PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain
dapat berupa faktor fisika, faktor kimia, maupun faktor biologi. Namun,
sekelilingnya.
Maka dari itu dalam praktikum ini kami mencoba untuk melakukan suatu
C. Tujuan praktikum
D. Manfaat praktikum
suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pada jasad
menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain
zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada
demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk
Lestari Erlina D. dan Utomo Setyo B., 2009, “Pengaruh Bioksida Pengoksidasi
terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme pada Air Pendingin Sekunder
RSG-Gas”, Jurnal SDM Teknologi Nuklir, ISSN 1978-0176.
Bakteri dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 20 April 2013, pukul 08.00-
C. Prosedur Kerja
1. Faktor Fisik
b. Melakukan hal yang sama dengan pipet steril lainnya untuk biakan
1) Uji Desinfektan
disediakan.
tersebut.
B. Pembahasan
dapat menyebabkan plasmolisis. Medium yang paling cocok bagi kehidupan mikrobe
adalah medium yang isotonik terhadap isi sel mikrobe. Larutan garam atau larutan gula
ditempatkan di air suling (aquades) akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan
pecahnya sel mikrobe tersebut, hal ini dinamakan plasmoptisis. Berdasarkan hal ini, maka
pembuatan suspensi bakteri dengan menggunakan air murni tidak dapat digunakan.
Beberapa mikrobe dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau kadar
gula yang tinggi, misal ragi yang osmofil (dapat tumbuh padaz kadar garam tinggi),
bahkan beberapa mikrobe dapat bertahan di dalam substrat dengan kadar garam
Mikroba hanya dapat hidup pada kondisi lingkungan yang sesuai. Beberapa
suhu, pengaruh waktu, pengaruh suplai zat gizi, pengaruh aktivitas air, pengaruh
dan pengaruh pH. Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-
faktor kimia yakni tekanan osmotik dan faktor fisik yakni pengaruh suhu dan penyinaran
pada pH yang lebih luas 2.0-8.0. Lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap
pertumbuhan mikroba. Tapi pada percobaan ini tidak dilakukan pengaruh tersebut,
Faktor ini biasa disebut dengan faktor-faktor kimia atau desinfektan. Dimana
desinfektan merupakan bahan kimia yang menyebabkan desinfeksi, yaitu proses untuk
patogen. Desinfektan membunuh bakteri dengan tidak merusaknya sama sekali, tetapi
zat-zat kimia seperti basa dan asam organik menyebabkan hancurnya bakteri. Pekat atau
encernya konsentrasi pada bahan kimia dan lamanya berada di bawah pengaruh
Disinfektan yang diujikan adalah HgCl2, merkurokrom, dan alkohol 70%. HgCl2
dan merkurocrom terionisasi dalam air menghasilkan Hg ++. Ion ini mempunyai sifat
racun, iritasi pada jaringan, korosi pada logam sehingga dapat menyebabkan
bakteri E.coli zona hambatnya jauh lebih luas dibanding B. Subtilis. Hal ini berarti B.
Subtilis memiliki daya ketahanan terhadap logam lebih tinggi dibanding Escherichia coli
terhadap logam berat Hg ++ . Hal ini disebabkan karena Hg2+ akan berikatan dengan enzim
sulfihidril. Saat berikatan dengan Hg2+, enzim ini akan bersifat inaktif sedangkan enzim
ini berperan dalam proses metabolisme mikrobia. Sehingga proses metabolisme menjadi
alkohol, air didalam sel akan tertarik keluar. Hal ini akan menimbulkan tekanan osmotik
yang berbeda dari lingkungan luar sehingga sel akan menjadi lisis. Hasilnya zona yang
dihambat alkohol pada B.subtilis jauh lebih kecil dibandingkan Escherichia coli. Hal ini
berarti B.subtilis memiliki ketahan terhadap alkohol jauh lebih tinggi dibanding
Escherichia coli. Selain itu mikroba juga dapat dibedakan berdasarkan kebutuhannya
aerob atau pun anaerob dan mikroorganisme mikro aerofilik adalah mikrooganisme
pertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim sangat peka terhadap temperatur
diketahui bahwa bakteri dapat tumbuh optimum pada suhu ruang yakni pada suhu 20-
30 oC, yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada media cair menjadi kekeruhan.
Media yang disimpan pada suhu 50 oC juga terjadi perubahan menjadi keruh dan juga
terjadi pengurangan media. Dari pernyataan diatas bahwa bakteri pada suhu 50 oC juga
dapat hidup, hanya saja bakteri yang hidup disitu sangat sedikit jika dibandingkan
dengan pertumbuhan bakteri pada suhu ruang. Hal ini ditandai dengan adanya
perbedaan tingkat kekeruhan pada media yakni kekeruhan yang terjadi pada suhu ruang
lebih banyak atau lebih pekat dibanding pada suhu 50 oC. Lain halnya media yang ada
pada suhu 4 oC, terlihat bahwa tidak ada tanda-tanda kehidupan bakteri. Hal ini ditandai
dengan tidak adanya perubahan yang terjadi pada larutan atau media cair karena media
terlihat jernih. Dari uraian diatas dan hasil pengamatan bahwa bakteri tidak dapat hidup
atau tumbuh pada suhu yang terlalu rendah maupun suhu yang terlalu tinggi.
Berdasarkan pada temperatur tersebut, bakteri yang tumbuh pada percobaan ini adalah
termasuk mikroba mesofil, yakni mikroba yang dapat hidup atau tumbuh pada
sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil
pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka
fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase
bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik,
massa sel per unit waktu. Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium
mengalami fase-fase yang berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag,
fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian
kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas .
Setiap spesies mikroba memiliki aktivitas yang berbeda-beda dalam
sel atau semakin banyaknya organisme yang terbentuk. Mikroba akan semakin
mikroba. Kondisi pertumbuhan suatu mikroba tidak akan lepas dari faktor
sterilitas media, kontaminan dan paparan radiasi yang bersifat inhibitor. Dalam
kehidupan. Beberapa jenis mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas
sedang jenis lainnya pada daerah yang terbatas. Pada umumnya batas daerah
tempetur bagi kehidupan mikroba terletak di antara 0oC dan 90oC, sehingga
dan maksimum. Temperatur minimum suatu jenis mikroba ialah nilai paling
adalah nilai yang paling sesuai /baik untuk kehidupan mikroba. Temperatur
maksimum adalah nilai tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas
Daya tahan mikroba terhadap temperatur tidak sama untuk tiap-tiap spesies.
Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit didalam
medium pada temperature 60oC; sebaliknya bakteri yang membentuk spora
seperti genus Bacillus dan genus Clostridium tetap hidup setelah dipanasi
dengan uap 100oC atau lebih selama 30 menit. Oleh karena itu, proses
selama 15-20 menit dengan tekanan 1 atm dan temperatur 121oC di dalam
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
memiliki kisaran hidup yang lebih luas dibanding Escherichia coli karena
Bacillus subtilis memiliki ketahanan hidup yang jauh lebih tinggi terhadap
B. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu agar semua yang