Anda di halaman 1dari 32

Laporan Praktikum

MIKROBIOLOGI FARMASI DASAR


“PEMBUATAN MEDIUM SERTA ISOLASI DAN INOKULASI MIKROBA”

OLEH

KELAS : B-S1 FARMASI 2020


KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : MUHAMMAD TORIQ TALIB

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Lembar Pengesahan

MIKROBIOLOGI FARMASI DASAR


“PEMBUATAN MEDIUM SERTA ISOLASI DAN INOKULASI MIKROBA”

OLEH

KELAS : B-S1 FARMASI 2020


KELOMPOK : IV (EMPAT)

1. RAHMATIA ABDULLAH (821420060)


2. REZKY NUR AZIZ (821420008)

Gorontalo, Desember 2021


NILAI
Mengetahui,
Asisten

MUHAMMAD THORIQ TALIB


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum Mikrobiologi Farmasi yang
berjudul “Pembuatan Medium Serta Isolasi dan Inokulasi”.
Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan tauladan terbaik bagi umatnya sehingga bisa meniru kegigihan
dan kesungguhan beliau dalam berjuang.
Ungkapan terima kasih kepada dosen penanggung jawab, kepada
koordinator laboratorium dan kepada asisten penanggung jawab yang telah
membimbing kami sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami memohon
kritik dan saran dari asisten agar laporan ini menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo, Desember 2021

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Percobaan 2
1.3 Manfaat Percobaan 2
1.4 Maksud Percobaan 2
1.4 Prinsip Percobaan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Dasar Teori 3
2.2 Uraian Bahan 9
2.2 Uraian Media 9
2.2 Uraian Mikroba 9
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM 14
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 14
3.2 Alat dan Bahan 14
3.3 Cara Kerja 14
BAB IV PEMBAHASAN 12
4.1 Hasil 12
4.2 Pembahasan 12
BAB V PENUTUP 16
5.1 Kesimpulan 16
5.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah bidang kesehatan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat Indonesia bahkan dunia. Farmasi adalah profesi kesehatan
yang meliputi seni dan ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi
material dan produk yang cocok dipakai untuk mencegah dan mendiagnosa
penyakit. Farmasi termasuk ilmu terapan yang terdiri dari prinsip dan metode
yang telah dipetik dari disiplin ilmu lain seperti fisika, kimia, biologi dan
farmakologi. Salah satu turunan dari biologi yang sangat erat kaitannya dengan
farmasi yaitu mikrobiologi.
Mikrobiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk
yang bersifat mikroskopik. Mikrobiologi farmasi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang peranan serta kehidupan mikroorganisme dalam bidang
farmasi. Dalam mikrobiologi farmasi, dilakukan guna memperoleh sediaan obat
yang dapat digunakan masyarakat secara luas. Mikrobiologi farmasi pula
mempelajari tentang makhluk hidup dari suatu mikroorganisme (Hafsah, 2019).
Mahluk hidup yang ada di bumi tidak hanya terdiri dari makhluk hidup yang
dapat dilihat oleh mata telanjang, tetapi ada juga mikroorganisme yang berukuran
kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan teknik dan peralatan khusus.
Mikroorganisme (jasad renik) merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran
sangat kecil. Mikroorganisme mempengaruhi kehidupan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung yang bisa berdampak positif maupun negatif
bagi kehidupan manusia (Resli, 2018).
Untuk menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat
menumbuhkan mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami
atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia
diantaranya melalui substrat yang disebut media. Untuk melakukan hal ini,
haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga
macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi
pertumbuhannya (Jeneng, 2018).

1
Medium atau media agar adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
nutrisi yang banyak dipakai untuk isolasi, memperbanyak, pengujian, sifat-sifat
fisiologi dan juga untuk perhitungan mikroba. Medium dapat dibedakan menjadi
tiga macam, berdasarkan susunan kimia yaitu medium organik, medium
anorganik, medium sintetik dan medium nonsintetik. Berdasarkan fungsinya
yaitu  medium diperkaya, medium spesifik, medium diferensiasi, medium
penghitung dan medium penguji (Utami, 2018).
Dalam medium harus ada nutrisi yang merupakan kebutuhan dasar dari
mikroorganise yang meliputi air, karbon, energi dan mineral. Air sangat berperan
penting karena air merupakan komponen dasar protoplasma, jalan masuknya
nutrien kedalam sel, dan juga reaksi enzimatik. Air yang baik digunakan dalam
pembuatan medium organisme adalah air suling, karena kalau air sadah yang
digunakan  untuk pembuatan medium yeng terbentuk dari ekstrak dari ekstrak
daging dan pepton maka akan terbentuk endapan fosfat dan magnesium fosfat.
Dengan adanya endapan tersebut maka akan menghambat bagi pertumbuhan
biakan yang di tanam dalam medium (Noviar, 2016).
Pertumbuhan bakteri selain memerlukan nutrisi, juga memerlukan pH yang
tepat. Kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada kondisi yang terlalu basa,
kecuali Vibrio cholerae yang dapat hidup pada pH lebih dari 8. Suhu juga
merupakan variabel yang perlu dikendalikan. Kelompok terbesar yaitu mesofil,
suh optimum untuk pertumbuhannya 20-40oC (Pratiwi, 2018).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukanlah percobaan tentang
pembuatan medium agar untuk pengembangbiakan mikroorganisme agar
mikroorganisme tersebut dapat diteliti dalam laboratorium. .
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dari media
pertumbuhan mikroorganisme
2. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami macam-macam media
pertumbuhan mikroorganisme

2
3. Agar mahasiswa memahami dan mengetahui syarat pertumbuhan
mikroorganisme
1.3 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian dari media
pertumbuhan mikroorganisme
2 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami macam-macam media
pertumbuhan mikroorganisme
3 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami syarat pertumbuhan
mikroorganisme
1.4 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini yaitu mengetahui dan memahami tentang media
pertumbuhan mikroorganisme, macam-macam, cara pembuatan media
pertumbuhan mikroorganisme serta syarat pertumbuhan mikroorganisme.
1.5 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu didasarkan atas menumbuhkan atau membiakkan
mikroba dalam suatu lingkungannya, sehingga mikroba dapat tumbuh baik dalam
suatu media yang telah dibuat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Mikrobiologi
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba, jasad renik.
Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan ilmu
pendukung kimia, fisika dan biokimia. Mirobiologi sering disebut ilmu praktek
dari biokimia. Dalam mikrobiologi diberikan pengertian dasar tentang sejarah
penemuan mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan
fungsinya, metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan faktor
lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang lingkungan dan pertanian (Ulfayani,
2020).
Menurut Permata (2016), penggolongan mikroba diantara jasad hidup
yakni secara klasik jasad hidup digolongkan menjadi dunia tumbuhan (plantae)
dan dunia binatang (animalia). Jasad hidup yang ukurannya besar dengan mudah
dapat digolongkan ke dalam plantae atau animalia, tetapi mikroba yang ukurannya
sangat kecil ini sulit untuk digolongkan ke dalam plantae atau animalia. Selain
karena ukurannya, sulitnya penggolongan juga disebabkan adanya mikroba yang
mempunyai sifat antara plantae dan animalia.
2.1.2 Mikroba
Mikroba adalah organisme yang mampu beradaptasi dan hidup pada
berbagai jenis lingkungan. Salah satu tempat lingkungan hidup mikroba adalah
air. Istilah mikroba (disebut juga mikroorganisme, mikrobia, maupun jasad renik)
bukan nama dari suatu kelompok organisme seperti hewan dan tumbuhan,
melainkan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu organisme yang
mempunyai ukuran yang sangat kecil, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang tanpa menggunakan mikroskop. Secara umum, mikroba merupakan
organisme yang sangat sederhana. Umumnya bakteri, protozoa, dan beberapa alga
serta fungi mikroskopik merupakan mikroba bersel tunggal. Bahkan mikroba yang
multiseluler pun tidak memiliki ukuran sel yang besar (Mudatsir, 2017).
2.1.3 Media

4
Media merupakan bahan yang dapat digunakan sebagai tempat
pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri. Beberapa jenis bakteri dapat hidup
baik pada media yang sangat sederhana, yang hanya mengandung garam
anorganik ditambah sumber karbon organik seperti gula, namun ada pula bakteri
yangmemerlukan suatu media yang sangat kompleks selain mengandung sumber
karbon dan nitrogen juga perlu penambahan darah atau bahan-bahan kompleks
lainnya, namun yangterpenting media harus mengandung nutrisi yang merupakan
substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air (Supriatin &
Rahayu, 2016).
Media biakan yang mampu mendukung optimalisasi pertumbuhan
mikroorganisme harus dapat memenuhi persyaratan nutrisi bagi mikroorganisme.
unsur tersebut berupa garam organik, sumber energy (karbon), vitamin dan zat
pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula ditambahkan komponen lain
seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya (Supriatin & Rahayu,
2016).
Medium juga merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran
nutrisi untuk menumbuhkan mikroorganisme. Selain untuk menumbuhkan
mikroorganisme, medium dapat digunakan untuk isolasi, pengujian sifat-sifat
fisiologi, dan perhitungan jumlah mikroorganisme (Munandar, 2016).
Media berdasarkan sifat terbagi menjadi 3 yaitu media padat, media semi
padat semi cair, media cair. Media berdasarkan susunannya terdiri atas media
sintesis, semi sintesis, dan media non sintesis. Berdasarkan tujuan yaitu media
selektif atau penghambat dan media diperkaya. Jenis Media yang sering
digunakan, yaitu Nutrient Agar, Nutrient Broth (NB), PDA (Potato Dextrose
Agar), Salmonella Shigella (SS) Agar, Eosin Methylene Blue Agar (EMBA).
Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan
dasar adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris antara Nutrient
Agar dengan Nutrient Broth yaitu nutrient agar berbentuk padat dan Nutrient
Broth berbentuk cair. PDA adalah medium umum pertumbuhan yang
digunakan dalam mikrobiologi, yang terbuat dari kentang (Potato infusion) dan
dekstrosa. Berdasarkan komposisinya PDA termasuk dalam media semi

5
sintetik karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis
(dextrose dan agar). Berdasarkan kegunaanya media NA (Nutrient Agar)
termasuk kedalam jenis media umum, karena media ini merupakan media
yang paling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri.
Bedasarkan bentuknya media ini berbentuk padat, karena mengandung agar
sebagai bahan pemadatnya. Media padat biasanya digunakan untuk
mengamati penampilan atau morfologi koloni bakteri (Munandar, 2016:).
2.1.4. Pengaruh faktor fisik pada pertumbuhan mikroorganisme
Menurut Laily (2019) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dari suatu mikroorganisme diantaranya, yaitu:
a. Temperatur
Temperatur menentukan aktivitas enzim yang terlibat dalam aktivitas
kimia. Peningkatan temperatur sebesar 10ºC dapat meningkatkan aktivitas enzim
sebesar dua kali lipat. Pada temperatur yang sangat tinggi dapat menyebabkan
denaturasi protein yang tidak dapat balik (irreversible) sedangkan pada temperatur
yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti. Pada temperatur pertumbuhan
optimal akan terjadi kecepatan pertumbuhan optimal dan dihasilkan jumlah sel
yang maksimal.
b. pH
pH merupakan indikasi konsentrasi ion hidrogen. Peningkatan dan
penurunan konsentrasi ion hidrogen dapat menyebabkan ionisasi gugus-gugus
dalam protein, amino dan karboksilat. Hal ini dapat menyebabkan denaturasi
protein yang mengganggu pertumbuhan sel. Kebanyakan bakteri memiliki pH
optimum terletak antara 6,5 dan 7,5.
c. Tekanan osmosis
Tekanan osmosis merupakan tekanan yang dihasilkan akibat adanya
proses osmosis. Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran
semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Dalam
larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel mikroorganisme, sedangkan dalam
larutan hipertonik air akan ke luar dari dalam sel mikroorganisme sehingga

6
membran plasma mengerut dan lepas dari dinding sel (plasmolisis), serta
menyebabkan sel secara metabolik tidak aktif.
2.1.5 Isolasi dan Inokulasi
Teknik isolasi mikroba adalah upaya menumbuhkan mikroorganisme di
luar lingkungan alaminya. Pemisahan mikroba di luar lingkungan bertujuan untuk
memperoleh kultur mikroba yang tidak lagi bercampur dengan mikroba lain yang
disebut kultur murni. Prinsip isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis
mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran berbagai mikroba. Ini
bisa dilakukan dengan menumbuhkannya di media padat, sel mikroba akan
membentuk koloni sel yang tetap di tempatnya (Lestari dan Hartati 2017).
Pentingnya mengisolasi mikroba dari lingkungan, seperti makanan
(substrat padat), minuman (substrat cair), dan diri Anda sendiri karena banyaknya
mikroba yang sulit diamati atau dibedakan secara langsung menggunakan panca
indera. Sehingga isolasi akan membuat lebih mudah untuk melihat dan mengamati
bentuk-bentuk pertumbuhan mikroba dalam beberapa media dan dapat melihat
morfologi mikroba.
Inokulasi merupakan teknik mentransfer budaya tertentu dari medium
lama ke medium baru dengan tujuan mendapatkan kultur murni tanpa kontaminasi
dari mikroba tidak diinginkan. Beberapa metode diketahui atau metode untuk
memperoleh kultur murni dari kultur campuran. Dua metode yang paling umum
digunakan adalah metode cup scratch dan metode pour cup. Hal tersebut
didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies
individu. Dengan asumsi bahwa setiap koloni dapat dipisahkan dari jenis sel yang
dapat diamati. Kultur murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis,
termasuk yang digunakan untuk mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati
karakteristik budaya morfologi, fisiologi, dan serologi, mikroba dari satu spesies
diperlukan (Deny dkk, 2020).

7
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 2020)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Rumus Struktur :

CH3 OH

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, bau khas, rasa panas dan mudah
terbakar
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P dan
dalam eter P
Khasiat : Anti septik dan Disenfektan
Kegunaan : Sebagai pembersih alat-alat agar steril
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk, dan jauh dari nyala api.
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 2020)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Struktur :
H H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, dan


tidak mempunyai rasa

8
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Khasiat : Sebagai sumber energi
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.3 NaCl (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : NATRIUM CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium klorida
Rumus Molekul : NaCl
Berat Molekul : 58,44 g/mol
Rumus Struktur :

Na+ Cl-

Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih, dan dalam kurang lebih 10 bagian
gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%) P
Pemerian : Hablur heksaderal tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau, dan rasa asin
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.3 Uraian Media
2.3.1 Media Nutrient Agar
1. Deskrisi
Media Nutrient Agar (NA) merupakan media kompleks yang miliki
kandungan nutrisi tinggi yang terdiri dari ekstrak daging, ekstrak ragi atau
tumbuh-tumbuhan, atau protein sederhana dari sumber lain yang sangat
dibutuhkan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Media ini dapat
digunakan untuk budidaya bakteri dan isolasi biakan murni yang mana media ini
rutin digunakan di laboratorium (Wachida,2016).

9
b) Komposisi
Menurut Zuriani dkk (2019), Komposisi media Nutrien Agar (NA) sebagai
berikut :
Beef extract 3g
Peptone 10 g
NaCl 5g
Agar 15 g
3. Preparasi
Medium NA dibuat dengan cara timbang media NA 2,8 gr dan larutkan
dalam 100 mL akuades kemudian panaskan di atas hotplate hingga homogen,
kemudian sterilkan pada autoklafe suhu 1210C selama 1 jam guna menghindari
tumbuhnya mikroorganisme yang tidak diinginkan. Setelah sterilisasi, media
dapat dituang secara aseptis pada cawan petri steril untuk penggunaan. Sebelum
menuang media, tunggu hingga suam-suam kuku (± 40˚C) lalu dibiarkan pada
suhu ruang hingga media memadat dengan sempurna (Siti dkk, 2018).
2.3.2 Nutrien Broth
1. Deskrisi
Nutrient broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan
dasar adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan Nutrient broth dan Nutrient
agar
yaitu Nutrient broth berbentuk cair sedangkan Nutrient agar berbentuk padat. Fun
gsi kimia dari Nutrient Agar dan broth sebagai medium pertumbuhan mikroba.
Medium Nutrient broth (NB) merupakan medium yang berwarna coklat
yangmemiliki konsisternsi yang cair dimana medium ini berasal dari sintetik
danmemiliki kegunaaan sebagai medium pertumbuhan bakteri sama seperti
media NA (Wahyuningsih dkk, 2018).
2. Komposisi
Menurut Dewi (2016), komposisi medium Nutrient Broth (NB) adalah
sebagai berikut:
Aquades : 500ml
Pepton : 10 gr

10
NaCl
: 5
gr
Beef extrak
: 3
gr
Pine Oil
3. Preparasi
Media cair dipreparasi dengan cara melarutkan 0,3 gram Nutrient Broth ke
dalam 30 ml aquades (1%). Kemudian distribusikan media NB ke dalam tabung
masing-masing 6 ml. Media selanjutnya disterilisasi menggunakan autoclave
dengan suhu 121 0C selama ± 60 menit (Riorifki dkk, 2019).
2.3.4 PDA (Potato Dextro Agar)
1. Deskrisi
PDA adalah medium umum pertumbuhan yang digunakan dalam
mikrobiologi, yang terbuat dari kentang (Potato infusion) dan dekstrosa.
Berdasarkan komposisinya PDA termasuk dalam media semi sintetik karena
tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dextrose dan
agar) (Munandar, 2016:).
2. Komposisi
Menurut Artha (2017), komposisi dari potato dextrose agar sebagai
berikut:
Kentang 40,0 gram
Dextrose 20,0 gram
Agar 15,0 gram.
3. Preparasi
Kentang dibersihkan kemudian dikupas kulitnya dan dipotong dadu
dengan ukuran ± 1 cm, potongan kentang direbus dengan 500 ml air hingga
mendidih dan lunak, lalu saring larutan hingga didapat ekstrak kentang,
campurkan 15,0 gram agar-agar yang telah disiapkan dengan 100 ml air kemudian
diaduk sampai merata, tambahkan dengan dextrosa, larutan ektrak kentang,

11
tambah volume larutan hingga menjadi 1 liter, kemudian rebus kembali hingga
agak mendidih sambil diaduk, kemudian larutan dimasukkan dalam erlemeyer
lalu tutup dengan kapas dan aluminium foil, Selanjutnya sterilisasi dalam
autoclave pada suhu 1210C selama ± 20 menit, agar yang sudah jadi dapat
digunakan langsung.
2.4 Uraian Mikroba
2.4.1 Escherichia coli
1. Klasifikasi Escherichia coli
Menurut Songer dan Post (2005), klasifikasi Escherichia coli adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae Gambar 2.2
Escherichia coli
Genus : Escherichia
(Bentuk mikroskopis)
Spesies : Escherichia coli
2. Morfologi Escherichia coli
Escherichia coli termasuk pada family Enterobacteriaceae. E. coli
merupakan bakteri gram negative yang berbentuk batang pendek atau sering
disebut kokobasil. Bakteri E. coli ini mempunyai flagel, yang mempunyai ukuran
0,4-0,7 µm x 1,4 µm dan memiliki simpai. E. coli memiliki panjang sekitar 2 μm,
diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7 μm, dan bersifat anaerob fakultatif. Dan
membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata
(Hidayati dkk, 2016).
E. coli merupakan bakteri yang memilik 150 tipe antigen O, 50 tipe
antigen H, dan 90 tipe antigen K. Beberapa antigen O dapat dibawa oleh
mikroorganisme lain, sehingga sama seperti yang dimiliki oleh Shigella.
Terkadang penyakit yang spesifik berhubungan dengan antigen O, dapat
ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih dan diare. E. coli merupakan
bakteri anaerob fakultatif yang dapat hidup pada keadaan aerob maupun anaerob.

12
Oksigen digunakan untuk sumber karbon dari luar yang berfungsi sebagai tenaga
untuk tumbuh baik secara oksidatif. Hidup anaerob dengan menggunakan cara
fermentasi sebagai penghasilkan energi untuk kelangsungan hidup (Hidayati dkk,
2016).
3. Patogenesis Escherichia coli
Escherichia coli menjadi pathogen apabila jumlahnya lebih dari normal
yang ada didalam tubuh kita. Bakteri ini juga menghasilkan enterotoksin yang
menyebabkan diare (Cahyani, 2019). Banyak dari strain Escherichia coli yang
berevolusi lalu menghasilkan kemampuan virulens yang dapat menginfeksi host
mereka. Pada beberapa jenis Escherichia coli yang pathogen dapat menyebabkan
infeksi pada saluran kemih (Cahyani,2019).
2.4.2 Streptococcus mutans
1. Klasifikasi Stretococcus mutans
Klasifikasi bakteri Stretococcus mutans menurut Lavannya (2018) yaitu:
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Gambar 2.3
Genus : Streptococcus Streptococcus mutans
Species : Streptococcus mutans (Bentuk Mikroskopis)
2. Morfologi Streptococcus mutans
S. mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak
bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Memiliki bentuk kokus tunggal, bulat atau
bulat telur dan tersusun dalam rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu
sekitar 18 – 400 celsius Lavannya (2018).
3. Patogenesis Streptococcus mutans
S.mutans adalah inisiator karies yang poten karena mempunyai beragam
faktor virulensi yang unik pada bakteri berperan penting, pertama S.mutans adalah
bakteri anaerob yang diketahui memproduksi asam laktat sebagai bagian dari
metabolismenya. Kedua, kemampuan S.mutans untuk melekat pada permukaan

13
gigi dengan adanya sukrosa melalui formasi glukan tidak larut air, sedangkan
polisakarida memfasilitasi perlekatan bakteri ke gigi. Strain S.mutans berkembang
untuk membentuk glukan yang larut dalam air, maka mengurangi kariogenisitas,
terutama pada permukaan gigi yang licin sehingga membutuhkan tahanan yang
lebih besar untuk perlekatan pada gigi terjadi (Lavannya 2018). Menurut Kamiya
et al. (cit. Simon L, 2007) glukan larut dalam air juga dapat menurunkan
konsentrasi kalsium dan fosfat saliva, mengurangi kemampuannya untuk
memperbaiki kerusakan gigi akibat bakteri memproduksi asam laktat.
2.4.3 Bakteri Candida albicans
1. Klasifikasi Candida albicans
Menurut Roehl (2016), klasifikasi Candida albicans adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Fungi
Divisi : Thallophyta
Subdivisi : Fungi
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Family : Cryptococcaceae
Gambar 2.1
Genus : Candida Candida albicans
Spesies : Candida albicans (Bentuk mikroskopis)

2. Morfologi Candida albicans


Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya
untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan
berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan
membentuk hifa semu. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat
lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ (Roehl, 2016).
Candida albicans pada variasi pH 4,5-6,5 pada suhu 280C-370C dapat tumbuh
pada media Sabouraud dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas
yaitu menonjol dari permukaan media, permukaan koloni halus, licin, berwarna
putih kekuning-kuningan dan berbau ragi (Roehl, 2016).
3. Patogenitas Candida albicans

14
Candida albicans menimbulkan suatu keadaan yang disebut kandidiasis,
yaitu penyakit pada selaput lender mulut, vagina dan saluran pencernaan. Infeksi
yang gawat ini dapat menyerang jantung (endokarditis), darah (septisemia), dan
otak (meningitis). Organisme ini dapat hidup sebagai saprofit pada selaput-selaput
lendir tersebut pada kebanyakan orang tanpa mennyebabkan penyakit. Namun
apabila inangnya menjadi lemah karena suatu penyakit, Candida albicans dapat
menyebabkan penyakit (Roehl, 2016).

15
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mikrobiologi Farmasi dengan percobaan Pembuatan Media
serta Isolasi dan Inokulasi Mikroba telah dilaksanakan pada hari selasa, 07
Desember 2021, pada pukul 07.00 – 10.00 selesai di Laboratorium Mikrobiologi
Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: autoklaf, batang
pengaduk, bunsen, cawan petri, dispoable, gelas kimia, gelas ukur, inkubator,
jarum inokulum (ose), labu erlenmeyer, mikropipet, oven, pipet tetes, tabung
reaksi dan timbangan ohaus.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu: alkohol 70%,
aluminium foil, aquadest, kapas, korek api, kultur murni bakteri, medium nutrient
agar, medium nutrient broth, medium potato dextrose agar, NaCl 0,9%, spritus
dan suspensi bakteri
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan medium
a. Medium NA
1. Di Timbang medium NA sesuai prosedur dikemasan (buatlah 50 ml untuk
masing-masing medium).
2. Dimasukan medium yang telah ditimbang kedalam erlenmeyer, setelah itu
ditambahkan aquadest dan aduk sampai merata
3. Di Panaskan dengan hati-hati menggunakan penangas/elemen pemanas
sampai media tercampur homogen (ditunjukan dengan warna yang kuning
jernih). perhatian:pada saat pemanasan jangan sampai terbentuk buih
berlebuhan sampai meluap
4. Di Sumbat mulut erlenmeyer dengan kapas dan aluminium foil.

16
5. sebelum diautolaf, pipet medium NA dan PDA masing-masing 5 ml
kedalam tabung reaksi untuk NA miring, 10 ml kedalam tabung reaksi
untuk NA tegak, 15 ml untuk NA dalam cawan petri (metode isolasi pour
plate), tutup tabung reaksi dengan kapas.
6. Di tuangkan NB kedalam tabung reaksi sebanyak 8 ml. tutup tabung reaksi
dengan kapas
7. Di Sterilkan seluruh media dalam tabung reaksi tersebut dengan
menggunakan autoklaf selama 15 menit, tekanan 1 atm 121oC.
8. Di keluarkan media dan letakan ditempat yang bersih.Bila waktu sterilisasi
sudah selesai dan suhu pada autoklaf sudah menunjukan angka nol.
b. Medium NB
1. Di Timbang medium NB sesuai prosedur dikemasan (buatlah 50 ml untuk
masing-masing medium).
2. Dimasukan medium yang telah ditimbang kedalam erlenmeyer, setelah itu
ditambahkan aquadest dan aduk sampai merata
3. Di Panaskan dengan hati-hati menggunakan penangas/elemen pemanas
sampai media tercampur homogen (ditunjukan dengan warna yang kuning
jernih). perhatian:pada saat pemanasan jangan sampai terbentuk buih
berlebuhan sampai meluap
4. Di Sumbat mulut erlenmeyer dengan kapas dan aluminium foil.
5. sebelum diautolaf, pipet medium NA dan PDA masing-masing 5 ml
kedalam tabung reaksi untuk NA miring, 10 ml kedalam tabung reaksi
untuk NA tegak, 15 ml untuk NA dalam cawan petri (metode isolasi pour
plate), tutup tabung reaksi dengan kapas.
6. Di tuangkan NB kedalam tabung reaksi sebanyak 8 ml. tutup tabung reaksi
dengan kapas
7. Di Sterilkan seluruh media dalam tabung reaksi tersebut dengan
menggunakan autoklaf selama 15 menit, tekanan 1 atm 121oC.
8. Di keluarkan media dan letakan ditempat yang bersih.Bila waktu sterilisasi
sudah selesai dan suhu pada autoklaf sudah menunjukan angka nol.
c. Medium PDA

17
1. Di Timbang medium PDA sesuai prosedur dikemasan (buatlah 50 ml
untuk masing-masing medium).
2. Dimasukan medium yang telah ditimbang kedalam erlenmeyer, setelah itu
ditambahkan aquadest dan aduk sampai merata
3. Di Panaskan dengan hati-hati menggunakan penangas/elemen pemanas
sampai media tercampur homogen (ditunjukan dengan warna yang kuning
jernih). perhatian:pada saat pemanasan jangan sampai terbentuk buih
berlebuhan sampai meluap
4. Di Sumbat mulut erlenmeyer dengan kapas dan aluminium foil.
5. sebelum diautolaf, pipet medium NA dan PDA masing-masing 5 ml
kedalam tabung reaksi untuk NA miring, 10 ml kedalam tabung reaksi
untuk NA tegak, 15 ml untuk NA dalam cawan petri (metode isolasi pour
plate), tutup tabung reaksi dengan kapas.
6. Di tuangkan NB kedalam tabung reaksi sebanyak 8 ml. tutup tabung reaksi
dengan kapas
7. Di Sterilkan seluruh media dalam tabung reaksi tersebut dengan
menggunakan autoklaf selama 15 menit, tekanan 1 atm 121oC.
8. Di keluarkan media dan letakan ditempat yang bersih.Bila waktu sterilisasi
sudah selesai dan suhu pada autoklaf sudah menunjukan angka nol.
3.3.2 Teknik Pemindahan Kultur Mikroba
1. Dipindahkan kultur mikroba dilakukan satu persatu untuk masing-masing
medium (medium NA miring dan PDA miring, medium NA tegak dan
PDA tegak, dan medium NB)
2. Dilonggarkan tutup dari masing-masing tabung reaksi yang berisi media
(jangan dilepaskan)
3. Dipegang tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri ditangan
kiri
4. Dipegang jarum ose pada tangan kanan dan bakar diatas nyala lampu
bunsen hingga kawat memijar. Perhatian: pemanasan jarum ose dilakukan
dari pangkal ke ujung sampai memijar, sebelum digunakan kawat
didinginkan beberapa saat

18
5. Dipegang ose menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, gunakan jari
kelingking untuk membuka tutup tabung reaksi (tutup tabung reaksi tetap
dipegang seperti posisi semula)
6. Dibakar mulut tabung reaksi, masukkan jarum ose dan ambil 1 ose biakan
bakteri
7. Dibakar kembali mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi kembali
8. Diambil tabung reaksi yang akan diinokulasi dengan tangan kiri, dengan
cara yang sama buka tutup tabung reaksi, dan bakar mulut tabung reaksi
9. Diinokulasikan biakan bakteri pada tabung reaksi inokulasi dengan cara
goresan zigzag pada permukaan NA/PDA miring
10. Dibakar mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi kembali, kemudian
bakar ose
11. Diberi label: tanggal percobaan, nama bakteri, teknik pemindahan dan
nama kelompok
12. Dilakukan dengan cara yang sama untuk media nutrient cair/NB
menggunakan jarum ose dan media agar tegak secara tusukan tegak lurus
menggunakan jarum inokulasi
13. Diinkubasikan selama 24 jam (bakteri) dan 72 jam (jamur) pada suhu
kamar dan amati pertumbuhannya
3.3.3 Isolasi Mikroba Dengan Metode Sebar/Tebar (Spread Plate)
1. Dibuat suspensi mikroba dengan menggunakan NaCl fisiologis 0,9%.
Encerkan 10-1 sampai 10-6
2. Dipindahkan 0,1 ml kultur mikroba secara aseptis ke permukaan media
NA/PDA yang telah memadat dalam cawan petri
3. Dibakar spreader yang sebelumnya telah dicelupkan dalam alkohol,
biarkan dingin
4. Ditebarkan/sebarkan kultur bakteri dengan spreader secara merata dan
biarkan sampai permukaan agar mengering
5. Diinkubasikan secara terbalik selama 24 jam (bakteri) dan 72 jam (jamur)
pada suhu kamar dan amati pertumbuhannya
6. Dibandingkan pertumbuhan dari tiap-tiap pengenceran

19
3.3.4 Isolasi Mikroba Dengan Metode Tuang (Pour Plate)
Cara 1:
1. Didinginkan media NA dalam tabung reaksi sampai suhu ± 45 – 50oC
(cirinya: terasa hangat di kulit)
2. Dibuka tutup tabung yang mengandung kultur murni bakteri, dan bakar
leher botol
3. Dipindahkan 1 ml kultur murni bakteri ke dalam tabung reaksi yang
mengandung NA/PDA secara aseptis
4. Dibakar leher tabung diatas bunsen, dan tuangkan media NA/PDA yang
telah mengandung kultur murni bakteri ke dalam cawan petri
5. Digoyangkan perlahan-lahan untuk mencanpur kultur mikroba dengan
NA/PDA sampai homogen. Penggoyangan petri jangan terlalu kuat. Pada
saat penuangan media, petri bias diletakkan dalam radius maksimal 20 cm
dari sumber api (zona steril)
6. Diinkubasi terbalik selama 24 jam (bakteri) dan 72 jam (jamur) pada suhu
kamar dan amati pertumbuhannya
Cara 2:
1. Dipindahkan 20µ suspense bakteri/jamur ke dalam cawan petri kosong
yang telah disterilkan
2. Ditambahkan 15 ml medium NA/PDA suhu ± 45 – 50 oC ke dalam cawan
petri tersebut
3. Digoyangkan perlahan-lahan untuk mencampur kultur bakteri dengan NA
sampai homogen. Penggoyangan petri jangan terlalu kuat. Pada saat
penuangan media, petri bisa diletakkan dalam radius maksimal 20 cm dari
sumber api (zona steril)
4. Diinkubasi terbalik selama 24 jam (bakteri) dan 72 jam (jamur) pada suhu
kamar dan amati pertumbuhannya
3.3.5 Isolasi Isolasi mikroba dengan metode agar miring
1. Dimasukkan 5 ml media Na kedalam tabung reaksi
2. Diletakkan tabung reaksi dengan kemiringan 30-40oC

20
3. Digoreskan satu ose suspensi bakteri pada bagian yang miring tabung
reaksi.
4. Dibiarkan pada suhu kamar hingga media memadat.
5. Setelah memadat, diinkubasi selama 24 jam (bakteri) pada inkubator dan
amati perubahannya.

21
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Inokulasi

Sampel Koloni Mikroba


Sampel
Medium dalam Cawan Petri

Streptococcus
mutans

Positif (+)

4.1.2 Tabel Hasil Pengamatan Isolasi

Sampel Koloni Mikroba


Sampel
Metode Gores Metode Tuang

Streptococcus
mutans

Positif (+) Positif (+)

22
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang pembuatan medium.
Medium atau media agar adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi
yang banyak dipakai untuk isolasi, memperbanyak, pengujian, sifat-sifat fisiologi
dan juga untuk perhitungan mikroba. Medium dapat dibedakan menjadi tiga
macam, berdasarkan susunan kimia yaitu medium organik, medium anorganik,
medium sintetik dan medium nonsintetik. Berdasarkan fungsinya yaitu  medium
diperkaya, medium spesifik, medium diferensiasi, medium penghitung dan
medium penguji (Afrianto, 2018).
Adapun tujuan dari percobaan pembuatan medium yaitu agar mahasiswa
mengetahui dan memahami pengertian dari media pertumbuhan mikroorganisme,
macam-macam media pertumbuhan mikroorganisme dan syarat pertumbuhan
mikroorganisme.
Dalam percobaan ini digunakan medium nutrient agar (NA). Langkah pertama
ditimbang bubuk NA sebanyak 8 gram menggunakan neraca analitik, kemudian
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer yang berbeda. Lalu ditambahkan aquadest
sebanyak 500 mL ke dalam setiap labu erlenmeyer tadi. Dihomogenkan masing-
masing campuran tadi dengan menggunakan pemanasan. Menurut Cappuccino
(2017), tujuan dari proses pemanasan yaitu untuk meningkatkan kelarutan dari
bahan yang digunakan, sehingga nantinya akan membentuk suatu campuran yang
homogen.
Campuran yang telah homogen ditandai dengan perubahan larutan
menjadi berwarna bening atau kekuningan. Selanjutnya, ditutup labu erlenmeyer
menggunakan kapas dan aluminium foil. Terakhir, disterilisasi masing-masing
media tadi menggunakan autoklaf pada tekanan 1,5 atm dengan suhu 121 oC
selama 15 menit dan kemudian disimpan ditempat yang bersih dan aman. Menurut
Dwidjoseputro (2017), proses sterilisasi menggunakan autoklaf bertujuan untuk
membunuh bakteri yang masih tersisa.
Pada percobaan selanjutnya yaitu pemindahan kultur mikroba secara
isolasi dan inokulasi. Menurut Lutfi (2018), teknik isolasi yaitu suatu proses
mengambil bakteri dari medium atau dari lingkungan asalnya lalu

23
menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang murni.
Sedangkan teknik inokulasi adalah proses memindahkan mikroba dari medium
yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
Dengan kata lain, inokulasi adalah suatu upaya untuk menanamkan suatu
mikroba.
Dalam melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu
diusahakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar
tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi. Pemindahan kultur
mikroba dilakukan secara satu persatu, dengan cara tutup dari masing-masing
media diloggarkan tetapi jangan dilepaskan. Menurut Melnick (2019), tujuan
pemindahan kultur mikroba yaitu untuk memisahkan dan membiakkan bakteri
yang terdapat dalam campuran sehingga diperoleh isolat bakteri atau biakan murni
dari bakteri tersebut.
Percobaan selanjutnya yaitu isolasi mikroba dengan menggunakan metode
tuang. Pada metode tuang, disiapkan cawan petri kosong. Kemudian dimasukkan
suspensi bakteri terlebih dahulu,setelah itubaru dimasukkan medium yang
digunakan. Menurut Wattimena (2017), tujuan inokulasi bakteri dengan cara
penuangan yaitu nantinya sel-sel bakteri tidak hanya terdapat pada permukaan
agar saja, tapi juga di dalam atau dasar agar sehingga bisa diketahui sel yang dapat
tumbuh di permukaan agar yang kaya O2dan di dalam agaryang tidak begitu
banyak mengandung O2.Dalam hal inidapat diperkirakan jumlah bakteri yang
hidup dalam suatu cairan. Hasil perhitungan jumlah bakteri pada cara penuangan
dinyatakan dalam koloni.
Penanaman bakteri dengan metode gores yaitu dilakukan dengan
mengambil 1 ose biakan bakteri dari kultur bakteri kemudian digores pada
medium NA pada cawan petri. Menurut Widjajanti (2016), inokulasi bakteri
dengan penggoresan bertujuan membuat garis sebanyak mungkin pada permukaan
medium pembiakkan menggunakan jarum ose,sehingga dapat membentuk garis-
garis yang banyak, kemudian semakin lama semakin sedikit, sehingga pada garis
akhir koloni murni yang terbentuk akan terpisah-pisah.

24
Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi pada praktikum kali ini yaitu
adanya kesalahan pada saat proses pembuatan media, kesalahan pada saat
pemindahan kultur mikroba, dan kesalahan pada saat melakukan penuangan, serta
ketika proses pemijaran. Selain itu, kesalahan pada saat penggoresan pada media
juga dapat mempengaruhi hasil akhir, serta proses inkubasi yang kurang
maksimal.

25
BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas
campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme
untuk tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut. Media ini
berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia nutrisi
bagi mikroorganisme yang akan dibiakan pada media.
2. Macam-macam media pertumbuhan mikroorganisme yaitu Nutrient Agar
(NA), Nutrient Broth (NB), dan Potato Dextrose Agar (PDA).
3. Syarat pertumbuhan media mikroba yang baik harus mengandung semua zat
hara yang mudah digunakan oleh mikroba, mempunyai tekanan osmosa,
tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang
ditumbuhkan, mengandung zat-zat yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba, serta harus berada dalam keadaan steril
sebelum digunakan, agar mikroba yang diinginkan dapat tumbuh baik.
6.2 Saran
6.2.1 Saran Untuk Asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih memaksimalkan waktu dan bimbingan
terhadap praktikan dalam menjalankan praktikum Farmasi Fisika sehingga
praktikum dapat berjalan dengan baik.
6.2.2 Saran Untuk Praktikan
Saran untuk praktikan agar lebih menguasai teori serta cara kerja percobaan
sehingga pada saat praktikum dapat menjalankan praktikum dengan baik.
6.2.3 Saran Untuk Jurusan
Saran kami kepada Jurusan Farmasi Universitas Negeri Gorontalo agar lebih
menunjang kegiatan seluruh praktikum yang ada pada jurusan farmasi agar lebih
maksimal. Baik itu menyediakan fasilitas, transportasi dan administrasi lainnya.
6.2.4 Saran Untuk Laboratorium

26
Saran untuk laboratorium agar dapat memberikan dukungan dalam hal
kelengkapan alat-alat laboratorium agar praktikan dapat melaksanakan praktikum
dengan lebih maksimal.

27
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy, 2018, Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan, Departemen


Pendidikan Nasional, Jakarta.

Cappuccino, J G. & Sherman, N. 2017. Microbiology: A Laboratory Manual.


California: The Benjamin/Cummings Publishing Company,Inc.

Dwidjoseputro, 2017. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta

Lutfi, Ahmad, 2018, Kimia Lingkungan, Departemen Pendidikan Nasional,


Jakarta.

Melnick, dan Aldelberg. 2019. Mikrobiologi Kedokteran buku1. Salemba.


Medika.Surabaya.

Pratiwi, H. 2018. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.


Wattimena.2017. Diktat Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Lab ultur Jaringan
Tanaman PAU Bioteknologi IPB .Bogor.

Widjajanti, U, Nuraini, 2016. Obat-obatan. Kanisus, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai