Anda di halaman 1dari 20

Laporan sementara

Laboratorium bioproses

UJI FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

Disusun oleh:
Kelompok C4

Syasya Nazifa 2004103010060


Alsya Syakira 2004103010063
Cut Rahmi Azalla 2004103010019
Halimatussakdiah 2004103010027

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
LEMBARAN PENUGASAN

1. Suhu: 5℃, 30℃, dan 60℃


Sampel mikroba: Bakteri Eschericia Coli

2. pH: Asam jawa (asam), air keran (netral),dan rinso(basa)


sampel mikroba: Bakteri Eschericia Coli

3. Cahaya
Waktu penyinaran:0, 5 menit, dan 3 jam
Sampel mikroba: : Bakteri Eschericia Coli

4. Kadar air
Media: ragi (3 gram) per cawan petri
Sampel mikroba: : Bakteri Eschericia Coli

5. Tekanan osmosis
Konsentrasi sukrosa: 10%,25%, dan 35%
Sampel mikroba: Ragi roti

Waktu pengamatan: 24 jam, 48 jam, dan 72 jam


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri didefinisikan sebagai organisme yang terlau kecil untuk dilihat tanpa alat
bantu. Kebanyakkan mikroorganisme hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop optik atau elektron, sedangkan bakteri hanya dapat terlihat dari mikroskop
optik. Mikroorgansme dapat hidup dimana hanya sedikit makhluk hidup lain dapat
bertahan hidup seperti artik, saluran bahan bakar mesin, tambang batu bara, dan mata
air panas. Kebanyakkan mikroorganisme adalah uniseluler, yaitu satu sel yang dapat
melakukan semua fungsi kehidupan seperti: makan, bernafas, berkembang biak,
mengeluarkan metabolit dan sebagainya. Sebagian mikroorganisme tidak dapat
bergerak secara mandiri tetapi memiliki struktur yang dapat memberikan mobilitas
pada beberapa mikroorganisme (Taylor, 2001).
Adapun faktor-faktor lingkungan mikroba dapat dibagi atas faktor biotik dan
faktor abiotik. Faktor biotik terdiri dari makhluk hidup yaitu bakteri, jamur, virus,
protozoa, dan lain sebagainya yang memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh makhluk
hidup yaitu bereproduksi, berkembang biak, membutuhkan makanan, melakukan
metabolisme, serta menghasilkan zat sisa dari proses metabolisme yang telah
dilakukannya. Sedangkan, faktor biotik teridiri dari benda mati, dibagi dua yaitu
lingkungan fisik dan lingkungan kimia. Faktor biotik tidak memiliki sifat hidup
sehingga tidak bisa disebut sebagai organisme, seperti pH, air, suhu, pengaruh
cahaya, tekanan osmosi, dan kelembaban (Wijaya, 2006).

1.2 Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalah dalam praktikum ini adalah pengertian pertumbuhan
mikroorganisme dan apa saja faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme.

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan fisis
yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan dapat melakukan pengujian
terhadap faktor lingkungan fisis pertumbuhan mikroorganisme.

1.4 Manfaat Praktikum


Manfaat praktikum ini adalah dapat mengetahui apa saja faktor–faktor lingkungan
yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan juga dapat mengetahui suhu, pH,
tekanan osmosis, kelembaban, dan pengaruh cahaya yang optimal bagi kelangsungan
hidup bakteria tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan diartikan sebagai peningkatan semua komponen dari suatu organisme


secara teratur. Pertumbuhan tidak dapat diukur hanya karena terjadi penambahan ukuran
di saat ada peningkatan konsumsi air, deposit lipid atau polisakarida. Multiplikasi sel
merupakan konsekuensi dari pertumbuhan. Pada organisme uniseluler, pertumbuhannya
dapat dilihat dari peningkatan jumlah individu dalam populasi atau dalam perbenihan.
Mikroba dikatakan tumbuh apabila ada peningkatan jumlah sel (Murwani, 2015).

2.1 Pertumbuhan Mikroba


Bakteri memiliki permukaan yang luas sesuai dengan perbandingan volume
tubuhnya. Oleh karena itu, bakteri cepat memperoleh makanan dari lingkungannya, baik
secara difusi maupun melalui mekanisme transport aktif. Pertumbuhan bakteri akan
berlangsung dengan cepat pada kondidsi yang sesuai. Dalam kondisi normal, bakteri
membelah diri menjadi dua setiap 20 menit. Kemudian bakteri membelah lagi menjadi
empat, delapan, dan seterusnya (Sudjadi, 2006).
Mikroorganisme akan tumbuh dengan baik jika mendapat zat gizi atau nutrisi yang
cukup dan berada dalam kondisi yang tepat untuk pertumbuhan. Sebagian bakteri bersifat
aerob, bakteri yang mebutuhkan oksigen bebas atau zat asam untuk pertumbuhan dan jika
tidak ada oksigen atau zat asam, bakteri akan mati. Sedangkan bakteri anaerob tidak
tumbuh dalam suasana oksigen atau zat asam kerana akan menyebabkan toksik terhadap
bakteri (James, 2008).
Medium pertumbuhan yang baik ialah medium yang mengandung semua nutrient
yang diperlukan oleh organisme yang akan ditumbuhkan. Hal- hal yang diperlukan untuk
pertumbuhan mikroba, diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu fisikal dan kimia.
Aspek fisik meliputi: temperature, pH, tekanan osmotik, kondidi udara. Semuanya harus
dikontrol secara hati-hati agar mikroorganisme tumbuh dengan baik. Aspek kimia
meliputi sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, oksigen, dan faktor pertumbuhan
organik (Murwani, 2015).
2.2 Pengaruh Suhu
Sebagian besar mikroorganisme tumbuh baik pada temperature tubuh manusia,
dengan variasi yang tidak terlalu jauh. Pada beberapa bakteri tertentu, bakteri dapat hidup
pada temperature yang ekstrem, akan tetapi pertumbuhan akan menurun dari suhu
penumbuhann normalnya. Suhu ekstrem kemungkinan dapat menyebabkan gangguan
aktivasi enzimatik atau merubah konformasi protein. Spesies mikroba yang berbeda
kemungkinan mempunyai temperature optimum yang berbeda. Setiap bakteri mempunyai
suhu minimum, optimum dan maksimum (Murwani, 2015).
Mikroorganisme dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok bedasarkan temperature
yang sesuai untuk pertumbuhannya, yaitu:
a. Phiskrofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah bersuhu antara 0-30℃, suhu
optimum 15℃.
b. Mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah bersuhu antara 15-55℃, dengan
suhu optimum 25-40℃.
c. Termofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah bersuhu tinggi antara 40-75℃,
dengan suhu optimum 50-65 (Widodo, 2010).

Suhu yang sangat ekstrem kadang dapat membunuh mikrooranisme. Suhu ekstrem
biasanya digunakan untuk menserilkan perlatan. Suhu yang sangat dingin juga dapat
membunuh sel mikroba, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai pengawet kulkas. Pendinginan
secara tiba-tiba dapat menimbulakan cold shock, yang menyebabkan matinya sel secara
cepat. Perubahan suhu secara cepat dari 37℃ menjadi 5℃ dapat membunuh E.Coli dan
Pseudomonas sampai lebih dari 90% (Murwani, 2015).

2.3 Pengaruh pH
pH optimum kebanyakkan bakteri terletak di antara 6,5 dan 7,5. Namun, beberapa
spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat masam, atau sangat alkali. Bagi kebanyakkan
spesies, nilai pH minimum dan maksimum adalah antara 4 dan 9. Bila bakteri dikultivasi
di dalam suatu medium yang mula-mula disesuaikan pH nya, misalnya 7, kemungkinan
pH ini akan berubah akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa yang dihasilkan
selama pertumbuhannya. Pergeseren pH ini dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Pergeseran ini dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga
dalam medium. Larutan penyangga adalah senyawa atau pasangan senyawa yang dapat
menahan perubahn pH (Hakim, 2015).
Bakteri dapat diklasifikan kepada tiga kelompok berdasarkan pH yaitu:
a. Asidofil mempertahankan pH internal 6,5 terhadap pH eksternal 1,0-5,0
b. Neutralofil mempertahankan pH internal 7,5 terhadap pH eksternal 5,5-8,5
c. Alkalifil mempertahankan pH internal 9,5 terhadap ph eksternal 9,0-11,0
(Murwani, 2015).

2.4 Pengaruh Kadar Air


Lingkungan lembab dan tingginya kadar air sangat menguntungkan untuk
pertumbuhan bakteri. Pada umumnya, bakteri memerlukan kelembaban atau kadar air
yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan
kegiatan metabolisme terhenti. Oleh karena itu, beberapa jenis bakteri dapat mati dalam
proses pembekuan dan pengeringan. Bakteri bergram positif cenderung hidup di
kelembaban udara yang lebih tinggi dibandingkan bakteri bergram negatif (Widodo,
2010).

Air sangat diperlukan bagi pertumbuhan mikroorganisme disamping untuk menjaga


kelembaban, juga digunakan untuk media penumbuhan. Pada umumnya mikroorganisme
sangat peka terhadap kekeringan, kecuali terhadap mikroorganisme yang mampu
membentuk spora. Umtuk organisme bersel tunggal, air sangat penting karena merupakan
komposisi utama (75-85%) sebagai laluan untuk masuknya nutrisi ke dalam sel, dan
diperlukan untuk berlangsungnya ensimatis di dalam sel (Hakim, 2015).

2.5 Pengaruh Cahaya


Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya
merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil seperti bakteri. Sinar ultraviolet dapat
menyebabkan terjadi ionisas komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan
atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai
dasar sterililisasi atau pengawetan bahan makanan (Widodo, 2010).
Umumnya sinar cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar
ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat
menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap
bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.
Sebagaiman diketahui bahwa beberapa jenis bakteri dapat melakukan kegiatan
fotosintesis (Sastrahidayat, 2011).

2.6 Pengaruh Tekanan Osmosis


Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh keadaan tekanan osmotik (tenaga atau
tegangan yang terhimpun ketika air berdifusi melalui suatu membran) atau tekanan
hidrostatik (tegangan zat alir). Bakteri yang disebut bakteri halofilik dapat dijumpai di air
laut, makanan yang diasinkan, dan wadah berisi garam hanya tumbuh bila mediumnya
mengandung konsentrasi garam yang tinggi. Mikroorganisme yang memerlukan NaCl
untuk pertumbuhannya disebut halofil obligat, bakteri yang tidak akan tumbuh kecuali
bila konsentrasi garamnya tinggi. Sedangkan, yang dapat tumbuh dalam larutan NaCl
tetapi tidak mensyaratkannya disebut halofil fakultatif, yaitu bakteri yang tumbuh dalam
lingkungan berkonsentrasi garam tinggi atau rendah. Ini menunjukkan adanya tanggapan
terhadap tekanan osmotik (Hakim, 2015).
Beberapa organisme memerlukan media umum pertumbuhan, beberapa memerlukan
medium khusu, atau beberapa organisme yang dapat hidup dalam larutan gula pekat atau
yang hidup di laut. Organisme yang memerlukan konsentrasi garam tinggi disebut
halofilik dan yang memerlukan tekanan osmose tinggi disebut osmofilik. Hal tersebut
dikarenakan dinding sel bakteri sangat rapuh, sehingga mempunyai kemampuan untuk
mengatur osmolaritas dan konsentrasi ion internal. Putresin (suatu polamin organik
bermuatan positif) membawa beberapa muatan positif per molekul, sehingga kekuatan
ionik dapat segera menurun dengan sedikit perubahan kekuatan osmotik (Murwani,
2015).

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dengan judul “Uji Faktor Lingkungan” dilaksanakan pada hari Senin, 19
Oktober 2020 pada pukul 18.00 – 18.00 WIB di Laboratorium Bioproses Jurusan Teknik
Kimia, Universitas Syiah Kuala.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat – alat yang digunakan sebagai berikut:

1. Erlenmeyer 250 ml 1 buah


2. Gelas beker 250 ml 1 buah
3. Gelas ukur 25 ml 1 buah
4. Gelas ukur 10 ml 1 buah
5. Tabung reaksi 9 buah
6. Tabung durham 9 buah
7. Stirer 1 buah
8. Spatula 1 buah
9. Jarum ose 1 buah
10. Pipet tetes 1 buah
11. Kertas wrap secukupnya

3.2.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan sebagai berikut :

1. NaCl 1 gram
2. Sukrosa/Fruktosa secukupnya
3. Glukosa 2.8 gram
4. Nutrient Agar 5 gram
5. Ekstrak Daging 20 ml
6. Aquades secukupnya
7. Kentang Rebus secukupnya
8. Ragi secukupnya
9. Biakan Jamur (Aspergilus atau Pennilium) secukupnya
10. Beras secukupnya
11. Sampel air parit (E.Coli atau Bacillus sp) secukupnya
12. Ekstrak jeruk 10 ml
13. Larutan detergent 10 ml
14. Air minum/ Air mineral 10 ml

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Sterilisasikan Alat


a. Alat yang akan digunakan dicuci terlebuh dahulu, kemudian dikeringkan;
b. Alat yang akan digunakan dibungkus dengan menggunakan kertas sampul coklat
kemudian katup autoclave dibuka dan keranjang dikeluarkan dari dalam
autoclave, lalu diisi dengan alat yang akan disterilisasikan;
c. Kemudian keran dibagian bawah autoclave diperiksa untuk memastikan berisi air
atau tidak, jika tidak maka diisikan air terlebih dahulu; dan
d. Keranjang yang berisi alat yang telah disampul dimasukkan ke dalam autoclave,
kemudian ditutup dengan kuat, tombol start ditekan, dan ditunggu sehingga alarm
berbunyi.

3.3.2 Pembuatan Media Cair

a. Ditimbang 1 gram glukosa dan 1 gram NaCl;


b. Diukur 200 ml aquadest:
c. Diukur 20 ml ekstrak daging;
d. Dicampurkan glukosa, NaCl, aquadest, dan ekstrak daging ke dalam erlenmeyer;
e. Ditutup erlenmeyer dengan kapas; dan
f. Kemudian campuran diaduk sehingga homogen.

3.3.3 Pembuatan Media Nutrient Agar

a. Ditimbang 1gram NA;


b. Diukur 250 ml aquadest;
c. Dicampurkan NA dan aquadest ke dalam erlenmeyer;
d. Ditutup erlenmeyer dengan aluminium foil;
e. Dipanaskan media NA diatas hotplate pada suhu 100° C kemudian letakkan
magnetic stirrer ke dalam erlenmeyer; dan
f. Setelah mendidih, media dibiarkan beberapa menit agar suhu menurun.

3.3.4 Pengujian Pengaruh Suhu

a. Disiapkan 3 set tabung reaksi yang telah dilengkapi dengan tabung durham yang
telah diberi label 5° C, 30° C, dan 55° C;
b. Diukur 10 ml media cair dan dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi;
c. Sampel bakteri E.Coli dari air parit ditanamkan pada masing-masing tabung
reaksi;
d. Diinkubasikan pada suhu 5° C dalam lemari es, 35° C dalam inkubator, dan 55° C
dalam oven;
e. Dimasukkan ke dalam clean bench; dan
f. Diamati pertumbuhan bakteri pada sampel setelah 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.

3.3.5 Pengujian Pengaruh pH

a. Disiapkan 3 set tabung reaksi yang telah dilengkapi dengan tabung durham yang
telah diberi label basa, netral, dan asam;
b. Dikur 10 ml media cair lalu dituangkan ke dalam masing-masing tabung reaksi;
c. Diukur 10 ml larutan detergent lalu dituangkan ke dalam tabung reaksi yang
berlabel basa;
d. Diukur 10 ml ekstrak jeruk dan dituangkan ke dalam tabung reaksi berlabel asam;
e. Diukur 10 ml air minum dan dituangkan ke dalam tabung reaksi berlabel netral;
f. Sampel bakteri E.Coli dari air parit ditanamkan pada masing-masing tabung
reaksi;
g. Diinkubasikan pada suhu 30° C;
h. Dimasukkan ke dalam clean bench; dan
i. Diamati pertumbuhan bakteri setelah 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.

3.3.6 Pengujian Pengaruh Kadar Air / Kelembaban

a. Disiapkan 3 cawan petri yang telah diberi label A, B, dan C;


b. Beras dimasukkan ke dalam masing-masingcawan petri sehingga penuh;
c. Cawan petri A diperlakukan tanpa air; cawan petri B diberi air sehingga beras
terasa lembab; cawan petri C diberi air sehingga permukaan beras terendam;
d. Diinokulasikan pada permukaan beras dengan biakan jamur Aspergillus secara
aseptis;
e. Dimasukkan ke dalam clean bench;
f. Cawan petri dibungkus dengan plastic wrap;
g. Diinkubasikan pada suhu 30° C; dan
h. Diamati frekuensi pertumbuhan jamur pada beras setelah 24 jam, 48 jam, dan 72
jam.

3.3.7 Pengujian Pengaruh Cahaya

a. Disiapkan 3 cawan petri yang telah diberi label A, B, dan C;


b. Disiapakan sumber cahaya yang mengandung sinar UV;
c. Dituangkan media NA ke dalam masing-masing cawan petri sehingga memadat;
d. Disuspensikan kultur E.Coli lalu pipet sebanyak 1 ml dan diteteskan pada
masing-masing permukaan NA;
e. Cawan petri A diperlakukan tanpa penyinaran; cawan pertri B dengan penyinaran
5 menit; cawan petri C dengan penyinaran 15-30 menit;
f. Ketiga cawan petri tersebut diinkubasikan pada suhu 37° C; dan
g. Diamati pertumbuhan E.Coli setelah 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.

3.3.8 Pengujian Pengaruh Tekanan Osmosis

a. Disiapkan 3 set tabung reaksi yang dilengkapi dengan tabung durham yang telah
diberi label 50%, 25%, dan 0%;
b. Disiapkan 3 set Medium Malt Ekstract Broth dengan konsentrasi sukrosa 0%,
25%, dan 50% lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing berisi 10
ml medium;
c. Dinokulasikan suspensi ragi pada masing-masing tabung reaksi 1 ml;
d. Dimasukkan ke dalam clean bench;
e. Dinkubasikan pada suhu 30° C; dan
f. Diamati pertumbuhan ragi setelah 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagian besar bakteri yang tumbuh melalui suatu mekanisme disebut dengan
pembelahan biner. Dalam pembelahan biner, bakteri membelah menjadi dua sel yang
identik, yang kemudian membelah lagi menjadi empat, delapan, enam belas dan
seterusnya. Waktu yang diperlukan untuk membelah diri disebut waktu generasi. Waktu
generasi berbeda pada satu spesies dengan spesies lain. Seperti E.coli membelah hanya
dalam 20 menit sedangkan Mycobacterium Tuberculosis baru dapat membelah dalam
waktu berjam-jam. Waktu generasi dalam suatu spesies tidak selalu tetap karna
tergantung dari berbagai faktor seperti medium, spesies dan umur bakteri (Hidayat,
2017).

Metode fisika dan kimia dapat digunakan untuk mengendalikan mikroba. Aktivitas
mikroba sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah faktor fisis, faktor kimia, dan faktor
biologis. Faktor fisis misalnya suhu, pH, tekanan osmosis, kelembaban, dan pengaruh
cahaya. Faktor kimia, misalnya senhyawa racun, senyawa metabolit, dan senyawa kimia
lain yang berperan sebagai nutrisi tambahan bagi mikroba. Faktor biologis, misalnya ada
interaksi baik yang bersifat saling menguatkan atau menghilangkan untuk proses
pertumbuhan mikroorganisme (Attoriq 2018).

4.1 Pengujian Pengaruh Suhu


Pengujian ini menggunakan media glukosa, NaCl dan aquadest yang telah dicampur
dan dimasukkan ke dalam tiga tabung reaksi yang berbeda. Lalu dimasukkan bakteri
E.Coli yang diambil dari air parit ke dalam setiap tabung dan diikubasikan pada suhu 5 °
C, 35° C, dan 55° C. Serta amati pertumbuhan yang terjadi selama 24 jam, 48 jam, dan 72
jam.
Dari pengamatan tersebut menunjukkan bahwa bakteri E.Coli tidak ada pertumbuhan
pada suhu 5° C. Sedangkan pada suhu 35° C pertumbuhan bakteri E.Coli semakin banyak
dan mengapung serta menempel pada dinding tabung. Namun pada suhu 55 ° C E.Coli
tidak dapat tumbuh dan terjadi penyusutan air akibat suhu yang tinggi.
Suhu merupakan faktor fisik yang berpengaruh pada laju pertumbuhan melalui
pengaruhnya diantaranya terhadap reaksi kimia dan stabilitas stuktur ptoteinnya. Setiap
mikroba mempunyai suhu optimum, maksimum, dan minimum untuk pertumbuhannya.
Jika suhu lingkungan lebih kecil dari suhu minimum atau lebih besar dari suhu
maksimum pertumbuhannya, maka aktivitas enzim akan terhenti bahkan pada suhu
terlalu tinggi akan terjadi denaturasi enzim. Bakteri E.Coli tumbuh paling baik pada suhu
8℃-46℃ dan suhu optimum bakteri ini hidup 37℃ (Arivo, 2017).

4.2 Pengujian Pengaruh pH


Pengujian ini menggunakan 3 sampel pH yang berbeda yaitu pH asam(5) larutan
ekstrak jeruk, pH netral(7) air minum, dan pH basa(9) larutan detergent. Ditambahkan
media cair dan bakteri E.Coli dimasukkan ke dalam masing_masing tabung reaksi. Lalu
diinkubasikan selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam pada suhu 30° C.
Dari pengamatan pH asam bakteri E.Coli tidak dapat tumbuh karena pH terlalu asam
dan menghambat pertumbuhan bakteri E.Coli dan bahkan dapat membunuhnya.
Sedangkan pada pH netral bakteri E.Coli dapat tumbuh sangat baik. Namun pada pH basa
bakteri E.Coli tidak dapat tumbuh kerana pH terlalu basa dan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri.
Dengan perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas enzim
dalam membentuk kompleks enzim subtrat. Bakteri membutuhkan pH optimal untuk
pertumbuhan yang optimimum. Sebagian organisme memiliki pH optimum yang sangat
sempit, pH optimum dapat ditentukan secara empiris untuk masing-masing bakteri. pH
rendah atau pH tinggi dapat dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan
mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. Bakteri E.Coli dapat tumbuh baik pada pH
sekitar 7,0 meskipun dapat hidup di kisaran pH 5,0-8,0. Bakteri E.Coli termasuk
termasuk bakteri neutralofil yang pH internalnya sekitar 7,5 terhadap pH eksternal 5,5-8,5
(Murwani, 2015).

4.3 Pengujian Pengaruh Kadar Air


Pengujian ini menggunakan media beras yang diberi 3 perlakuan berbeda iaitu tanpa
air, lembab, dan terendam air. Diinokulasikan pada permukaan beras dengan biakan
jamur Aspergillus. Lalu diinkubasikan pada suhu 30° C. Serta amati setelah 24 jam, 48
jam, dan 72 jam.
Dari pengamatan ini ditemukan bahwa di sampel beras A, sedikt jamur Aspergillus
yang tumbuh dan tidak ada peningkatan pada permukaan yang kering. Sedangkan pada
sampel beras B, permukaan yang lembab jamur Aspergillus tumbuh semakin banyak dan
permukaan beras berbau pada permukaan yang lembab. Namun pada sampel beras B,
keadaan tergenang air terdapat sedikit jamur Aspergillus airnya mulai mengental.
Jadi pengamatn diatas dapat kita simpulkan bakteri hidup baik pada keadaan lembab
sedangkan kering dan basah tidak tumbuh sebaik lembab. Kelembaban dan kadar air
biasanya berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Pada umumnya bakteri
memerlukan kadar air atau kelembaban yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan
kadar air atau kelembababn dapat menyebabakn kegiatan metabolisma bakteri terhenti
dan ini menyebabkan bakteri mati dalam proses pembekuan dan pengeringan (Widodo,
2010).

4.4 Pengujian Pengaruh Cahaya


Pengujian ini menggunakan media Nutrient Agar yang telah dituangkan ke dalam
cawan petri A, B, dan C. Disuspensikan ragi diatasnya secara zig zag. Cawan petri A
tidak diberi penyinaran, pada cawan petri B diberi penyinaran selama 15 menit, dan
cawan petri C diberi penyinaran selama 30 menit. Lalu diinkubasikan pada suhu 37 ° C.
Serta amati setelah 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.
Dari pengamatan cawan petri A, mikroba E.Coli tumbuh sangat baik dan semakin
banyak pada media yang tidak mengalami penyinaran. Sedangkan pada cawan petri B,
sebagian mikroba E.Coli tidak dapat hidup setelah diberi penyinaran. Namun pada cawan
petri C, tidak ada terjadi pertumbuhan bakteri bakteri E.Coli setelah diberi penyinaran
selama 30 menit.
Sinar UV dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sebagian bakteri yang
dapat bertahan ketika terkena cahaya, adalah bakteri yang memiliki klorofil untuk proses
fotosintetis. Karna sinar UV dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang
berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Cahaya yang tidak
berbahaya terhadap kehidupan bakteri adalah cahaya yang panjang gelombangnya antara
390-760 mikrometer. Penggunaan sinar ultraviolet secara berlebihsn dan tidak terkontrol
dapat menghilangkan keefektifan dari sinar ultraviolet sendiri (Sastrahidayat, 2011).

4.5 Pengujian Pengaruh Tekanan Osmosis


Pengujian ini menggukan media Medium Malt Ekstract Broth dengan konsentrasi
sukrosa yang berbeda iaitu 0%, 25%, dan 50% yang dimasukkan kedalam setiap tabung
reaksi. Lalu diinokulasikan suspensi ragi Sacharomices pada masing-masing tabung
reaksi dan diinkubasikan pada suhu 30° C. Serta diamati setelah 24 jam, 48 jam, dan 72
jam.
Dari hasil pengamatan terdapat perubahan yang terjadi yaitu timbulnya gelembung
serta endapan dan warna berubah menjadi keruh. Pada konsentrasi 0% tidak ada
pertumbuhan mikroba. Sedangkan pada konsentrasi 25% terdapat banyak gelembung dan
pertumbuhan mikroba. Namun pada konsentrasi 50% terdapat sedikit gelembung dan
pertumbuhan mikroba.
Efek tekanan osmosis berhubungan dengan jumlah ion dan molekul terlarut didalam
larutan. Sebagian besar bakteri mampu beradaptasi dengan tekanan osmotik dan kekuatan
ionik eksternal yang bervariasi. Hal tersebut dikarenakan dinding sel bakteri sangat
rapuh, sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan terkelupasnya membran sitoplasma
yang mempunyai kemampuan untuk mengatur osmolaritas dan konsentrasi ion internal.
Putresin (suatu polamin organik bermuatan positif) membawa beberapa muatan positif
per molekul, sehingga kekuatan ionik dapat segera menurun dengan sedikit perubahan
kekuatan osmotik. Beberapa bakteri memiliki kadar garam yang tinggi disebut halofilik.
Selain itu, terdapat bakteri yang memiliki kadar gula tinggi yang disebut osmofilik
(Murwani, 2015).

BAB V
KESIMPULAN

Bersdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Faktor lingkungan fisis mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah
suhu, pH,cahaya, kadar air, dan tekanan osmosis.
2. Mikroorganisme E.Coli tidak dapat hidup dengan baik pada sampel C dengan
suhu 55℃ karna suhunya terlalu tinggi. Namun pada sampel B dengan suhu
35℃ bakteri tumbuh dengan baik kerana bakteri E.Coli hidup pada suhu
optimumnya 37℃, dan pada sampel A dengan suhu 5℃, bakteri tidak dapat
hidup dengan baik karna suhunya terlalu rendah sehingga menghambat
pertumbuhannya.
3. Pada pengaruh pH, bakteri E.Coli tumbuh dengan baik pada sampel B dengan pH
netral (7). Hal ini menunjukkan bahwa mikroba E.Coli adalah mikroba
neutrofilik yaitu mikroba yang hidup pada keadaan pH dengan rentang 5.5-8 pH.
4. Pada pengaruh kelembaban, pada sampel B mikroba tumbuh dengan baik dalam
keadaan yang lembab. Karna tempat yang lembab adalah habitat yang sangat baik
untuk pertumbuhan mikroba. Sedangkan pada sampel A dan sampel B,
pertumbuhan mikroba sangat sedikit.
5. Pada pengaruh cahaya, bakteri banyak tumbuh pada media yang tidak
mendapatkan cahaya, yakni pada sampel A. kerana sebagian mikroba tidak dapat
hidup dibawah penyinaran matahari.
6.Pada tekanan osmosis, semakin tinggi nilai absorbansi berarti semakin keruh media
pertumbuhan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Arivo, D., & Annisstussholeha, N. 2017. Pengaruh Tekanan Osmotik, pH dan Suhu
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli. Ilmu Kedoktoran dan
Kesehatan, 4(3), 153-159.

Dwijoseputro. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djembatan: Jakarta.

Hakim, L. 2015. Bakteri Patogen Tumbuhan. Syiah Kuala Universiti Press: Banda Aceh.

Hidayat, N., Meitiniarti, I., & Yuliana, N. (2018). Mikroorganisme dan Pemanfaatannya.
Malang: UB Press.

James, J., dkk. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Penerbit Erlangga:
Jakarta.

Mades Fifendy,M. 2017. Mikrobiologi. PT Balebat Dedikasi Prima: Depok

Murwarni, S. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. Penerbit UB Press: Malang.

Sastrahidayat, I, R. 2011. Fitopalogi: Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerbit UB Press:


Malang.

Sudjadi, B., Laila, S. 2006. Biologi Sains dalam Kehidupan SMA Kls X. Penerbit
Yudisthira: Jakarta

Sumarsih, S.2003. Mikrobiologi Dasar. UPN: Yogyakarta.

Syauqi, A. 2017. Mikrobiologi Lingkungan. Penerbit ANDI: Yogyakarta.

Taylor, J. 2001. Microorganisms and Biotechnology. Second Edition. Nelson Thomes


Ltd: United Kingdom.

Widodo, H. 2010. Makhluk-Makhluk Uniseluler. Penerbit ALPRIN: Semarang.

Wijaya, A. 2006. Biologi SMP/MTs Kls VIII (KTSP). Gramedia Widyasarana: Indonesia.
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN
A.1 Uji Pengaruh Suhu

Suhu Perubahan pada sampel


(℃) 24 jam 48 jam 72 jam
5℃ Belum tampak Belum tampak Tidak ada tanda-tanda
pertumbuhan pertumbuhan kehidupan
35℃ Mulai terjadi endapan dan Terjadi semakin Pertumbuhan semakin
mulai muncul gelembung banyaknya pertumbuhan banyak dan mengapung
udara serta menempel pada
dinding tabung
55℃ Belum nampak adanya Terjadi penyusutan air Terjadi penyusutan air
perubahan dan mikroba tidak terlihat akibat suhu yang
tinggi,mikroba tidak dapat
tumbuh

A.2 Uji Pengaruh pH

Media Kadar Perubahan pada sampel


pH
24 jam 48 jam 72 jam
Ekstrak jeruk 5 Tidak terdapat Terbentuk sedikit Terbentuk
gelembung udara gelembung dan gelembung dan
tapi terbentuk semakin banyak endapan tinggi
endapan endapan
Air mineral 7 Terdapat sedikit Terdapat banyak Terdapat semakin
gelembung udara gelembung udara banyak
gelembung
Larutan 9 Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
detergent gelembung udara gelembung udara gelembung udara

A.3 Uji Pengaruh Kadar Air

Media Keadaan Perubahan pada sampel


24 jam 48 jam 72 jam
Beras (A) Kering Terdapat sedikit Jamur mulai tumbuh Jamur tumbuh sedikit
jamur sedikit demi sedikit dan tidak ada
peningkatan
Beras (B) Lembab Mulai terjadi Pertumbuhan jamur Jamur semakin banyak
pertumbuhan semakin banyak dan dipermukaan beras dan
jamur berbau berbau
Beras(C) Berair Jamur belum Tumbuh sedikit Tumbuh sedikit jamur
tumbuh jamur dan air
mengental

A.4 Pengaruh Cahaya

Media Lama Perubahan pada sampel


penyinaran 24 jam 48 jam 72 jam
Nutrient agar 0 menit Ada pertumbuhan Bakteri semakin Bakteri Tambah
bakteri banyak banyak
Nutrient agar 5 menit Ada pertumbuhan Bakteri semakin Bakteri tambah
bakteri banyak banyak
Nutrient agar 30 menit Tidak ada Tidak terdapat Tumbuhan sangat
pertumbuhan pertumbuhan bakteri sedikit bakteri
bakteri

A.5 Tekanan Osmosis

Media Konsentrasi Perubahan pada sampel


24 jam 48 jam 72 jam
Larutan 0% Tidak ada Tidak ada endapan Sedikit gelembung
glukosa gelembung udara dan gelembung
Larutan 25% Terdapat sedikit Terdapat sedikit Terdapat sedikit
glukosa gelembung udara gelembung dan gelembung dan
endapan endapan
Larutan 50% Sedikit Semakin banyak Semakin banyak
glukosa gelembung udara gelembung udara gelembung udara
dan terbentuk
endapan
LAMPIRAN B
DATA PENGAMATAN
Hitunglah massa sukrosa untuk konsentrasi 10%, 50% dan 100% dalam 10 ml aquadest
(gunakan rumus molaritas).
gr 1000 M . mr . V (ml)
M= × = gr =
mr V (ml) 1000
10
 Konsentrasi 10% = = 0,1 M
100
M . mr . V (ml)
gr =
1000
(0,1)(342)( 10)
gr =
1000
= 0,342 gram

50
 Konsentrasi 50% = = 0,5 M
100
M . mr . V (ml)
gr =
1000
(0,5)(342)(10)
gr =
1000
= 1,71 gram

100
 Konsetrasi 100% = =1M
100
M . mr . V (ml)
gr =
1000
(1)(342)(10)
gr =
1000
= 3,42 gram

Anda mungkin juga menyukai