Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PENGOLAHAN PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
KONTROL MIKROBIA MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI (HURDLE
TECHNOLOGY)

Kelompok: A5
Mario Albertus R.P.D 19.I1.0126
Florencia Irena Alwan 20.I1.0016
Winda Indriani 20.I1.0034
Dira Putri Ayu 20.I1.0128
Abstrak

Tujuan dilakukannya teknologi Hurdle adalah sebagai bentuk pengawetan dengan melakukan beberapa
perlakuan sehingga akan sinergis berperan dalam memperpanjang umur simpan atau shelf life suatu produk
pangan. Dalam dilakukannya percobaan hurdle kali ini, diberlakukan beberap perlakuan yakni dua
kombinasi dan 3 kombinasi. Membuat terdenaturasinya protein yang membuat terpicunya kerusakan enzim
pada mikroorganisme tersebut merupakan akibat dari dilakukannya perlakuan berupa pemanasan. Sementara
membrane sel dapat menjadi permeable dikarenakan perlakuan suhu rendah dimana pada saat dilakukan
perlakuan suhu rendah, dari dalam sel banyak protein yang keluar yang menyebabkan bakteri menjadi inaktif
dan pertumbuhan bakteri pun menjadi terhambat. Dalam percobaabn ini pula digunakan berbagai macam
sampel sebagai anti mikroba yang berguna sebagai pembanding hasi antar kelompok.

Kata kunci : Antibakteri, Hurdle, Pemanasan, Pendinginan

1. TINJAUAN PUSTAKA
dalam sistem penerapannya dikatakan dapat
Kerusakan pada bahan pangan dapat berasal menekan adanya penurunan mutu serta kualitas
dari faktor fisik, mikroorganisme, serta kimia. produk pangan,dapat menekan juga biaya
Maka dari itu dibutuhkan sebuah teknologi produksi karena perlakuan ini mudah untuk
sebagai penanganan untuk memperpanjang dilakukan (Witono et al., 2012). Diberikannya
umur simpan/ shelf life dari suatu bahan pangan perlakuan berupa pemanasan mampu
(Pal et al, 2014). Teknologi Hurdle adalah memperpanjang umur simpan. Hal tersebut
sebuah bentuk proses metode pengawetan yang disebabkan karena terdenaturasinya protein
mengkombinasikan 2 atau lebih perlakuan yang membuat terpicunya kerusakan enzim
dengan tujuan untuk memperpanjang shelf life pada mikroorganisme (Yuniastri et al., 2018).
atau umur simpan (Ratnasari et al., 2014) Sedangkan dalam teori yang dikemukakan oleh
Pengembangan hurdle antara lain dapat Fellows, (2016) diberikannya perlakuan pada
dilakukan dengan mengkombinasikan suhu rendah memiliki peran dalam
perlakuan fisik dan bahan pengawet seperti dipertahankannya sensori dan juga nilai gizi.
kunyit dan jahe. Penggunaan bahan pengawet 10-150C merupakan acuan dari suhu chilling
alami sebagai antimikroba dapat yang mana sebagai salah satu metode yang akan
memperpanjang umur simpan bahan pangan. diterapkan pada sampel daging.
Kombinasi pada berbagai perlakuan yang
dilakukan secara sinergis dalam teknologi Anita & Hulyadi (2018) dalam teorinya
hurdle berperan sebagai effective preservation mengatakan, salah satu bakteri yang hidup
of food yaitu proses efektif sehingga berperan saprofit pada saluran membrane didalam tubuh
manusia adalah bakteri S. aureus. Bakteri gram
dalam pengawetan makanan. Perlakuan hurdle positif merupakan tipe dari bakteri ini.
Tabel hasi pengamatan Bab 1

Sementara E. coli merupakan bakteri yang 30 menit. Kemudian dilakukan pemanenan


terdapat pada usus besar manusia. Gram biakan Staphylococcus aureus untuk kelompok
negative merupakan tipe dari bakteri ini. 1-3 dan Escherichia coli untuk kelompok 4-6
2. TUJUAN PRAKTIKUM dengan jarum ose secara aseptis dan
dimasukkan ke dalam 5 ml aquades steril.
Tujuan dilakukannya praktikum ini ada- lah Sebanyak 0,1 ml larutan yang berisi biakan
mengetahui jenis-jenis bahan pangan yang diambil dengan mikropipet lalu dimasukkan ke
memiliki aktivitas antimikrobia ala- mi yang dalam cawan petri dan ditambahkan 10 ml
berperan dalam pengawetan, mengetahui larutan media NA (pour plate) lalu didiamkan
efektivitas dari masing- masing antimikrobia
beberapa saat hingga memadat. Kertas cakram
alami yang diguna- kan, dan mengetahui
efektivitas metode hurdle yang terdiri dari yang telah direndam larutan bahan kemudian
kombinasi jenis antimikrobia, perlakuan diambil dengan pinset secara hati-hati dan
pemanasan serta penyimpanan dalam dimasukkan ke dalam media NA yang telah
menghambat per- tumbuhan bakteri E. coli dan diinokulasi biakan Staphylococcus aureus dan
S. aureus. Escherichia coli. Cawan petri kemudian
diinkubasi pada suhu 34℃ selama 24 jam.
3. METODE PRAKTIKUM Kemudian dilakukan pengamatan aktivitas
antimikroba yang ditunjukkan oleh terbentuknya
3.1. Materi zona bening di sekitar cakram pada cawan petri.
3.1.1. Alat
Diameter zona bening yang terbentuk diukur
Alat yang digunakan adalah bunsen, pisau,
dengan jangka sorong.
waterbath, cawan petri, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, jarum ose, pinset, gelas beker,
3.2.2. Hurdle
bluetip, mikropipet, kertas cakram, gelas ukur,
3.2.2.1. Heating
pipet volume, kain saring, jangka sorong,
3.2.2.1.1. Rebus
vortex, cotton bud, colony counter, hockey
Daging yang telah disiapkan dipotong dengan
stick, pompa pilleus, dan erlenmeyer
ukuran 3x3x1 cm, kemudian dimasukkan ke
3.1.2. Bahan dalam erlenmeyer yang berisi aquades steril
Bahan yang digunakan adalah daging ayam, sebanyak 150 ml. Erlenmeyer dipanaskan yang
aquades, aquades steril, media NA steril, diisi dengan daging dalam waterbath 100℃
aquades, kultur Escherichia coli, kultur selama 15 menit. Daging yang telah direbus
Staphylococcus aureus, dan bahan pengawet kemudian ditiriskan.
alami seperti: bawang putih (kelompok 1),
temulawak hitam (kelompok 2), jeruk nipis 3.2.2.1.2. Steaming
(kelompok 3), kunyit (kelompok 4), jahe Daging yang telah disiapkan kemudian dipotong
(kelompok 5), serai (kelompok 6). dengan ukuran 3x3x1 cm, kemudian di-steam
selama 15 menit dengan suhu 100℃.
3.2. Metode
3.2.1. Uji Aktivitas Antimikroba 3.2.3. Pengawet
Bawang putih, temulawak hitam, jeruk nipis, Daging dipotong dengan ukuran 3x3x1 cm
kunyit, dan jahe dicuci lalu dikupas, (untuk kombinasi dengan heating maka
dihaluskan, dan diambil airnya dengan kain digunakan daging yang telah diberi perlakuan
saring hingga diperoleh sari sebanyak 15 ml. heating). Kemudian potongan daging
Setelah itu, ditambahkan dengan 35 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah
aquades. Kertas cakram diambil dengan pinset diisi dengan bahan pengawet yang telah
dan dimasukkan ke dalam larutan bahan selama diekstrak. Daging kemudian direndam dalam

2
Tabel hasi pengamatan Bab 1

bahan pengawet selama 30 menit. Untuk


perlakuan tanpa kombinasi dengan cooling Jika hasil CFU/ml >2 maka nilai CFU/ml
maka dimasukkan ke dalam erlenmeyer steril menggunakan nilai CFU dengan pangkat kecil.
Sedangkan bila hasil CFU/ml <2 maka nilai
dan diletakkan di suhu ruang. Sedangkan untuk
CFU/ml menggunakan nilai CFU rata-rata
perlakuan kombinasi dengan cooling maka dengan rumus sebagai berikut :
dimasukkan ke dalam erlenmeyer steril dan
diletakkan di dalam refrigerator atau freezer. −1
CFU 10 +CFU 10
−2
CFU rata-rata =
2
3.2.3.1. Preparasi Bahan Pengawet
Bawang putih, temulawak hitam, jeruk nipis, 4. HASIL PENGAMATAN
kunyit, dan jahe dicuci kemudian dikupas,
dihaluskan dan diambil airnya dengan kain 4.1. Uji Aktivitas Antimikroba
saring hingga diperoleh sari sebanyak 30 ml. Berdasarkan Tabel 1., dapat dilihat bahwa
Kemudian ditambahkan dengan 70 ml aquades. diameter zona bening pada setiap kelompok
bervariasi. Diameter yang paling besar
didapatkan pada kelompok A1 dengan bahan
3.2.4. Pengamatan Pertumbuhan bawang dan mikroorganisme patogen berupa
Mikroorganisme pada Daging Ayam Staphylococcus aureus. Kemudian diikuti
Daging diambil dan ditiriskan secara aseptis dengan kelompok A5 dengan diameter sebesar
dengan pinset steril. Daging dioleskan dari kiri 2,19 mm dari bahan jahe dan menggunakan
ke kanan dengan cotton bud sebanyak 3 kali, mikroorganisme patogen berupa Escherichia
kemudian cotton bud dicelupkan ke dalam coli. Setelah itu diikuti dengan kelompok A4,
aquades steril 5 ml dan di-vortex supaya larutan kemudian kelompok A3 berdasarkan besarnya
menjadi homogen (pengenceran 100), kemudian diameter zona bening. Dan diameter zona
diambil 1 ml larutan dengan mikropipet dan bening terkecil didapatkan pada kelompok A2,
dimasukkan ke dalam 9 ml aquades steril dan yaitu 1,08 mm dengan bahan temulawak dan
di-vortex (pengenceran 10-1), kemudian diambil menggunakan mikroorganisme patogen berupa
1 ml lagi dengan mikropipet dan dimasukkan Staphylococcus aureus.
ke dalam 9 ml aquades steril dan di-vortex
(pengenceran 10-2). Hasil pengenceran 10-1 dan 4.2. Hurdle 2 Kombinasi
10-2 diambil sebanyak 0,1 ml dengan Berdasarkan Tabel 2., dapat dilihat bahwa
mikropipet dan dimasukkan ke dalam cawan sebagian besar kelompok dihasilkan jumlah
petri yang telah diisi dengan media NA secara koloni dan nilai CFU/ml nya bernilai terlalu
aseptis, kemudian diratakan dengan hockey banyak untuk dihitung (TBUD) untuk setiap
stick. Cawan petri ditutup lalu diinkubasi dalam faktor pengenceran dan perlakuan yang
inkubator selama 24 jam dalam keadaan diberikan. Namun, pada kelompok A2 dengan
terbalik. Pertumbuhan mikroorganisme yang perlakuan pengawet + chilling dan faktor
terjadi diamati dan dihitung jumlah koloninya pengenceran 10-2, diperoleh jumlah koloninya
dengan colony counter dan dihitung nilai ada 26.
CFU/ml-nya. Hasil yang didapat dibandingkan
antara kombinasi dan dikaitkan dengan hasil uji 4.3. Hurdle 3 Kombinasi
antimikroba. Berdasarkan Tabel 3., dapat dilihat bahwa
Rumus: sebagian besar kelompok didapatkan jumlah
1
CFU = Jumlah koloni X koloni dan nilai CFU/ml terlalu banyak untuk
faktor pengenceran
dihitung (TBUD) pada setiap faktor
CFU Pangkat besar
CFU/ml = pengenceran dan perlakuan yang diberikan.
CFU Pangkat kecil

3
Tabel hasi pengamatan Bab 1

Namun, pada kelompok A1 dengan perlakuan membran sitoplasma sehingga metabolisme


steaming + pengawet + chilling dan faktor energi berhenti dan menyebabkan sel menjadi
pengenceran 10-1 diperoleh jumlah koloni mati karena sudah tidak mampu untuk tumbuh
sebanyak 33. Dan pada kelompok A2 dengan (Mashita, 2014). Phenol juga memiliki
perlakuan steaming + pengawet + chilling dan kemampuan yang sama seperti terpenoid, yaitu
faktor pengenceran 10-2 diperoleh jumlah antibakteri dengan merusak membran
koloni sebanyak 16. Dan pada kelompok A5 sitoplasma. Kemudian senyawa kurkumin pada
dengan perlakuan steaming + pengawet + temulawak juga berpotensi sebagai antibakteri
chilling dan faktor pengenceran 10-1 diperoleh dengan cara menghasilkan hidrogen peroksida
jumlah koloni sebanyak 18. bila terkena cahaya yang mampu merusak
membran sitoplasma (Mashita, 2014). Flavonoid
5. PEMBAHASAN pada temulawak juga memiliki efek antimikroba
dengan merusak dinding sel dan sel menjadi
Pada praktikum ini digunakan bahan pengawet mati, serta mampu menghambat pertumbuhan
alami berupa bawang putih, temulawak, jeruk mikroba dengan menghambat pembentukan
nipis, kunyit, dan jahe. Senyawa allicin yang protein. Kemudian senyawa utama pada
terdapat pada bawang putih berpotensi sebagai temulawak, yaitu xanthorrhizol juga memiliki
zat antimikroba. Senyawa allicin terbentuk efek antimikroba (Adila et al., 2013).
ketika bawang putih mengalami kerusakan,
maka akan terjadi reaksi enzimatik yaitu allin Jeruk nipis memiliki berbagai senyawa aktif,
diubah oleh enzim allinase menjadi allicin. seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid,
Senyawa tersebut memiliki efek yang mampu saponin, fenolat, dan tanin yang berpotensi
membunuh mikroorganisme (Alisjahbana et al., sebagai antimikroba. Saponin dapat
2015). Senyawa allicin mampu menghambat menyebabkan terjadinya perubahan struktur dan
sintesis RNA dari bakteri secara total dan fungsi membran, serta membuat membran sel
mampu menghambat secara parsial sintesis mengalami lisis dan rusak. Alkaloid mampu
DNA (Emilda et al., 2014). Selain allicin, juga menghambat pembentukan dinding sel bakteri
terdapat senyawa lain pada bawang putih yang karena peptidoglikan diganggu oleh senyawa
berpotensi sebagai antimikroba, yaitu ajoene tersebut sehingga bisa menyebabkan sel menjadi
dengan daya antimikroba yang lebih rendah. mati. Tannin mampu berikatan dengan protein
Kedua senyawa tersebut merupakan senyawa pada membran sel bakteri dan mampu
organosulfur yang bersifat tidak stabil dan tidak menyebabkan metabolisme sel jadi terganggu
tahan panas serta hanya akan terbentuk bila (Pratiwi et al., 2013). Air perasan dari jeruk
bawang putih rusak (Gosal et al., 2021). Selain nipis dengan salah satu kandungannya, yaitu
kedua senyawa tersebut, kandungan minyak minyak atsiri berupa fenol bersifat bakterisidal
atsiri dan flavonoid pada bawang putih juga dengan merusak membran sitoplasma (Razak et
berpotensi sebagai antimikroba. Minyak atsiri al., 2013). Fenolat pada jeruk nipis mampu
pada bawang putih diketahui memiliki efek menghilangkan integritas sel dan menyebabkan
antimikroba terhadap bakteri baik gram negatif terjadinya kematian sel sehingga memiliki efek
maupun gram positif (Gosal et al., 2021). sebagai antimikroba (Pratiwi et al., 2013).

Pada temulawak terdapat kandungan minyak Pada kunyit terdapat berbagai senyawa aktif,
atsiri yang mampu memberikan efek seperti fenol, flavonoid, tannin, dan lain-lain
antimikroba, seperti terpenoid dan fenol. seperti pada bahan pengawet alami lainnya yang
Senyawa terpenoid bersifat aktif dalam berpotensi sebagai antimikroba (Wala et al.,
melawan bakteri yang diduga mampu memecah 2016). Kandungan utama pada kunyit, yaitu

4
Tabel hasi pengamatan Bab 1

kurkumin dan minyak atsiri memiliki efek lemak jenuh dan kolestrol merupakan efek dari
antimikroba. Kurkumin mampu merusak dilakukannya proses steaming pada sampel
membran sitoplasma sehingga pertumbuhan sel daging. Akan tetapi kadar air yang dikandung
dari bakteri mampu terhambat (Ulfah, 2020). oleh sampel masih tinggi. Dengan tingginya
Kemudian pada jahe juga terdapat senyawa kadar air tersebut akan membuat sampel daging
yang mampu berperan sebagai antimikroba, lebih mudah terkontaminasi serta tekstur yang
yaitu flavonoid dan fenol (Santoso & Riyanta, menjadi lembek. Berdasarkan teori yang
2019). Senyawa fenol mampu merusak protein dikemukakan oleh Jay, (1986), suatu metode
yang mampu merusak membran sel sehingga pengawetan ringan serta pengaruh yang
akan kekurangan nutrisi dan pertumbuhan dari ditimbulkan terhadap kualitas dan juga mutu
bakteri menjadi terganggu (Lopez et al., 2017). dari suatu bahan merupakan definisi dari metode
Minyak atsiri pada jahe juga terbukti memiliki chilling. ±10-15oC merupakan temperature
aktivitas antimikroba dan mampu menghambat yang menjadi acuan untuk dilakukannya proses
pertumbuhan Escherichia coli (Hafidz et al., chilling. Berdasarkan hasil pengamatan pada
2021). tabel 1. Masing-masing kelompok memiliki
ukuran diameter zona bening yang berbeda-beda
Suatu metode pengkombinasian antara dua dimana terdapat kelompok yang diameter zona
ataupun lebih metode preservasi yang dimana bening dari S. aureus lebih besar dibandingkan
berguna agar kualitas sensori, stabilitas miroba dengan E.coli begitupun sebaliknya.
serta nutrisi merupakan definisi dari hurdle Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
technology (Singh et al., 2014). Ratnasari et Cahyani et al., (2015), hasil yang seharusnya
al., (2014) dalam teorinya menambahkan diperoleh adalah diameter zona bening dari S.
sebuah bentuk proses metode pengawetan yang aureus lebih besar dibandingkan E.coli.
mengkombinasikan 2 atau lebih perlakuan Penyebab dari peristiwa tersebut adalah
dengan tujuan untuk memperpanjang shelf life golongan dari bakteri itu sendiri dimana
atau umur simpan merupakan pengertian lain berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Anita
dari teknologi hurdle. Pemanasan dan & Hulyadi (2018) bahwa bakteri gram positif
pendinginan merupakan dua jenis perlakuan merupakan golongan dari S. aureus sementara
pengkombinasian hurdle yang mana dari kedua E.coli adalah bakteri gram negative. Dimana
perlakuan tersebut dapat dibagi kembali peptidoglikan yang tersusun dalam bakteri gram
menjadi 4 metode dimana chilling, steaming, positif lebih banyak dari E. coli yang mana
freezing, dan rebus, merupakan tiga metode termasuk kedalam bakteri gram negative. Akibat
yang digunakan tersebut. Berdasarkan teori dari perbedaan jumlah tersusunnya
yang dikemukakan oleh Leistner (2000), peptidoglikan tersebut membuat permeabilitas
mikroba dapat terbunuh salah satunya dinding sel menjadi lebih mudah untuk di
dikarenakan suhu tinggi yang digunakan pada tembus oleh antimikroba sehingga terbentuklah
pemanasan. Menginaktivasi enzim serta zona bening yang besar. Perbedaan hasil yang
menghambat pertumbuhan mikroorganisme seharusnya ini dapat disebabkan oleh jenis
merupakan fungsi dilakukannya pemanasan. bahan yang digunakan sebagai antimikroba
Digunakannya metode pemanasan yang ataupun kesalahan praktikan dalam melakukan
berbeda yakni steaming dan perebusan pada pengukuran.
daging, tentunya akan menghasilkan
karakteristik dari sampel daging yang berbeda Metode freezing serta chilling dan metode rebus
pula. Sebagaimana dijelaskan oleh memiliki tingkat perbedaan dalam
Suryaningrum & Syamdidi, (2013) dalam keefektifannya dalam hurdle 2 kombinasi
teorinya yang mengatakan rendahnya kadar dimana metode rebus mempunyai keefektifan

5
Tabel hasi pengamatan Bab 1

yang lebih baik. sebagai mana dikatakan oleh  Tiap bahan memiliki jenis anti mikroba
Yuniastri et al., (2018) yang mengatakan yang berbeda-beda.
bahwa umur simpan dapat diperpanjang  Semakin banyak kombinasi yang
dikarenakan perlakuan pemanasan yang mana digunakan maka akan semakin baik pula
pencegahannya.
disebabkan karena terdenaturasinya protein
 Metode freezing lebih efektif
yang membuat terpicunya kerusakan enzim
dibandingkan chilling.
pada mikroorganisme. Harris, (1998) dalam  Perbedaan jenis bakteri seperti gram
tulisannya juga menambahkan pada metode positif ataupun gram negatif dapat
rebus, semakin tinggi suhu pemanasan maka membuat perbedaan pada diameter zona
akan semakin banyak pula mikroba yang mati. bening.
Sementara metode freezing ataupun chilling  Metode pemanasan mampu membunuh
memiliki kefektifan yang kurang dibandingkan mikroorganisme sementara pendinginan
hanya menghambat pertumbuhannya
metode rebus dikarenakan kedua metode
saja.
tersebut hanya mampu mencegah pertumbuhan
mikroba jadi mikroba hanya terhambat 7. DAFTAR PUSTAKA
pertumbuhannya bukannya benar-benar mati. Adila, R., Nurmiati, & Agustien, A. (2013).
Antimikroba Curcuma spp. terhadap
Tiga metode yang ter-efektif untuk hurdle Pertumbuhan Candida albicans,
technology didasarkan hasil metode dalam Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. Jurnal Biologi Universitas Andalas,
praktikum ini ialah rebus-pengawet-chilling.
2(1), 1-7.
Hal tersebut dikarenakan perlakuan pemanasan Alisjahbana, S., Hendratmo, S., & Naldi, Y.
berupa perebusan yang dilakukan pertama kali (2015). Pengaruh Senyawa Allicin dalam
akan membunuh mikroba yang cendrung akan Ekstrak Bawang Putih terhadap
menjadi kontaminan setelah itu diefektifkan Perkembanganbiakan Bakteri
kembali dengan perendaman dengan pengawet Escherichia coli. Tunas Medika Jurnal
yang mana akan membuat pertumbuhan Kedokteran dan Kesehatan, 2(1), 1-5.
Anita. F dan Hulyadi. 2018. Uji aktivitas
mikroorganisme semakin terhambat dimana
Antimikroba Daun Sirsak (Annona
penghambatan mikroorganisme ini pula muricata Liin) terhadap Bacillus subtillis
didukung dengan perlakuan terakhir dan Escherichia coli .Journal of
selanjutnya yaitu chilling. Akan tetapi akan Chemistry Vol. 1 No. 1
lebih efektif jika perlakuan chilling diganti Cahyani, A.F.K., Lauren C. W., Risqia A. P.,
dengan freezing. Hal tersebut dikarenakan Vicha V. M., Agustin K. W., Harsojo,
(2015). Aplikasi Teknologi Hurdle
perbedaan suhu antara kedua metode tersebut
Menggunakan Iradiasi Gamma Dan
dimana smakin rendah suhu pendinginan Penyimpanan Beku Untuk Mereduksi
smakin rendah pula pertumbuhan Bakteri Patogen Pada Bahan Pangan :
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi Kajian Pustaka. Universitas Brawijaya.
(Potter & Hotchkiss, 1995). Malang.
Emilda, Y., Budipratama, E., & Kuntari, S.
6. KESIMPULAN (2014). Uji Toksisitas Ekstrak Bawang
 Kandungan senyawa aktif pada bawang Putih (Allium sativum) terhadap Kultur
putih, temulawak, jeruk nipis, kunyit, Sel Fibroblast. Dental Journal, 47(4),
dan jahe mampu memberikan aktivitas 215-219.
antimikroba. Fellows, P. J. (2016). Teknologi Pengolahan
 Metode rebus lebih efektif Pangan: Prinsip dan Praktik. Penerbit
dibandingkan pendinginan pada hurdle Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
dengan 2 kombinasi. Gosal, L., Hutomo, S., & Sooai, C. M. (2021).
Kemampuan Ekstrak Etanol Bawang

6
Tabel hasi pengamatan Bab 1

Putih (Allium sativum L.) dalam Staphylococcus aureus secara In Vitro.


Menghambat Perlekatan Bakteri Jurnal Kesehatan Andalas, 2(1), 5-8.
Pseudomonas aeruginosa. Journal of Ratnasari, Z., Baehaki, A. & Supriadi, A.
Medicine and Health, 3(1), 1-8. (2014). Penggunaan Garam, Sukrosa dan
Hafidz, U., Hasbullah, A., Afinda, S. F. P., & Asam Sitrat Konsentrasi Rendah untuk
Nurlaili, E. P. (2021). Pengemas Kertas Mempertahankan Mutu Fillet Ikan
Aktif dengan Penambahan Minyak Gabus (Channastriata) yang disimpan
Atsiri Jahe (Zingiber officinale Rosc). Pada Suhu 40c. Fishtech, 3(1) : 8- 14.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, Singh, Sudhir, Archana S., Vinti S., Priti K. &
10(2), 33-38. A. Rai, A. K. Pandey. (2015). Steeping
Harris, R.S. (1998). Nutritional Evaluation of preservation of cauliflower with hurdle
Food Processing. Nostrand Reinhold concept. J Food Sci Technol Vol.
Company Inc. USA. 52(3):1350–1360.
Jay, J.M. (1986). Modern Food Microbiology Suryaningrum, T. D. & Syamdidi. (2013).
3rd Edition. Van Nastrand Reinhold Quality Changes of Boiled Salted Carp
Company. New York. Fish (Cyprinus carpio) Using Steaming
Lopez, E. I. C., Balcazar, M. F. H., Mendoza, J. and Boiling Methods, During Chilling
M. R., Ortiz, A. D. R., Melo, M. T. O., Storage. Squalen Bulletin of Marine &
Parrales, R. S., & Delgado, T. H. Fisheries Postharvest & Biotechnology;
(2017). Antimicrobial Activity of 8(2):77–86.
Essensial Oil of Zingiber officinale Ulfah,M. (2020). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Roscoe (Zingiberaceae). American Aseton Rimpang Kunyit (Curcuma
Journal of Plant Sciences, 8, 1511- domestica) terhadap Bakteri
1524. Staphylococcus aureus dan Escherichia
Leistner, L. (2000). Principles and applications coli. Jurnal Farmasi Muhammadiyah
of hurdle technology. Di dalam Gould, Kuningan, 5(1), 25-31.
G.W. (ed). New Methods of Food Wala,J., Ransaleleh, T., Wahyuni,I., &
Preservation. Balckie Academic & Rotinsulu, M. (2016). Kadar Air, pH,
Profesional. London. Page 1-21 dan Total Mikroba Daging Ayam yang
Mashita, A. R. (2014). Efek Antimikroba Ditambahkan Kunyit Putih (Curcuma
Ekstrak Rimpang Temulawak manga Val.) Jurnal Zootek, 36(2), 405-
(Curcuma xanthorrhiza) terhadap 416.
Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Witono, Y., Tamtarini., Hardani, D.P. &
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Sulistyowati, N. (2012). Pengembangan
Kesehatan dan Kedokteran Keluarga, Teknologi Hurdle pada Pengolahan
10(2), 138-144. Bakso melalui Kombinasi blanching dan
Pal,M.(2014). Preservation of Various Foods. Penambahan Ekstrak Kunyit serta Jahe.
Ph.D., Lecture Notes. Addis Ababa Jurnal Teknologi Hasil Pertanian,
University. College of Veterinary 12(1): 1-6.
Medicine, Debre Zeit, Ethiopia. Pp1-11. Yuniastri, R., Ismawati., & Putri, R. (2018).
Potter, N. N & J. H. Hotchkiss. (1997). Food Mikroorganisme Dalam Pangan. Jurnal
Science 5th Edition. CBS Publisers & Pertanian Cemara 15(2): 15-20.
Distributors. New Delhi.
Pratiwi, D., Suswati, I., & Abdullah, M. (2013).
Efek Antibakteri Ekstrak Kulit Jeruk
Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap
Salmonella typhi secara In Vitro.
Saintika Medika, 9(2), 110-115.
Razak, A., Djamal, A., & Revilla, G. (2013).
Uji Daya Hambat Air Perasan Buah
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.)
terhadap Pertumbuhan Bakteri

7
8. LAMPIRAN

8.1. Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1. Uji Aktivitas Antimikroba


Mikroorganis Diameter Zona
Kelompok Bahan Gambar
me Patogen Bening (mm)

A1 Bawang S. aureus 2,84


A2

A3 Jeruk Nipis S. aureus 1,38

Escherichia
A4 Kunyit 1,83
coli

A5 Jahe Escherichia coli 2,19

Tabel 2. Hurdle 2 Kombinasi


Jumla
Faktor
Kel Perlakuan Hari ke- h CFU/ml
Pengenceran
Koloni
1 10-1
TBUD TBUD
A1 Pengawet + Chilling
1 10-2
TBUD TBUD
1 10-1
TBUD TBUD
A2 Pengawet + Chilling
1 10-2
26 TBUD
1 10 -1
TBUD TBUD
A3 Pengawet + freezing
1 10 -2
TBUD TBUD
1 10 -1
TBUD TBUD
A4 Pengawet + freezing
1 10 -2
TBUD TBUD
1 10 -1
TBUD TBUD
A5 Steaming + Pengawet
1 10 -2
TBUD TBUD

Keterangan:
Kelompok 1: ada gelembung
Kelompok 2: ada gelembung
Kelompok 3: Terdapat uap di sekitar cawan dan gelembung, koloni menyebar di seluruh permukaan menjadi
satu
Kelompok 4: Terdapat gelembung, koloni bakteri berbentuk lingkaran
Kelompok 5: Terdapat gelembung, koloni bakteri ada yang menyebar dan ada yang menyatu

Tabel 3. Hurdle 3 Kombinasi


Hari Faktor Jumlah
Kel Perlakuan CFU/ml
ke- Pengenceran Koloni
Steaming + Pengawet + 1 10 -1 33 ?
A1
Chilling 1 10 -2
TBUD TBUD
Steaming + Pengawet + 1 10 -1
TBUD TBUD
A2
chilling 1 10 -2
16 TBUD
Rebus + Pengawet + 1 10 -1
TBUD TBUD
A3
Chilling 1 10 -2
TBUD TBUD
Rebus + Pengawet + 1 10 -1
TBUD TBUD
A4
Chilling 1 10 -2
TBUD TBUD
Steaming + Pengawet + 1 10 -1
18 TBUD
A5
Chilling 1 10 -2
TBUD TBUD

Keterangan:
Kelompok 1: Ada uap yang menyebar cawan, koloni bakteri membentuk melingkar
Kelompok 2: Terdapat uap di sekitar cawan, koloni bakteri menyebar dan menjadi satu.
Kelompok 3: Terdapat uap di sekitar cawan dan gelembung, koloni menyebar di seluruh permukaan menjadi satu
Kelompok 4: Terdapat uap di sekitar cawan, koloni bakteri berbentuk lingkaran.
Kelompok 5: Terdapat uap air di bawah penutup cawan, koloni menyebar merata ke seluruh permukaan cawan

9
8.2. Hasil Plagscan

10
8.4. Jurnal Acuan (screenshot abstrak dan highlight bagian yang disitasi)

11
8.5. Laporan Sementara

LAPORAN SEMENTARA KLOTER A


PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
BAB VI KONTROl MIKROBA MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI
(HURDLE TECHNOLOGY)

Tabel 1. Uji Aktivitas Antimikroba


Mikroorganis Diameter Zona
Kelompok Bahan Gambar
me Patogen Bening (mm)

A1 Bawang S. aureus 2,84


A2

A3 Jeruk Nipis S. aureus 1,38

Escherichia
A4 Kunyit 1,83
coli

A5 Jahe Escherichia coli 2,19

Tabel 2. Hurdle 2 Kombinasi


Kel Perlakuan Hari ke- Faktor Jumla CFU/ml
Pengenceran h

12
Koloni
1 10 -1
TBUD TBUD
A1 Pengawet + Chilling
1 10 -2
TBUD TBUD
1 10 -1
TBUD TBUD
A2 Pengawet + Chilling
1 10 -2
26 TBUD
1 10 -1
TBUD TBUD
A3 Pengawet + freezing
1 10 -2
TBUD TBUD
1 10 -1
TBUD TBUD
A4 Pengawet + freezing
1 10 -2
TBUD TBUD
1 10 -1
TBUD TBUD
A5 Steaming + Pengawet
1 10 -2
TBUD TBUD

Keterangan:
Kelompok 1: ada gelembung
Kelompok 2: ada gelembung
Kelompok 3: Terdapat uap di sekitar cawan dan gelembung, koloni menyebar di seluruh permukaan menjadi
satu
Kelompok 4: Terdapat gelembung, koloni bakteri berbentuk lingkaran
Kelompok 5: Terdapat gelembung, koloni bakteri ada yang menyebar dan ada yang menyatu

Tabel 3. Hurdle 3 Kombinasi


Hari Faktor Jumlah
Kel Perlakuan CFU/ml
ke- Pengenceran Koloni
Steaming + Pengawet + 1 10 -1 33 ?
A1
Chilling 1 10 -2
TBUD TBUD
Steaming + Pengawet + 1 10 -1
TBUD TBUD
A2
chilling 1 10 -2
16 TBUD
Rebus + Pengawet + 1 10 -1
TBUD TBUD
A3
Chilling 1 10 -2
TBUD TBUD
Rebus + Pengawet + 1 10 -1
TBUD TBUD
A4
Chilling 1 10 -2
TBUD TBUD
Steaming + Pengawet + 1 10 -1
18 TBUD
A5
Chilling 1 10 -2
TBUD TBUD

Keterangan:
Kelompok 1: Ada uap yang menyebar cawan, koloni bakteri membentuk melingkar
Kelompok 2: Terdapat uap di sekitar cawan, koloni bakteri menyebar dan menjadi satu.
Kelompok 3: Terdapat uap di sekitar cawan dan gelembung, koloni menyebar di seluruh permukaan menjadi satu
Kelompok 4: Terdapat uap di sekitar cawan, koloni bakteri berbentuk lingkaran.
Kelompok 5: Terdapat uap air di bawah penutup cawan, koloni menyebar merata ke seluruh permukaan cawan

Ada revisi untuk lapsem Hurdle yang day-0 di 2 & 3 kombinasi dihilangkan.
Keterangan diisi dengan; contoh ada uap di sisi tutup cawan, bentuk koloni dan
lainlain yang sekiranya membantu untuk di pembahasan

Semarang, 25 Juni 2022


Disahkan oleh,

Asisten Praktikum,

13
Krisantira Junisdianti

Poin pembahasan:
1. Bahas aktivitas antimikroba pada bahan pangan herbal yang digunakan
2. Bahas hasil pengamatan
3. Bahas metode Hurdle yang dilakukan dalam praktikum ini
4. Bahas efektivitas dari kedua metode Hurdle yang digunakan

Lapres dikumpulkan tanggal 2 Juli 2022

14
4. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil pengamatan Mikroorganisme

Kelompok Preparat Gambar Keterangan


Perbesaran:
Bentuk:
Warna:

Perbesaran:
Bentuk:
Warna:

Perbesaran:
Bentuk:
Warna:

Perbesaran:
Bentuk:
Warna:

Perbesaran:
Bentuk:
Warna:

Perbesaran:
Bentuk:
Warna:

15
Tabel 2. Hasil pengamatan Media

Kel Media Gambar Keterangan


Warna:
Wujud:

1 NA

25 tabung @10 ml
Warna:
Wujud:
Warna:
Wujud:
Warna:
Wujud:
Warna:
Wujud:
Warna:
Wujud:
Warna:
Wujud:
Warna:
Wujud:
Warna:
Wujud:
Warna:
Wujud:
Warna:
Wujud:

16
Tabel hasi pengamatan Bab 2 Pengaruh O2

4. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Pengaruh O2

Letak
Kel Mikroorganisme Media Gambar
Pertumbuhan
Saccharomyces
MEB
cerevisiae
1
Lactobacillus
MRSB
bulgaricus
Saccharomyces
MEB
cerevisiae
2
Lactobacillus
MRSB
bulgaricus
Saccharomyces
MEB
cerevisiae
3
Lactobacillus
MRSB
bulgaricus
Saccharomyces
MEB
cerevisiae
4
Lactobacillus
MRSB
bulgaricus
Saccharomyces
MEB
cerevisiae
5
Lactobacillus
MRSB
bulgaricus
Saccharomyces
MEB
cerevisiae
6
Lactobacillus
MRSB
bulgaricus

17
Tabel hasi pengamatan Bab 3 Enumerasi

HASIL PENGAMATAN

4.1. Metode Hitungan Cawan

4.1.1. Pour Plate

Tabel 1. Pour Plate

Kelompok Pengenceran Jumah koloni/ mL

4.1.2. Spread Plate

Tabel 2. Spread Plate

Kelompok Pengenceran Jumah koloni/ mL

18
Tabel hasi pengamatan Bab 3 Enumerasi

4.2. Metode Most Probable Number (MPN)

Tabung Positif
MPN MPN
Kelompok Keterangan
10-1 10-2 10-3 Number Count

Positif:
Negatif:

Positif:
Negatif:

Positif:
Negatif:

Positif:
Negatif:

Positif:
Negatif:

Positif:
Negatif:

Tabel MPN per ml/gr mempergunakan 3 tabung masing-masing diinokulasi dengan 1ml
contoh dari pengenceran 10-1, 10-2, 10-3 (SII 0717-83)

19
Tabel hasi pengamatan Bab 3 Enumerasi

Tabung Positif Tabung Positif


1ml 1ml 1ml M.P.N 1ml 1ml 1ml M.P.N
10-1 10-2 10-3 (A.P.M) 10-1 10-2 10-3 (A.P.M)
1 2 3 4 5 6 7 8
0 0 1 3 2 1 0 15
0 0 2 6 2 1 1 20
0 0 3 9 2 1 2 27
0 1 0 3 2 1 3 34
0 1 1 6 2 2 0 21
0 1 2 9 2 2 1 28
0 1 3 12 2 2 2 35
0 2 0 6 2 2 3 42
0 2 1 9 2 3 0 29
0 2 2 12 2 3 1 36
0 2 3 16 2 3 2 44
0 3 0 9 2 3 3 53
0 3 1 13 2 0 0 9
0 3 2 16 2 0 1 14
0 3 3 19 2 0 2 20
1 0 0 4 2 0 3 26
1 0 1 7 3 0 0 23
1 0 2 11 3 0 1 39
1 0 3 15 3 0 2 64
1 1 0 7 3 0 3 95
1 1 1 11 3 1 0 43
1 1 3 19 3 1 1 75
1 2 0 11 3 1 2 120
1 2 1 15 3 1 3 160
1 2 2 20 3 2 0 93
1 2 3 24 3 2 1 150
1 3 0 16 3 2 2 210
3 2 3 230
1 3 1 20 3 3 0 240
1 3 2 24 3 3 1 460
1 3 3 29 3 3 2 1100
3 3 3 1200

20
Tabel hasi pengamatan Bab 4 Isolasi

4. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Isolasi

Bentuk
Kelompok Bahan Media Gambar Warna
Pertumbuhan

Tabel 2. Inokulasi Mikroba pada Agar Tegak

Bentuk
Kelompok Bahan Media Gambar Warna
Pertumbuhan

21
Tabel hasi pengamatan Bab 4 Isolasi

Tabel 3. Pemurnian Mikroba

Bentuk
Kelompok Bahan Media Gambar Warna
Pertumbuhan

22
Tabel hasi pengamatan Bab 5 Fermentasi

5. HASIL PENGAMATAN

5.1. Pembuatan Acar

Tabel 1. Pembuatan Acar

Suhu Konsentrasi
Kel Bahan pH Foto Keterangan
Fermentasi Garam (%)
Aroma:
Tekstur:
Warna:
Rasa:
Aroma:
Tekstur:
Warna:
Rasa:
Aroma:
Tekstur:
Warna:
Rasa:
Aroma:
Tekstur:
Warna:
Rasa:
Aroma:
Tekstur:
Warna:
Rasa:
Aroma:
Tekstur:
Warna:
Rasa:
Keterangan:
Tekstur: Warna: Aroma: Rasa:
+ : sangat keras + : tidak keruh + : tidak asam + : tidak asam
++ : keras ++ : sedikit keruh ++ : agak asam ++ : agak asam
+++ : agak keras +++ : keruh +++ : asam +++ : asam
: sangat
++++ : lunak ++++ : sangat keruh ++++ asam ++++ : sangat asam
+++++ : sangat lunak

23
Tabel hasi pengamatan Bab 5 Fermentasi

5.2. Pembuatan Yogurt

Tabel 2. Uji Sensori Pembuatan Yogurt

Kelompok Bahan Foto Keterangan


Aroma:
Tekstur:
Warna:
Rasa:
Aroma:
Tekstur:
Warna:
Rasa:
Aroma:
Tekstur:
Warna:
Rasa:
Aroma:
Tekstur:
Warna:
Rasa:
Aroma:
Tekstur:
Warna:
Rasa:
Aroma:
Tekstur:
Warna:
Rasa:
Keterangan:
Aroma: Rasa :
+ : tidak masam + : tidak asam
++ : agak masam ++ : agak asam
+++ : masam +++ : asam
++++ : sangat masam ++++ : sangat asam

Tekstur: Warna:
+ : sangat keras + : putih
++ : keras ++ : putih kekuningan
+++ : agak keras +++ : kuning
++++ : lunak ++++ : sangat kuning
+++++ : sangat lunak

24
Tabel hasi pengamatan Bab 6 Identifikasi mikroba Perusak pada Makanan Tradisional

4. HASIL PENGAMATAN

Kelompok Sampel Gambar Keterangan

25
Tabel hasi pengamatan Bab 7 Kontrol mikroba Menggunakan Metode Kombinasi (Hurdle
Technology)
4. HASIL PENGAMATAN

4.1. Uji Aktivitas Antimikroba

Mikroorganisme Diameter Zona


Kelompok Bahan Gambar
Patogen Bening (mm)

26
Tabel hasi pengamatan Bab 7 Kontrol mikroba Menggunakan Metode Kombinasi (Hurdle
Technology)
4.2. Hurdle 2 Kombinasi

Faktor
Kel. Perlakuan Hari ke- Jumlah Koloni CFU/ml
Pengenceran
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2

27
Tabel hasi pengamatan Bab 7 Kontrol mikroba Menggunakan Metode Kombinasi (Hurdle
Technology)
4.3.Hurdle 3 Kombinasi

Faktor
Kel. Perlakuan Hari ke- Jumlah Koloni CFU/ml
Pengenceran
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2
0 10-1
0 10-2
1 10-1
1 10-2

28

Anda mungkin juga menyukai