Penilai :
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN
SEMESTER GANJIL 2023-2024
ACARA KE 3
PENDAHULUAN
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi
serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga
bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel
yang berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya.
Faktor temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi peertumbuhan
dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap
temperatur. Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimum yang dimiliki
mikrobia digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu mikrobia psikrofil, mikrobia mesofil, dan
mikrobia termofil (Suharni, 2014).
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil
dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme dapat berinteraksi
dengan organisme lain dengan cara yang menguntungkan atau merugikan (Akhiarif 2011).
Mikroba merupakan makhluk hidup yang dapat tumbuh pada lingkungan yang sesuai
untuk pertumbuhannya. Mikroba yang bersifat patoen dapat menyebabkan bahaya yang
tergolong dalam bahaya mikrobiologis. Hal ini karena kemampuannya dalam menginfeksi
tanaman, hewan, serta manusia. Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-
fase yang berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase
stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi
umum pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat
kimia toksik, panas atau radiasi . Waktu generasi setiap mikroba berbeda-beda tergantung dari
jenis mikrobanya. (Winiati&nurwitri,2012).
Pada sebagian mikroorganisme pertumbuhan mencapai optimal pada suhu antara -5
sampai 20oC. Mikroorganisme jenis ini digolongkan sebagai psikrofilik. Adapun mesofilik
adalah mikroba yang dapat tumbuh pada suhu sekitar 20-45 °C. Lain halnya untuk termofilik
yang telah menyesuaikan tidak hanya kemampuannya untuk bertahan, tetapi berkembang pada
temperatur yang lebih tinggi. Termofilik akan mampu tumbuh dalam rentangan suhu sekitar
40-80 °C, dengan pertumbuhan optimal pada kisaran suhu 50-65 °C . Aplikasi suhu tinggi
yang dapat diterapkan untuk mengendaalikan mikroba adalah blansir, pasteurisasi dan
sterilisasi. Pemanasan merupakan metode pengendalian yang paling praktis dan efisien.
Kematian akibat pemanasan terjadi dengan menghentikan aktifitas satu atau lebih protein
penting seperti enzim. Jumlah panas yang diperlukan untuk mematikan berbeda dari satu
organisme ke organisme lain untuk itu kita harus mempertimbangkan banyaknya panas yang
harus digunakan dan lamanya waktu yang diperlukan untuk mengendalikan mikroorganisme
suhu tertentu. Hubungan antara waktu dan suhu dalam pemanasan berbanding terbalik, makin
tingi suhu yang digunakan semakin pendek waktu yang diperlukan (Winiati&nurwitri,2012).
Dari sudut yang berbeda Mikroorganisme banyak yang bermanfaat dan banyak pula
yang merusak dan membahayakan manusia, termasuk dalam dunia pertanian. Hal ini tampak
pada kemampuannya untuk membantu tumbuhan, menginfeksi tumbuhan sampai dengan
mikroorganisme penghasil racun. Oleh karena itu, perlu adanya prosedur untuk
mengendalikannya agar yang bermanfaat dapat lebih menguntungkan dan yang merusak tidak
merugikan manusia. Salah satu upaya untuk mencegah pertumbuhan bakteri khususnya pada
bahan pangan adalah dengan metode pemanasan, Pemanasan yang digunakan untuk
membunuh spora pada bakteri , namun tergantung juga pada bakteri dan ketahanan nya pada
temperature yang berbeda - beda. Untuk itu praktikum pengaruh pemanasan terhadap mikroba
ini perlu dilakukan (Suharni, 2014).
ALAT BAHAN
PROSEDUR PRAKTIKUM
E.coli dalam
media NB
Pengamatan
Pengamatan
Tabel 1. Data pengamatan pengaruh suhu pre-inkubasi terhadap ketahanan sel pada pemanasan
Perlakuan Pengenceran Total E. coli
10-3 684
Pre-inkubasi non pemanasan 10-4 666
10-5 464
10-3 42
Pre-inkubasi pemanasan 10-4 16
10-5 0
10-3 2292
Inkubasi non pemanasan 10-4 1520
10-5 400
10-3 6
Inkubasi pemanasan 10-4 2
10-5 2
Tabel 1. Data pengamatan pengaruh medium pemanasan terhadap ketahanan panas sel
Perlakuan Pengenceran Total E. coli
10-3 600
Aq. Steril non pemanasan 10-4 364
10-5 280
10-3 141
Aq. Steril pemanasan 10-4 52
10-5 28
Larutan garam 2% non 10-3 1532
10-4 840
pemanasan
10-5 62
10-3 340
Larutan garam 2%
10-4 30
pemanasan
10-5 9
Pada praktikum ini, digunakan 8 tabung reaksi yang diisi dengan bakteri E.coli .
Masing-masing tabung mendapat perlakuan yang berbeda. 4 tabung yang berisi E.coli
dipanaskan pada suhu 600oC dengan lama pemanasan 0, 5, 10, dan 20 menit. 4 tabung yang
juga berisi E.coli dipanaskan pada suhu 60oC dengan lama pemanasan 0, 10, dan 20menit.
Didapatkan hasil jumlah koloni pada pemansan 0 menit sebesar 2,1 x10 ⁵ , dilanjutkan dengan
suhu 5 menit di dapatkan jumlah koloni sebesar 8,8 x 10 ⁴, dan pada suhu 10 menit di
dapatkan jumlah koloni sebesar 5,9 x 10 ⁴, dan pada waktu 20 menit di dapatkan jumlah
koloni sebesar 75 x 10³.
Bakteri ini adalah jenis aerob obligat, makin tinggi DO maka makin baik untuk
pertumbuhan optimalnya. Minimal ialah pada kisaran 2 mg/L. Suhu : suhu optimal untuk
tumbuh bagi B. cereus adalah antara 25 – 350C. pH : pH optimal antara 7 – 8. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu yang diterapkan oleh praktikan merupakan suhu kritis sehingga
bakteri pada pemanasan dengan wktu yang lama dan suhu yang lebih tinggi akan
menyebabkan pertumbuhan bakteri akan terganggu. Data yang diperoleh oleh praktikan
menunjukkan bahwa jumlah bakteri fluktuatif terhadap waktu dan suhu pemanasan. Sehingga
dapat disimpulkan data yang diperoleh kurang tepat dan tidak sesuai dengan pustaka yanga
ada.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum kali ini adalah :
1. waktu dan suhupemanasan sanagat berpengaruh terhadap perkembangan bakteri.
2. Semakin lama waktu pemanasan, total mikroba menjadi semakin berkurang
3. Jumlah mikroba lebih meningkat di waktu setelah inkubasi 48 jam dibandingkan diwaktu
setelah inkubasi 24 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Eva H. 2013. Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa L.) Terhadap
Bakteri Patogen dan Perusak Pangan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suharni, Theresia Tri dkk. 2014. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas Atma Jaya.
Rahayu, W.P dan Nurwitri C.C. 2012. Mikrobiologi Pangan. Bogor. IPB Press
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2010, “Dasar-dasar Mikrobiologi 1”, Alih bahasa: Hadioetomo, R. S.,
Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S. L., UI Press, Jakarta