Anda di halaman 1dari 14

PENGUJIAN

CEMARAN
MIKROBIOLOGI

Sri Mulyani Sihombing

SRI 1517822001
MULYANI SIHOMBING

1517822001
RINGKASAN

1
Mikrobiologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Beberapa ilmu dasar yang diperlukan untuk mendukung pemahaman
mikrobiologi, antara lain ilmu kimia, fisika, dan biokimia. Mikrobiologi juga sering
disebut sebagai ilmu praktik dari biokimia.
Mikroba merupakan makhluk super kecil atau sering disebut sebagai jasad renik.
Jenis mikroba itu,di antaranya bakteri,fungi atau jamur, khamir, protozoa, virus. Konon,
mikroba merupakan makhluk tertua dan memiliki keanekaragaman terbanyak di bumi.
Mikroba dapat bertahan pada berbagai kondisi, mulai ekstrem panas, dingin,
berkonsentrasi garam tinggi, asam basa, tekanan tinggi, hingga lingkungan yang makhluk
hidup lainnya tidak mungkin bisa bertahan seperti wilayah dengan kontaminasi radioaktif
tinggi. Untuk bakteri, secara umum bisa tumbuh dengan baik pada suhu 30 derajat Celsius.
Dengan demikian, di daerah tropis seperti Indonesia yang memiliki kelembapan tinggi
sangat cocok sebagai tempat bakteri hidup dibandingkan negara subtropis.

BAB I
PENDAHULUAN

2
1.1. Latar Belakang
Penata rias atau sekarang ini lebih dikenal dengan singkatan MUA (makeup artist)
merupakan suatu profesi dalam bidang tata rias wajah yang membantu pengguna jasanya
untuk memperindah dan mempercantik penampilan wajah (Muthi’ah, Octavianty, and
Wahyuni, 2017). Produk kosmetik yang mereka gunakan, silih berganti diaplikasikan
kepada klien yang berbeda-beda. Hal ini memberikan kemungkinan bahwa produk mereka
gunakan memilki tingkat kontaminasi mikroba yang tinggi. Pada beberapa kasus, mikroba
tersebut dapat berasal dari kulit yang kontak langsung dengan produk, mukosa, maupun
lingkungan. Kontaminasi mikrobiologis kosmetik dapat membawa risiko bagi kesehatan
konsumen sehingga perlu adanya penelitian untuk produk kosmetik berdasarkan kondisi
mikrobiologisnya (Vassoler et al., 2020).
Adanya cemaran mikroba dalam sediaan kosmetik dapat menyebabkan tidak
stabilnya sediaan dan menyebabkan timbulnya reaksi alergi, infeksi pada kulit, sensitifitas
dan penyakit kulit lainnya. Maka dari itu ada persyaratan untuk kosmetik yang baik yaitu
kosmetik harus memenuhi persyaratan mutu sebagaimana tercantum dalam Cara
Pembuatan Kosmetik yang Baik, standar lain yang diakui atau sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (BPOM, 2014)
Metode analisis yang digunakan untuk pengujian cemaran mikroba pada kosmetika
diatur dalam Peraturan Kepala BPOM No. HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011, yaitu
penetapan angka kapang khamir (AKK) dan uji angka lempeng total (ALT) bakteri
(BPOM 2011). Penetapan Angka Kapang Khamir dilakukan untuk menjamin bahwa
sediaan tidak mengandung kapang & khamir dalam jumlah yang melebihi batas karena
akan memengaruhi stabilitas sediaan dan menurunkan mutu (Rahayu, Jirna, and
Burhanuddin 2019). Uji Angka Lempeng Total bakteri digunakan untuk menunjukkan
jumlah bakteri mesofil dalam tiap-tiap satu ml atau satu gram sampel yang diperiksa.
Prinsip ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil pada media
yang sesuai. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada lempeng agar, dihitung setelah
inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai (Sundari and Fadhliani, 2019).
Bertitik tolak dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji dalam pembuatan
makalah penulis dengan judul “Pengujian Cemaran Mikrobiologi”.

3
1.2. Identifikasi Masalah
Adapun hal-hal yang akan dibahas pada materi “Pengujian Cemaran Mikrobiologi“
adalah sebagai berikut:
1. Pengertian mikrobiologi
2. Jenis – jenis mikroba
3. Aktivitas mikroba pada kosmetika
4. Mikroba pada kulit
5. Metode pengujian cemaran mikroba kosmetika
6. Permasalahan cemaran mikroba

1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah yang berjudul “Pengujian Cemaran Mikrobiologi”
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep dasar mikrobiologi
2. Mengetahui jenis – jenis mikroba
3. Mengetahui aktivitas mikroba pada kosmetika
4. Mengetahui mikroba pada kulit
5. Menganalisis metode pengujian cemaran mikroba kosmetika
6. Menganalisis permasalahan cemaran mikroba

BAB II
METODE PENULISAN

4
2.1 Pengumpulan Data dan Informasi
Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan
penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian data melalui
internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari skripsi, media elektronik, dan
beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka
yang menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis
mengenai lingkup kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh,
diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut
dapat dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga diperoleh
suatu solusi dan kesimpulan.

3.1 Pengolahan Data dan Informasi


Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data,
kemudian diolah dengan menggunakan suatu metode analisis deskriptif berdasarkan data
sekunder.

3.2 Analisis dan Sintesis


Aspek-aspek yang akan dianalisis yaitu mengenai Pengujian Cemaran
Mikrobiologi. Sintesis yang dijelaskan yaitu alternatif solusi untuk mengatasi permasalah
yang dianalisis.

BAB III
TEORI DAN PEMBAHASAN

5
3.1 Pengertian Mikrobiologi
Mikrobiologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Beberapa ilmu dasar yang diperlukan untuk mendukung pemahaman
mikrobiologi, antara lain ilmu kimia, fisika, dan biokimia. Mikrobiologi juga sering
disebut sebagai ilmu praktik dari biokimia. Ruang lingkup dalam mempelajari
mikrobiologi meliputi pengertian tentang sejarah penemuan mikroorganisme, macam-
macam mikroorganisme di alam, struktur sel mikroorganisme dan fungsinya, metabolisme
mikroorganisme secara umum, pertumbuhan mikroorganisme dan faktor lingkungan, dan
mikrobiologi terapan baik di bidang lingkungan maupun pertanian.
Seiring dengan berjalannya waktu mikrobiologi telah mengalami perkembangan
yang pesat menjadi beragam ilmu, antara lain virologi, bakteriologi, mikologi,
mikrobiologi pangan, mikrobiologi tanah, dan mikrobiologi industri. Ilmu tersebut
mempelajari mikroorganisme secara spesifik, rinci, dan menurut pemanfaatannya.
Berbagai sifat mikroorganisme yang menjadikan dasar seringnya digunakan sebagai model
penelitian di bidang genetika adalah memiliki sifat sangat sederhana, perkembangbiakan
sangat cepat, dan adanya berbagai variasi metabolisme. Pada saat ini penelitian berkaitan
dengan mikroorganisme dilakukan secara intensif untuk mengetahui dasar fenomena
biologi.
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba, jasad renik.
Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan ilmu pendukung
kimia, fisika dan biokimia. Mirobiologi sering disebut ilmu praktek dari biokimia. Dalam
mikrobiologi diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan mikroba, macam-
macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya, metabolisme mikroba secara
umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang
lingkungan dan pertanian (Pelczar, 1986).
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang berukuran sangat
kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan harus menggunakan
bantuan mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau
sering disebut mikroba ataupun jasad renik. Saat ini, mikrobiologi sangat berkembang luas
pada berbagai bidang ilmu pengetahuan, misalnya pertanian, industri, kesehatan,
lingkungan hidup, bidang pangan, bahkan bidang antariksa (Waluyo, 2009).

6
3.2 Jenis - Jenis Mikroba
Mikroba merupakan makhluk super kecil atau sering disebut sebagai jasad renik.
Jenis mikroba itu,di antaranya bakteri,fungi atau jamur, khamir, protozoa, virus. Konon,
mikroba merupakan makhluk tertua dan memiliki keanekaragaman terbanyak di bumi.
Mikroba dapat bertahan pada berbagai kondisi, mulai ekstrem panas, dingin,
berkonsentrasi garam tinggi, asam basa, tekanan tinggi, hingga lingkungan yang makhluk
hidup lainnya tidak mungkin bisa bertahan seperti wilayah dengan kontaminasi radioaktif
tinggi. Untuk bakteri, secara umum bisa tumbuh dengan baik pada suhu 30 derajat Celsius.
Dengan demikian, di daerah tropis seperti Indonesia yang memiliki kelembapan tinggi
sangat cocok sebagai tempat bakteri hidup dibandingkan negara subtropis.
Sejak tahun 1950, beberapa laporan sudah memuat ditemukannya berbagai jenis
mikroorganisme dalam sediaan kosmetik. Beberapa peneliti, kala itu berbeda pendapat,
karena mikroorganisme yang ditemukan berbeda dari satu produk ke produk yang lain.

Namun mereka sepakat bahwa didalam kosmetik ditemukan berbagai jenis

mikroorganisme. Sebagian besar sediaan kosmetik merupakan tempat berkembang biak

yang baik bagi bakteri dan jamur. Kosmetik biasanya memiliki sifat mendekati netral yang

berisi air, dan bahan organik, terkadang bahkan mengandung bahan organik nitrogen serta
garam-garam mineral yang semuanya merupakan bahan-bahan yang diperlukan bagi
pertumbuhan mikroorganisme tertentu. Kosmetik yang sudah tercemar atau terkontaminasi
oleh mikroorganisme biasanya terlihat dari pembentukan koloni jamur yang berwarna,
perubahan bau, viskositas (kekentalan) karena adanya degradasi bahan-bahan aktif seperti
vitamin, hormon dan lain sebagainya. Jika kosmetik yang sudah terkontaminasi tersebut
dipakaikan ke kulit tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan iritasi bahkan infeksi .
Mikroorganisme dalam kosmetik beberapa diantarnya adalah sebagai berikut:
1. Bakteri: Bacillus subtilis,Esherichia coli, Bacillus, mycoides, Aerobacter
aerogenes, pseudomonas, Sarcina lutae, proteus vulgaris, dan Stephylococuc.
2. Ragi : Torula sp, Monilia sp dan saccharomyces sp.
3. Jamur: Penicilium, aspergilus, alternaria, dan paecylomyces (Tranggono dan
Latifah, 2007).
3.3 Aktivitas Mikroba pada Kosmetika

7
Kosmetik kini merupakan benda yang umum kita jumpai dimana saja, khususnya
bagi seorang wanita pastinya tidak akan lepas dari yang namanya peralatan kosmetik.
Karena seperti yang sudah kita ketahui, kosmetik sangat membantu menutupi kekurangan
pada wajah sekaligus membuat penampilan menjadi lebih cantik dan menarik. Namun
akhir-akhir ini marak juga kosmetik murah dengan kualitas yang buruk beredar di pasaran,
tentunya jika kosmetik tersebut digunakan akan berdampak negatif bagi penggunanya.
Walaupun sudah mencoba untuk berhati-hati dalam memilih kosmetik yang akan
dipakai, namun pemicu bakteri tidak hanya disebabkan oleh bahan pembuat kosmetik yang
tidak sesuai, juga dikarenakan penggunaan alat kosmetik yang bergantian dengan orang
lain. Ahli kecantikan mengingatkan bahwa kosmetik, termasuk lipstik, kuas maskara, spon
bedak, pensil alis yang digunakan bersama-sama dengan teman atau keluarga Anda dapat
menjadi media penyebaran kuman. Kondisi itu rentan menyebabkan infeksi di seluruh
kulit.
Orang yang menderita masalah kulit seperti jerawat dan komedo, harus dengan
rajin merawat dan menjaga kebersihan kosmetik yang digunakannya. Kuas dan aplikator
kosmetik dapat dengan mudah menjangkau daerah jerawat. Jika Anda berbagi dengan
teman Anda yang berjerawat bukan tidak mungkin Anda akan tertular. Menggunakan
kosmetik yang telah kedaluarsa juga dapat menyebabkan infeksi. Kosmetik lama harus
dibuang dan diganti sesuai kebutuhan. Biasanya, lipstik memliki umur 2-3 tahun, alas
bedak 1-2 tahun, bedak 1-2 tahun, blush on 4-6 bulan, maskara 3-4 bulan, dan eye shadow
3-6 bulan. Jenis Bakteri yang Terdapat pada Alat Kosmetik:
1. Bakteri Pseudomonas Aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 µm.
Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang
membentuk rantai yang pendek. P.aeruginosa termasuk bakteri gramnegatif.
Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu
memfermentasi tetapidapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain,tidak
berspora, tidak mempunyai selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika
(flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak. Bakteri ini dapat tumbuh
di air suling dan akan tumbuh dengan baik dengan adanya unsur N dan C. Suhu
optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42˚C. P. aeruginosa mudah
tumbuh pada berbagai media pembiakan karenakebutuhan nutrisinya sangat

8
sederhana. Di laboratorium, medium paling sederhana untuk pertumbuhannya
digunakan asetat (untuk karbon) dan ammoniumsulfat (untuk nitrogen).
Penyakit yang ditimbulkan Pseudomonas aeruginosa:
a. Infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan
b. Infeksi saluran kemih.
c. Infeksi pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai
nekrosis.
d. Infeksi mata
2. Bakteri Staphylococcus aureus
S.aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat dengan diameter 0,5-
0,7 mm dan mempunyai dinding sel yang terdiri dari peptidoglikan, asam
teikoik, fibronectin binding protein, clumping factors dan collagen binding
protein. Komponen utama dinding sel adalah peptidoglikan yang menyusun
hampir 50% dari berat dinding sel. Bakteri ini adalah bakteri psikrofilik dan
mesofil yang dapat hidup pada rentang suhu optimum untuk
pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35°C – 37°C, suhu minimum 6,7°
C dan suhu.
Staphylococcus aureus terdapat pada rongga hidung, kulit, tenggorokan, dan
saluran pencernaan manusia dan hewan. Kemampuan bakteri atau
mikroorganisme lainnya untuk menginfeksi tubuh tergantung pada sistem
imunitas tubuh, jika sistem imun kuat, maka bakteri tersebut akan kalah
menghadapi sistem imun tersebut, demikian juga sebaliknya. Sedangkan jika
sistem imun kalah, maka dapat terinfeksi adanya bakteri tersebut. Mengapa
bakteri ini termasuk berbahaya? Karena bakteri jenis ini termasuk mudah dalam
penyebarannya. Dimana dapat masuk melalui jerawat, melalui makeup yang
pemakaiannya bergantian, melalui membran mata atau hidung, dan lain
sebagainya.
Adapun gejala dan penyakit yang dapat timbul antara lain adalah mual-mual,
bengkak merah,  demam tinggi mendadak, diare, sakit kepala, ruam, dan nyeri
otot, sedang ermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis,
osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.
3.4 Mikroba Pada Kulit

9
Mikroorganisme, misalnya bakteri dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,
termasuk manusia dan binatang, dimana mereka secara normal bertempat tinggal dan
hidup. Untuk bekerja bakteri meningkatkan kemampuannya untuk bertahan dan
meningkatkan kemungkinan melakukaan penyebaran. Dengan melakukan suatu penyakit
asimptomatika atau penyakit yang bersifat ringan dan tanpa menyebabkan kematian inang,
mikroorganisme secara normal hidup dalam tubuh manusia, dan kemungkinannya dapat
menyebar dari satu orang ke orang lainnya.
Beberapa mikroorganisme misalnya bakteri yang secara umum dapat menyebabkan
penyakit pada manusia terutama yang terdapat pada hewan dan secara tidak sengaja
menginfeksi manusia. Sebagai contoh adalah salmonella sp dan camphylobacter sp secara
khas menginfeksi binatang dan disebarkan melalui makanan pada manusia.
Disamping itu ada juga beberapa mikroorganisme menginfeksi manusia, karena
adanya kesalahan dalam siklus hidup normal organism, organism tersebut belum
menyesuaikan diri dengan manusia dan penyakit yang dihasilkannya kemungkinan cukup
berat. Beberapa bakteri dapat disebarkan melalui tangan dari satu orang ke orang lainnya.
Seperti Stahylococcus aureus dalam nares anterior pada rongga hidung kemungkinan saat
menggosok hidung, membawa Staphylococcus pada tangannya, dan menyebarkan bakteri
tersebut ke bagian tubuh orang lain, sehingga menimbulkan infeksi. Beberapa pathogen
yang bersifat oppurtunistik yang meneyebabkan infeksi nosokomial disebabkan dari satu
pasien lain melalui tangan- tangan personal rumah sakit.

3.5 Metode Uji Cemaran Mikroba Pada Kosmetika


Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang
Metode Analisis Kosmetik menjelaskan bahwa kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,
bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk
membersihkan, mewangikan, dan mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan
atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Dalam peraturan tersebut juga
telah mengatur salah satu metode analisis kosmetik yaitu pengujian cemaran mikroba.
Metode analisis untuk pengujian cemaran mikroba yang disebutkan diatas berupa metode
analisis untuk:
1. Penetapan Angka Kapang Khamir dan Uji Angka Lempeng Total dalam

10
kosmetika.
2. Uji Efektivitas Pengawet dalam kosmetika.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan disiapkan dalam persiapan analisis yaitu:
1. Pengencer, penetral dan media kultur
Pengencer digunakan untuk mendispersikan sampel uji. Secara umum, formula
kosmetika yang komponen formulanya adalah air, maka air suling atau yang
sudah dimurnikan digunakan sebagai pengencer, bahan penetral dan media
kultur. Selain itu, pengencer penetral yang dapat digunakan adalah media Fluid
Casein Digest Soy Lecithin Polysorbate 20 atau Soy Casein Digest Lecithin
Polysorbate 20 Broth (SCDLP 20 Broth), atau yang lainnya. Sedangkan untuk
media kultur dapat menggunakan media pabrikan yang beredar di pasaran dan
mengacu pada instruksinya dan media untuk perhitungan dapat menggunakan
media Soybean Casein Digest Agar (SCDA) atau yang lainnya.
2. Peralatan
Alat yang digunakan adalah cawan petri steril, pipet ukur 5 ml, inkubator 35-
37ºC, kapas tanpa lemak, tabung reaksi bertutup, autoklaf, oven, neraca
analitik yang dalam kondisi steril.

3. Galur Mikroba
Galur Mikroba digunakan untuk memvalidasi kondisi pengujian,
seperti Candida albicans ATCC 10231 dan galur Khamir yang dianggap lebih
sensitif terhadap aktivitas mikroba dibandingkan dengan kapang.
4. Penanganan Produk Kosmetik dan Sampel
Produk yang akan diuji disimpan pada suhu ruang, tidak diinkubasi,
didinginkan atau dibekukan sebelum dan sesudah analisis.

3.6 Permasalahan Cemaran Mikroba


Kosmetika yang diproduksi dan atau yang diedarkan harus memenuhi persyaratan
keamanan, kemanfaatan, dan mutu. Selain itu juga harus memenuhi persyaratan cemaran
mikroba yang diatur dalam peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
17 Tahun 2014. Pada saat Peraturan mulai berlaku, kosmetika yang diproduksi dan/atau
diedarkan berdasarkan persyaratan yang diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal

11
Pengawasan Obat dan Makanan Nomor HK.00.06.4.02894 Tahun 1994 tentang
Persyaratan Cemaran Mikroba pada Kosmetika, wajib menyesuaikan dengan persyaratan
dalam peraturan ini paling lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Peraturan ini.
Tabel 1. Persyaratan Cemaran Mikroorganisme dalam Kosmetik

BAB IV

12
PENUTUP

Kesimpulan dari beberapa hal penting dalam pengujian cemaran mikrobiologi


adalah sebagai berikut:
1. Dalam mikrobiologi diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan mikroba,
macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya, metabolisme
mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi
terapan di bidang lingkungan dan pertanian.
2. Kosmetik yang sudah tercemar atau terkontaminasi oleh mikroorganisme biasanya
terlihat dari pembentukan koloni jamur yang berwarna, perubahan bau, viskositas
(kekentalan) karena adanya degradasi bahan-bahan aktif seperti vitamin, hormon
dan lain sebagainya.
3. Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang
Metode Analisis Kosmetik menjelaskan bahwa kosmetik adalah bahan atau sediaan
yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa
mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, dan mengubah penampilan,
dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik.

DAFTAR PUSTAKA

13
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2011). Rencana Aksi Nasional: Gerakan
Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi. Jakarta:
Badan POM RI.
BPOM RI, 2014, Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, Indonesia, p. 1–25.
Pelczar, Michael J., dan Chan, E. C. S., 1986, 190-191, Dasar-Dasar Mikrobiologi,
Universitas Indonesia, UI-Press, Jakarta.
Rahayu, K. D. A., I. N. Jirna, and Burhanuddin. 2019. Uji Angka Kapang Khamir Dan
Identifikasi Aspergillus Species Pada Jamu Kunyit Di Denpasar Selatan. Meditory :
The Journal of Medical Laboratory 7 (1): 17–26.
Sundari, Sri, and Fadhliani. 2019. Uji Angka Lempeng Total ( ALT ) Pada Sediaan
Kosmetik Lotion X Di BBPOM Medan. Jurnal Biologica Samudra 1 (1): 25–28.
Tranggono RI dan Latifah F, 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; Hal. 11, 90-93, 167.
Vassoler, Mireli, Fabiana Tonial, Silvia Cristina Fagundes, Micheila Alana Fagundes,
Nágila Bernarda Zortéa, Luciana Grazziotin Rossato-Grando, and Charise
Dallazem Bertol. 2020. Microbiological Contamination of In-Store Lipstick Testers
Available to the Consumer. Mundo Da Saude 55 (3): 261–68.
Wahyuni. 2017. Tinjauan Desain Beauty Case Di Kalangan Makeup Artist Jakarta.
NARADA – J. Desain & Seni UMB, 335–44.
Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.

14

Anda mungkin juga menyukai