Anda di halaman 1dari 45

Laporan Praktikum

MIKROBIOLOGI FARMASI DASAR


“PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN
MIKROORGANISME”

Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Mikrobiologi Farmasi Dasar

OLEH

KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : C-S1 FARMASI 2021
ASISTEN : RAHAYU ANATASYA PUTRI ABDULLAH

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
LEMBAR PENGESAHAN
MIKROBIOLOGI FARMASI DASAR
“PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN
MIKROORGANISME”

OLEH :

KELOMPOK IV (EMPAT)
KELAS C-S1 FARMASI 2021

1. MOH GUNAWAN ABAS (821421114)


2. SRI WAHYUNI HIOLA (821421087)
3. RISKA ALIFIA NANDA (821421089)
4. NUR ANDHITA PUTRI DJALIL (821421094)
5. INAYAH MAURA A. POMALINGO (821421118)

Gorontalo, Desember 2022 NILAI


Mengetahui,
Asisten

RAHAYU ANATASYA PUTRI ABDULLAH


KATA PENGANTAR
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji syukur bagi Allah SWT dengan nikmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum Mikrobiologi Farmasi dengan judul “Pengaruh
Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme”. Adapun tujuan dari menulis
laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas laporan praktikum dari Asisten pada
Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Selain itu, Laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme.
Kami mengucapkan terima kasih kepada penanggung jawab Laboratorium
Mikrobiologi Farmasi dan asisten Laboratorium Mikrobiologi Farmasi yang telah
memfasilitasi kami dalam melakukan Praktikum Mikrobiologi Farmasi.
Kami juga menyadari bahwa tak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan pengampu mata kuliah demi
penyempurnaan tulisan ini.
Semoga laporan yang kami tulis dapat bermanfaat buat siapapun yang
membacanya, sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Gorontalo, November 2022

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2
1.3 Tujuan Percobaan.......................................................................................2
1.4 Manfaat Percobaan.....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................4
2.1 Dasar Teori.................................................................................................4
2.2 Uraian Bahan .............................................................................................7
2.3 Uraian Media ...........................................................................................11
2.4 Uraian Bakteri ..........................................................................................13
2.5 Kajian Penelitian Yang Relevan ..............................................................14
BAB III METODE PRAKTIKUM .....................................................................16
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ..............................................................16
3.2 Alat dan Bahan .........................................................................................16
3.3 Cara Kerja ................................................................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................19
4.1 Hasil .........................................................................................................19
4.2 Pembahasan..............................................................................................21
BAB V PENUTUP ...............................................................................................27
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................27
5.2 Saran ........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme (makhluk) kecil yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Organisme kecil itu disebut dengan mikroorganisme, mikroba atau jasad renik. Dalam
mikrobiologi tercakup lima kelompok mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, alga,
protozoa dan virus. Mikroorganisme diketahui sangat beraneka ragam, dan ditemukan
pada hampir semua tempat di bumi ini. Penelitian yang dilakukan oleh ahli-ahli
mikrobiologi menghasilkan berbagai aspek penting yang menentukan berkembangnya
mikrobiologi sebagai ilmu dasar dan terapan. Kemajuan pengetahuan dalam bidang
molekuler, rekayasa genetika dan bioteknologi tidak lepas dari peran mikrobiologi
(Kandou, 2019).
Dalam mikrobiologi, dibutuhkan suatu teknik khusus untuk mempelajari
mikroorganisme. Di dalam laboratorium mikrobiologi dan bakteriologi untuk
menumbuhkan dan mempelajari sifat-sifat mikroorganisme seperti bakteri diperlukan
suatu media sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme. Pengembangan media
kultur bakteri memegang peranan yang sangat penting di bidang mikrobiologi. Dengan
mengisolasi suatu bakteri dan menumbuhkanya dengan media buatan kita dapat
mengidentifikasi, dan mempelajari sifat suatu bakteri.
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.
Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil
(mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa
kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan
industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan
organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar
perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks (Siboro,
2018).
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat

1
morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient
yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang
memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam
persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda – beda. Untuk
berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrient serta
faktor lingkungan yang sesuai.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan percobaan pengaruh lingkungan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme, mengingat pentingnya peran percobaan ini
dilakukan khususnya dibidang kesehatan. Diharapkan pula dengan dilakukannya
percobaan ini dapat menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa terkait dengan
bagaimana pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba?
2. Bagaimana pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroba?
3. Bagaimana pengaruh cahaya matahari (UV) terhadap pertumbuhan mikroba?
4. Bagaimana pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan mikroba?
5. Bagaimana pengaruh zat kimia terhadap pertumbuhan mikroba?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh suhu terhadap
pertumbuhan mikroba
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh pH terhadap
pertumbuhan mikroba
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh cahaya matahari (UV)
terhadap pertumbuhan mikroba
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh tekanan osmotik
terhadap pertumbuhan mikroba
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh zat kimia terhadap
pertumbuhan mikroba
1.4 Manfaat Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh suhu terhadap
pertumbuhan mikroba

2
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh pH terhadap
pertumbuhan mikroba
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh cahaya matahari
(UV) terhadap pertumbuhan mikroba
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh tekanan osmotik
terhadap pertumbuhan mikroba
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh zat kimia
terhadap pertumbuhan mikroba

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme juga merupakan
mahluk hidup yang mudah beranak pinak dan berpotensi untuk menghasilkan berbagai
produk bernilai ekonomis tinggi bagi manusia, misalnya antibiotic, vaksin dan enzim.
Potensi ini dapat termanfaatkan manakala manusia dapat membujuk mikroorganisme
ini guna menghasilkan apa yang diharapkan. Mikroorganisme merupakan makhluk
hidup yang memiliki ukuran yang sangat kecil. Mikroorganisme ada yang hanya
terdiri dari sel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Setiap sel
memiliki kemampuan untuk mengalami pertumbuhan, memperbanyak diri, dan
menghasilkan energi (Kumar 2012).
2.1.2 Jenis- jenis mikroorganisme
Jenis-jenis mikroorganisme menurut Ulfayani Mayasari (2020), antara lain:
1. Bakteri
Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas
dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang
hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan. Ukuran sel bakteri pada umumnya
adalah 0,5-1,0 µm, dan mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat atau kokus, batang
atau Bacillus, dan bentuk spiral
Bakteri yang keberadaanya banyak sekali ini, memungkinkan untuk menjadi
salah satu penyebab penyakit pada manusia Bakteri yang menyebabkan penyakit pada
manusia adalah bakteri patogen (Maryati,2013)

Gambar 2.1
Bakteri
4
2. Virus
Virus adalah suatu jasad renik yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat
dilihat dengan mikroskop elektron yang menginfeksi sel organisme biologis, parasit
intraseluler obligat yang berukuran antara 20-300 nm, bentuk dan komposisi kimianya
bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA atau DNA saja.
Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang terdiri dari
asam nukleat yang dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama virion. Virion tidak
melakukan aktivitas biosinteis dan reproduksi. Pada saat virion memasuki sel inang,
baru kemudian akan terjadi proses reproduksi. Virus ketika memasuki sel inang akan
mengambil alih aktivitas inang untuk menghasilkan komponen- komponen pembentuk
virus.Virus ukurannya sangat kecil dan dapat melalui saringan (filter) bakteri. Ukuran
virus umumnya 0,01-0,1 µ. Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa.
Untuk melihat virus diperlukan mikroskop elektron. Sifat-sifat virus yang penting
antara lain:
1) Virus hanya mempunyai 1 macam asam nuklein (RNA atau DNA)
2) Untuk reproduksinya hanya memerlukan asam nuklein saja.
3) Virus tidak dapat tumbuh atau membelah diri seperti mikrobia lainnya

Gambar 2.2
Virus
3. Fungi (Jamur)
Jamur adalah tumbuhan tanpa klorofil dan hidup bergantung dengan makhluk
hidup lainnya. Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik
yang mempunyai inti dan organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan benang-
benang sel tunggal panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut dengan miselium.
Miselium merupakan massa benang yang cukup besar dibentuk dari hifa yang saling

5
membelit pada saat jamur tumbuh. Jamur mudah dikenal dengan melihat warna
miseliumnya. Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak
bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup
dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan
senyawa pati dari organisme lain (Putri, 2020)

Gambar 2.3
Fungi (Jamur)
4. Algae
Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan
perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki organ
seperti yang dimiliki tumbuhan seperti akar, batang, daun, dan sebagainya. Karena itu
alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus. Alga merupakan organisme
yang hidup di habitat perairan baik itu di perairan air tawar ataupun air laut. Sebagian
dari spesies alga hidup di suhu yang sangat dingin seperti perairan dingin ataupun di
puncak gunung. Namun ada juga spesies alga yang hidup perairan bersuhu tinggi pada
batu-batuan dan sumber air panas seperti di Yellowstone National Park. Selain di
perairan, alga juga dapat hidup pada tanah yang lembab, pohon dan permukaan batuan
(Nurrohman, 2016)

Gambar 2.4
Algae

6
5. Protozoa
Protozoa merupakan hewan bersel satu dan memiliki bentuk yang bermacam-
macam, ada yang tetap dan tidak tetap. Pada protozoa yang berbentuk tetap ini
dikarenakan karena telah meiliki pelliculus (kulit) dan ada beberapa yang memiliki
cangkang kapur

Gambar 2.5
Protozoa

2.1.4 Faktor Pengaruh Pertumbuhan Bakteri


Menurut Arivo debi (2017), Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri adalah:
1. Nutrien
Nutrien atau zat makanan yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri harus
mengandung sumber karbon, sumber nitrogen, mineral (sulfur, fosfat) dan faktor-
faktor pertumbuhan yang meliputi asam amino, purin, pirimidin dan vitamin.
Persyaratan untuk pertumbuhan bakteri beraneka ragam sesuai dengan jenis
bakterinya. Beberapa bakteri dapat memperbanyak diri pada berbagai jenis nutrisi,
sedangkan yang lain mempunyai kekhususan dan hanya membutuhkan jenis nutrisi
tertentu untuk pertumbuhanya
2. Suhu
Suhu optimal untuk pertumbuhan bagi bakteri sangat bervariasi tergantung
pada jenis bakteri itu sendiri. Pada suhu yang tepat (optimal), sel bakteri dapat
memperbanyak diri dan tumbuh sangat cepat. Sedangkan pada suhu yang lebih
rendah atau lebih tinggi, masih dapat memperbanyak diri, tetapi dalam jumlah yang
lebih kecil dan tidak secepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada suhu
optimalnya.
3. Kelembaban
Kelembapan sangat penting untuk pertumbuhan bakteri, bakteri membutuhkan
7
kelembapan tinggi yang umumnya untuk pertumbuhan bakteri yang baik
dibutuhkan kelembapan diatas 85%. Udara yang sanagat kering dapat membunuh
bakteri, tetapi kadar kelembapan minimum yang diperlukan untuk mendukung
pertumbuhan bakteri bukanlah merupakan nilai pasti.
4. Pencahayaan cahaya yang berasal dari sinar matahari dapat mempengaruhi
pertumbuhan bakteri. Bakteri lebih menyukai kondisi gelap, karena terdapatnya
sinar matahari secara langsung dapat menghambat pertumbuhan bakteri
5. Oksigen
Kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu mencerminkan mekanisme yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Berdasarkan kebutuhan oksigen
tersebut, bakteri dapat dipisahkan menjadi lima kelompok:
a) Anaerob obligat yang tumbuh hanya dalam keadaan tekanan oksigen sangat
rendah dan oksigen bersifat toksik.
b) Anaerob aerotoleran yang tidak mati denga adanya paparan oksigen.
c) Anaerob fakultatif, dapat tumbuh dalam keadaan aero dan anaerob
d) Aerob obligat membutuhkan oksigen untuk pertumbuhanya
e) Mikroaerofilik yang tumbuh baik pada tekanan oksigen rendah, tekanan tinggi
dapat menghambat pertumbuhannya
6. Konsentrasi ion hydrogen (pH) pH pembenihan juga mempengaruhi kuman,
kebanyakan kuma pathogen mempunyai pH optimum 7,2 – 7,6. Meskipun suatu
pembenihan pada mulanya baik bagi suatu kuman, tetapi pertumbuhan kuman
selanjutnya juga akan terbatas Karena produk metabolism kuman itu sendiri. Hal ini
terutama dijumpai pada kuman yang bersifat fermentatif yang menghasilkan
sejumlah besar asam-asam organik yang bersifat menghambat.
7. Tekanan osmotik Suatu tekanan osmotik akan sangat mempengaruhi bakteri
jika tekanan osmotik lingkungan lebih besar (hipertonis) sel aka mengalami
plasmolisis. Sebaliknya jika tekanan osmotik lingkungan yang hipotonis akan
menyebabkan sel membengkak dan juga akan megakibatkankan rusaknya sel. Oleh
karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat
tekanan osmotic yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi,
perbedaan tekanan osmotic dengan lingkungannya tidak boleh terlalu besar

8
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Depkes RI, 1979; Rowe et al, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol
Rumus molekul : C2H5OH
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus struktur :
H3C OH

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah


bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan
dalam eter
Khasiat : Sebagai antiseptic dan desinfektan
Penyimpanan : Terhindar dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari
nyala api, dalam wadah tertutup rapat, terlindung
Kegunaan : Sebagai larutan yang digunakan untuk mensterilkan alat
2.2.2 Ammonia (Kemenkes RI, 2014)
Nama resmi : AMMONIA
Nama lain : Ammonia
Rumus molekul : NH4OH
Berat molekul : 34,46 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan, tidak berwarna; berasap, bau merangsang. Jika


diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
9
Kegunaan : Sebagai pereaksi
2.2.3 Aquades (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Aquadest, Air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Struktur :

Kelarutan : Larut dalam semua jenis larutan


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunyai rasa, tidak
berbau
Khasiat : Pelarut
Kegunaan : Sebagai Pembilas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.4 Aqua Pro injeksi (Ditjen POM, 1979 Hal 96)
Nama Resmi : AQUA PURIFICATA
Nama Latin : Aqua pro injeksi
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : H2O


Berat Molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunyai rasa,
tidak berbau
Kelarutan : Larut dengan pelarut yang paling polar
Khasiat : Dapat melarutkan berbagai zat
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

10
2.2.5 Asam asetat (Kemenkes, 2014)
Nama resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama lain : Asam asetat, cuka, CH
Rumus molekul : CH3COOH
Berat Molekul : 60,05 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk,rasa asam,


tajam
Kelarutan : Larut dalam air dengan etanol (95%) dengan gliserol
Khasiat : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
2.2.6 Asam klorida (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam klorida
Rumus Molekul : HCl
Berat Molekul : 36,46 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika


diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang
Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai medium pH asam
2.2.7 Natrium Klorida (Ditjen POM, 2014; Pubchem, 2022)
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama lain : Natrium Klorida
Rumus molekul : NaCl

11
Berat molekul : 58,44 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur heksadel tidak berwarna atau serbuk hablur putih


tidak berbau, rasa asin
Kelarutan : Lebih mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut dalam
etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Sumber ion dan ion natrium
Kegunaan : Sebagai pereaksi

2.3 Uraian Mikroba Uji


2.3.1 Bakteri Staphylococcus epidermidis
1. Klasifikasi Staphylococcus epidermidis
Klasifikasi Staphylococcus epidermidis menurut Soedarto (2015) yaitu
Divisi : Eukariota
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus Gambar 2.6
Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus epidermidis epidermidis
2. Morfologi Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram positif, tidak bergerak,
tidak berspora, pada media kultur padat berbentuk kokus berkelompok tidak
teratur,susunannya mirip anggur, menonjol, berkilau, tidak menghasilkan pigmen,
berwarna putih porselen sehingga Staphylococcus epidermidis disebut Staphylococcus
albus. Berbentuk sferis dengan diameter 1µm dan tersebar dalam kelompok regular.
Koloni Staphylococcus epidermidis memiliki penampakan bulat halus timbul dan
mengkilap, berwarna abu-abu hingga putih, bersifat nonmotil dan tidak membentuk
spora. Staphylococcus tumbuh optimal pada suhu 37℃ dalam media aerob atau

12
mikroaerofilik dan membentuk pigmen terbaik (Namvar et al., 2014)
3. Patogenesis Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis terdapat sebagai flora normal pada kulit manusia
dan pada umumnya tidak menjadi masalah bagi orang normal yang sehat.
Patogenitasnya merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang
dihasilkannya. Akan tetapi, kini organisme ini menjadi patogen oportunitis yang
menyebabkan infeksi nosokomial pada bagian persendian dan pembuluh darah.
Staphylococcus epidermidis memproduksi toksin atau zat racun. Bakteri ini juga
memproduksi semacam lendir yang memudahkannya untuk menempel dimana-mana,
termasuk di permukaan alat-alat yang terbuat dari plastik atau kaca (Kaper et al,
2012).
4. Cara Penularan
Staphylococcus epidermidis memproduksi toksin atau zat racun. Bakteri ini
juga memproduksi semacam lendir yang memudahkannya untuk menempel dimana-
mana, termasuk di permukaan alat-alat yang terbuat dari plastik atau kaca. Lendir
tersebut membuat Staphylococcus epidermidis lebih tahan terhadap fagositosis (salah
satu mekanisme pembunuhan bakteri oleh sistem kekebalan tubuh) dan beberapa
antibiotika tertentu (Yonanda dkk., 2016).
2.4 Uraian Media
2.4.1 Nutrient Agar (NA)
a. Pengertian Nutrient Agar
Media Nutrient Agar (Na) merupakan media kompleks yang memiliki
kandungan nutrisi tinggi yang terdiri dari ekstrak daging, ekstrak ragi atau tumbuh-
tumbuhn, atau protein seerhana dari sumber lain yang sangat dibutuhkan oleh bakteri
untuk tumbuh dn berkembang. Media ini dapat digunakan untuk budidaya bakteri dan
isolasi biakan murni yang mana media ini rutin digunakan di laboratorium (Radji,
2010).
Nutrient Agar (Na) adalah media dengan nutrisi minimal dan protein yang
konsentrasi rendah. Pertumbuhan koloni pada media ini menandakan bakteri
nonfastidious dan tidak memerlukan suplemen khusus. Natrien Agar (Na) banyak
digunakan sebagai media penyimpanan bakteri (Departemen Mikrobiologi Klinik,
2015).
13
b. Komposisi Nutrient Agar
Menurut Sari (2019), Komposisi media Nutrien Agar (NA) adalah sebagai berikut :

Bahan Komposisi
Lemco beef extract 1 gram
Yeast extract 2 gram
Peptone 5 gram
NaCl 5 gram
Agar 15 gram

c. Preparasi/Petunjuk
Media Nutrient Agar (NA) Media nutrient agar dibuat dengan tujuan sebagai
media kultur isolat bakteri. Sebelum membuat media nutrient agar, dilakukan
sterilisasi petry disk di dalam autoclave selama ± 1 jam dengan suhu 121ºC. Setelah
itu, bahan media agar dibuat dengan mencampurkan 2 gram nutrient broth (1%), dan 4
gram agar (2%) ke dalam 200 ml air garam dan diaduk menggunakan magnetic
steerer. Setelah bahan teraduk secara sempurna, erlenmeyer ditutup menggunakan
kapas dan alumunium foil dan disterilkan menggunakan autoclave dengan suhu 121ºC
selama ± 1 jam. Media yang sudah steril kemudian dituang secara aseptik ke dalam
petry disk steril hingga permukaan petry disk tertutup dengan media agar.
Selanjutnya, media agar didiamkan hingga mengeras dan ditutup menggunakan Cling
Wrap agar tidak terkontaminasi. Media agar digunakan sebagai media tumbuh dan
isolasi bakteri (Napitupulu, 2019).
2.3.2 NB (Nutrient Broth)
a. Pengertian NB (Nutrient Broth)
Nutrient Borth (NB) termasuk kedalam media umu yang digunakan untuk
menumbuhkan biakan secara general. NB diformulasikan dengan sumber karbon dan
nitrogen supaya dapat memenuhi kebutubhan nitrogen supaya dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi bakteri. Komposisi NB terdiri dari beef exract sebagai sumber
karbon dan pepton sebagai sumber nitrogen (Kurniasari, 2015)

14
b. Komposisi
Menurut (Kurniasari, 2015), komposisis media NB yaitu:

Nama Bahan Komposisi

Ekstrak daging sapi 3 gram

Pepton 10 gram

NaCl 5 gram

Air 500 mL

Air Limbah Tekstil 500 mL

c. Petunjuk
Semua bahan tersebut dilarutkan dengan aquadest sebanyak 500mL dalam gelas
beker sambil diaduk, dan volume digenapkan menjadi 1000 mL dengan air limbah
tekstil. Diatur pH yang berkisar antara 6,8-7,2 dan dibiarkan hingga mendidih serta
homogen. Selanjutnya disterilkan pada autoklaf 121oC denga tekanan 1,5 atm. Pada
medium NB 50% volume air diganti oleh air limbah sebagai media adaptasi bagi
bakteri (Kurniasari, 2015)
2.5. Kajian Penelitian Yang Relevan
Jurnal yang mendukung laporan ini adalah
2.5.1 Debi Arivo dan Nurul Annissatussholeha (2017) “Pengaruh Tekanan
Osmotik, pH, dan Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli”
Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Tekanan Osmotik, pH, dan Suhu
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli” bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan optimal bakteri E. coli berdasarkan pengaruh tekanan osmotik, pH, dan
suhu dalam pertumbuhannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimental
Laboratorik dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel yang digunakan
berupa bakteri E. coli. Metode penelitian yang digunakan yaitu untuk melihat
pengaruh tekanan osmotik, bakteri E. coli ditumbuhkan pada media Nutrien Broth
(NB) yang diberi variasi konsentrasi NaCl masing-masing sebesar 0%,
0,5%, 0,8%, dan 1,5%. Untuk uji pengaruh pH, bakteri E. coli masing-masing
ditumbuhkan pada media NB pada pH sebesar 3,5, 7, dan 9. Untuk melihat suhu
15
pertumbuhan optimal, masing-masing bakteri E. coli ditumbuhkan pada media NB dan
diinkubasi pada suhu 10℃, 27℃, 37℃, dan 50℃.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai tekanan osmotik,
pH, dan suhu terhadap pertumbuhan bakteri E. coli berdasarkan nilai absorbansi pada
pada masing-masing setiap perlakuan. Berdasarkan pengaruh tekanan osmotik, bakteri
E. coli memiliki pertumbuhan optimal pada tekanan osmotik sebesar 0,5% dengan
nilai absorbansi sebesar 0.486 nm. Pada perlakuan perbedaan pH, E. coli paling
optimal ditumbuhkan pada pH 7 dengan nilai absorbansi sebesar 0.42 nm. Sedangkan
pada perlakuan perbedaan suhu, pertumbuhan E. coli paling optimal ditumbuhkan
pada suhu 37℃ dengan nilai absorbansi sebesar 0.227 nm. Nilai absorbansi
mengindikasikan tingkat kekeruhan media terhadap pertumbuhan E. coli. Semakin
tinggi nilai absorbansi berarti semakin keruh media pertumbuhan yang berarti semakin
banyak pertumbuhan bakteri dalam media tersebut.
Yang membedakan jurnal ini dengan percobaan yang dilakukan pada
praktikum yaitu pada jurnal ini menggunakan bakteri Escherichia coli dengan
menggunakan metode tekanan osmotik pada konsentrasi NaCl sebesar 0%,
0,5%, 0,8%, dan 1,5% dan untuk pengaruh suhu menggunakan suhu 10℃, 27℃, 37℃,
dan 50℃. Sedangkan pada percobaan yang dilakukan pada saat praktikum
menggunakan bakteri Staphylococcus epidermidis dengan pengaruh tekanan osmotik
pada konsentrasi NaCl sebesar 0,3%, 0,9%, dan 15% dan pada suhu menggunakan
suhu 5℃, 25℃, dan 30℃.

16
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Mikrobiologi Farmasi percobaan pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme dilaksanakan pada hari Rabu, 2 November 2022
pukul 15.00 sampai dengan 18.00 WITA, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi
Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah Autoklaf, Batang
pengaduk, Bunsen, Cawan petri, Disposible, Gelas kimia, Gelas ukur, Indicator pH,
Jarum inokulum (ose), Mikropipet, Penangas air, Oven Inkubator, Rak tabung,
Tabung reaksi dan Timbangan analitik.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah alkohol 70%,
amonia, asam asetat, aqua pro injeksi, aquadest, medium Nutrient Agar & Nutrient
Broth, dan natrium klorida.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pengaruh Suhu
1. Disiapkan empat tabung reaksi yang telah diberi etiket, masing- masing
tabung diberi tanda 5 °C, 25 °C, 37 °C, dan tabung terakhir sebagai kontrol.
2. Dimasukkan pada masing-masing tabung medium NB sebanyak 5 ml.
3. Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri ke dalam masing-
masing tabung
4. Diinkubasi selama 1x24 jam
5. Diamati kekeruhannya
3.3.2 Pengaruh pH

1. Disiapkan 4 tabung reaksi.Diberi tanda pada masing-masing tabung pH 3,


Ph 7, pH 9, dan kontrol Kemudian masukkan pada masing-masing tabung
medium NB sebanyak 5 ml.
2. Ditambahkan asam asetat untuk pH 3, aqua pro injeksi untuk pH 7, dan
17
amonia untuk pH 9
3. Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri ke dalam masing-
masing tabung reaksi
4. Diinkubasi selama 1x24 jam
5. Diamati kekeruhannya
3.3.3 Pengaruh Cahaya
1. Disiapkan 3 cawan petri.
2. Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri ke dalam masing-
masing cawan petri
3. Ditambahkan medium NA sebanyak 10 ml (suhu 45-50 °C), di homogenkan
kemudian di biarkan memadat
4. Setelah itu, cawan petri pertama dibungkus dengan kertas karbon dan
biarkan terpapar matahari selama 15 menit, cawan petri kedua, tidak
dibungkus karbon dan dibiarkan terpapar matahari selama 15 menit.
Sedangkan cawan petri yang ketiga adalah kontrol
5. Diinkubasi selama 1x24 jam
6. Diamati kekeruhannya
3.3.4 Pengaruh Tekanan Osmotik
1. Disiapkan 4 cawan petri, diberi label 0,3%, 0,9%, 15%
2. Dimasukkan medium NA sebanyak 10 ml, lalu di tambahkan larutan NaCl
dengan masing-masing konsentrasi 0,3%, 0,9%, 15%.
3. Digoreskan masing-masing suspense bakteri ke dalam masing-masing
cawan petri
4. Diinkubasi selama 1x24 jam
5. Diamati kekeruhannya

3.3.5 Pengaruh Zat Kimia


1. Disiapkan 4 buah cawan petri
2. Dimasukkan larutan antiseptic, desinfektan, antibiotic, pengawet, aqua pro
injeksi kedalam masing masing vial
3. Dimasukkan papper disk kedalam masing-masing vial tersebut, dan rendam
selama 30 menit.
4. Disiapkan dua buah cawan petri, kemudian dimasukkan masing- masing dua

18
ose suspensi bakteri ke dalam masing-masing cawan petri
5. Ditambahkan medium NA sebanyak 10 ml (suhu 45 50 °C), di homogenkan
6. Ditanamkan paper disk yang telah direndam ke dalam cawan petri kemudian
di biarkan memadat
7. Diinkubasi selama 1x24 jam
8. Diamati kekeruhannya

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

pH
Mikroba Kontrol
3 7 9

Staphylococcus
epidermidis

Tidak terdapat Terdapat Tidak terdapat


pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan

4.1.2 Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme


Suhu
Mikroba Kontrol
5oC 25oC 37oC

Staphylococcus
epidermidis

Tidak terdapat Tidak terdapat Terdapat


pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan

20
4.1.3 Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

Pertumbuhan Mikroba
Mikroba Perlakuan Kontrol
Tidak dipaparkan

Staphylococcus Dibungkus
epidermidis

Terdapat
Terdapat pertumbuhan
pertumbuhan

Tidak
dibungkus

Terdapat
Terdapat pertumbuhan
pertumbuhan

4.1.4 Pengaruh Tekanan Osmotik Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

Tekanan Osmotik
Mikroba
0,3% 0,9% 15% Kontrol

Staphylococ
cus
epidermidis
Tidak terdapat Terdapat Tidak terdapat
pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan

21
4.1.5 Pengaruh Zat Kimia Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme
Zat Kimia kontrol
Mikroba
Antiseptik Pengawet Desinfektan Positif negatif

Staphylococcus
epidermidis

Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme, menurut Roger (2019), mikroorganisme merupakan
semua makhluk yang berukuran beberapa mikron atau lebih kecil lagi. Kelompok
mikroorganisme yang paling banyak tersebar di udara bebas adalah bakteri, jamur
(termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalga. Belum ada mikroorganisme yang
habitat aslinya di udara. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila
dibandingkan dengan di air atau di tanah. Mikroorganisme udara dapat dipelajari dalam
dua bagian, yaitu mikroorganisme udara di luar ruangan dan mikroorganisme udara di
dalam ruangan. Mikroorganisme paling banyak ditemukan di dalam ruangan.
Pada percobaan pertama yaitu tentang pengaruh suhu pada pertumbuhan
mikroorganisme. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
bunsen, dispo 10ml dan 5ml, erlenmeyer, inkubator, jarum ose, rak tabung, Tabung
reaksi. Dan bahan yaitu: Aquadest dan Alkohol. Setelah itu, menyiapkan empat tabung
reaksi yang telah diberi label 5ºC, 25ºC, 37ºC, dan tabung terakhir sebagai kontrol.
Alasan penggunaan tabung reaksi menurut Zakirman (2020), yaitu tabung reaksi
berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan larutan/ bahan kimia serta sebagai tempat
mengembangbiakan mikroba dalam media cair. Langkah selanjutnya dimasukkan pada
tabung reaksi masing-masing medium NB sebanyak 10 ml, penggunaan medium NB
karena Nutrient Broth (NB) termasuk ke dalam media umum yang digunakan untuk
22
menumbuhkan biakan secara general. Medium Nutrient Broth (NB) merupakan medium
yang berwarna coklat yang memiliki konsistensi yang cair dimana medium ini berasal
dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri
(Rere, 2013).
Jarum ose dipijarkan di dalam api bunsen untuk mengambil suspense bakteri dan
dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi. hal ini menurut Suparto (2013),
bertujuan untuk mematikan mikroorganisme lain yang tidak diinginkan. Setelah itu
diinkubasi selama 1x24 jam karena menurut Rukmin (2014), upaya inkubasi bakteri
dilakukan selama 24 jam karena pada waktu tersebut bakteri dimungkinkan telah berada
pada fase eksopensial, pada fase tersebut bakteri melakukan pembelahan secara konstan
dan jumlah sel meningkat. Adapun menurut Abrar (2013), penyimpanan dengan suhu
dingin juga dapat menghancurkan mikroba-miroba pembusuk, pada suhu dingin
kenaikan konsentrasi padatan intraselulesr sehingga mengakibatkan perubahan fisik dan
kimia sel-sel bakteri. Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang terpenting yang
memengaruhi pertumbuhan organisme. Suhu dapat memengaruhi mikroorganisme
dalam dua cara yaitu apabila suhu naik, kecepatan metabolisme juga turun dan
pertumbuhan diperlambat. Dan pada langkah terakhir diamati kekeruhannya.
Hasilnya diperoleh bakteri bahwa bakteri S.epidermidis tumbuh pada kondisi
suhu lingkungan yaitu 37oC dan tidak tumbuh pada suhu 5oC dan 25oC. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Adelia dkk (2017), bahwa bakteri dapat tumbuh
optimal pada suhu 37ºC sesuai dengan tubuh manusia. Pendapat yang mendukung
dinyatakan oleh Suriani (2013), bahwa setiap mikroba termasuk bakteri mempunyai
suhu optimum, maksimum dan minimum untuk pertumbuhannya. Jika suhu lingkungan
lebih kecil dari suhu minimum atau lebih besar dari suhu maksimum pertumbuhannya
maka aktivitas enzim akan terhenti bahkan pada suhu yang terlalu tinggi akan terjadi
denaturasi enzim.
Pada percobaan kedua dilakukan pengaruh pH pada pertumbuhan
mikroorganisme. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
Bunsen, Cawan petri, Dispo 10 ml, Inkubator, Jarum ose, Labu Erlenmeyer, Rak
tabung, Tabung reaksi. Dan bahan yaitu: Aquadest, Alkohol, asam asetat (CH3COOH).
Indikator dan medium NB. Pada langkah pertama percobaan ialah menyiapkan empat
tabung reaksi yang telah diberi tanda pada setiap tabung pH 3, pH 7, dan pH 9. Setelah

23
itu pada masing-masing tabung yang telah diberi etiket ditambahkan NB sebanyak 10
ml. Diana (2015), menyatakan alasan penggunaan nutrient broth sebagai medium yaitu
NB diformulasikan dengan sumber karbon dan nitrogen supaya dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi bakteri. Langkah selanjutnya, untuk pH 3 ditambahkan asam asetat
(CH3COOH) untuk menurunkan pH. Dan kemudian untuk pH 9 ditambahkan ammonia
hidroksida untuk menaikkan pHnya. Penggunaan amonia menurut Yusmaniar (2017),
dilakukan karena amonia bersifat basa dan memiliki kemampuan menetralisir asam,
kemudian dimasukkan satu ose suspense bakteri kedalam masing-masing tabung. Pada
langkah terakhir diinkubasi selama 24 jam untuk diamati kekeruhannya.
Hasilnya diperoleh bakteri bahwa bakteri S.epidermidis tumbuh pada kondisi
lingkungan yang netral (pH 7) dan tidak tumbuh pada kondisi lingkungan yang asam
(pH 3) maupun pada kondisi lingkungan yang basa (pH 9). Hal ini sesuai dengan
pendapat Suriani (2013), bahwa bakteri memerlukan suatu pH optimum (6,5 - 7,5)
untuk tumbuh optimal. Selain itu pendapat yang serupa dinyatakan oleh Pelczar (2016),
bahwa pengaruh pH terhadap pertumbuhan bakteri ini berkaitan dengan aktivitas enzim.
Enzim ini dibutuhkan oleh beberapa bakteri untuk mengkatalis reaksi-reaksi yang
berhubungan dengan pertumbuhan bakteri. Apabila pH dalam suatu medium atau
lingkungan tidak optimal maka akan mengganggu kerja enzim-enzim tersebut dan
akhirnya mengganggu pertumbuhan bakteri itu sendiri.
Pada percobaan ke tiga yaitu pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan mikroba,
langkah pertama yaitu disiapkan tiga cawan petri, kemudian ditambahkan medium NA
sebanyak 10 mL. Menurut Julianti (2013), Media Nutrient Agar (NA) merupakan media
kompleks yang miliki kandungan nutrisi tinggi yang terdiri dari ekstrak daging, ekstrak
ragi atau tumbuh-tumbuhan, atau protein sederhana dari sumber lain yang sangat
dibutuhkan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Nutrient Agar (NA) banyak
digunakan sebagai media penyimpan bakteri. Setelah itu pada masing-masing cawan
petri digoreskan kultur bakteri, dibungkus cawan petri pertama dengan kertas karbon
dan dibiarkan terpapar cahaya matahari selama 15 menit, cawan petri kedua, tidak
dibungkus kertas karbon dan dibiarkan terpapar cahaya matahari selama 15 menit,
sedangkan cawan petri ketiga adalah kontrol, selanjutnya yaitu diinkubasi. Menurut
Yusriati (2013), dalam hal ini, kertas karbon berfungsi untuk menyerap cahaya
(absorpsi). Berdasarkan hasil yang didapatkan yaitu pada cawan petri pertama dan

24
kedua yang terpapar oleh sinar matahari keduanya ditumbuhi bakteri. Namun, di cawan
petri yang ditutup menggunakan kertas karbon, pertumbuhan bakteri sangat baik dan
banyak, sedangkan untuk cawan petri yang tidak dibungkus hanya sedikit bakteri yang
dapat tumbuh atau karena pertumbuhan bakteri terhambat oleh cahaya. hal ini sesuai
dengan literature Menurut Risky (2021), penyinaran sinar ultraviolet pada
mikroorganisme berpengaruh pada pertumbuhan sel mikroorganisme.
Pada percobaan ke empat yaitu pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan
mikroba, langkah pertama yaitu disiapkan 3 cawan petri, diberi label 0,3%, 0,9%, 15%.
Percobaan ini dilakukan dengan metode gores yaitu dibiarkan media memadat terlebih
dahulu kemudian di kultur bakteri menggunakan jarum ose dan digoreskan di atas
media. Dimasukkan medium NA sebanyak 10 mL, lalu ditambahkan larutan NaCl
dengan masing-masing konsentrasi 0,3% sebagai hipotonis, 0,9% sebagai isotonis, dan
15% sebagai hipertonis. Kemudian jarum ose dilewat-lewatkan terlebih dahulu pada api
bunsen lalu digoreskan masing-masing suspensi bakteri ke dalam masing-masing cawan
petri. Tujuan penggoresan bakteri menurut Sukini (2017), yaitu untuk menghasilkan
koloni yang terpisah, diantara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup
terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni. Diinkubasi Dan amati hasilnya. Pada
percobaan kali ini hasil yang didapatkan yaitu pada cawan petri 0,9% terdapat
pertumbuhan bakteri. Menurut Mila et al (2017), media yang paling cocok digunakan
untuk pembenihan bakteri yaitu media yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Tekanan
osmosis sangat diperlukan oleh bakteri untuk mempertahankan bakteri agar tetap hidup,
jika bakteri berada pada larutan yang hipertonik atau konsentrasinya lebih tinggi
daripada konsentrasi yang ada dalam sel bakteri, maka akan terjadi keluarnya cairan
dari sel bakteri melalui membran sitoplasma yang disebut plasmolysis. Sebaliknya,
apabila bakteri berada pada larutan yang hipotonis maka dapat mengakibatkan pecahnya
sel bakteri akibat cairan masuk ke dalam sel tersebut yang disebut plasmoptisa.
Pada percobaan kelima yaitu tentang pengaruh zat kimia pada pertumbuhan
mikroorganisme, Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu
Antbiotik, Antiseptik, Aqua Pro Injeksi, Bunsen, Cawan petri, Desinfektan, Dispo 10
ml, Erlenmeyer, Inkubator, Pengawet, Pipet Mikro, dan Rak tabung. Dan bahan yaitu:
Aquadest, Alkohol, bakteri S.epidermidis serta medium NA dengan menggunakan
metode tuang, yaitu di masukkan suspensi bakteri terlebih dahulu kemudian dilanjutkan

25
dengan penuangan media NA. Langkah pertama yaitu disiapkan dua cawan petri dan
papper disk. Papper disk menurut Ariyani (2018), berfungsi sebagai tempat
menampung zat antimikroba. Kemudian direndam papper disk dalam larutan antibiotik,
antiseptik, dan desinfektan selama 30 menit. Dimasukkan masing-masing satu pipet
mikron suspensi bakteri kedalam masing-masing cawan petri. Selanjutnya ditambahkan
10 mL medium NA. Menurut Waluyo (2016), media padat diperoleh dengan
penambahan agar. Agar berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai pemadat
karena tidak dapat diuraikan oleh mikroba dan membeku pada suhu diatas 45ºC.
Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5-2,0%. Setelah 30
menit, papper disk yang telah direndam kemudian di tanamkan pada cawan petri. Pada
langkah terakhir diinkubasi selama 24 jam untuk diamati kekeruhannya.
Hasilnya diperoleh bakteri bahwa bakteri S.epidermidis tidak tumbuh pada
kondisi lingkungan yang dicemari oleh antibiotik, antiseptik, desinfektan dan pengawet.
Desinfektan memiliki zona hambat yang terbesar dengan diameter zona hambat sebesar
21 mm sedangan antiseptik memiliki zona hambat yang terkecil dengan diameter zona
hambat sebesar 5 mm. Menurut Hamdiyati (2012), antiseptik dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, desinfektan dapat menghambat pertumbuhan sel
vegetatif pada materi yang tidak hidup, dan bahan kemoterapetik dapat
merusak/menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan hidup, dihasilkan
oleh mikroorganisme, menurut Taryono (2016), komponen pengawet atau antimikroba
adalah suatu komponen yang bersifat dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau
kapang (bakteristatik atau fungistatik) atau membunuh bakteri atau kapang (bakterisidal
atau fungisidal). Kontrol positif yakni kloramfenikol memiliki diameter zona hambat
sebesar 15 mm sedangkan kontrol negatif berupa aqua pro injeksi tidak memiliki zona
hambat. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pengaruh daya hambat yang
sangat besar ada pada desinfektan (vixal) dan antibiotik, sedangkan pada aqua pro
injeksi, pengawet, dan antiseptik mempunyai daya hambat yang kecil hal ini sesuai
dengan literatur menurut Lilis Rosmainar (2021), bahwa daya hambat bakteri sangat
besar pada desinfektan dan antibiotik. Hal ini diperkuat dengan pendapat dari Susanto
dkk, (2012), yang mengkategorikan diameter zona hambat lemah memiliki diameter ≤ 5
mm, kategori sedang memiliki diameter zona hambat sekitar antara 6-10 mm, dan
diameter zona hambat yang kuat sekitar antara 11-20 mm.

26
Kemungkinan kesalahan pada praktikum kali ini adalah pada saat mengambil
kultur bakteri mengunakan jarum ose terkadang terlalu dalam sehingga dapat merusak
media pertumbuhan dari kultur bakteri. Selain itu juga masih ada kekurangan dalam hal
menumbuhkan bakteri dengan metode gores. Kemungkinan kesalahan lain yang dapat
muncul yaitu, pengerjaan yang dilakukan secara tidak aseptis membuat perbedaan hasil
praktikum dengan literatur

27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Setiap mikroba mempunyai suhu optimum, maksimum dan minimum untuk
pertumbuhannya. Jika suhu lingkungan lebih kecil dari suhu minimum atau
lebih besar dari suhu maksimum pertumbuhannya maka aktivitas enzim akan
terhenti bahkan pada suhu yang terlalu tinggi akan terjadi denaturasi enzim.
2. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan bakteri berkaitan dengan aktivitas enzim.
Enzim diperlukan bakteri untuk mengkatalis reaksi-reaksi yang berhubungan
dengan pertumbuhan bakteri. Apabila pH dalam suatu medium atau lingkungan
tidak optimal maka akan mengganggu pertumbuhan bakteri itu sendiri. Ketika
pH menurun atau meningkat maka sifat gugus asam amino akan berubah,
sehingga menyebabkan bakteri tidak dapat tumbuh optimal dan akan
mempengaruhi produk metabolisme yang akan dihasilkannya.
3. Cahaya memiliki sifat merusak sel mikroorganisme yang tidak mempunyai
pigmen fotosintesa. Kerusakan yang disebabkan oleh sinar atau cahaya sinar
ultraviolet, infrared, sinar-X dan sinar gamma dapat merusak sel dan
menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme.
4. tekanan osmosis sangat diperlukan oleh bakteri untuk mempertahankan bakteri
agar tetap hidup. Jika bakteri berada pada larutan yang hipertonik atau
konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi yang ada dalam sel
bakteri, maka akan terjadi keluarnya cairan dari sel bakteri melalui membran
sitoplasma yang disebut plasmolisis. Sebaliknya, apabila bakteri berada pada
larutan yang hipotonis maka dapat mengakibatkan pecahnya sel bakteri akibat
cairan masuk ke dalam sel tersebut yang disebut plasmoptisa.
5. Pengaruh zat kimia dalam hal ini disinfektan (Soklin dan Vixal), pengawet dan
antibiotik (Kloramfenikol), menunjukkan adanya zona hambat. Hal ini
menandakan disikfektan, pengawet dan antibiotik yang digunakan memiliki
aktivitas menghambat ataupun membunuh pertumbuhan mikroba.

28
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten
Saran kami untuk asisten yakni agar selalu senantiasa bisa lebih membimbing
praktikan dalam melaksanakan praktikum. sehingga praktikan dapat menjalankan
prosedur kegiatan dengan lebih baik.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Agar kiranya dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat
laboratorium, serta dapat memaksimalkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam
praktikum sehingga praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih maksimal.
5.2.3 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan untuk dapat lebih melengkapi sarana dan prasarana dalam proses
perkuliahan khususnya dalam pelaksanaan praktikum, sehingga mahasiswa dapat
melaksanakan praktikum dengan lebih baik dan lebih optimal.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati & Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan dan Balita.
Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.

Arivo, Debi., Nurul Annissatussholeha, 2017. Pengaruh Tekanan Osmotik pH, dan
Suhu terhadap pertumbuhan Bakteri E. coli. Jurnal Ilmu Kedokteran dan
kesehatan, Vol 4, No. 3.

Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2003. Biologi. Jilid 2. Edisi Kelima.
Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Cappucino, J.G, dan Sherma, N. 2013. Manual Laboratorium Mikrobiologi Edisi


8. Jakarta: ECG.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2020. Materia Medika Indonesia. Jilid


IV. Cetakan Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Jakarta.

Departemen Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.


2015. Buku Ajar Pemeriksaan Mikrobiologi pada Penyakit Infeksi. Surabaya:
Sagung Seto.

Kaper, F.H. et al., 2012. Medical Mikrobiology. New York: Thieme.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2015.

Kumar, P & Clark, ML 2012, Kumar and Clark's Clinical Medicine E-Book,
Elsevier, New York.

Maryati, K., & Suryawati, J. 2013. Sosiologi Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu


Sosial. Jakarta: Erlangga.

Namvar A. E., Bastarahang S., Abbasi N., Ghehi G. S., Farhadbakhtiarian S., Arezi
P., et al. 2014. “Clinical characteristic of Staphylococcus epidermidis: a
systematic review”. GMS Hygiene and Infection Control. 9 (3).

Putri. O. N. 2020. Implementasi Metode CNN Dalam Klasifikasi Gambar Jamur


Pada Analisis Image Processing. Yogyakarta: Program Studi Statistika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam
Indonesia
Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran, 107, 118, 201-207, 295, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.

Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.

Soedarto. 2015. Mikrobiologi Kedokteran . jakarta: CV. Sagung Seto.


LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat dan Bahan
a). Alat
No Nama Alat Gambar Fungsi

1. Autoklaf Untuk mensterilkan alat

2. Bunsen Untuk pemanasan,


strelisasi, dam pembakaran

3. Cawan petri Untuk membiakan


mikroorganisme

4. Dispoable Untuk mengambil media


atau suspensi bakteri

5. Incubator Untuk menumbuhkan


Mikroorganisme atau
bakteri

6. Jarum inoculum Untuk mengambil suspensi


(ose) bakteri dari dalam tabung
reaksi
7. Labu Erlenmeyer Untuk menampung larutana
bahan atau cairan

8. Oven Untuk memanaskan atau


mengeringkan peralatan
laboratorium

9. Rak tabung Untuk meletakkan tabung


reaksi

10. Tabung reaksi Untuk menaruh sampel dan


menumbuhakn mikroba
b). Bahan
No Nama Bahan Gambar Fungsi

1. Alkohol Untuk membersihkan


Alat-alat

2. Aluminium foil Untuk menutup mulut


erlenmeyer atau
tabung reaksi

3. Amoniak Untuk menaikkan ph

4. Aquades Sebagai pelarut

5. Bakteri S.aureus Sebagai bakteri uji


5. Indikator ph Untuk mengukur dan
Mengetahui ph
larutan

6. Untuk menurunkan
Hcl pH sampel

7. Kapas Untuk menutup mulut


tabung reaksi dan
erlenmeyer

8. Kain hitam Untuk membungkus


cawan petri ketika
medium dipaparkan
dibawah matahari

9. Medium Na Untuk menumbuhkan


dan mengembangkan
bakteri

10. Medium Nb Untuk menumbuhkan


bakteri
Lampiran 2 Diagram Alir
1. Pengaruh Suhu

Pengaruh suhu

- Disiapkan empat tabung reaksi yang telah diberi etiket, masing-


masing diberi tanda 50c, 280c, 370c, dan tabung terakhir sebagai
control.
- Dimasukkan pada masing-masing tabung medium NB sebanyak 10
ml.
- Dimasuk kan masing-masing 20 mikron suspensi bakteri kedalam
masing-masing tabung.
- Diinkubasi selama 1x24 jam
- Diamati kekeruhannya

Hasil

2. Pengaruh pH
Pengaruh pH
- Disiapka n empat tabung reaksi
- Diberi tanda pH 3, pH 7, pH 9, dan control pada setiap tabung
- Dimasukkan pada masing-masing tabung medium NB sebanyak10
ml
- Ditambahkan hcl pada pH 3, pH 7 adalah netral, dan ditambahkan
amoniak pada pH 9
- Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri kedalam
masing-masing tabung
- Diinkubasi selama 1x24 jam
- Diamati pertumbuhannya

Hasil
3. Pengaruh Cahaya

Pengaruh
cahaya

- Disiapka n tiga cawan petri


- Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri kedalam
masing-masing cawan petri
- Ditambahkan medium NA sebanyak 10 ml (suhu 45-50 0c),
dihomogenkan kemudian dibiarkan memadat
- Dibungkus cawan petri pertama dengan kertas karbon dan dibiarkan
terpapar matahari selama 15 menit, cawan petri kedua, tidak
dibungkus karbon dan dibiarkan terpapar matahari selama 15 menit,
sedangkan cawan petri ketiga adalah control
- Diinkubasi selama 1x24 jam
- Diamati pertumbuhannya

Hasil
Lampiran 3 Skema Kerja
1. Pengaruh suhu

Disiapkan empat Dimasukkan pada Dimasukkan


tabung reaksi yang masing-masing masing-masing
tabung medium dua ose suspense
telah diberi etiket, bakteri ke dalam
NB sebanyak 10
masing-masing ml masing-masing
diberi tanda 5˚C, tabung

25˚C, 37˚C, dan


tabung terakhir
sebagai control.

Diamati Disimpan pada


kekeruhannya suhu 50c, 280 c,
350 c
2. Pengaruh pH

Disisapkan empat Diberi tanda pH 3, Dimasukkan pada


tabung reaksi pH 7, pH 9, dan masing-masing
control pada tabung medium
masing-masing NB sebanyak 15
tabung ml

Diinkubasi Dimasukkan Ditambahkan hcl


selama 1x24 jam masing-masing pada pH 3, pH 7
dua ose suspense adalah pH netral,
bakteri ke dalam dan ditambahkan
masing-masing amoniak pada Ph
tabung 9

Diamati
kekeruhannya
3. Pengaruh cahaya

Disiapkan tiga Dimasukkan Ditambahkan


cawan petri masing-masing 20 medium Na
mikron suspensi sebanyak 10 ml
bakteri ke dalam suhu (45 – 45 ˚C),
masing-masing dihomogenkan
cawan petri kemudian
dibiarkan

Diamati Diinkubasi 1x24 Dibungkus cawan


pertumbuhannya jam petri pertama
dengan kain hitam
dan dibiarkan
terpapar matahari
selama 15 menit,
cawan petri kedua,
tidak dibungkus
kain hitam dan
dibiarkan terpapar
matahari selama 15
menit

Anda mungkin juga menyukai