Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI DASAR

PENGARUH LINGKUNGAN

Dosen Pengampu : Dra. Yulneriwarni, M.Si.

Dra. Noverita, M.Si.

Oleh:

Nurlena (206201516026)

LABORATORIUM MIKROTIKA

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Teori Dasar

Mikroba memiliki sifat kosmopolitan atau bisa tumbuh dan berkembang


dimana saja, seperti air, udara, tanah, bahkan pada manusia (Syamsuri dkk, 2007).
Pertumbuhan mikroba dapat dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: faktor fisik
berupa pH, suhu, tekanan osmosis, kandungan oksigen, dan lainnya pada inang :
faktor kimia (senyawa racun atau toksik dan juga senyawa kimia lainnya sebagai
bahan pengawet makanan atau antibiotik); dan faktor biologi berupa interaksi
dengan mikroorganisme lainnya dan metabolisme yang dimiliki oleh
mikroorganisme itu sendiri. Secara umum, ketiga faktor tersebut dapat dibagi
menjadi dua faktor, yaitu: faktor intrinsik berupa metabolisme tubuh, sumber
karbon; dan juga faktor ekstrinsik berupa pH. suhu, cahaya matahari, dan
kandungan oksigen (Kawuri et al., 2016).

Tiap-tiap bakteri dan jamur mempunyai temperatur optimum yaitu dimana


mahluk mikro tersebut tumbuh sebaik-baiknya dan batas-batas temperature dimana
pertumbuhan dapat terjadi. Pembelahan sel terutama sangat peka terhadap pengaruh
merusak dari temperatur tinggi. Bentuk-bentuk besar dan ganjil (Bizzare = aneh)
sering dijumpai pada biakan-biakan pada suhu yang lebih tinggi daripada suhu
optimum (Djwijoyoseputro,2010).

Aktivitas yang dilakukan mikroorganisme akan memengaruhi kondisi


lingkungannya. Setiap mikroorganisme tidak mampu hidup secara sendiri.
Mikroorganisme yang berada di lingkungan kompleks mampu beradaptasi dengan
baik dengan factor abiotic dan factor biotik (Kusnadi, 2003 dalam (Rifai,2020).
Pertumbuhan pada mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh nutrisi, suhu, Ph dan
kandungan oksigen. Factor – factor tersebut dapat mengakibatkan perubahan secara
fisiologi dan perubahan bentuk secara morfologi pada mikroorganisme.
Mikroorganisme juga harus menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Tidak semua
mikroba dapat hidup di kondisi lingkungan yang sama.
Semua organisme dalam kehidupannya sangat tergantung pada faktor
lingkungan sekitarnya, begitu juga halnya dengan mikrob. Mikrob ini tidak dapat
menguasai faktor-faktor lingkungan sepenuhnya, sehingga mikrob tersebut harus
dapat menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap pengaruh lingkungan luar Penyesuaian
diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu, akan tetapi dapat pula
perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta
sifat-sifat fisiologi yang turun menurun. Kehidupan mikrob tidak hanya di
pengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi keadaan
lingkungan. Contohnya mikrot termogenesis dapat menimbulkan panas di dalam
media tempat tumbuhnya, atau mikrob lain dapat mengubah pH dari medium
tempat tumbuhnya (Yulneriwarni dan Noverita, 2014).

B. Tujuan

Untuk melihat dan memahami pengaruh faktor lingkungan terhadap


pertumbuhan mikrob, khususnya faktor abiotik, meliputi suhu, tekanan osmosis,
pH, dan oksigen.
BAB II

METODE PENGAMATAN

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, jarum
ose, bunsen, alcohol 96%, autoklaf, incubator, pendingin, LAF, dan vortex.
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain adalah isolat bakteri percobaan
sebelumnya, bakteri E. coli, bakteri B. subtilus, dan jamur Rhodotorula.

B. Cara Kerja

1. Pengaruh suhu, pH, dan tekanan osmosis.

Pertama-tama seperti biasa dilakukan pensterilan alat dan tempat kerja.


Setelah itu disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan. Bakteri yang
digunakan merupakan bakteri yang ditumbuhkan pada media NA sedangkan jamur
yang digunakan ditumbuhkan pada media PDA. Dilakukan pencuplikan bakteri dan
jamur kemudian ditransfer ke media NA yang telah diberikan label untuk masing-
masing perlakuan. Untuk pengamatan terhadap suhu, setiap mikroba yang
dipindahkan ke media baru diberi label untuk masing-masing perlakuan yaitu ke
dalam inkubator, pendingin, dan suhu ruang (37℃, 10℃, dan 25℃) lalu dibiarkan
selama 24 jam untuk bakteri dan 2-3x24 jam untuk jamur. Begitu juga dengan
pengamatan terhadap pengaruh pH, dilakukan cara yang sama lalu tabung diberi
label dengan pH 4,7, dan 10, kemudian semua hasil inokulasi diinkubasi di suhu
kamar selama 24 jam untuk bakteri dan 2-3x24 jam untuk jamur. Sama hal nya
dengan pengamatan terhadap pengaruh tekanan osmosis, tabung diberi label
Glukosa 5%, 10%, dan 15%, sedangkan NaCl nya masing-masing 5%, 10%, dan
15%. Semua media yang telah diberikan mikroba di dalamnya dibiarkan di suhu
ruang selama 24 jam untuk bakteri dan 2-3x24 jam untuk jamur. Kemudian diamati
dan dicatat.
2. Pengaruh oksigen dan sinar UV

Sama hal nya dengan pembuatan media di atas, pembuatan media untuk
melihat pengaruh sinar UV sama, namun setelah media dimasukkan mikroba yang
digunakan, media-media tersebut dibiarkan terpapar sinar matahari selama 1 jam.
Sedangkan untuk melihat pengaruh oksigen, bakteri inokulat dipindahkan ke dalam
media NB lalu dihomogenkan dengan vortex. Setelah itu media-media tersebut
diinkubasi pada suhu 37℃ selama 24 jam untuk bakteri dan 2-3x24 jam untuk
jamur. Kemudian diamati dan dicatat.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum ini digunakan isolat atau hasil biakan murni yang diperoleh
dari isolasi sebelumnya serta bakteri dan jamur. Hasil biakan mikroorganisme yang
ditumbuhkan pada media NA dan PDA pada praktikum sebelumnya dan bakteri
yang digunakan pada praktikum ini adalah E. coli dan B. subtilis, sedangkan jamur
yang digunakan adalah Rhodotorula.

Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan diperngaruhi


oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain
menyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivitasnya, juga memerlukan faktor
lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan bakteri terdiri atas faktor lingkungan dan kimia.
Berikut hasil praktikum terhadap beberapa faktor lingkungan.

Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat bergantung kepada


keadaan sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganisme. Makhluk-makhluk mikro ini
tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama
sekali tergantung pada keadaan sekelilingnya. Satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan diri ialah dengan menyesuaikan diri (adaptasi) kepada pengaruh
faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat
sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu bersifat permanen sehingga
mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat fisiologik yang turun temurun
(Dwidjoseputro,2010).
Tabel 1. Hasil reaksi mikroba terhadap pengaruh lingkungan (suhu dan pH)

Pengaruh Lingkungan

Suhu pH
Mikroba
37℃ 25℃ 10℃
4 7 10
(Inkubator) (Ruang) (Kulkas)

Isolat Tumbuh, Tumbuh, Tidak Tumbuh Tumbuh, Tidak


banyak banyak tumbuh banyak banyak tumbuh
E. Coli Tumbuh, Tumbuh, Tumbuh, Tidak Tumbuh, Tidak
banyak banyak sedikit tumbuh banyak tumbuh
B. Subtilis Tumbuh, Tumbuh, Tidak Tidak Tumbuh, Tidak
banyak banyak tumbuh tumbuh banyak tumbuh
Rhodotorula Tidak Tumbuh, Tidak Tumbuh, Tumbuh, Tumbuh,
tumbuh banyak tumbuh sedikit banyak banyak

Suhu menjadi factor yang penting dalam pertumbuhan mikroorganisme.


Suhu dapat memeranguhi reaksi kimiawi dalam mikroba sehingga pertumbuhan
mikroorganisme juga ikut terpengaruh. Selain suhu, pH juga berpengaruh dalam
pertumbuhan bakteri. pH berkaitan dengan aktivitas enzim pada mikroorganisme.
Enzim berperan sebagai katalisator dalam reaksi – reaksi yang berhubungan dengan
pertumbuhan mikroorganisme. pH yang disukai oleh mikroorganisme adalah pH
netral atau tujuh. Terdapat mikroorganisme yang hidup dalam tingkat asam namun
jarang ditemukan keberadaanya, kecuali bakteri autotroph tertentu karena bakteri
hasilkan produk metabolisme yang bersifat asam atau basa. Ketika pH dalam suatu
lingkungan tidak stabil akan pengaruhi pertumbuhan bakteri dan menyebabkan
hasil produksi metabolisme oleh mikroorganisme menjadi menurun. (Arivo, Debi.
2017).

Berdasarkan tabel hasil di atas, didapatkan bahwa dari mikroba yang


digunakan memiliki suhu optimal untuk pertumbuhannya sekitar 25℃ - 37℃ atau
yang dinamakan mikroorganisme mesofil. Kelompok bakteri mesofilik
merupakan bakteri yang dapat tumbuh di kisaran suhu 25℃ - 40℃, salah satunya
adalah Bacillus (Arfiati, 2020). Peranan suhu terhadap pertumbuhan bakteri
sebenarnya merupakan petunjuk adanya pengaruh suhu pada enzim di dalam
selnya. Kemudian pada pH, bakteri yang digunakan banyak tumbuh pada pH 7 yang
dapat disebut dengan bakteri neutrophil. Sedangkan pada jamur Rhodotorula, ia
dapat tumbuh pada rentang pH 4-10. pH maksimum dari laju pertumbuhan (growth
rate) disebut dengan pH pertumbuhan optimum. Ketika lingkungan suatu
mikroorganisme tidak sesuai dengan pH optimumnya, maka laju pertumbuhan
bakteri akan menurun. Kenaikan atau penurunan pH dapat juga menurunkan
aktivitas metabolisme mikroba hingga 50%.

Tabel 2. Hasil reaksi mikroba terhadap pengaruh lingkungan (tekanan


osmosis)
Pengaruh Lingkungan

Tekanan osmosis
Mikroba
Glukosa Glukosa Glukosa NaCl NaCl NaCl
5% 10% 15% 5% 10% 15%

Isolat Tumbuh, Tumbuh, Tumbuh, Tumbuh, Tidak Tidak


banyak banyak banyak banyak tumbuh tumbuh
E. Coli Tumbuh, Tumbuh, Tumbuh Tumbuh, Tidak Tidak
banyak banyak banyak banyak tumbuh tumbuh
B. Subtilis Tumbuh, Tumbuh, Tumbuh, Tumbuh, Tidak Tidak
banyak banyak banyak banyak tumbuh tumbuh
Rhodotorula Tumbuh, Tumbuh, Tumbuh, Tumbuh Tidak Tidak
banyak banyak banyak sedikit tumbuh tumbuh

Tekanan osmotik adalah peristiwa perpindahan pelarut dari larutan yang


konsentrasinya lebih kecil ke larutan yang konsentrasinya lebih besar melalui
membran semipermiabel. Bila bakteri ditempatkan didalam larutan berisikan
natrium klorida jauh dibawah 1%, maka aliran air akan terbalik, yaitu air akan
mengalir dari larutan masuk ke dalam sel. Proses demikian dinamakan plasmolisis.
Terbentuk tekanan osmotik di dalam sel akibat akumulasi air dalam jumlah yang
besar di situ. Bakteri memiliki dinding sel yang kaku yang dapat menahankan
perubahan tekanan osmotik, sehingga biasanya tidak menunjukkan perubahan
bentuk ataupun ukuran yang mencolok bila terjadi plasmoptisis (Pelczar, 2007)
Efek tekanan osmotic berhubungan dengan jumlah ion dan molekul terlarut di
dalam larutan. Konsentrasi garam atau gula yang tinggi menyebabkan air keluar
dari sel bakteri sehingga menghambat pertumbuhan atau menyebabkan plasmolysis
(Radji, 2010).

Tekanan osmosis memiliki pengaruh signifikan pada pertumbuhan mikroba.


Ketika mikroorganisme berada dalam lingkungan dengan konsentrasi solute yang
tinggi, seperti larutan hipertonik, air akan keluar dari sel mikroba melalui osmosis.
Hal ini menyebabkan dehidrasi dan kontraksi sel, yang pada akhirnya dapat
menghambat pertumbuhan mikroba. Di sisi lain, ketika mikroba berada dalam
lingkungan dengan konsentrasi solute yang rendah, seperti larutan hipotonik, air
akan masuk ke dalam sel mikroba melalui osmosis. Hal ini dapat menyebabkan sel
meledak atau pecah, yang juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba (Murray
et al, 2018). Berdasarkan hasil di atas, dapat dikatakan bahwa, bakteri isolat, E. coli,
B. subtilis, serta jamur Rhodotorula tidak dapat tumbuh pada keadaan yang
hipertonik yaitu dengan NaCl 15% karena menyebabkan air yang ada di dalam sel
mikroba tersebut keluar melalui osmosis.

Tabel 3. Hasil reaksi mikroba terhadap pengaruh lingkungan (oksigen dan


sinar UV)
Pengaruh Lingkungan
Mikroba
Oksigen Sinar UV

Isolat Permukaan Tumbuh, banyak dan merata

E. Coli Permukaan Tumbuh, banyak dan merata

B. Subtilis Permukaan Tumbuh, banyak dan merata

Rhodotorula Permukaan Tumbuh, banyak dan merata

Dari data pengamatan dapat diketahui bahwa jarak mempengaruhi intensitas


yang dihasilan oleh lampu UV. Semakin dekat jarak lampu UV terhadap sampel
bakteri, maka akan semakin besar pula intensitas yang dihasilkan oleh lampu UV.
Semakin besar intensitas yang diberikan maka semakin tinggi tingkat kematian
bakteri, begitu pula sebaliknya, semakin kecil intensitas yang diterima maka
kematian bakteri, maka tingkat kematian akan semakin kecil. Secara umum cahaya
memiliki sifat merusak sel mikroorganisme yang tidak mempunyai pigmen
fotosintesa. Kerusakan yang disebabkan oleh sinar atau cahaya sinar ultraviolet,
infrared, sinar-X dan sinar gamma dapat merusak sel dan menghambat
pertumbuhan dari mikroorganisme (Sawardana, 1997). mikroba yang digunakan
dapat tumbuh dengan paparan sinar UV. Sebenarnya sinar ultraviolet (UV)
memiliki efek antimikroba yang kuat karena dapat merusak asam nukleat mikroba
termasuk DNA dan RNA mereka dan dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Namun, dalam hal ini berarti mikroba tersebut masih dapat tumbuh karena memiliki
berbagai mekanisme adaptasi untuk melindungi diri mereka dari kerusakan yang
disebabkan oleh radiasi UV (Setlow, 2001).

bakteri isolat, E. coli, B. subtilis, dan jamur Rhodotorula tumbuh pada di


atas permukaan, sehingga dinyatakan bahwa mikroba tersebut adalah mikroba
aerob. Mikroba aerob adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk
melakukan respirasi aerobik dan tumbuh dengan baik dalam lingkungan yang kaya
oksigen. Sebenarnya, oksigen memainkan peran penting dalam pertumbuhan
mikroba karena beberapa mikroba memerlukan oksigen untuk melakukan respirasi
aerobik. Namun, tidak semua mikroba memerlukan atau bahkan dapat mentoleransi
oksigen. Pada mikroba aerob keberadaan oksigen justru membantu bakteri dapat
bertumbuh dengan optimal. Hal ini dikarenakan dalam suasana ini akan terbentuk
H2O2 yang bersifat menguntungkan terhadap bakteri. Tetapi pada mikroba anaerob
H2O2 justru bersifat toksik.
BAB IV

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

- Mikroba yang digunakan adalah mikroorganisme mesofilik karena dapat tumbuh


pada suhu optimal sekitar 25-37°C.

- Mikroba yang digunakan adalah bakteri neutrofilik karena banyak tumbuh pada
pH 7. Sedangkan jamur Rhodotorula dapat tumbuh pada kisaran pH 4-10.

- Isolat bakteri, E. coli, B. subtilis dan jamur Rhodotorula tidak dapat tumbuh pada
kondisi hipertonik yaitu, dengan NaCl 15%, karena dapat menyebabkan air keluar
dari sel mikroba melalui osmosis. Kebanyakan bakteri dapat tumbuh pada
konsentrasi glukosa dan NaCl 5-10%, sedangkan jamur tidak dapat tumbuh sama
sekali pada media yang mengandung NaCl.

- Isolat bakteri E. coli, B. subtilis dan Rhodotorula merupakan mikroorganisme


aerob dan juga dapat tumbuh di bawah sinar UV.

B. Saran

Praktikan diharapkan menjaga area kerja agar tetap bersih dan rapi setiap
saat untuk menghindari kontaminasi yang tidak diinginkan. Selain itu, praktikan
perlu lebih memahami cara kerja. Untuk menimimalisir kesalahan, tidak
mendapatkan hasil yang optimal dan tidak mengulang cara kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Arfiati, DS, et al. 2020. Dinamika Jumlah Bakteri Bacillus subtilis Dalam

Penurunan Kadar Bahan Organik TOM Limbah Budidaya Ikan Lele


Sangkuriang (Clarias gariepinius), Journal of Fisheries and Marine
Research, 4(2): 222 – 226.

Dwidjoseputro. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi . Djambatan: Jakarta.

Kawuri, R., Y. Ramona dan I.B.G. Darmayasa. 2016. Penuntun Praktikum.

Mikrobiologi Umum. Bali : Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

Murray, P. R., et al. 2018. Microbiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Pelczar, M.J., Chan, E.C.S. Dasar-dasar Mikrobiologi 1, Alih bahasa: Hadioetomo

RS, Imas T, Tjitrosomo SS, dan angka SL. Jakarta : UI Press: 2007.

Radji, M.Buku Ajar Mikrobiologi: PanduanMahasiswa Farmasi & Kedokteran.

Jakarta: EGC:2010: hal. 21-28, 125-130.

Rifai, MR., Widowati, H., Sutanto, A. 2020. Uji Sinergis Konsorsia Bakteri Indigen

LCN Berkonsorsia Bakteri Tanah di Kebun Percobaan Universitas

Muhammadiyah Metro Untuk Penyusunan Panduan Praktikum

Mikrobiologi. BIOLOVA. 1(2): 89-95.

Sarwadana, Sang Made. 1997. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma pada Ipomoea

trifida terhadap Ketahanan Penyakit Kudis (Elsino batatas). Majalah Ilmiah


Unud No. 50. Lembaga Penelitian Universitas Udayana. Denpasar.

Setlow, P. 2001. Resistance of spores of Bacillus species to ultraviolet light.

Environmental and Molecular Mutagenesis, 38(2-3), 97-104.


Syamsuri, L., H. Suwono, Ibrohim, Sulisetijono, I.W. Sumberartha, S. E. Rahayu.

2007. Biologi untuk SMA Kelas X Semester 1. Jakarta: Erlangga.

Yulneriwarni, Noverita. 2014. Teknik laboratorium mikrobiologi. Jakarta:

Universitas Nasional.
LAMPIRAN

Tabel 1. Hasil pertumbuhan mikroba pada media suhu

Suhu ruang (25℃)


Suhu Inkubator Pendingin (10℃) Rhodotorula
(37℃)

Tabel 2. Hasil pertumbuhan mikroba pada media pH

E. coli
Isolat K4 B. subtilis
pH (4,7,10) Rhodotorula
pH (4,7,10) pH (4,7,10)
pH (4,7,10)
Tabel 3. Hasil pertumbuhan mikroba pada media tekanan osmosis Nacl dan
Glukosa 5,10,15 %)

Isolat K4 E. coli B. subtilis


Rhodotorula
Osmosis (Nacl & Osmosis (Nacl & Osmosis (Nacl &
Osmosis (Glukosa)
Glukosa) Glukosa) Glukosa)

Rhodotorula
Osmosis (Nacl)
Tabel 3. Hasil pertumbuhan mikroba pada media Sinar UV dan Oksigen

Sinar UV Oksigen Sinar UV


(isolat k4, E coli, Oksigen
(isolat k4, E coli, (Rhodotorula)
dan B substilis) (Rhodotorula)
dan B substilis)

Anda mungkin juga menyukai