Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.
Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil
(mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa
kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan
industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel,
dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang
menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih
kompleks.
Pengendalian mikroorganisme sangat penting, baik di rumah, industry,
maupun bidang medis untuk mencegah dan mengobati penyakit dan untuk
mencegah keruakan makanan dan produk – produk industry yang lain. Metode
pengendalian yang umum digunakan atau dilakukan mencakup pemakaian agen –
agen kimia dan fisika yang memberikan efek merugikan pada struktur dan fungsi
mikroba sehingga menghasilkan efek mikrobisida atau mikrobiostatis. Efek
mikrobisida adalah suatu efek yang membunuh mikroorganisme dengan segera;
efek mikrobiostatik menghambat kapasitas reproduktif sel dan mempertahankan
populasi mikroorganisme dalam jumlah yang konstan.
Dalam banyak kegiatan kita sehari – hari, agen – agen kimia digunakan
untuk mengendalikan mikroorganisme. Agen – agen ini digunakan baik dalam
kedokteran, pertanian, pengawetan makanan dan laboratorium bakteriologi,
maupun dalam banyak bidang lain. Beberapa diantara agen kimia ini digunakan
pada jaringan manusia saja dan beberapa benda mati, sedangkan yang lain
mungkin berguna untuk keduanya.
Panas, konsentrasi ion hydrogen (pH), adanya air, oksigen dan cahaya
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Enzim yang dapat mempercepat
reaksi kimiawi; suhu dimana enzim berfungsi dengan sempurna disebut fase
optimum. Bila suhu ini menyimpang dari sugu optimum maka enzim tersebut

1
akan menurun. Kisaran suhu untuk aktivitas enzim menentukan sifat pertumbuhan
mikroorganisme. Suhu tertinggi dimana mikroorganisme masih dapat tumbuh
disebut suhu muksimum, sedangkan minimum adalah suhu dimana
mikroorganisme masih dapat tumbuh.
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain
menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor
lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba
tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon
yang menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi
berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan
yang sesuai.
Di dalam alam yang sewajarnya, mikroba jarang menemui zat-zat kimia
yang menyebabkan ia sampai mati karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya
untuk membebaskan diri dari kegiatan bakteri meramu zat-zat yang dapat
meracuni bakteri, akan tetapi tidak meracuni diri sendiri atau meracuni zat
makanan yang diperlukannya. Zat-zat yang hanya menghambat pembiakan
bakteri dengan tidak membunuhnya disebut zat antiseptik atau zat bakteriostatik.
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan,
akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH
dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia.
Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-
faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup,
yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme,
dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan
faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH,
tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor
kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dilakukan percobaan ini,
untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroorganisme

2
agar dapat hidup dan berkembang biak untuk melangsungkan kehidupannya.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba
2. Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroba
3. Untuk mengetahui pengaruh cahaya matahari (UV) terhadap pertumbuhan
mikroba
4. Untuk mengetahui pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan
mikroba
5. Untuk mengetahui pengaruh zat kimia terhadap pertumbuhan mikroba
1.3 Manfaat Praktikum
1. Agar praktikan dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap pertumbuhan
mikroba
2. Agar praktikan dapat mengetahui pengaruh pH terhadap pertumbuhan
mikroba
3. Agar praktikan mengetahui pengaruh cahaya matahari (UV) terhadap
pertumbuhan mikroba
4. Agar praktikan mengetahui pengaruh tekanan osmotik terhadap
pertumbuhan mikroba
5. Agar praktikan dapat mengetahui pengaruh zat kimia terhadap
pertumbuhan mikroba
1.4 Prinsip Praktikum
Pengamatan mengenai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme dilakukan dengan mengamati faktor abiotik yaitu
suhu, pH, cahaya, tekanan osmotik dan faktor kimia menggunakan sampel bakteri
Streptococcus mutans.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian mikrobiologi dan mikroorganisme
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba, jasad renik.
Mikrobiologi merupakan salah satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan
ilmu pendukung kimia, fisika dan biokimia. Mirobiologi sering disebut ilmu
praktek dari biokimia. Dalam mikrobiologi diberikan pengertian dasar tentang
sejarah penemuan mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba
dan fungsinya, metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan
faktor lingkungan. Mikrobiologi lanjut telah berkembang menjadi bermacam
macam ilmu yaitu virologi, bakteriologi, mikologi, mikrobiologi pangan,
mikrobiologi tanah, mikrobiologi industri, dan lain sebagainya (Putri Santri,
2018).
Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa
mikron atau lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri,
cendawan atau jamur tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk
golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya
nampak dengan mikroskop elektron (Resli Siboro, 2018).
2.1.2 Jenis-jenis Mikroorganisme
Jenis-jenis mikroorganisme menurut Ulfayani Mayasari (2020), antara
lain:
1) Bakteri
Bakteri merupakan uniseluler, pada umumnya tidak berklorofil, ada
beberapa yang fotosintetik dan produksi aseksualnya secara pembelahan dan
bakteri mempunyai ukuran sel kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat
dengan bantuan mikroskop. Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5-
1,0 µm kali 2,0-5,0 µm, dan terdiri dari tiga bentuk dasar yaitu bentuk bulat atau
coccus, bentuk batang atau bacillus, bentuk spiral. Bakteri merupakan mikrobia
prokariotik uniselular, termasuk kelas Schizomycetes, berkembang biak secara
aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil kecuali beberapa yang

4
bersifat fotosintetik.
Cara hidup bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik,
patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Habitatnya tersebar luas di alam,
dalam tanah, atmosfer (sampai ± 10 km diatas bumi), di dalam lumpur, dan di
laut.
Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung. Bentuk
bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu.
Bakteri dapat mengalami involusi, yaitu perubahan bentuk yang disebabkan faktor
makanan, suhu, dan lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain
itu dapat mengalami pleomorfi, yaitu bentuk yang bermacam-macam dan teratur
walaupun ditumbuhkan pada syarat pertumbuhan yang sesuai. Umumnya bakteri
berukuran 0,5-10µ. Berdasarkan klasifikasi artifisial yang dimuat dalam buku
“Bergey’s manual of determinative bacteriology” tahun 1974, bakteri
diklasifikasikan berdasarkan deskripsisifat morfologi dan fisiologi. Dalam buku
ini juga terdapat kunci determinasi untuk mengklasifikasikan isolat bakteri yang
baru ditemukan. Menurut Bergey’s manual, bakteri dibagi menjadi 1 kelompok
(grup), dengan Cyanobacteria pada grup 20. Pembagian ini berdasarkan bentuk,
sifat gram, kebutuhan oksigen, dan apabila tidak dapat dibedakan menurut
ketiganya maka dimasukkan ke dalam kelompok khusus.
2) Virus
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus
adalah parasit mikroskopik yang menginfeksiselorganisme biologis. Secara umum
virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung
salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam
ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu
secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus
memiliki sifat hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat
namun tidak keduanya (hanya DNA atau RNA), dapat bereproduksi dengan
replikasi dan hanya dapatdilakukan didalam sel inang (parasit obligat intraseluler).
Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan dicairkan. Struktur berbeda
dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.

5
Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang terdiri
dari asam nukleat yang dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama virion.
Virion tidak melakukan aktivitas biosinteis dan reproduksi. Pada saat virion
memasuki sel inang, baru kemudian akan terjadi proses reproduksi. Virus ketika
memasuki sel inang akan mengambil alih aktivitas inang untuk menghasilkan
komponen- komponen pembentuk virus.Virus ukurannya sangat kecil dan dapat
melalui saringan (filter) bakteri. Ukuran virus umumnya 0,01-0,1 µ. Virus tidak
dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa. Untuk melihat virus diperlukan
mikroskop elektron. Sifat-sifat virus yang penting antara lain:
1. Virus hanya mempunyai 1 macam asam nuklein (RNA atau DNA)
2. Untuk reproduksinya hanya memerlukan asam nuklein saja.
3. Virus tidak dapat tumbuh atau membelah diri seperti mikrobia lainnya
Virus memiliki sifat-sifat khas dan tidak merupakan jasad yang dapat
berdiri sendiri. Virus memperbanyak diri dalam sel jasad inang (parasit obligat)
dan menyebabkan sel-sel itu mati. Sel inang adalah sel manusia, hewan,
tumbuhan, atau pada jasad renik yang lain. Sel jasad yang ditumpangi virus dan
mati itu akan mempengaruhi sel-sel sehat yang ada didekatnya, dan karenanya
dapat mengganggu seluruh kompleks sel (becak-becak daun, becak-becak
nekrotik dan sebagainya.
3) Fungi (Jamur)
Di dalam dunia mikrobia, jamur termasuk divisio Mycota (fungi). Mycota
berasal dari kata mykes (bahasa Yunani), disebut juga fungi (bahasa Latin). Ada
beberapa istilah yang dikenal untuk menyebut jamur, (a) mushroom yaitu jamur
yang dapat menghasilkan badan buah besar, termasuk jamur yang dapat dimakan,
mold yaitu jamur yang berbentuk seperti benang-benang, dan (c) khamir yaitu
jamur bersel satu.
Jamur merupakan jasad eukariot, yang berbentuk benang atau sel tunggal,
multiseluler atau uniseluler. Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding sel tersusun
dari khitin, dan belum ada diferensiasi jaringan. Jamur bersifat
khemoorganoheterotrof karena memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik.
Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat (tempat

6
hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis,
tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan manusia.
4) Algae
Di dunia mikrobia, algae termasuk eukariotik, umumnya bersifat
fotosintetik dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), coklat (fikosantin), biru
kehijauan (fikobilin), dan merah (fikoeritrin). Morfologi algae ada yang berbentuk
uniseluler, ada pula yang multiseluler tetapi belum ada pembagian tugas pada sel-
sel komponennya. Algae dibedakan dari tumbuhan hanya karena hal tersebut.
Habitat algae Habitat algae dapat berada di permukaan atau dalam perairan
(aquatik) maupun daratan (terestrial) yang terkena sinar matahari, tetapi
kebanyakan di perairan.
5) Protozoa
Protozoa merupakan kelompok lain yang termasuk protista eukariotik.
Walaupun kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.
Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh
algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang
berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk
berfotosintesa. Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien
komplek tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam
filum protozoa. Misalnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak
berklorofil, dapat dikelaskan sebagai protozoa genus Polytoma. Protozoa
dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya
eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari
jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari
jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.
Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu,
kelembaban, dan pengaruh lain. Selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
pertumbuhan mikroorganisme juga dipengaruhi faktor dari dalam bakteri itu
sendiri.Untuk pertumbuhannya mikroorganisme membutuhkan kondisi yang ideal
sehingga mikroba dapat tubuh secara optimal. Perubahan lingkungan akan dapat
mempengaruhi pertumbuhan bakteri, bahkan dapat mengubah morfologi dan

7
fisiologi dari mikroba tersebut. Mikroorganisme dapat beradaptasi dengan baik di
lingkungan yang berbeda.mikroorganisme dapat berkembang dengan sangat pesat,
bahkan pertumbuhan mikroorganisme yang sangat besar dapat menjadi suatu
wabah penyakit atau meyebabkan kerusakan pada bahan makanan.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme
Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme menurut Resli Siboro (2018), diantaranya adalah:
1. Suhu
Suhu optimal untuk pertumbuhan bagi bakteri sangat bervariasi tergantung
pada jenis bakteri itu sendiri. Pada suhu yang tepat (optimal), sel bakteri dapat
memperbanyak diri dan tumbuh sangat cepat. Sedangkan pada suhu yang lebih
rendah atau lebih tinggi, masih dapat memperbanyak diri, tetapi dalam jumlah
yang lebih kecil dan tidak secepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada
suhu optimalnya. Suhu optimal biasanya mencerminkan lingkungan normal
bakteri tersebut, oleh karena itu bakteri yang pathogen bagi manusia biasanya
tumbuh optimal pada suhu 370C .
2. Kelembaban
Kelembaban sangat penting untuk pertumbuhan bakteri bakteri
membutuhkan kelembaban tinggi, pada umumya untuk pertumbuhan bakteri yang
baik dibutuhkan kelembaban diatas 85%. Udara yang sangat kering dapat
membunuh bakteri, tetapi kadar kelembaban minimum yang diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan bakteri bukanlah merupakan nilai pasti. Kandungan air
atau kelembaban yang terjadi dan tersedia, bukan total kelembaban yang ada juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
3. Oksigen
Kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu mencerminkan mekanisme yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Berdasarkan kebutuhan oksigen
tersebut, bakteri dapat dipisahkan menjadi lima kelompok:
a. Anaerob obligat yang tumbuh hanya dalam keadaan tekanan oksigen
sangat rendah dan oksigen bersifat toksik.
b. Anaerob aerotoleran yang tidak mati denga adanya paparan oksigen.

8
c. Anaerob fakultatif, dapat tumbuh dalam keadaan aero dan anaerob
d. Aerob obligat membutuhkan oksigen untuk pertumbuhanya
Mikroaerofilik yang tumbuh baik pada tekanan oksigen rendah, tekanan
tinggi dapat menghambat pertumbuhannya
4. pH
Setiap organisme memiliki pH hidup yang berbeda-beda. Kebanyakan
organisme dapat tumbuh pada kisaran pH 5-8. Berdasarkan pH yang ada, mikroba
dibagi menjadi tiga kelompok mikroba yaitu asidofil, neutrofil, dan alkalifil.
Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh dengan kisaran pH 2-5. Nutrofil
adalah bakteri yang hidup pada pH 5,5-8,0. Sementara alkalifil dapat tumbuh pada
kisaran pH 8,4-9,5. Bakteri meiliki pH minimum, optimum dan maksimum. pH
optimum bakteri adalah kisaran 6,5-7,5, sedangkan jamur memiliki kisaran pH
yang lebih luas.
5. Tekanan osmotik
Suatu tekanan osmotic akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan
osmotik lingkungan lebih besar (hipertonis) sel aka mengalami plasmolysis.
Sebaliknya jika tekanan osmotic lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan
sel membengkak dan juga akan megakibatkankan rusaknya sel. Oleh karena itu
dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat tekanan
osmotic yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan
tekanan osmotic dengan lingkungannya tidak boleh terlalu besar.
6. Pengendalian Radiasi Elektromagnetik
Beberapa bentuk radiasi elektromagnetik dapat menimbulkan efek letal
pada sel sehingga dapat digunakan untuk pengendalian mikrob. Radiasi
elektromagnetik yang memiliki energy yang cukup untuk menghasilkan efek
mikrobisida adalah radiasi – radiasi yang memiliki panjang gelombang pendek,
yaitu 300 nm dan yang lebih rendah. Radiasi – radiasi tersebut meliputi sinar UV,
sinar gamma, dan sinar-X. Radiasi dengan panjang gelombang yang panjang
diatas 300 nm, tidak memiliki energy yang cukup untuk menghancurkan sel.
Radiasi gamma, berasal dari inti atom yang tidak stabil, dan radiasi-X
berasal dari bagian luar atom, merupakan bentuk radiasi pengion. Kedua radiasi

9
ini memindahkan energinya melalui quanta (foton) ke benda/bahan yang dilalui
sehingga terjadi eksitasi dan kehilangan electron dari molekul – molekul yang
dilaluinya. Sinar ultraviolet, yang memiliki energilebih rendah daripada radiasi
radiasi pengion, dapat menimbulkan efek letal terhadap sel – sel yang terpanjang
dengan panjang gelombang yang berpenetrasi rendah dalam rentan 210 nm
sampai 300 nm.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 2020; Pubchem,2021)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Etil Alkohol, Metilcarbinol
RumusStruktur :

Rumus Molekul : C2H6O


Berat Molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap,
mudah bergerak, bau khas dan rasa panas
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan
kental dan tembus cahaya, praktis tidak larut
dalam etanol (90%) P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Mensterilkan alat-alat yang akan digunakan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindungi dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
2.2.2 Ammonium Hidroksida (Dirjen POM, 2020; Pubchem 2021)
Nama resmi : AMMONIUM HIDROKSIDA
Nama lain : Amonia
Rumus molekul : NH4OH
Berat molekul : 34,46 g/mol
Rumus struktur :

10
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Pemerian : Cairan, tidak berwarna; berasap, bau merangsang.
Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau
hilang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai medium pH basa
2.2.3 Aqua destilata (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Latin : Air suling
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : H2O


.
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunyai
rasa, tidak berbau
Kelarutan : Tercampur dengan pelarut yang paling polar
Khasiat : Dapat melarutkan berbagai zat
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.4 Asam klorida (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain      : Asam klorida
Rumus Molekul : Hcl
Berat Molekul  : 36,46 g/mol
Rumus Struktur :

11
Pemerian                : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang.
Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau
hilang
Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam
air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai medium pH asam
2.3 Uraian Media
2.3.1 Agar (Dirjen POM, 2020; Pubchem, 2021)
Nama Resmi : AGAR
Nama Lain : Agar-agar
Rumus Molekul : (C12H14O5(OH)4)n
Berat Molekul : 336,33 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Tidak berbau atau bau lemah, berasa mucilago


pada lidah
Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin dan mudah larut dalam
air mendidih
Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

12
2.4 Uraian Mikroba Uji
2.4.1 Bakteri streptococcus mutans
1. Klasifikasi streptococcus mutans
Klasifikasi streptococcus mutans sebagai berikut (Maharani, 2016):
Kingdom : Monera
Divisi : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Gambar 2.4.1
Genus : Streptococcus
Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans mutans

2.4.2 Morfologi Streptococcus mutans


Pertama kali Streptoccocus mutans diisolasi oleh Clark yang diambil dari
plak gigi manusia yang mengalami karies gigi di tahun 1924. Streptococcus
mutans mempunyai istilah yang diambil dari pemeriksaan mikrobiologi melalui
proses pengecatan gram. Bakteri ini mempunyai bentuk oval dan berbeda dengan
spesies. Streptococcus yang lainnya sehingga dapat disebut mutans dari
Streptococcus (Aju Fatmawati, 2020).
Morfologi bakteri Streptococcus mutans yaitu permukaan koloni yang
berbutir kasar seperti bunga kasar dengan pusat menyeruoai kapas. Bakteri ini
memiliki konsistensi koloni yang keras dan sangat lekat, berwarna putih seperti
salju membeku, sedikit buram mengkilat atau kuning buram dengan lingkaran
putih dan bertepi bulat teratur, oval teratur atau tidak beraturan (Berlian
Bidarisugma, Sekar Putri Timur, 2017).
Streptococcus mutans bersifat non-motil (tidak bergerak), memiliki
diameter 1-2 µm, bakteri anaerob fakultatif. Bakteri ini memiliki dua bentuk yaitu
coccus dan bulat telur apabila tersusun dalam rantai ketika tidak berpasangan.
Berbentuk bulat atau bulat telur yang tersusun seperti rantai dan tidak bisa
membentuk spora (Edi Suryanto, 2012). Streptococcus mutans cenderung
berbentuk coccus yang berantai panjang apabila ditanam pada medium yang

13
diperkaya seperti Brain Heart Infusion (BHI), sedangkan jika ditanam pada media
agar akan memperlihatkan rantai pendek dengan bentuk sel yang tidak beraturan
(Pratama, 2017).
Streptococcus mutans sering ditemukan dipermukaan gigi dan tidak
tumbuh secara merata dipermukaan gigi, namun banyak tumbuh pada tempat
tertentu di permukaan gigi. Bakteri ini berkoloni yang seringkali dijumpai dalam
pit dan fisur, permukaan oklusal, area proksimal gigi, gingiva atau pada lesi karies
gigi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah populasi Streptococcus
mutans yaitu: sukrosa, topical aplikasi flour, penggunaan antibiotik, obat kumur
yang mengandung antiseptik dan oral hygiene (Ari, 2018).
Streptococcus mutans mempunyai kemampuan menghasilkan asam sangat
cepat. Kecepatan pembentukan asam oleh Streptococcus mutans berhubungan
dengan terjadinya karies gigi. Asidogenik Streptococcus mutans dapat
menyebabkan perubahan ekologi dalam flora biofilm, seperti tingginya komposisi
Streptococcus mutans dan bakteri asidogenik lain serta spesies bakteri yang
toleran terhadap asam. Hal ini akan mempengaruhi virulensi biofilm
Streptococcus mutans dalam menyebabkan karies gigi (Anusavice, 2018).
2.4.3 Patogenesis streptococcus mutans
Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Streptococcus mutans
yaitu karies gigi. Karies gigi merupakan suatu keadaan dimana adanya kerusakan
pada struktur jaringan pembentuk gigi yang disebabkan oleh aktivitas bakteri.
Proses karies gigi diawali dengan terjadinya demineralisasi gigi oleh adanya asam
laktat dan asam organik lain yang tertumpuk atau terakumulasi di dalam
permukaan gigi melalui plak (Nuzulia P, 2017).
Demineralisasi gigi terjadi pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin,
dan sementum. Demineralisasi terjadi oleh asam laktat yang dihasilkan oleh
Streptococcus mutans yang dapat memetabolisme karbohidrat. Kemudian diikuti
dengan kerusakan bahan organik lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya
pelepasan ion kalsium dan fosfat serta meningkatkan daya larut kalsium pada
jaringan keras gigi. Kemudian mulai terjadi invasi bakteri dan kerusakan jaringan
pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan sehingga terjadi plak pada gigi. Karies

14
di defenisikan sebagai penghancuran lokal jaringan gigi akibat fermentasi
karbohidrat dari aktivitas bakteri (Annisa, 2016).
3. Sifat Streptococcus mutans
Streptococcus mutans merupakan bakteri anaerobik fakultatif, non
hemofilik asidogenik, dan dapat memproduksi polisakarida ekstraseluler dan
intraseluler. Streptococcus mutans tidak termasuk bakteri yang didapat sejak
lahir, melainkan bakteri yang didapat sesuai perkembangan usia.
Streptococcus mutans mempunyai sifat-sifat tertentu yang berperan penting
dalam proses karies gigi, S. Mutans memfermentasikan berbagai jenis
karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan penurunan pH; S. Mutans
membentuk dan menyimpan polisakarida intraselular dari berbagai jenis
karbohidrat, yang selanjutnya dapat dipecahkan kembali oleh bakteri tersebut
sehingga dengan demikian akan menghasilkan asam terus-menerus; S.
Mutans mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraselular
(dekstran) yang menghasilkan sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada
permukaan gigi; S. mutans mempunyai kemampuan untuk menggunakan
glikoprotein dari saliva pada permukaaan gigi
4. Cara Penularan
S. mutans dapat bertahan dalam rongga mulut dengan membentuk koloni
pada permukaan mukosa dan hidup bebas dalam saliva bahkan berpoliferasi dan
berkembangbiak, akan tetapi S. mutans akan tertelan bersama saliva. Bakteri ini
memerlukan adanya permukaan yang permanen untuk membentuk koloni yang
stabil di rongga mulut. Oleh karena itu S. mutans hanya dapat ditemukan setelah
gigi erupsi, pemakaian obturator atau gigi tiruan (Narisawa et al, 2018)
Transmisi S. mutans terjadi melalui saliva, baik kontak langsung ataupun tidak
langsung. Kontak tidak langsung melalui media sendok, sikat gigi, pasta gigi,
ataupun media lain yang terkontaminasi oleh saliva. Jika terjadi kolonisasi yang
tetap dan stabil dalam rongga mulut, maka terjadilah inisial akuisisi (Goncalves et
al, 2019).

15
BAB 3
MEKANISME KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mikrobiologi dengan percobaan Pengaruh Lingkungan
Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 7
Desember 2021, pada pukul 13.00- 15.00 WITA, dilaksanakan di Laboratorium
Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu autoklaf, batang
pengaduk, bunsen, cawan petri, dispo, gelas kimia, gelas ukur, inkibator, jarum
inokulum (ose), mikropipet, oven, penagas air, paper disc, rak tabung, sendok
tanduk, tabung reaksi, timbangan analitik.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunaka pada praktikum kali ini yaitu, alkohol 70%,
amonia, aqua dest, bakteri Streptococcus mutans, HCL pekat, indicator pH, NaCl,
medium Na, dan medium Nb.
3.3 Cara kerja
3.3.1 Pengaruh Suhu
1. Disiapkan empat tabung reaksi yang telah diberi etiket, masing-masing
diberi tanda 5ºC, 25ºC, 37ºC, dan tabung terakhir sebagai kontrol.
2. Dimasukkan pada masing-masing tabung medium NB sebanyak 10 ml.
3. Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri kedalam masing
masing tabung.
4. Diinkubasi selama 1x24 jam di inkubator.
5. Diamati kekeruhannya.
3.3.2 Pengaruh pH
1. Disiapkan empat tabung reaksi.
2. Diberi tanda pH 3, pH 7, pH 9, dan control pada masing-masing tabung.
3. Dimasukkan pada masing-masing tabung medium NB sebanyak 10 ml.

16
4. Ditambahkan asam asetat pada pH 3, pH 7 adalah pH netral, dan
ditambahkan ammonium hidroksida pada pH 9.
5. Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri kedalam masing-
masing tabung.
6. Diinkubasi selama 1x24 jam di inkubator.
7. Diamati kekeruhannya.
3.3.3 Pengaruh cahaya
1. Disiapkan tiga cawan petri.
2. Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri ke dalam masing-
masing cawan petri.
3. Ditambahkan medium NA sebanyak 10 ml (suhu 45-500C), dihomogenkan
kemudian dibiarkan memadat.
4. Dibungkus cawan petri pertama dengan kertas karbon dan dibiarkan
terpapar matahari selama 15 menit, cawan petri kedua, tidak dibungkus
karbon dan dibiarkan terpapar matahari selama 15 menit, sedangkan cawan
petri ketiga adalah control.
5. Diinkubasi 1x 24 jam di inkubator .
6. Diamati kekeruhannya.
3.3.4 Pengaruh tekanan osmotik
1. Disiapkan 3 cawan petri, diberi label 0,3%, 0,9%, 1,5%.
2. Dimasukkan medium NA sebanyak 10 mL, lalu ditambahkan larutan NaCl
dengan masing-masing knsentrasi 0,3%, 0,9%, 1,5%
3. Digoreskan masing-masing suspensi bakteri ke dalam masing-masing
cawan petri
4. Diinkubasi selama 1×24 jam
5. Diamati kekeruhannya.
3.3.5 Pengaruh zat kimia
1. Disiapkan 4 buah vial steril
2. Dimasukkan larutan desinfektan ke dalam vial
3. Dimasukkan paperdisk ke dalam vial dan rendam selama 30 menit

17
4. Disiapkan 2 buah cawan petri, kemudian dimasukkan 2 ose suspensi
bakteri
5. Ditambahkan media NA sebanyak 10 mL
6. Ditanamkan paperdisk yang telah direndam ke dalam cawan petri
7. Diinkubasi selama 1×24 jam
8. Diamati hasil yang terjadi

18
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
NO NAMA PENGARUH GAMBAR KETERANGAN
MIKROBA LIGKUNGAN

1 Streptococcus pH Terjadi
mutans Pertumbuhan

pH 3
Terjadi
Pertumbuhan

Kontrol
Tidak Terjadi
Pertumbuhan

pH 9
Pertumbuhan
2 Streptococcus Suhu Terhambat
mutans

Suhu 5oC
Terjadi
Pertumbuhan

Suhu 25oC

19
Terjadi
Pertumbuhan

Suhu 37oC
Terjadi
Pertumbuhan

Kontrol
3 Streptococcus Pengaruh Terjadi
mutans Cahaya Pertumbuhan

Dibungkus
Terjadi
Pertumbuhan

Tidak Dibungkus
Terjadi
Pertumbuhan

Kontrol

20
Terjadi
4 Streptococcus Tekanan Pertumbuhan
mutans Osmotik

Larutan 0,3 %
Terjadi
Pertumbuhan

Larutan 0,9%
Terjadi
Pertumbuhan

Larutan 15%
Tidak Terjadi
Pertumbuhan

Kontrol
Terbentuk Zona
5 Streptococcus Faktor Kimia Hambat
mutans

Wipol

21
Tidak Terbentuk
Zona Hambat

Kontrol
4.2 Pembahasan
Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu,
pH, cahaya, dan faktor lainnya. Selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
pertumbuhan mikroorganisme juga dipengaruhi faktor dari dalam bakteri itu
sendiri. Untuk pertumbuhannya mikroorganisme membutuhkan kondisi yang ideal
sehingga mikroba dapat tubuh secara optimal. Perubahan lingkungan akan dapat
mempengaruhi pertumbuhan bakteri, bahkan dapat mengubah morfologi dan
fisiologi dari mikroba (Ulfayani Mayasari, 2020).
Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa
mikron atau lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri,
cendawan atau jamur tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk
golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya
nampak dengan mikroskop elektron (Resli Siboro, 2018).
Pada percobaan pertama yaitu pengaruh suhu terhadap pertumbuhan
mikroba, langkah pertama yaitu disiapkan empat tabung reaksi yang telah diberi
label, masing-masing diberi tanda 5ºC, 25ºC, 37ºC, dan tabung terakhir sebagai
kontrol. Dimasukkan pada masing-masing tabung medium NB sebanyak 10 ml.
Penggunaan Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar
adalah ekstrak beef dan peptone. Fungsi kimia dari nutrient broth sebagai medium umum.
Medium Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang berwarna coklat yang memiliki
konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki
kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri sama seperti medium NA. (Fitri
Khairunnisa dkk, 2016). Kemudian dimasukkan masing-masing dua ose suspensi
bakteri kedalam masing masing tabung. Sebelum diambil suspensi bakteri, harus
dipanaskan terlebih dahulu jarum ose sampai memijar diatas api bunsen karena
menurut Aas Nuraisah (2017), tujuannya adalah untuk membunuh

22
mikroorganisme lain yang tidak diinginkan dalam proses inokulasi. Kemudian
diinkubasi selama 1x24 jam di inkubator. Menurut Placzer dan Chan (2018),
waktu 24 jam merupakan waktu panen, dimana waktu tersebut telah berada pada
fase logaritmik atau eksponensial yang jumlah selnya terbanyak yaitu mencapai
10-15 milyar sel per millimeter. Dan diamati kekeruhannya, dimana hasil yang
kami dapatkan yakni pada suhu 50C penghambatan bakteri hanya sedikit.
Sedangkan pada suhu 250C dan 370C, warnanya sangat keruh, hal ini menandakan
terjadi pertumbuhan yang sangat baik pada bakteri Streptococcus mutans.
Berdasarkan literatur yang kami dapatkan menurut Jazilatul Hikmah (2018),
bakteri tumbuh pada suhu 10 - 400C dengan suhu optimum 370C. Jadi,
pertumbuhan bakteri pada suhu 50C tidak sesuai dengan literatur maka dapat
disimpulkan bahwa bakteri yang di simpan pada suhu 50C pertumbuhannya
menjadi terhambat karena dipengaruhi oleh suhu yang dingin.
Pada percobaan kedua yaitu pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroba,
langkah pertama yaitu disiapkan empat tabung reaksi. Alasan penggunaan tabung
reaksi menurut Zakirman (2020), yaitu tabung reaksi berfungsi sebagai tempat
untuk mereaksikan larutan/ bahan kimia serta sebagai tempat mengembangbiakan
mikroba dalam media cair. Diberi tanda pada masing-masing tabung reaksi yaitu
pH 3, pH 7, pH 9, dan kontrol. Dimasukkan pada masing-masing tabung medium
NB sebanyak 10 ml. Ditambahkan asam asetat pada pH 3 adalah pH asam, pH 7
adalah pH netral, dan ditambahkan ammonium hidroksida pada pH 9 yang
merupakan pH basa. Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri ke
dalam masing-masing tabung. Diinkubasi selama 1x24 jam di inkubator. Menurut
Placzer dan Chan (2018), waktu 24 jam merupakan waktu panen, dimana waktu
tersebut telah berada pada fase logaritmik atau eksponensial yang jumlah selnya
terbanyak yaitu mencapai 10-15 milyar sel per millimeter. Diamati perubahan
yang terjadi. Dari hasil yang kami amati pada pH 3 atau asam, larutan dalam
tabung reaksitidak terjadi perubahan warna, hal ini menunjukkan bahwa pada pH
3 tidak terjadi pertumbuhan bakteri. Pada pH 9 atau basa, tidak terlihat perubahan
warna larutan menjadi keruh, yang menandakan tidak adanya pertumbuhan
bakteri setelah diinkubasi selama 24 jam. Hasil yang didapatkan sesuai karena

23
menurut Permata Ika Hidayanti (2016), pH optimal untuk pertumbuhan bakteri
adalah sekitar pH netral yaitu 6,5 – 7,4. Umumnya bakteri tidak akan tumbuh
pada pH terlalu asam atau basa.
Pada percobaan ke tiga yaitu pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan
mikroba, langkah pertama yaitu disiapkan tiga cawan petri, kemudian dimasukkan
masing-masing dua ose suspensi bakteri ke dalam masing-masing cawan petri,
selanjutnya yaitu ditambahkan medium NA sebanyak 10 ml, dihomogenkan
kemudian dibiarkan memadat. Menurut Munandar (2016), Media NA (Nutrient
Agar) berdasarkan bahan yang digunakan termasukdalam kelompok media semi
alami, media semi alami merupakan media yangterdiri dari bahan alami yang
ditambahkan dengan senyawa kimia. Berdasarkan kegunaanya media NA
(Nutrient Agar) termasuk kedalam jenis media umum,karena media ini merupakan
media yang peling umum digunakan untukpertumbuhan sebagian besar bakteri.
Bedasarkan bentuknya media ini berbentuk padat, karena mengandung agar
sebagai bahan pemadatnya. Media padat biasanya digunakan untuk mengamati
penampilan atau morfologi koloni bakteri. Dibungkus cawan petri pertama dengan
kertas karbon dan dibiarkan terpapar cahaya matahari selama 15 menit, cawan
petri kedua, tidak dibungkus kertas karbon dan dibiarkan terpapar cahaya matahari
selama 15 menit, sedangan cawan petri ketiga adalah kontrol, selanjutnya yaitu
diinkubasi 1x 24 jam. Menurut Placzer dan Chan (2018), waktu 24 jam
merupakan waktu panen, dimana waktu tersebut telah berada pada fase logaritmik
atau eksponensial yang jumlah selnya terbanyak yaitu mencapai 10-15 milyar sel
per millimeter. Berdasarkan hasil yang didapatkan yaitu pada cawan petri pertama
dan kedua yang terpapar oleh sinar matahari setelah diinkubasi ke duanya
ditumbuhi bakteri. Namun, di cawan petri yang ditutup menggunakan kertas
karbon, pertumbuhan bakteri sangat baik dan banyak, sedangkan untuk cawan
petri yang tidak dibungkus hanya sedikit bakteri yang dapat tumbuh atau karena
pertumbuhan bakteri terhambat oleh cahaya. hal ini sesuai dengan literature
Menurut Risky (2021), penyinaran sinar ultraviolet pada mikroorganisme
berpengaruh pada pertumbuhan sel mikroorganisme.

24
Pada percobaan ke empat yaitu pengaruh tekanan osmotik terhadap
pertumbuhan mikroba, langkah pertama yaitu disiapkan 3 cawan petri, diberi label
0,3%, 0,9%, 15%. Dimasukkan medium NA sebanyak 10 mL, lalu ditambahkan
larutan NaCl dengan masing-masing konsentrasi 0,3% sebagai hipotonis, 0,9%
sebagai isotonis, dan 15% sebagai hipertonis. Kemudian digoreskan masing-
masing suspensi bakteri ke dalam masing-masing cawan petri. Tujuan
penggoresan bakteri menurut Sukini (2017), yaitu untuk menghasilkan koloni
yang terpisah, diantara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup
terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni. Diinkubasi selama 1×24 jam.
Menurut Placzer dan Chan (2018), waktu 24 jam merupakan waktu panen, dimana
waktu tersebut telah berada pada fase logaritmik atau eksponensial yang jumlah
selnya terbanyak yaitu mencapai 10-15 milyar sel per millimeter. Berdasarkan
pengamatan, hasil yang didapatkan yaitu pada semua konsentrasi terjadi
pertumbuhan bakteri. Pada konsentrasi 0,9% terlihat bakteri yang tumbuh pada
cawan petri lebih banyak dibandingkan pada konsentrasi 0,3% dan 15%, hal ini
dikarenakan konsentrasi 0,9% merupakan larutan isotonis, sedangkan konsentrasi
0,3% merupakan larutan hipotonis serta 15% adalah larutan hipertonis. Menurut ,
Hipotonis adalah larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah dari pada
cairan di dalam sel. Isotonis adalah larutan yang konsentrasi zat terlarutnya sama
dengan cairan dalam sel, dan Hipertonis adalah larutan yang konsentrasi zat
terlarutnya lebih tinggi daripada cairan dalam sel. Menurut Wayan (2019),
Tekanan osmotik sangat diperlukan untuk mempertahankan bakteri agar tetap
hidup, apabila bakteri berada dalam larutan yang konsentrasinya lebih tinggi dari
pada konsentrasi yang ada dalam sel bakteri, maka kemungkinan yang akan
terjadi yaitu keluarnya cairan dari sel bakteri melalui membran sitoplasma yang
disebut plasmolisis. Medium yang paling cocok untuk kehidupan bakteri ialah
medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri.
Pada percobaan kelima yaitu pengaruh zat kimia terhadap pertumbuhan
mikroba, langkah pertama disiapkan 1 buah cawan porselin kemudian dimasukkan
larutan desinfektan ke dalam cawan porselin. Setelah itu dimasukkan paperdisk ke
dalam cawan porselin dan rendam selama 30 menit. Menurut Ariyani (2018),

25
kertas cakram (paper disc) berfungsi sebagai tempat menampung zat antimikroba.
Disiapkan 2 buah cawan petri, kemudian dimasukkan 2 ose suspensi bakteri
Ditambahkan media NA sebanyak 10 mL. Ditanamkan paperdisk yang telah
direndam kedalam cawan petri. Diinkubasi selama 1x 24 jam. Menurut Placzer
dan Chan (2018), waktu 24 jam merupakan waktu panen, dimana waktu tersebut
telah berada pada fase logaritmik atau eksponensial yang jumlah selnya terbanyak
yaitu mencapai 10-15 milyar sel per millimeter. Diamati hasil yang terjadi.
Berdasarkan hasil yang didapatkan yaitu cawan petri pertama dan kedua yang
dipaparkan oleh sinar matahari setelah diinkubasi keduanya ditumbuhi bakteri, hal
ini berbanding terbalik dengan pernyataan. Hasil yang didapatkan yaitu terdapat
zona hambat (zona bening) pada medium disekitar paperdisk, hal ini sesuai
dengan penelitian Mardia Apriansi (2017), yaitu penghambatan pertumbuhan
antimikroba dan antibiotik terlihat sebagai zona bening disekitar pertumbuhan
mikroba.
Adapun kemungkinan kesalahan dalam percobaan ini yaitu pada saat saat
mengambil bakteri dari dalam tabung reaksi menggunakan metode gores terjadi
kesalahan saat mengambil bakteri, media menjadi rusak akibat penggoresan
bakteri.

26
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Suhu dapat memengaruhi mikroorganisme dalam dua cara yaitu apabila
suhu naik, kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat, dan
sebaliknya apabila suhu turun kecepatan metabolisme juga turun dan
pertumbuhan diperlambat.
2. pH optimal untuk pertumbuhan bakteri adalah sekitar pH netral yaitu 6,5 –
7,4. Pada umumnya bakteri tidak akan tumbuh pada pH terlalu asam atau
basa. Sehingga ketahanan terhadap pH ini yang dapat dimanfaatkan untuk
mengawetkan bahan makanan, misalnya dengan teknik fermentasi.
3. Cahaya matahari (ultraviolet) dapat menyebabkan kematian bakteri. Baktei
lebih menyukai kondisi gelap, karena terdapatnya sinar matahari secara
langsung dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
4. Bakteri harus pada tingkat tekanan osmotik yang sesuai. Karena jika
tekanan osmotik lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami
plasmolisis dan jika tekanan osmotik lingkungan yang hipertonis akan
melibatkan rusaknya sel.
5. Zat kimia (desinfektan) yang digunkana mampu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang ditunjukkan dengan terbentuknya zona
hambat (zona bening) pada media yang digunakan.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk jurusan
Saran untuk jurusan diharapkan untuk memperhatikan kelengkapan
fasilitas yang diperlukan dalam penelitian.
6.2.2 Saran untuk laboratorium
Untuk laboratorium diharapkan dapat lebih melengkapi fasilitasnya berupa
alat-alat dan bahan-bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar
praktikum yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.

27
6.2.3 Saran untuk asisten
Saran untuk asisten agar kiranya dapat terjadi kerja sama yang baik
sehingga mempermudah proses penyaluran pengetahuan dari asisten
kepada praktikan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Nuraisah., A. (2019). Metode Aseptis dan Sterilisasi. Malang: . Jurusan Teknologi


hasil pertanian. Fakultas teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya.

Annisa, D., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia
(Lansia). Jurnal Konselor Universitas Padang, 5(2), 93-99. Diunduh dari
ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/article/download/6480/5041

Anusavice, K.J. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials.11 ed. Elseveir: USA.
p. 410-411

Dirjen POM 2020. Farmakope Indonesia edisi VI. Departemen kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta.

Dwi Warna Aju Fatmawati. Hubungan Biofilm Streptococcus Mutans Terhadap


Resiko Terjadinya Karies Gigi. Bagian Konservasi Gigi, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Jember.

Jazilatul Hikmah. 2018. Pengaruh pH dan Suhu terhadap Aktivitas Antibakteri


Bekatul terfermentasi. Jurusan kimia. Fakultas Sains dan Teknologi.
Universitas Islam negeri Maulana malik Ibrahim:Malang.

Lestari purwaning.2017. Mikrobiologi farmasi berbasis Inkuiri. Malang: Gunung


samudera.

Maharani, Laila & Meri Mustika. (2016). Hubungan Self-Awareness dengan


Kedisplinan Peserta Didik Kelas VIII di SMP Wiyatama Bandar Lampung.
Jurnal Bimbingan dan Konseling, 3 (01), 17-31. (Online):
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/konseli/article/view/555 (Diakses
pada tanggal 4 Maret 2018).

Nuzulia, R. and Santoso, O. 2017. Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi ( Ocimum


Basilicum Linn ) Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap Viabilitas Bakteri
Streptococcus Mutans : Studi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 6(4), pp. 1565–
1571. Available at: https://ejournal3 .undip.ac.id/index.php/medico
/article/viewFile/18386/17466.

Pratama, Deka Agung. 2017. Korelasi Frekuensi Sambaran Petir Terhadap


Intensitas Curah Hujan di Kota Manado Tahun 2016. Banten : Unnes
Physics Journal.

Ulfayani Mayasari. 2020. Mikrobiologi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas


Sumatera Utara: Sumatera Utara.

29
30

Anda mungkin juga menyukai