Anda di halaman 1dari 8

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER KITOSAN


TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
DAN Escherichia coli

Eko Kusumawati1), Supomo2) dan Libiyah2)


1)
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman Samarinda
2)
Akademi Farmasi Samarinda

ABSTRACT

This study aimed to compare the effevtiveness of antibacterialgel hand sanitizer of


chitosan shrimp shells ini suppressing the growth of bacteria Staphylococcus aureus
and Escherichia coli. Antibacterial effectiveness was analyzed using a diffusion
method.Data were analyzed statistically using One Way ANOVA. The results showed
that hand sanitizer with chitosan concentration of 1% had a greater inhibitory against
Staphylococcus aureus that is 2,49 mm and against Escherichia coli that is 0,705 mm,
while the results of positive control (Dettol) of inhibition greater than formula 1,which
is 6,31 mm for Staphylococcus aureus and 4,75 mm for Escherichia coli. The resulting
inhibition of hand sanitizer formula shrimp shell chitosan weak category. Basedonthe
results of this study concluded that chitosan concentration of 1% which is formulated in
the form of hand sanitizer gel had weakinhibition against bacteria Staphylococcus
aureus and Escherichia coli.

Keywords: antibacteri, chitosan, gel, hand sanitizer

PENDAHULUAN Nurainy et al. (2008) menyatakan


bahwa terdapat aktivitas penghambatan
Salah satu upaya yang dapat kitosan dari kulit udang sebagai
dilakukan untuk menjaga kebersihan antibakteri terhadap Staphylococcus
tangan adalah dengan menggunakan gel aureus dengan diameter penghambatan
antiseptik tangan (hand sanitizer). tertinggi pada penambahan kitosan
Sebagai alternatif praktis menggantikan dengan konsentrasi 0,2% sebesar 20,27
sabun dan air untuk mencuci tangan, gel mm/mg kitosan dan terendah dengan
antiseptik tangan diformulasikan konsentrasi 0,8% sebesar 6,82 mm/mg
sebagai pembersih tangan yang mudah kitosan, sementara untuk aktivitas
dibawa serta dapat diperoleh dengan penghambatan antibakteri Escherichia
mudah. Dewasa ini penggunaan gel coli dengan diameter penghambatan
antiseptik tangan mendapat respon tertinggi pada penambahan kitosan
positif dari masyarakat, namun dengan konsentrasi 0,2% sebesar 31,53
kebanyakan produk gel antiseptik mm/mg kitosan dan terendah pada
tangan di pasaran berbahan dasar penambahan kitosan dengan konsentrasi
alkohol yang memiliki kekurangan 0,8% sebesar 14,22 mm/mg kitosan.
dapat mengiritasi kulit dan membuat Tujuan dari penelitian ini adalah
kulit kering bila digunakan berulang- untuk mengetahui perbandingan
ulang. Sebagai salah satu alternatif, efektivitas antibakteri gel hand
kulit udang yang mengandung kitosan sanitizer berbahan dasar kitosan dalam
dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri menghambat pertumbuhan bakteri
dalam sediaan hand sanitizer.

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

Escherichia coli dan Staphylococcus Bubuk MHA ditimbang sebanyak


aureus. 38 gram, dimasukkan ke dalam labu
erlenmayer ditambahkan aquadest
METODE PENELITIAN 1000 ml. Kemudian diletakan diatas
hotplate dan diaduk menggunakan
Persiapan Sampel dan Perlakuan magnetic stirrer. Setelah mendidih,
Sampel kitosan yang akan ditutup dengan kapas lalu dilapisi
digunakan sebagai sediaan gel dengan aluminium foil. Selanjutnya
antiseptik tangan diperoleh dari CV. disterilkan dalam autoklaf dengan
M&H Farm, selanjutnya diberi tekanan 2 atm pada suhu 121°C
perlakuan sebagai berikut : selama 15 menit.
P1 = Kontrol (+) Dettol terhadap 3. NaCl 0,9%
bakteri Staphylococcus aureus Sebanyak NaCl 0,9 gram ditimbang,
P2 = Formula 1 (Kitosan 1%) kemudian dimasukkan ke dalam
terhadap bakteri Staphylococcus beaker glass ditambahkan dengan
aureus aquadest sampai 100 ml, diaduk
P3 = Kontrol negatif (Larutan DMSO hingga homogen. Selanjutnya
1%) terhadap bakteri dimasukkan ke dalam 5 tabung
Staphylococcus aureus reaksi masing-masing berisi 9 ml.
P4 = Kontrol (+) Dettol terhadap 4. Inokulasi Bakteri pada Media Agar
bakteri Escherichia coli Miring
P5 = Formula 1 (Kitosan 1%) Bakteri uji diambil dengan jarum
terhadap bakteri Escherichia coli ose steril, lalu ditanamkan pada
P6 = Kontrol negatif (Larutan DMSO media agar miring dengan cara
1%) terhadap bakteri menggores. Selanjutnya diinkubasi
Escherichia coli pada suhu 37oC selama 48 jam.
5. Pembuatan Standar Kekeruhan
Pembuatan Media Larutan (Larutan Mc.Farland)
1. Media Agar Miring Larutan H2SO40,36 N sebanyak 99,5
Bubuk NA merk Oxoid ditimbang ml dicampurkan dengan larutan
sebanyak 2,8 gram, dimasukkan ke BaCl2.2H2O 1,175% sebanyak 0,5
dalam labu erlenmayer ditambahkan ml dalam erlenmeyer. Kemudian
aquadest 100 ml. Kemudian dikocok sampai terbentuk larutan
diletakkan diatas hotplate dan yang keruh. Kekeruhan ini dipakai
diaduk menggunakan magnetic sebagai standar kekeruhan suspensi
stirrer sampai mendidih. Sebanyak bakteri uji.
5 ml dituangkan masing-masing 6. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
pada 5 tabung reaksi steril dan Bakteri uji yang telah diinokulasi
ditutup dengan aluminium foil. diambil dengan kawat ose steril lalu
Media tersebut disterilkan dalam dimasukkan ke dalam tabung reaksi
autoklaf pada suhu 121oC selama 15 yang berisi 9 ml larutan NaCl 0,9%
menit, kemudian dibiarkan pada kemudian divortex hingga diperoleh
suhu ruangan selama 1 malam kekeruhan yang sama dengan
sampai media memadat pada standar kekeruhan larutan Mc.
kemiringan 45o. Media agar miring Farland. Perlakuan yang sama
digunakan untuk peremajaan dilakukan pada setiap jenis bakteri
bakteri. uji.
2. Media Mueller Hinton Agar (MHA)

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 2
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

Aktivitas Antibakteri antibakteri yang terbentuk pada uji


Media MHA dituang ke dalam 5 aktivitas anti bakteri. Data kuantitatif
cawan petri masing-masing sebanyak 15 diuji dengan menggunakan metode
ml, dibiarkan hingga memadat. Tabung ANOVA (jika data yang diperoleh
yang telah berisi suspensi bakteri uji berdistribusi normal) atau uji Friedman
diambil dan disterilkan pinggiran (jika data tidak berdistribusi normal).
tabung reaksi di atas lampu bunsen. Sebelum diuji dengan menggunakan
Setelah itu lidi kapas dicelupkan ke metode One Way ANOVA, terlebih
dalam tabung reaksi. Pinggiran cawan dahulu dilakukan uji Shapiro-Wilkuntuk
petri difiksasi di atas lampu bunsen. menentukan apakah data berdistribusi
Lidi kapas tadi diswab ke dalam cawan normal atau tidak. Selanjutnya,
petri hingga merata. Kemudian dilakukan uji lanjutan yaitu dengan uji
pinggiran cawan petri yang berisi kertas Duncan untuk mengetahui perbedaan
cakram difiksasi di atas lampu bunsen. secara nyata pada perbedaan perlakuan
Lalu dicelupkan pinset ke dalam dan hasil yang diperoleh. Data diolah
alkohol 70%, setelah itu difiksasi di atas dengan menggunakan program
lampu bunsen kemudian diangin- Microsoft Excel2010dan SPSS20.
anginkan. Kertas cakram diambil
dengan pinset, lalu dicelupkan ke dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
gel hand sanitizer kitosan setelah itu
ditanamkan kertas cakram ke dalam Pada penelitian ini dilakukan uji
cawan petri dan dianggap sebagai antibakteri terhadap formula gel hand
ulangan pertama. Pengulangan ini sanitizer kitosan dengan konsentrasi 1%
dilakukan hingga 3 kali. Setelah selesai dengan metode Kirby Bauer (kertas
diberi label, lalu diinkubasi secara cakram). Sebagai pembanding
terbalik selama 24 jam dengan suhu digunakan kontrol positif (Dettol) dan
37oC. kontrol negatif (larutan DMSO 1%).
Hasil penelitian yang dilakukan dapat
Analisis Data dilihat pada Tabel 1 berikut:
Data hasil penelitian berupa data
kuantitatif. Data kuantitatif berupa daya

Tabel 1. Aktivitas antibakteri gel pembersih tangan berbahan dasar kitosan terhadap
bakteriStaphylococcus aureusdan Escherichia coli
Perlakuan Rata-rata zona hambat (mm) Kriteria zona hambat (mm)
P1 4,75 < 5 (Lemah)
P2 4,57 < 5 (Lemah)
P3 0,00 Tidak ada
P4 6,31 5-10 (Sedang)
P5 2,49 < 5 (Lemah)
P6 0,00 Tidak ada
Keterangan:
P1 = Kontrol (+) Dettol terhadap bakteri Staphylococcus aureus
P2 = Formula 1 (Kitosan 1%) terhadap bakteri Staphylococcus aureus
P3 = Kontrol negatif (Larutan DMSO 1%) terhadap bakteri Staphylococcus aureus
P4 = Kontrol (+) Dettol terhadap bakteri Escherichia coli
P5 = Formula 1 (Kitosan 1%) terhadap bakteri Escherichia coli
P6 = Kontrol negatif (Larutan DMSO 1%) terhadap bakteri Escherichia coli

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 3
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

Dari data yang diperoleh seperti 2,49 mm. Hal ini menunjukkan bahwa
pada Tabel 1 diketahui bahwa formula daya hambat hand sanitizer kitosan
hand sanitizer memiliki daya hambat pada bakteri Staphylococcus aureus
kategori lemah baik terhadap bakteri lemah. Darmanto et al. (2010)
Staphylococcus aureus maupun menyatakan bahwa mekanisme aktivitas
Escherichia coli. Hasil daya hambat antimikroba dari kitosan terhadap
tersebut lebih kecil bila dibandingkan Staphylococcus aureus yaitu kitosan
dengan kontrol positif (Dettol). Pada akan membentuk membran polimer
kontrol negatif (Lautan DMSO 1%) pada permukaan sel Staphylococcus
tidak ada daya hambat yang dihasilkan. aureus sehingga akan menghambat
Pada penelitian ini digunakan nutrisi masuk kedalam sel. Hal ini
metode cakram kertas. Metode ini disebabkan oleh adanya gugus amina
digunakan karena memliki kelebihan; pada kitosan yang mempunyai muatan
mudah dilakukan, tidak memerlukan kationik yang dapat mengikat sumber
peralatan khusus dan relatif murah. makan bagi bakteri tersebut seperti
Sedangkan kelemahannya adalah alginat, pektin, protein, dan
ukuran zona bening yang terbentuk polielektrolit anorganik seperti
tergantung oleh kondisi inkubasi, polifosfat. Aktivitas antibakteri kitosan
inokulum, predifusi dan preinkubasi terhadap Staphylococcus aureus
serta ketebalan medium. Apabila meningkat dengan peningkatan berat
keempat faktor tersebut tidak sesuai molekul kitosan. Selain itu, aktivitas
maka hasil dari metode cakram kertas antibakteri kitosan dipengaruhi oleh
relatif sulit untuk ditentukan. Selain itu, derajat deasetilasi, konsentrasi dalam
metode cakram kertas ini tidak dapat larutan, dan pH media. Pada penelitian
diaplikasikan pada mikroorganisme ini data yang diperoleh dianalisis
yang pertumbuhannya lambat dan menggunakan uji One Way ANOVA
mikroorganisme yang bersifat anaerob dengan taraf kepercayaan 95% sehingga
obligat (Jawetz et al., 2005). dapat diketahui bahwa hand sanitizer
Bahan aktif yang digunakan kitosan 1% tidak menunjukkan daya
dalam formula gel hand sanitizer ini hambat yang signifikan pada bakteri
adalah kitosan. Kitosan yang Staphylococcus aureus. Hal ini
merupakan polimer kationik yang dimungkinkan terjadi karena kurang
bersifat nontoksik, dapat mengalami homogennya kitosan dengan basis gel
biodegradasi dan bersifat sehingga efektivitasnya pun ikut
biokompatibel. Kitosan merupakan berkurang.
senyawa polikationik alam yang unik Staphylococcus aureus
memiliki aktivitas antibakteri (Liu et merupakan jenis bakteri Gram positif.
al., 2006). Berdasarkan sifat antibakteri Menurut Pelczar dan Chan (1998),
kitosan dari penelitian sebelumnya struktur dinding bakteri Gram positif
maka digunakan konsentrasi 1% pada relatif sederhana sehingga memudahkan
setiap formula. Sebagai kontrol positif senyawa antibakteri menemukan
digunakan Dettol dan kontrol negatif sasaran untuk bekerja. Kitosan dapat
digunakan larutan DMSO 1%. berikatan dengan lipid yang ada pada
Hasil penelitian menunjukkan permukaan dinding sel bakteri. Menurut
bahwa pada formula hand sanitizer Yusman (2006), bakteri Gram positif
dengan konsentrasi kitosan 1% memiliki kandungan peptidoglikan yang
memiliki daya hambat terhadap bakteri tinggi dibandingkan dengan bakteri
Staphylococcus aureus yaitu sebesar Gram negatif. Kandungan

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 4
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

peptidoglikan yang tinggi akan polar, walaupun di sisi lain memiliki


mengakibatkan tingginya kandungan gugus hidrofobik. Gugus hidrofilik yang
lipid. Menurut Widodo et al. (2006), cenderung bermuatan negatif ini
kitosan bersifat polikationik dapat kemudian berinteraksi dengan kitosan.
mengikat lipid dan logam berat. Maka dengan adanya kitosan maka
Rusaknya lipid pada dinding sel bakteri dapat mengganggu metabolisme bakteri
akan mengakibatkan rusaknya dengan melapisi permukaan sel bakteri,
pertahanan sel. Bakteri Gram positif mencegah masuknya nutrien ke dalam
memiliki asam teikoat, polimer yang sel, berikatan dengan DNA kemudian
bersifat asam yang mengandung ribitol, menghambat RNA dan sintesis protein.
fosfat, atau gliserol fosfat. Menurut Menurut Helander et al. (2001)
Yusman (2006), asam teikoat yang mekanisme aktivitas antibakteri kitosan
bersifat asam dan mengandung ulangan bisa dijelaskan sebagai berikut muatan
rantai gliserol fosfat dan ribotol fosfat positif NH3+ glukosamin kitosan
pada bakteri Gram positif menyebabkan berinteraksi dengan muatan negatif
bakteri Gram positif bermuatan negatif. (lipopolisakarida, protein) membran sel
Muatan negatif pada dinding sel bakteri mikroba sehingga menyebabkan
akan berikatan dengan muatan positif kerusakan membran luar sel dan
dari kitosan membentuk senyawa yang keluarnya konstituen intraselullar
tidak bermuatan. Selain asam teikoat bakteri.
akan berikatan dengan kitosan yang Hasil daya hambat terhadap
bersifat basa. bakteri pada formula hand sanitizer
Berdasarkan Tabel 1 dapat dengan konsentrasi kitosan 1%
diketahui bahwa pada formula hand menunjukkan bahwa daya hambat dari
sanitizer dengan konsentrasi kitosan 1% hand sanitizer tersebut tergolong lemah
memiliki daya hambat yang lemah pada baik terhadap bakteri Staphylococcus
bakteri Escherichia coli yaitu sebesar aureus maupun Escherichia coli yaitu
4,57 mm. Kemungkinan besar sasaran sebesar 2,49 mm dan 4,57 mm. Hal ini
agen antibakteri kitosan adalah dinding dikarenakan hand sanitizer tersebut
sel, membran sitoplasma dan kental, sehingga mempengaruhi pada
mengganggu sintesis DNA sel bakteri. saat perendaman kertas cakram. Akibat
Bahan antibakteri khususnya dengan zat aktif kitosan tidak terserap sempurna
gugus ammonium kuaterner berinteraksi pada saat perendaman sehingga
dengan dinding sel yang mengandung mempengaruhi hasil pengukuran daya
protein, lipopolisakarida atau hambat yang diperoleh. Hasil ini juga
peptidoglikan, serta asam teikoat yang dimungkinkan dapat dipengaruhi oleh
mengandung alkohol dan fosfat. ketidakcocokkan metode yang dipilih
Escherichia coli merupakan bakteri. dan digunakan sehingga hasil yang
Gram negatif yang memiliki dinding sel diperoleh tidak maksimal. Metode ini
yang tersusun dari peptidoglikan yang dipengaruhi banyak faktor di samping
merupakan lipopolisakarida dan asam interaksi antara obat dan bakteri
teikoat yang terdiri dari alkohol dan (misalnya sifat perbenihan, daya difusi,
fosfat. Membran sitoplasma ukuran molekul dan stabilitas obat).
mengandung protein dan phospolipida. Kelemahan metode difusi adalah
Adanya phospat, protein, alkohol, asam metode ini tidak dapat menentukan
teikoat dan phospolipid menyebabkan apakah suatu obat bersifat bakterisid
bakteri memiliki gugus hidrofilik yang dan bakteriostatik (Jawetz et al., 1996).
cenderung bermuatan negatif dan lebih

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 5
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

Daya hambat yang dihasilkan dari yang bermuatan positif sehingga dapat
formula hand sanitizer menunjukkan berikatan dengan senyawa lain yang
perbedaan yang signifikan terhadap mempunyai muatan negatif. Sebagai
bakteri Staphylococcus aureus bila kation, kitosan mempunyai potensi
dibandingkan dengan kontrol positif untuk mengikat banyak komponen,
(Dettol) begitu pula terhadap kontrol seperti protein, pektin, alginat, dan
negatif (Larutan DMSO 1%). Hasil polielektrolit anorganik. Muatan positif
tersebut berbeda dengan daya hambat dari gugus NH3+ pada kitosan dapat
hand sanitizer terhadap bakteri berinteraksi dengan muatan negatif pada
Escherichia coli. Daya hambat yang permukaan sel bakteri, yaitu asam
dihasilkan tidak memiliki perbedaan teikoat pada bakteri Gram positif dan
yang signifikan dengan kontrol positif lipopolisakarida pada bakteri Gram
namun memilki perbedaan yang negatif. Interaksi ini diperkirakan akan
signifikan dengan kontrol negatif. Hal mengganggu pembentukan
ini sesuai hasil uji One WayANOVA peptidoglikan sehingga sel tidak
dengan nilai p > 0,05. mempunyai selubung yang kokoh dan
DMSO 1% sebagai kontrol mudah mengalami lisis sehingga
negatif tidak menunjukkan adanya zona aktivitas metabolisme akan terhambat
hambat pada bakteri Gram positif dan pada akhirnya mengalami kematian
Staphylococcus aureus dan bakteri (Sarjono et al, 2008).
Gram negatif Escherichia coli. Hal ini
mengindikasikan bahwa kontrol yang KESIMPULAN
digunakan tidak berpengaruh pada uji
antibakteri. Sedangkan Dettol sebagai Gel hand sanitizer kitosan
kontrol positif berpengaruh pada bakteri memiliki daya hambat dalam
Gram positif Staphylococcus aureus dan menghambat pertumbuhan bakteri
bakteri Gram negatif Escherichia coli. Escherichia coli dan Staphylococcus
Dettol sebagai kontrol positif aureus yang ditunjukkan dengan
dengan zat aktif alkohol 60% berfungsi terbentuknya zona hambat. Zona
sebagai antiseptik. Mekanisme kerjanya hambat yang terbentuk dari gel hand
mengganggu membran sel bakteri yang sanitizer kitosan terhadap bakteri
akan menurunkan kemampuan Staphylococcus aureus sebesar 2,49 mm
membran sel untuk memproduksi ATP sedangkan terhadap bakteri Escherichia
sebagai sumber energi. Hasil penelitian coli sebesar 4,57 mm. Daya hambat
menunjukkan bahwa daya hambat yang terbentuk termasuk dalam kategori
Dettol terhadap bakteri Staphylococcus lemah.
aureus sebesar 6,31 mm dan
Escherichia coli sebesar 4,75 mm. Hal DAFTAR PUSTAKA
ini berarti Escherichia coli lebih
resisten terhadap zat aktif Dettol, yang Darmanto, M. L. Atmaja, dan M.
ditunjukkan dengan daya hambat yang Nadjib. 2010. Studi Analisis
lebih kecil. Antibakteri dari Film Gelatin-
Terbentuknya zona hambat, Kitosan Menggunakan
membuktikan bahwa kandungan Staphylococcus aureus. Skripsi.
senyawa dalam larutan kitosan mampu Jurusan Kimia Fakultas
berfungsi sebagai zat penghambat Matematika dan Ilmu
pertumbuhan. Hal ini didukung karena Pengetahuan Alam Institut
kitosan mengandung gugus amino bebas Sepuluh November.

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 6
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

Helander, I.M., E.L. Numiaho, R. Pertanian Universitas Lampung.


Ahvenainen, J. Rohoades, and S. Lampung.
Roller. 2001. Chitosan disrupts Pelczar, M.J., dan E.C.S Chan. 1998.
the barrier properties of the outer Mikrobiologi Dasar.
membrane of Gram negative Diterjemahkan oleh Ratna Sri
bacteria. International Journal of Hadioetomo et al. Universitas
Food Microbiol. 71: 235-244. Indonesia Press. Jakarta.
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A . Sarjono PR, N.A. Mulyani, dan N.
Adelberg., G.F. Brooks., J.S . Wulandari. 2008. Uji Antibakteri
Butel., dan L.N. Ornston. 2005. Kitosan Dari Kulit Udang Windu
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi (Penaeus monodon) Dengan
ke -20 (Alih bahasa : Nugroho & Metode Difusi Cakram Kertas.
R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit Proceeding Seminar Nasional
Buku Kedokteran EGC. hal. Kimia dan Pendidikan
211,213,215. Kimia.(UNS-UNDIP-UNNES).
Jawetz, et al,. 1996. Mikrobiologi Widodo, A., Marida, dan A. Prasetyo.
Kedokteran. Edisi ke 23. Jakarta : 2006. Potensi Kitosan dari
Penerbit Buku Kedokteran ECG. Limbah Udang sebagai Koagulan
Liu, N., X.G. Chen, H.J. Park, C.G. Liu, Logam Berat Limbah Cair
C.S. Liu, X.H. Meng, and L.J. Yu. Industri Tekstil. Skripsi. Jurusan
2006. Effect of MW and Teknik Kima Institut Sepuluh
Concentration of Chitosan on November (ITS).
Antibacterial Activity of Yusman, D.A. 2006. Hubungan Antara
Escherichia Coli, Carbohydr. Aktivitas Antibakteri Kitosan dan
Polym.Jumal. 64: 60 – 65. Ciri Permukaan Dinding Sel
Nurainy F., S. Rizal, dan Yudiantoro. Bakteri. Jurnal Penelitian IPB.
2008. Pengaruh Konsentrasi Departemen Kimia Fakultas
Kitosan terhadap Aktivitas Matematika dan Ilmu
Antibakteri dengan Metode Difusi Pengetahuan Alam IPB. Bogor.
Agar Sumur. Jurnal. Fakultas

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 7
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 8

Anda mungkin juga menyukai