai 10.000 psi). Piston berupa batang gelas dan berkontak
lengsung dengan pelarut.
b. Pompa Displacement
Pompa ini menyerupai syringe (alat suntik) tersiri dari tabung yang dilengkapi
pendorong yang digerakkan oleh motor. Menghasilkan aliran yang cenderung tidak
tergantung pada tekanan balik kolom dan viskositas pelarut. Memiliki keterbatasan
kapasitas pelarut ( 250 mL) dan tidak mudah untuk pergantian pelarut.
c. Pompa Pneumatic
Dalam pompa ini pelarut didorong oleh gas bertekanan tinggi.Pompa jenis ini murah,
tetapi memiliki keterbatasan kapasitas dan tekanan yang dihasilkan (<2000 psi)
kecepatan alir bergantung pada viskositas pelarut dan tekanan balik kolom.

4. Injector Sample
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikan secara langsung ke dalam fase gerak
yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat
dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample
loop) internal atau eksternal. Salah satu jenis penyuntik untuk memasukan sampel ke
dalam sistem (kolom) kromatografi adalah penyuntik loop.
Dalam prakteknya, loop tidak perlu diisi penuh, tapi bila tidak diisi penuh akan
mengakibatkan lebih jeleknya presisi hasil eksperimen dan ketergantungan presisi
tersebut kepada bagaimana si-operator menggunakan penyuntik. Perlu diingat, bahwa
penyuntik tidak boleh dicabut sebelum pegangan (handle) penyuntik diputar dari posisi
load (“pengisap”) ke posisi inject (“suntik”). Karena sampel akan mengalir ke saluran
pembuangan. Hal yang terakhir ini tentunya tidak diinginkan, pegangan penyuntik harus
diputar cepat agar pemutusan aliran ke dalam diinginkan. Pegangan penyuntik harus
diputar cepat agar pemutusan aliran ke dalam kolom, antara posisi pengisian (load) dan
posisi penyuntikan (inject) berlangsung cepat.
Yang menjadi faktor ketidak tepatan pengukuran HPLC salah satunya terletak pada
keterulangan pemasukan cuplikan kedalam paking kolom. Masalahnya kebanyakan
memasukan cuplikan kedalam kolom dapat menyebabkan band broadening. Oleh karen
itu cuplikan yang dimasukkan harus sekecil beberapa puluh mikroliter. Beberapa teknik
pemasukan cuplikan kedalam sistem dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Injeksi Syringe
Syringe disuntikan melalui septum (seal karet) dan untuk ini dirancang syringe yang
tahan tekanan sampai 1500 psi. Akan tetapi keterulangan injeksi stringe ini sedikit
lebih baik dari 2-3 % dan sering lebih jelek.
b. Injeksi Stop Flow
Aliran pelarut dihentikan sementara, sambungan pada ujung kolom dibuka dan
cuplikan disuntikan langsung kedalam ujung kolom. Setelah menyambung kembali
kolom maka pelarut dialirkan kembali. Untuk memasukkan cuplikan kedalam fasa
gerak perlu dua langkah : sejumlah volume cuplikan disuntikkan ke dalam loop dan
posisi ‘load’. Cuplikan masih berada dalam loop ; kran diputar untuk mengubah
posisi ‘load’ menjadi posisi ‘injeksi’ dan fasa gerak membawa cuplikan kedalam
kolom (kran cuplikan).
c. Kran Cuplikan
Jenis pemasukan cuplikan ini disebut juga loop dan paling banyak digunakan. Untuk
memasukan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak perlu 2 langkah, yaitu: sejumlah
volume cuplikan disuntikan ke dalam loop dalam posisi load, cuplikan masih berada
dalam loop; kran diputar untuk mengubah posisi load menjadi posisi injeksi dan fasa
gerak membawa cuplikan ke dalam kolom.
5. Detektor
Ada dua jenis detektor yaitu detektor selektif, adalah detektor yang peka terhadap
golongan senyawa tertentu saja. Dan detektor universal, yaitu detektor yang peka
terhadap golongan senyawa apapun kecuali pelarutnya. Diantara detektor yang digunakan
dalam KCKT adalah
a. Detektor Universal
 Detektor Ultra Violet – Visible (Sinar Tampak)
Detektor UV terutama digunakan untuk pendeteksian senyawa-senyawa organik.
Detektor UV dilengkapi dengan pengatur panjang gelombang, sehingga panjang
gelombang UV yang digunakan dapat dipilih sesuai dengan jenis cuplikan yang
diukur.
Detektor UV-Visible (uv-sinar tampak) paling banyak digunakan, karena
sensitivitasnya yang baik mudah menggunakannya, tidak merusak senyawa yang
di analisis, dan memungkinkan untuk melakukan elusi bergradien. Ada yang
dipasang pada panjang gelombang tetap yaitu pada panjang gelombang 254 nm,
dan ada yang panjang gelombangnya dapat dipilih sesuai dengan diinginkan
antara 190-600 nm. Detektor dengan panjang gelombang variabel ini ada yang
dilengkapi alat untuk memilih panjang gelombang secara otomatis dan dapat me-
nol-kan sendiri (allto zero). Detektor jenis ini juga ada yang menggunakan drode
erray (sebagai pengganti photo tube), sehingga dapat melakukan pembacaan
absorban yang kontinyu pada berbagai panjang gelombang.
 Detektor Indeks Bias
Detektor indeks bias memberi respons terhadap senyawa yang dianalisis apapun,
termasuk pelarutnya sendiri. Prinsip dasar kerja detektor ini adalah perubahan
indeks bias karena adanya komponen sampel dalam pelarut. Detektor ini bersifat
tidak merusak (non-destruktif), sensitivitasnya cukup tinggi (minimum 10-6 g) dan
umumnya digunakan dalam pekerjaan preparatif. Dengan detektor ini tidak dapat
dilakukan elusi bergradien. Detektor ini digunakan dalam kromatografi eklusi dan
dalam analisis karbohidrat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan detektor indeks bias:
- Bila digunakan lebih dari satu pelarut, maka campuran dahulu hingga
homogen dan bebaskan dari gas terlarutnya.
- Setelah detektor dihidupkan, tunggu beberapa lama sebelum digunakan
sampai detektor stabil.
- Bila digunakan lebih dari satu detektor yang dipasang berurutan, maka
tempatkanlah detektor indeks bias pada urutan terakhir.
- Untuk saluran pembuangan, gunakanlah selang teflon berdiameter dalam
(inner diameter) yang besar tapi pendek.
- Tempatkan detektor pada kondisi suhu yang dipelihara tetap.
- Jaga agar sel indeks bias selalu bersih.
- Sel pembanding harus diisi dengan pelarut yang telah dilewatkan melalui
kolom,
 Detektor Spektrometer Massa
 Detektor Spektrometer Inframerah
b. Detektor Selektif
 Detektor Fluoresensi
Didasarkan kepada prinsip bahwa molekul-molekul tertentu dapat menyerap
energi pada panjang gelombang yang lebih pendek membentuk suatu keadaan
tereksitasi dan kemudian secara hampi bersamaan turun kembali ke keadaan dasar
(ground state) dengan memancarkan energi pada panjang gelombang yang lebih
panjang.
 Detektor Konduktivitas Listrik
Detektor elektrokimia biasanya didasarkan pada daya hantar listrik
(konduktometri) dan polarografi. Detektor jenis konduktometri biasanya
digunakan untuk mendeteksi solut-solut yang dapat mengalami reaksi redoks baik
senyawa organik maupun anorganik. Adapun persyaratan detektor yaitu: cukup
sensitif, stabilitas, dan keterulangan tinggi, tidak erusak cuplikan, respon linier
terhadap solut, reliabilitas tinggi dan mudah digunakan.
Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprousibel
- Mempunyia sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada
kadar sangat kecil
- Stabil dalam pengoperasiannya
- Mempunyia sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran
pita
- Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran
yang luas
- Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fasa gerak.
6. Rekorder
Rekorder adalah alat untuk mencetak hasil percobaan pada lembar berupa
kumpulan puncak (kromatogram) kromatogram HPLC yang didapat berguna untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif. Luas peak menyatakan konsentrasi komponen
dalam campuran dan jumlah peak menyatakan jumlah komponen. Analisis kualitatif
dapat dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi (rt) analit atau sampel
dengan waktu retensi standar. Sedangkan analisis kuantitatif depat dilakukan dengan
didasarkan pada luas peak atau tinggi peak dengan metode standar kalibrasi.

VI. Alat dan Bahan :


a. Alat
1. Labu ukur 100 mL 1 buah
2. Pipet tetes 5 buah
3. Gelas kimia 100 mL 5 buah
4. Pipet volume 25 mL 1 buah
5. Pro pipet 1 buah
6. HPLC 1 set
7. Botol semprot 1 buah

b. Bahan
1. Larutan Baku Standar Paracetamol 100 mL
2. Sampel Paracetamol secukupnya
3. Aquades secukupnya
VII. Alur Percobaan :
1. Pembuatan larutan baku standart

Larutan standar
Parasetamol 100 ppm

- Dilakukan pengenceran untuk


membuat larutan standar
konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 ppm

Larutan
standart

- Dibaca absorbansi larutan standart


dengan menggunakan HPLC
- Dibuat kurva standar paracetamol
- Dihitung konsentrasi sampel

Konsentrasi
sampel

2. Persiapan sampel

0,1 gram sampel paracetamol

- Diencerrkan menggunkan labu


ukur 100 mL
Larutan Sampel

- Dibaca absorbansi larutan sampel


paracetamol dengan menggunakan HPLC
- Dihitung konsentrasi sampel

Konsentrasi
sampel
Daftar Pustaka

Budimarwanti, Sriatun. 2001. Kimia Analisis Organik. Yogyakarta: UNY Press.


Day, R.A., dan Underwood, A.L. dan J.R. 1999. Analitik Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta : Erlangga.
Pecsock, R.L.dkk.1976. Modern Methods of Chemical Analysis. 2nd edition. New York:
John Wiley and Sons.
Tim Dosen. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik III Metode Spektro Analitik
(MSA). Surabaya: UNESA Press.

Anda mungkin juga menyukai