Anda di halaman 1dari 39

Laporan Praktikum

MIKROBIOLOGI FARMASI DASAR “PEMBUATAN MEDIUM SERTA


ISOLASI DAN INOKULASI MIKROBA”
“Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Mikrobiologi”

OLEH

KELAS : A-S1 FARMASI 2021


KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : MERI ISRIANI PAKAYA
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI
GORONTALO
2022
LEMBAR PENGESAHAN MIKROBIOLOGI FARMASI DASAR
“PEMBUATAN MEDIUM SERTA ISOLASI DAN INOKULASI MIKROBA”

OLEH:
KELAS : A – S1 FARMASI 2021
KELOMPOK : I (SATU)

1. RAHMAT GOBEL (821421018)

2. TRISTA ISMAIL (821421014)

3. ALDEVI TRISNAWATI ADAM (821421021)

4. ANNISA HUMAIRA YUSUF (821421030)

5. NI KADEK YUNIARTI (821421056)

Gorontalo, Desember 2022 NILAI


Mengetahui,
Asisten

MERI ISRIANI PAKAYA


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
akhir praktikum mikrobiologi percobaan “Pembuatan Medium Serta Isolasi Dan
Inokulasi Mikroba”. Laporan ini diajukan untuk memenuhi nilai praktikum
mikrobiologi. Shalawat serta salam tidak lupa pula disampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah membawa umat dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kami menyadari dalam laporan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
isi maupun dari segi metodologi dan bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca umumnya. Wasalamualaikum Warahamatullahi
Wabarakatuh

Gorontalo, Desember 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................


i .................................................................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
ii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum.............................................................................................2
1.4 Manfaat Praktikum............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
2.1 Dasar Teori.......................................................................................................4
2.2 Uraian Bahan..................................................................................................13
2.3 Uraian Media..................................................................................................15
2.4 Uraian Mikroba Uji........................................................................................18
2.5 Kajian Penelitian Yang Relevan.....................................................................21
BAB III METODE PRAKTIKUM....................................................................24
3.1 Waktu dan Tempat........................................................................................24
3.2 Alat dan Bahan..............................................................................................24
3.3 Cara Kerja.....................................................................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................27
4.1 Hasil...............................................................................................................27
4.2 Pembahasan.....................................................................................................28
BAB V PENUTUP...............................................................................................34
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................34
5.2 Saran...............................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang
perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik,
protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak
sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup. Mikrobiologi adalah salah
satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan ilmu pendukung kimia, fisika dan
biokimia. Mirobiologi sering disebut ilmu praktek dari biokimia. Dalam
pengertian lain, mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jasad
renik atau mikroba.
Mikroba (disebut juga mikroorganisme, mikroba, maupun jasad renik)
bukan nama dari suatu kelompok organisme seperti hewan dan tumbuhan,
melainkan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu organisme yang
mempunyai ukuran yang sangat kecil, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang tanpa menggunakan mikroskop. Secara umum, mikroba merupakan
organisme yang sangat sederhana. Umumnya bakteri, protozoa, dan beberapa alga
serta fungi mikroskopik merupakan mikroba bersel tunggal. Bahkan mikroba yang
multiseluler pun tidak memiliki ukuran sel yang besar. Untuk membutuhkan dan
mengembangbiakkan mikroba diperlukan suatu substrat yang disebut medium.
Medium merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran zat makanan
(nutrient) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh mikroba. Selain untuk
menumbuhkan mikroba, medium dapat digunakan juga untuk isolasi,
memperbanyak, pengujian sifat–sifat fisiologi, dan perhitungan jumlah mikroba.
Dengan adanya medium pertumbuhan, aktivitas mikroba dapat dipelajari dan
dengan medium tumbuh dapat dilakukan isolasi mikroba dengan kultur murni,
perbanyakan, pengujian sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroba.
Keragaman yang luas dalam tipe nutrient untuk mikroba yaitu diimbangi dengan
oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya.
Media yang biasa digunakan yaltu seperti pepton, ekstrak daging, ekstrak khamir
dan agar. Bahan yang paling umum digunakan untuk membuat medium menjadi
padat dapat menggunakan agar.

1
Dilihat dari komposisi kimianya, media dapat dibedakan menjadi media
sintetik yaitu media yang susunan kimianya diketahui dengan pasti, media ini
biasanya digunakan untuk mempelajari kebutuhan makanan mikroba. Media non
sintetik (kompleks) yaitu media yang susunan kimianya tidak dapat diketahui
dengan pasti, media ini digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari
taksonomi mikroba. Berdasarkan konsistensinya media dapat dibedakan menjadi:
media cair, media padat, dan media padat yang dapat dicairkan.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum mikrobiologi
percobaan pembuatan medium serta isolasi dan inokulasi mikroba guna mencapai
tujuan dari praktikum dan khususnya manfaatnya dalam bidang farmasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembuatan medium untuk pertumbuhan mikroba?
2. Apa yang dimaksud dengan teknik isolasi dan inokulasi?
3. Bagaimana sifat pertumbuhan dan berbagai bentuk koloni mikroba?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan medium
untuk pertumbuhan mikroba
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teknik isolasi dan inokulasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana sifat pertumbuhan dan berbagai
bentuk koloni mikroba
1.4 Manfaat Praktikum
1. Manfaat Untuk Praktikan
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pembuatan medium yang
baik untuk mikroorganisme dan menguasai teknik isolasi dan inokulasi
2. Manfaat Untuk Universitas
Menambah khasanah informasi dan ilmu pengetahuan untuk civitas
akademika universitas mengenai medium yang digunakan dan juga teknik
isolasi dan inokulasi yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi

3. Manfaat Untuk Masyarakat

2
Menjadi sumber referensi dan dasar informasi mengenai bagaimana
komposisi dan pembuatan medium yang menjadi tempat
pengembangbiakkan mikroorganisme serta teknik pengembangbiakkan
mikroorganisme yang digunakan dalam penelitian

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang memiliki ukuran yang sangat
kecil. Mikroorganisme ada yang hanya terdiri dari sel tunggal (uniseluler) maupun
bersel banyak (multiseluler). Setiap sel memiliki kemampuan untuk mengalami
pertumbuhan, memperbanyak diri, dan menghasilkan energi. Mikroorganisme
berinteraksi dengan sesama mikroorganisme maupun dengan organisme lain yang
kemudian akan memberikan efek yang beraneka ragam, baik menguntungkan
maupun merugikan. Dalam pembahasan mikrobiologi kedokteran maupun
fitopatologi, beberapa mikroorganisme dapat menjadi penyebab adanya suatu
penyakit dan menjadi patogen dalam kehidupan. Namun, mayoritas
mikroorganisme dapat memberikan manfaat yang sangat beragam dalam dunia
bioteknologi (Kumar 2012). 2.1.2 Jenis-jenis mikroorganisme
Menurut Suryani dan Opik (2021), macam-macam mikroorganisme yakni sebagai
berikut:
1. Bakteri
Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniselular, termasuk kelas
Schizomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri
tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik. Cara hidup bakteri
ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, patogen pada manusia, hewan
dan tumbuhan. Habitatnya tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai ±
10 km di atas bumi), di dalam lumpur, dan di laut.
Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung. Bentuk
bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu.
Bakteri dapat mengalami involusi, yaitu perubahan bentuk yang disebabkan faktor
makanan, suhu, dan lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain
itu dapat mengalami pleomorfik, yaitu bentuk yang bermacam-macam dan teratur
walaupun ditumbuhkan pada syarat pertumbuhan yang sesuai. Umumnya bakteri

4
berukuran 0,5 -10.

Gambar 1. Bakteri Salmonella typhi

2. Virus
Virus ukurannya sangat kecil dan dapat melalui saringan (filter) bakteri. Ukuran
virus umumnya 0,01-0,1. Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa.
Untuk melihat virus diperlukan mikroskop elektron. Virus memiliki sifat-sifat
khas dan tidak merupakan jasad yang dapat berdiri sendiri. Virus memperbanyak
diri dalam sel jasad inang (parasit obligat) dan menyebabkan sel-sel itu mati. Sel
inang adalah sel manusia, hewan, tumbuhan, atau pada jasad renik yang lain. Sel
jasad yang ditumpangi virus dan mati itu akan mempengaruhi sel-sel sehat yang
ada didekatnya, dan karenanya dapat mengganggu seluruh kompleks sel (becak-
becak daun, becak-becak nekrotik dan sebagainya.

Gambar 2. Struktur Virus HIV


3. Fungi
Di dalam dunia mikroba, jamur termasuk divisio Mycota (fungi). Mycota
berasal dari kata mykes (bahasa Yunani), disebut juga fungi (bahasa Latin). Ada
beberapa istilah yang dikenal untuk menyebut jamur, yaitu

a. mushroom yaitu jamur yang dapat menghasilkan badan buah besar,


termasuk jamur yang dapat dimakan,
b. Mold yaitu jamur yang berbentuk seperti benang-benang,
c. khamir yaitu jamur bersel satu.
Jamur merupakan jasad eukariot, yang berbentuk benang atau sel tunggal,
multiseluler atau uniseluler. Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding sel tersusun
dari khitin, dan belum ada diferensiasi jaringan. Jamur bersifat
khemoorganoheterotrof karena memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik.

5
Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat (tempat
hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis,
tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan manusia.

Gambar 3. Jamur Candida albicans


4. Alga
Di dunia mikroba, alga termasuk eukariotik, umumnya bersifat fotosintetik
dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), coklat (fikosantin), biru kehijauan
(fikobilin), dan merah (fikoeritrin). Morfologi alga ada yang berbentuk uniseluler,
ada pula yang multiseluler tetapi belum ada pembagian tugas pada sel-sel
komponennya. Alga dibedakan dari tumbuhan hanya karena hal tersebut.

Gambar 4. Morfologi Makroalga


5. Protozoa
Protozoa merupakan kelompok lain yang termasuk protista eukariotik. Walaupun
kadang-kadang antara alga dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Beberapa
organisme mempunyai sifat antara alga dan protozoa. Sebagai contoh alga hijau
Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil,
tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek tanpa
adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa.
Misalnya strain mutan alga genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat
dikelaskan sebagai protozoa genus Polytoma. Hal ini sebagai contoh bagaimana
sulitnya membedakan dengan tegas antara alga dan protozoa.

6
Gambar 5. Protozoa genus Amoeba
2.1.3 Medium
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (zat makanan)
yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba termaksud bakteri patogen. Selain
untuk menumbuhkan mikroba medium dapat digunakan pula untuk isolasi,
memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba.
Media biakan yang mendukung optimalisasi pertumbuhan mikroorganisme harus
dapat memenuhi persyaratan nutrisi bagi mikroorganisme. Unsur tersebut berupa
garam organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT).
Selain itu dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan
senyawa kompleks lainnya (Gunawan, 2019).
Syarat media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah lingkungan
kehidupannya harus sesuai dengan lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut,
yaitu: susunan makanannya (media harus mengandung air untuk menjaga
kelembaban dan untuk pertukaran zat/metabolisme, juga mengandung sumber
karbon, mineral, vitamin dan gas), tekanan osmosis yaitu harus isotonik, derajat
keasaman/pH umumnya netral tapi ada juga yang alkali, temperatur harus sesuai
dan steril. Media harus mengandung semua kebutuhan untuk pertumbuhan
mikroba, yaitu: sumber energi (contoh: gula), sumber nitrogen, juga ion inorganik
essensial dan kebutuhan yang khusus, seperti vitamin (Team Teaching Sanata
Dharma, 2016).
Media tumbuh bagi mikroba memiliki keragaman dalam hal tipe nutrisi
tergantung mikroba yang mengimbanginya. Sumber nutrien bisa berasal dari
alamiah maupun buatan seperti campuran zat-zat kimiawi. Media dituang kedalam
wadah-wadah selain sesuai juga disterilkan sebelum digunakan. PH medium perlu
disesuaikan dan ditentukan dengan nilai yang optimum bagi pertumbuhan
mikroba. Peran utama nutrient adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun

7
sel dan sebagai akseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang
menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri
dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber akseptor elektron, sumber
mineral, faktor pertumbuhan dan nitrogen. Selain itu, secara umum nutrien dalam
media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis
biologik organisme baru (Luklukyah dkk, 2019).
2.1.4 Bentuk Media
Menurut Waluyo (2016), Perbedaan sifat-sifat mikroba terhadap induk
semangnya akan berpengaruh terhadap media pertumbuhan yang akan digunakan.
Berdasarkan pada hal tersebut, bentuk media terbagi menjadi 2 golongan besar
yaitu:
1. Media hidup
Media hidup pada umumnya digunakan di laboratorium virology untuk
pembiakan berbagai virus, sedangkan dalam laboratorium bakteriologi
hanya beberapa kuman tertentu saja dan terutama pada hewan percobaan.
Contoh media hidup adalah: hewan percobaan, manusia, telur berembrio,
biakan jaringan dan sel-sel biakan bakteri tertentu untuk penelitian
bakteriofage (bakteri yang terinfeksi virus).
2. Media mati Media mati terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Media padat
Media padat diperoleh dengan cara menambahkan agar-agar. Agar berasal
dari ganggang/alga yang berfungsi sebagai bahan pemadat. Alga
digunakan karena bahan ini tidak diuraikan oleh mikroorganisme dan
dapat membeku pada suhu diatas 45℃. media padat terbagi menjadi
media agar miring dan agar tegak.

Gambar 6.
Media padat
b. Media setengah padat
8
Media setengah padat dibuat dengan bahan sama dengan media padat,
akan tetapi yang berbeda adalah komposisi agarnya. Media ini digunakan
untuk melihat gerak kuman secara mikroskopik.

Gambar 7.
Media Semi padat
c. Media cair
Pada media cair didalamnya tidak ditambahkan dengan zat pemadat.
Media cair digunakan untuk pertumbuhan bakteri, ragi dan mikroalga.

Gambar 8. Media
Cair
2.1.5 Sifat Media
Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroba, tetapi juga untuk tujuan isolasi, seleksi, evaluasi, dan diferensiasi.
Karena itu,tiap media mempunyai spesifikasi yang sesuai yang sesuai dengan
maksudnya. Berdasarkan sifatnya, media dibedakan menjadi 5 kelompok (Ristiati,
2015).
1. Media umum
Media yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan satu
atau lebih kelompok mikroba secara umum; misalnya agar kaldu nutrisi
untuk bakteri, dan agar kentang dekstrosa untuk jamur.
2. Media pengaya
Media mana suatu jenis mikroba diberi kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang lebih cepat dari jenis lainnya yang sama-sama berada dalam

9
satu media. Misalnya: kaldu slenit atau kaldu tetrationat untuk
memisahkan Salmonella typhi dari mikroba lain yang ada dalam faeses.
3. Media selektif
Media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis mikroba
tertentu, tetapi akan menghambat atau mematikan jenis-jenis lainnya.
Misalnya media SS (Salmonella-Shigella) agar untuk menumbuhkan
Salmonella dan Shigella.
4. Media diferensial
Media yang digunakan untuk penumbuhan mikroba tertentu serta
penentuan sifat – sifatnya; contohnya media agar darah untuk penumbuhan
bakteri hemolitik.
5. Media penguji
Media yang digunakan untuk pengujian senyawa tertentu dengan bantuan
mikroba. Misalnya media penguji vitamin, antibiotika, residu pestisida.
2.1.6 Teknik Isolasi dan Inokulasi Mikroba
Isolasi merupakan suatu cara untuk memisahkan mikroba dari sampel atau alam
dan menumbuhkan dalam media kultur secara in vitro sehingga diperoleh biakan
murni. Isolasi atau tindakan mengisolasi suatu mikroba ialah memisahkan
mikroba tersebut dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai
biakan murni dalam medium buatan. Untuk isolasi harus diketahui cara-cara
menanam dan menumbuhkan mikroba pada medium biakan serta syarat-syarat
lain untuk pertumbuhannya. Sedangkan inokulasi merupakan pekerjaan
memindahkan mikroba dari medium yang lama ke medium yang baru dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Dengan kata lain, inokulasi adalah suatu
upaya untuk menanamkan mikroba. Jadi antara isolasi dengan inokulasi memiliki
arti yang berbeda (Wardah, 2014).
Pekerjaan memindahkan mikroba dari medium lama ke medium yang baru
harus dilaksanakan secra teliti. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua
alatalat yang sangkut paut dengan medium dan pekerjaan inokulasi (penanaman)
ini benar-benar steril, hal ini untuk menghadirkan kontaminasi, yakni masuknya
mikroorganisme yang tidak kita inginkan (Waluyo, 2016). 2.1.7 Macam-macam
Cara Isolasi dan Inokulasi Mikroba

10
Menurut Luklukyah dkk (2019), Mikroba jarang terdapat di alam dalam
keadaan murni. Kebanyakan merupakan campuran bermacam-macam spesies
mikroba. Macam-macam cara isolasi dan inokulasi mikroba adalah antara lain
sebagai berikut:
1. Cara tebar atau sebar (spread plate method)
Teknik spread plate merupakan teknik dengan cara menginokulasi kultur
mikroba secara pulasan/sebaran di permukaan media agar yang telah memadat.
Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba. Karena
konsentrasi sel-sel mikroba pada umumnya tidak diketahui, maka pengenceran
perlu dilakukan beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya ada satu dari
pengenceran itu yang mengandung koloni terpisah (30-300 koloni). Koloni
mikroba yang terpisah memungkinkan koloni tersebut dapat dihitung.

Gambar 9.
Metode sebar (spread plate method)

2. Cara penuangan (pour plate method)


Cara ini dasarnya ialah menginokulasi medium agar yang sedang mencair
pada temperatur 45-50ºC dengan suspensi bahanyang mengandung mikroba, dan
menuangkannya ke dalam cawan petri steril. Setelah inkubasi akan terlihat
kolonikoloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin berasal dari 1 sel
bakteri, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut.

11
Gambar 10.

Metode tuang (pour plate method)

3. Cara gores (streak plate method)


Cara gores umumnya digunakan untuk mengisolasi koloni mikroba pada
cawan agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan murni.
Cara ini dasarnya ialah menggoreskan suspensi bahan yang mengandung mikroba
pada permukaan medium agar yang sesuai pada cawan petri. Setelah inkubasi
maka pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin
berasal dari 1 sel mikroba, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut Penggoresan yang
sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Bakteri yang memiliki flagella
seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan lempengan
yang basah. Untuk mencegah hal itu harus digunakan lempengan agar yang
benarbenar kering permukaannya.

Gambar 11.
Metode gores (streak plate method )

2.2 Uraian Bahan


2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 2020; Pubchem, 2022)
12
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, alkohol
Rumus molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

Berat molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah
menguap, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
2.2.3 NaCl (Dirjen Pom, 2014) Nama
Khasiat resmi
Kegunaan Nama lain
2.2.2 Aquades (Dirjen POM, 2020) Rumus molekul
Nama Resmi Rumus Struktur
Nama Lain
Rumus Molekul
Rumus Struktur Berat molekul
Pemerian

Berat Molekul Kelarutan


Pemerian dari cahaya di tempat sejuk, jauh dari
nyala api.
Kelarutan : Sebagai antiseptik dan desinfektak
: Sebagai pembersih alat
Penyimpanan
Kegunaan : AQUA DESTILLATA
: Air Suling
13
: rasa : Larut dalam semua jenis
pelarut organik
: Dalam wadah tertutup baik
: Sebagai pelarut

H2 : NATRII CHLORIDUM
O: : Natrium klorida
: NaCl :

: 18,02 g/mol : 58,44 g/mol


: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak : Hablur heksahedral tidak berwarna atau
berbau, dan tidak mempunyai serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa asin
: Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7
bagian air mendidih dan dalam lebih
kurang 10 bagian gliserol; sukar larut
dalam etanol (95%) P Dalam wadah
Penyimpanan : tertutup baik
Khasiat : Untuk pengobatan dehidrasi isotonik
ekstraseluler, deplesi natrium dan juga
dapat digunakan sebagai pelarut
sediaan injeksi.
Kegunaan : larutan garam fisiologis merupakan
media terbaik untuk menjaga ketahanan
hidup isolat bakteri asam laktat, karena NaCl
(larutan garam fisiologis yang terbuat dari
garam NaCl dengan konsentrasi 0,9% b/v)
berfungsi untuk menjaga keseimbangan ion sel
mikroba.
2.3 Uraian Media
2.3.1 Nutrient Agar (Na)

14
1. Pengertian
NA (Nutrient Agar) adalah media padat yang mengandung ekstrak daging,
peptone, dan tambahan agar sebagai pemadat. Media NA (Nutrient Agar)
termasuk kedalam media semi sintesis yang terdiri dari bahan alami dan bahan
kimia. Berdasarkan kegunaanya, media NA termasuk kedalam media umum yaitu
media yang paling umum digunakan dalam pertumbuhan sebagian besar bakteri
(Rossita, 2017).
Pada media NA, ekstrak daging sapi dan pepton digunakan sebagai bahan
dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin, serta karbohidrat yang
sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Pepton
merupakan sumber utama dari nitrogen organik yang sebagian merupakan asam
amino dan peptide rantai panjang, berfungsi sebagai pemadat karena sifatnya yang
mudah membeku. Media Na juga mengandung karbohidrat yang tidak mudah
diuraikan oleh mikroorganisme (Addina, 2014).

2. Komposisi
Menurut Cappucino (2013), Media Nutrient Agar (Na) memiliki komposisi
yaitu:
Komposisi Jumlah
Pepton 5 gram
Ekstrak Daging Sapi 3 gram
Air Suling 1000 mL
Agar 15 gram
3. Petunjuk Pembuatan Media
Menurut Sujaya (2017), Untuk membuat 1 liter medium ini, lakukanlah
prosedur berikut ini
1) Timbang sebanyak 23,5 gram medium instan.
2) Suspensikan dalam aquadest dan volume akhir dibuat 1000 ml.
3) Panaskan suspensi ini sampai agar-agar menjadi matang.
4) Masukkan ke dalam tabung reaksi ( 5mL untuk media miring, dan  10
mL untuk media tegak).
5) Sterilkan dengan autoklaf pada temperatur 121°C dan tekanan 15 psi Selama
15 menit.

15
6) Simpan pada tempat yang dingin dan kering (dalam kulkas).
2.3.2 Nutrient Broth (Nb)
1. Pengertian
Media nutrient broth merupakan media yang sering digunakan dalam
pembiakan bakteri. Menurut Rakhmawati (2012), Media Nutrient broth (NB)
merupakan contoh dari medium komplek yang merupakan salah satu medium yang
dipakai sebagai tempat perkembangbiakan bakteri. Medium Nutrient Broth
merupakan medium yang memiliki kegunaan sebagai
medium untuk menumbuhkan bakteri sama seperti medium NA.
2. Komposisi
Menurut Slamet (2012), Komposisi dari media Nutrient Broth (Nb) yaitu :

Komposisi Jumlah
Pepton 10 gram
NaCL 5 gram
Ektrak Daging Sapi 3 gram
3. Petunjuk Pembuatan Media
Semua bahan tersebut dilarutkan dengan aquades sebanyak 500 ml dalam
beaker glass sambil diaduk, dan volume digenapkan menjadi 1000 ml dengan air
limbah tekstil. Diatur pH yang berkisar antara 6,8-7,2 dan dibiarkan hingga
mendidih serta homogen. Selanjutnya disterilkan pada autoklaf 121°C dengan
tekanan 1,5 atm. Medium ini akan digunakan untuk menyeleksi keberadaan
bakteri aerob dari hasil pertumbuhan koloni bakteri. Pada medium NB, 50 %
volume aquades diganti oleh air limbah sebagai media adaptasi bagi bakteri
(Slamet, 2012).
2.3.3 Potato Dextrose Agar (PDA)
1. Pengertian
PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk
pertumbuhan jamur di laboratorium karena memiliki pH yang rendah (pH 4,5
sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan
lingkungan yang netral dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan
antara 25-30 °C (Cappucino, 2014).

16
PDA merupakan media untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi ragi
dan kapang. PDA dapat digunakan untuk enumerasi ragi dan kapang dalam suatu
sampel atau produk makanan, serta cocok untuk pertumbuhan jamur. PDA
mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20%
ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan
khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri (Putri dkk., 2017).
2. Komposisi
Menurut Linda dkk (2016), adapun komposisi media PDA yaitu:
Komposisi Jumlah
Kentang 200 gram
Glukosa 20 gram
Agar 20 gram
Aquadest 1000 mL
3. Petunjuk Pembuatan Media
Pembuatan media agar PDA dilakukan dengan langkah awal yaitu
dibersihkan dan dikupas kentang yang sehat (tanpa cacat). Kentang yang sudah
bersih dipotong dadu dan ditimbang kentang dengan berat 200 gr. Dimasukkan
kentang ke dalam beaker glass, ditambahkan aquadest sampai 1000 mL. Direbus
kentang selama ± 45 menit. Ditambahkan 20 gr gula pasir. Ditambahkan 20 gr
Dextrose Agar. Dipanaskan larutan dan diaduk hingga homogen. Disterilisasi
media PDA yang sudah siap digunakan (Linda dkk, 2016).
2.4 Uraian Mikroba Uji
2.4.1 Salmonella typhi
1. Klasifikasi
Menurut Yuswanandah (2015), klasifikasi bakteri Salmonella typhi yaitu :
Kingdom : Bacteria
Divisi : Proteobacteria
Kelas : Gamma proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae Gambar 2.3.1
Bakteri Salmonella
typhi

17
Genus : Salmonella Spesies : Salmonella typhi
2. Morfologi
Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang pertumbuhannya
anaerob fakultatif. Berukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8 µm, besar koloni rata-rata 2-4
mm. Salmonella mempunyai flagela peritrika yang dapat memberikan sifat motil
pada Salmonella tersebut. Flagela mengandung protein yang disebut flagellin yang
memberi signal bahaya kepada sistem kekebalan tubuh. Salmonella adalah
organisme yang mudah tumbuh pada medium sederhana, namun hampir tidak
pernah memfermentasikan laktosa dan sukrosa. (Kuswiyanto, 2017).

3. Patogenesis
Bakteri Salmonella sp. sangat infektif bagi manusia, transmisi bakteri ini
biasanya melalui fecal-oral dan ditularkan kepada manusia dengan cara
mengonsumsi makanan dan air yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri ini
dapat menimbulkan penyakit pada tubuh manusia yang disebut dengan
salmonellosis. Salmonellosis merupakan penyakit menular yang dapat menyerang
manusia dan hewan akibat pencemaran dari bakteri Salmonella sp. salmoonellosis
ditandai dengan gejala seperti diare, mual muntah, nyeri abdomen dan demam
yang timbul secara akut (Mishra, 2012).
Salmonella typhi, Salmonella choleraesuis, Salmonella paratyphi A dan
Salmonella paratyphi B merupakan jenis Salmonella yang infektif bagi manusia.
Transmisi bakteri ini biasanya melalui fecal oral yang berarti bahwa seseorang
dapat menjadi terinfeksi dengan menelan makanan atau air yang telah
terkontaminasi dengan tinja yang mengandung bakteri tersebut. Bakteri
Salmonella ditularkan kepada manusia biasanya ketika mengkonsumsi makanan
yang tercemar oleh bakteri tersebut. Selain dari makanan, bakteri Salmonella juga
bisa ditularkan melalui hewan seperti dari kotoran reptil, ayam, dan bebek yang
mengkontaminasi makanan atau air lalu makanan atau air tersebut dikonsumsi
oleh manusia (Yuswananda, 2015).
4. Cara Penularan
Penularan Salmonella typhi sebagian besar jalur fecal-oral, yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari penderita

18
atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama dengan feses. Dapat juga terjadi
transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada pada keadaan
bakterimia kepada bayinya (Pruss, 2016).
2.4.2 Staphylococcus aureus
1. Klasifikasi
Menurut Soedarto (2015), klasifikasi dari bakteri Staphylococcus aureus
yaitu :

Kingdom : Bacteria
Divisi : Protophyta
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae Gambar 2.3.2
Bakteri
Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus
Staphylococcus aureus aureus
2. Morfologi
Staphylococcus aureus merupakan bakteri berbentuk bulat atau lonjong
dan memiliki diameter sebesar 0.8-0.9 µm. Bakteri ini termasuk dalam jenis
bakteri yang tidak bergerak (nonmotil), tidak memiliki simpai dan spora.
Staphylococcus aureus pada pewarnaan Gram bersifat gram positif dan jika
diamati di bawah mikroskop akan terlihat bentuk bulat-bulat bergerombol seperti
anggur (Soedarto, 2015).
Morfologi koloni Staphylococcus aureus pada agar gizi yang telah
diinkubasi selama 24 jam didapatkan koloni berukuran 2-4 mm, bulat, cembung,
licin, berkilat, keruh, memiliki tepi yang rata, mudah diemulsikan dan membentuk
pigmen berwarna kuning emas. Penambahan susu atau 1% gliserol monoasetat
dapat meningkatkan pembentukan pigmen. Bakteri Staphylococcus aureus
memiliki pigmen staphyloxanthin yang berfungsi sebagai faktor virulensi,
sehingga koloni bakteri berwarna kuning (Soedarto, 2015).
3. Patogenesis
Bakteri Staphylococcus aureus menyebabkan penyakit pada manusia
melalui invasi jaringan dan atau karena pengaruh toksin yang dihasilkannya.
Infeksi dimulai dari tempat koloni patogen pada tubuh, lalu ditularkan melalui

19
tangan ke tempat bakteri dapat memasuki tubuh, misalnya di luka yang ada di
kulit, tempat insisi pembedahan, tempat masuk kateter vaskuler, atau tempat lain
yang lemah pertahanannya misalnya lokasi eksim. Pada infeksi kulit
Staphylococcus aureus akan terbentuk abses atau bisul. Dari ini organisme akan
menyebar secara hematogen. Dengan adanya enzim proteolitik Staphylococcus
aureus dapat menimbulkan pneumonia, infeksi tulang dan sendi, maupun
endokarditis. Pada hospes yang mengalami gangguan sistem imun misalnya
penderita kanker yang mengalami neutropeni, terapi intravena yang dilakukan
dapat menyebabkan komplikasi berat mesalnya sepsis yang fatal akibat bakteremi
Staphylococcus aureus. Pada penderita dengan fibrosis kistik, adanya
Staphylococcus aureus yang menetap, dapat menyebabkan terjadinya resistensi
terhadap antibiotika (Soedarto, 2015).
4. Cara penularan
Bakteri Staphylococcus aureus dapat ditularkan antarmanusia melalui
kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi maupun transmisi melalui udara
(Pangaribuan, 2017).
2.5 Kajian Penelitian Yang Relevan
2.5.1 Judul
“Isolasi Mikroba”
Mikroorganisme hidup bebas di lingkungan, tersebar di udara, tanah, air,
makanan, bahkan mikroorganisme yang hidup di dalam tubuh manusia.
Pengamatan terhadap mikroorganisme tertentu hanya dapat dilakukan jika
mikroorganisme dipisahkan dari lingkungan dan mikroorganisme lainnya. Hal ini
dapat dilakukan dengan teknik isolasi. Beberapa metode sering digunakan dalam
isolasi mikroba. Metode yang digunakan juga disesuaikan dengan jenis mikroba
yang akan diamati. Kegiatan observasi dalam praktikum mikrobiologi tidak lepas
dari isolasi mikroba, sehingga praktikum ini perlu dilakukan.
Teknik isolasi mikroba adalah upaya untuk menumbuhkan
mikroorganisme di luar lingkungan alaminya. Pemisahan mikroorganisme di luar
lingkungan bertujuan untuk mendapatkan biakan bakteri yang tidak lagi
bercampur dengan bakteri lain yang disebut biakan murni. Prinsip isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari

20
campuran berbagai mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menumbuhkannya pada media padat, sel mikroba akan membentuk koloni sel
yang tetap pada tempatnya.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikroba
antara lain, sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi, tempat hidup atau asal
mikroba, media tumbuh yang sesuai, cara menginokulasi mikroba, cara inkubasi
mikroba, bagaimana pengujian bahwa mikroba hasil isolasi sudah berupa biakan
murni dan sesuai dengan yang dimaksudkan, serta bagaimana menjaga agar
mikroba yang telah diisolasi tetap menjadi biakan murni.
Dalam jurnal penelitian ini isolasi mikroba dilakukan dengan tiga metode yaitu
sebagai berikut:
1. Metode tangkapan
Media yang digunakan berupa Nutrient Agar (NA), dituang ke dalam
cawan petri, media dibiarkan memadat. Setelah media padat, cawan petri
kemudian dibiarkan terbuka dan diletakkan di halaman gedung laboratorium
selama lima menit. Setelah itu cawan petri kemudian dibungkus dengan plastik
wrap untuk mencegah kontaminan kemudian dimasukkan ke dalam inkubator
untuk melalui tahap inkubasi selama empat hari.
2. Metode sebar
Media yang digunakan berupa potato dextrose agar (PDA). Media sebanyak 20
mL dituang ke dalam cawan petri kemudian ditunggu sampai memadat. Sampel
berupa air sumur kemudian diteteskan sebanyak 0,1 mL dan disebarkan
menggunakan batang penyebar pada permukaan media. Media dimasukkan
terlebih dahulu kemudian sampel sebanyak 0,1 mL disebar di atasnya. Setelah
sampel dibagikan, cawan petri dibungkus dengan plastik wrap untuk mencegah
kontaminan. Selanjutnya cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator untuk
melalui tahap inkubasi selama empat hari.
3. Metode gores
Media yang digunakan pada metode ini yaitu Nutrient Agar (NA). Media
dimasukkan ke dalam cawan petri dan biarkan hingga memadat. Setelah media
memadat, sampel mikroba diambil. Sampel berupa flora normal, yaitu mikroba
yang menempel dan hidup di dalam tubuh dalam kondisi normal. Sampel diambil

21
menggunakan cotton bud steril, kemudian digoreskan dengan goresan langsung
pada media. Cawan petri kemudian dibungkus dengan bungkus plastik untuk
mencegah kontaminan. Selanjutnya cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator
untuk melalui tahap inkubasi selama empat hari.

Setelah tahap inkubasi, dilakukan pengamatan terhadap mikroba hasil


isolasi. Setiap cawan petri dibuka dan morfologi koloni terbentuk. Di cawan
pertama, beberapa koloni bakteri terbentuk. Hal ini terlihat dari corak putih pada
medianya. Berdasarkan petunjuk bentuk koloni pada agar plate dapat diketahui
bahwa koloni yang terbentuk dari hasil tangkapan adalah lobate. Mikroba ini
diidentifikasi sebagai bakteri.
Isolasi pada lempeng kedua dan ketiga juga menunjukkan adanya beberapa
koloni mikroba yang berasal dari sampel air sumur dan flora normal yang hidup di
punggung salah satu telinga praktisi. Seluruh koloni terlihat putih dengan
membentuk formasi tertentu. Pada cawan kedua, bentuk tepi koloni tidak
beraturan (irregular) dan dapat dilihat adanya kapang yang tumbuh. Hal ini dapat
disebabkan oleh adanya spora kapang pada air sumur yang digunakan sebagai
sampel. Sedangkan untuk cawan ketiga, juga terbentuk beberapa koloni bakteri
yang terlihat berwarna putih. Bentuk tepi koloni tidak berbeda dengan cawan
pertama yaitu lobate. Hal ini mungkin karena kesamaan penggunaan media dan
jenis mikroba yang tumbuh di dalamnya.
Berdasarkan pengamatan dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme ada di
berbagai tempat dan hidup di sekitar manusia bahkan yang hidup di dalam tubuh.
Sampel dapat mengandung bakteri atau jamur. Dengan mengisolasi, bentuk koloni
dan kandungan dalam sampel dapat diamati. Bakteri dari udara dan flora normal
membentuk koloni dengan tepian berbentuk lobus, sedangkan bakteri yang
terdapat pada sampel air sumur membentuk koloni dengan tepian tidak beraturan
dan terdapat juga jamur pada sampel air sumur.

22
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 November pukul
06.00-09.00 WITA dan hari Minggu tanggal 13 November 2022 pukul 09.0012.00
WITA. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Olahraga
Dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, autoklaf, batang spreader,
cawan petri, dispo 5 ml, dispo 10 ml, erlenmeyer, incubator, jarum ose, lampu
bunsen, mikropipet, penangas, pipet tetes, dan tabung reaksi.
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah alkohol 70%,
aluminium foil, aquadest, kapas, korek api, kultur murni bakteri, medium Nutrient
Agar, spiritus, dan tisu.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan Media
1. Ditimbang medium NA sesuai prosedur di kemasan buat dalam 50 mL
2. Dimasukkan medium yang telah ditimbang ke dalam erlenmeyer, setelah itu
ditambahkan aquades dan diaduk sampai merata
3. Dipanaskan dengan hati-hati menggunakan penangas atau elemen pemanas
sampai media tercampur homogen
4. Ditutup mulut erlenmeyer dengan kapas dan aluminium foil
5. Disterilkan seluruh media tersebut dengan menggunakan autoklaf selama 15
menit
6. Dikeluarkan media setelah waktu sterilisasi selesai dan diletakkan di tempat
yang bersih
3.3.2 Metode Tuang
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipindahkan 20 mikroliter suspensi bakteri ke dalam cawan petri yang
telah disterilkan
3. Ditambahkan 10 mL medium NA kedalam cawan petri tersebut

23
4. Digoyangkan perlahan-lahan untuk mencampur kultur bakteri dengan NA
sampai homogen
5. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar dan diamati pertumbuhannya
3.3.3 Metode Sebar
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan 5 mL media NA pada cawan petri
3. Ditambahkan 20 mikroliter kultur mikroba ke permukaan media NA yang
telah memadat dalam cawan petri
4. Dibakar spreader yang sebelumnya telah dicelupkan alkohol dan biarkan
dingin
5. Disebarkan atau tebarkan kultur bakteri dengan spreader secara merata dan
biarkan sampai permukaan agar mengering
6. Diinkubasi secara terbalik selama 24 jam pada suhu kamar dan amati
pertumbuhannya
3.3.4 NA Miring
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan 5 mL media NA ke dalam tabung reaksi
3. Diposisikan tabung reaksi secara miring kemudian dibiarkan sampai
memadat
4. Dimasukkan jarum ose dan diambil 1 ose biakan bakteri pada kultur bakteri
murni
5. Digoreskan pada permukaan media secara zig-zag
6. Ditutup tabung reaksi menggunakan kapas dan aluminium foil
7. Dibungkus tabung reaksi dengan menggunakan plastik wrap
8. Diinkubasikan selama 24 jam suhu kamar dan diamati pertumbuhannya
3.3.5 NA Tegak
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan 5 mL media NA ke dalam tabung reaksi kemudian dibiarkan
memadat
3. Diambil satu ose bakteri dan ditusukkan secara tegak lurus pada media yang
telah memadat
4. Ditutup tabung reaksi menggunakan kapas dan aluminium foil

24
5. Dibungkus tabung reaksi dengan menggunakan plastik wrap
6. Diinkubasi selama 24 jam dan diamati pertumbuhannya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Inokulasi Mikroba
Sampel Sampel Koloni Mikroba
Medium Agar Miring Medium Agar Tegak

25
Salmonella thypi

Staphylococcus aureus

4.1.2 Tabel Hasil Pengamatan Isolasi Mikroba


Medium Sampel Koloni Mikroba
Metode Tuang Metode Sebar
Na Salmonella
typhi

Na Staphylococcus
aureus

4.1.3 Perhitungan Pembuatan Media


Kemasan medium Na : 20 g/1000 mL dan akan dibuat 250 mL medium Na
dengan perhitungan sebagai berikut :

26
20 g xg
=
1000 mL 250 mL
20 . 250 = x . 1000

x = = 5 g dalam 250 mL
4.2 Pembahasan
Dalam bidang mikrobiologi untuk menumbuhkan dan mempelajari sifatsifat
mikroorganisme diperlukan suatu media sebagai tempat pertumbuhan
mikroorganisme. Media pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang
dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme. Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme
untuk pertumbuhannya meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur
dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air,
dan energi (Cappucino, 2014).
Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan
mikroba tertentu sehingga diperoleh kultur atau biakan murni. Isolasi bakteri
dapat mempelajari sifat biakan, morfologi, dan sifat aslinya, maka organisme yang
akan dipelajari harus dapat dipisahkan menjadi biakan murni yang hanya
mengandung satu jenis bakteri saja. Teknik inokulasi merupakan suatu pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Dengan demikian akan diperoleh biakan
mikroorganisme yang dapat digunakan untuk pembelajaran mikrobiologi (Tito,
2014).

Macam-macam cara mengisolasi dan menanam mikroba adalah : 1). Spread plate
method (cara tebar/sebar), 2). Streak plate method (cara gores), 3). Pour plate
method (cara tabur). Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba
dengan cara menginokulasi kultur mikroba secara pulasan/sebaran di permukaan
media agar yang telah memadat. Tehnik pour plate ialah menginokulasi medium
agar yang sedang mencair pada temperatur 45-50 °C dengan suspensi bahan yang
mengandung mikroba, dan menuangkannya ke dalam cawan petri steril. Tehnik
streak plate umumnya digunakan untuk mengisolasi koloni mikroba pada cawan
agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan murni, cara ini

27
dasarnya ialah menggoreskan suspensi bahan yang mengandung mikroba pada
permukaan medium agar yang sesuai pada cawan petri (Tim Teaching, 2016).
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan pembuatan medium serta
isolasi dan inokulasi mikroba dengan tujuan, agar mahasiswa dapat mempelajari
cara pembuatan media untuk pertumbuhan mikroba, agar mahasiswa dapat
mengetahui dan mempelajari tehnik isolasi dan inokulasi mikroba, agar
mahasiswa dapat melihat sifat pertumbuhan dan berbagai bentuk koloni mikroba.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain alat yaitu
batang pengaduk, bunsen, cawan petri, disposable, erlenmeyer, gelas beaker,
jarum ose bulat, jarum ose lurus, mikropipet, neraca ohaus, penangas air, pinset,
spatula, spreader dan tabung reaksi dan bahan yaitu, alkohol 70 %, aluminium
foil, aquadest, kapas, korek api, kultur murni Salmonella typhi, kultur murni
Staphylococcus aureus, medium Na, spiritus, suspensi bakteri Salmonella typhi
dan suspensi bakteri Staphylococcus aureus.
Hal pertama yang akan dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Dibersihkan
menggunakan alkohol 70 %. Menurut Silakhuddin dan Diyah (2015), alkohol
cukup efektif digunakan guna menghambat maupun mengurangi bakteri pada alat
yang telah terkontaminasi. Percobaan kali ini akan diawali dengan pembuatan
media untuk isolasi dan inokulasi bakteri. Ditimbang medium Na sesuai dengan
perhitungan yang telah dilakukan menggunakan neraca Ohaus. Penggunaan
neraca Ohaus dalam penimbangan, karena menurut Chairunnisa
(2016), Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam. Kapasitas
beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram dengan
batas ketelitian 0,1 gram.
Dimasukkan medium yang telah ditimbang kedalam erlenmeyer dan ditambahkan
dengan aquadest dan diaduk hingga rata. Disumbat mulut erlenmeyer
menggunakan kapas yang dibentuk bulat dan aluminium foil. Menurut Citra
(2017), fungsi penyumbatan agar larutan tidak tumpah dan tidak menguap saat
sterilisasi. Disterilkan seluruh media dengan menggunakan autoklaf selama 15
menit, tekanan 1 atm, 121°C. Menurut Sujaya (2017), sebelum dipakai dalam
percobaan, media ini perlu disterilkan terlebih dahulu, supaya tidak ditumbuhi
oleh mikroorganisme yang tidak dikehendaki (kontaminan). Dikeluarkan dari

28
autoklaf ketika waktu sterilisasi sudah selesai dan suhu pada autoklaf sudah
menunjukkan angka nol. Dilanjutkan pada isolasi dan inokulasi mikroba. Pada
isolasi dan inokulasi mikroba digunakan kultur murni dan suspensi dari dua
bakteri yaitu Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. Menurut Afifurrahman
dkk (2014), penggunaan bakteri Staphylococcus aureus bertujuan untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan dari bakteri pada medium pertumbuhan,
sehingga dapat diamati dan diperkirakan penanganannya karena menjadi salah
satu bakteri yang sering menyebabkan infeksi di dunia. Sama halnya dengan
penggunaan bakteri Salmonella typhi menurut Sari (2017), bertujuan untuk
melihat perkembangan serta pertumbuhan pada media isolasi maupun inokulasi
sehingga dapat menjadi modal dalam memperkirakan penanganannya karena,
menjadi salah satu bakteri patogen.
Disiapkan masing-masing kultur murni dan suspensi dari kedua bakteri tersebut.
Dilakukan isolasi bakteri terlebih dahulu menggunakan kultur murni bakteri.
Menurut Nurtjahyani dan Devi (2014), penggunaan kultur murni betujuan untuk
mendapatkan bakteri dengan pertumbuhan dan perkembangan yang murni.
Dimasukkan media Na pada masing empat tabung reaksi (dua untuk medium
tegak dan dua lainnya untuk medium miring. Menurut Astuti (2019), pembuatan
agar miring bertujuan untuk memperluas permukaan kontak antara medium dan
bakteri sehingga mempermudah proses inokulasi. Sedangkan pembuatan agar
tegak menurut Surjana dkk (2014), media ini digunakan untuk melihat pergerakan
atau motilitas bakteri. Bakteri memiliki flagela yang digunakan untuk bergerak.
Pada media semisolid bakteri yang memiliki flagela terlihat pertumbuhannya
melebar sampai diluar bidang tusukan.
Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan aluminium foil serta dibiarkan memadat.
Diambil kultur murni dari masing – masing bakteri. Diambil jarum ose steril dan
dilakukan fiksasi. Menurut Yunilas dan Eri (2017), sterilisasi jarum ose atau yang
lain, bagian api adalah dengan cara memijarkannya langsung bagian api yang
berwarna biru (paling panas). Dibuka tutup tabung reaksi kultur murni dan
dilakukan fiksasi. Dimasukkan masing – masing jarum ose bulat dan lurus yang
telah dingin dari proses pemijaran kedalam media kultur murni.

29
Diambil 1 ose bakteri, dilakukan fiksasi mulut tabung reaksi dan tutup kembali.
Menurut Kurniati (2018), sterilisasi tabung reaksi dapat dilakukan dengan
membakar mulut tabung dimana tutup kapas dibuka dan dilewatkan dengan api
bunsen dan ditutup kembali. Sterilisasi tabung reaksi ini betujuan untuk
menghindari adanya kontaminasi dari udara. Dimasukkan jarum ose masing-
masing pada media Na tegak (jarum ose lurus), dan pada Na miring dilakukan
penggoresan dari ujung bawah tabung reaksi menggunakan jarum ose bulat tadi.
Menurut Tim Teaching (2016), penggoresan zig zag bertujuan untuk melihat jalut
pertumbuhan bakteri yang akan mengikuti pola zig zag tersebut. Dilakukan fiksasi
pada mulut tabung reaksi dan ditutup kembali menggunakan kapas. Diberi label
tanggal percobaan, nama bakteri, tehnik isolasi serta nama kelompok. Dilanjutkan
dengan inokulasi bakteri pada medium cawan petri.
Disiapkan empat cawan petri yang berbeda untuk pembuatan dengan metode
tuang dan metode sebar. Menurut Sanjaya (2013), inokulasi dengan menggunakan
metode tuang (pour plate) merupakan teknik dalam menumbuhkan
mikroorganisme dengan mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok
kultur bakteri sehingga sel-selnya tersebar merata, baik di dalam maupun di luar.
Sedangkan metode sebar menurut Tim Teaching (2016), teknik spread plate
merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara menginokulasi kultur mikroba
secara pulasan/sebaran di permukaan media agar yang telah memadat. Pada
percobaan inokulasi bakteri diawali dengan metode tuang. Tujuan dilakukannya
metode sebar ini ialah untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan bakteri
pada permukaan agar.
Diambil suspensi bakteri dari kedua bakteri menggunakan mikropipet sebanyak
20 μL. Tujuan penggunaan mikropipet ialah menurut Rotmaningsih (2020), untuk
memindahkan cairan dalam volume kecil dengan hasil yang lebih akurat
dibanding dengan pipet biasa. Dimasukkan suspensi bakteri pada masingmasing
cawan petri. Ditambahkan medium Na sebanyak 10 mL, Dihomogenkan dengan
arah angka delapan. Menurut Dwisari (2020), homogenasi dengan angka delapan
dapat dilakukan dengan cara memutar cawan petri diputar ke depan dan ke
belakang atau membentuk angka delapan agar dapat tercampur merata dan
didiamkan sampai memadat.

30
Dilanjutkan dengan inokulasi bakteri metode sebar. Dimasukkan medium Na
kedalam cawan petri sebanyak 10 mL dengan menggunakan dispo dan diamkan
hingga memadat. Ditambahkan suspensi bakteri sebanyak 20 μL dengan
menggunakan mikropipet. Dilakukan fiksasi pada setiap antara perlakuan diatas.
Menurut Kurniati (2018), pada saat cawan petri dibuka untuk melakukan inokulasi
maupun setelah ditutup, tepi cawan petri dilalukan di api bunsen. Selama
inokulasi, bagian cawan petri yang terbuka, didekatkan ke api bunsen untuk
mencegah kontaminasi karena udara.
Diratakan suspensi bakteri diatas medium Na dengan menggunakan spreader.
Penggunaan spreader dalam metode sebar (spread plate method) bertujuan untuk
meratakan suspensi bakter pada permukaan media. Menurut Tim Teaching (2016),
spreader berfungsi untuk meratakan suspensi bakteri yang terdapat pada
permukaan media. Dilakukan fiksasi kembali pada cawan petri. Dibungkus
menggunakan plastik wrap masing-masing cawan petri. Dimasukkan kedalam
inkubator dan diinkubasi selama 1 x 24 jam.
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh pada setiap media terdapat
pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan tanda yang signifikan antara lain, pada
Na miring ditandai dengan adanya pertumbuhan bakteri pada bekas goresan
begitupun pada Na tegak terdapat pertumbuhan pada bekas tusuk ose lurus.
Sedangkan pada cawan petri, untuk metode tuang terlihat bahwa pertumbuhan
bakteri terjadi pada keseluruhan agar ditandai dengan adanya bintik-bintik putih
yang tersebar pada keseluruhan agar, untuk metode sebar terlihat bahwa
petumbuhan bakter terjadi hanya pada permukaannya saja yang ditandai dengan
adanya bercak serta noda-noda putih pada permukaan agar. Hal yang terjadi ini,
sesuai dengan paparan dari Tim Teaching (2016), bahwa pertumbuhan
mikroorganisme pada media padat ditandai dengan adanya bintik-bintik putih
maupun bercak putih pada bekas jarum ose maupun pada bekas goresan. Adapun
kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi pada praktikum kali ini ialah tehnik
dalam menggoreskan ose kedalam medium bakteri sebaiknya diperhatikan
kembali sehingga dapat menghasilkan hasil yang baik. Pada saat melakukan
homogenasi ada baiknya dilakukan perlahan sehingga medium tidak tumpah atau

31
tersebar sampai pada tutup cawan petri. Setiap perlakuan harus dilakukan didekat
bunsen sehingga menghindari adanya kontaminasi bakteri dari udara.

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Medium adalah suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroba yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat makanan. Untuk
menghasilkan media yang dapat menjadi tempat mikroorganisme tumbuh
dengan baik, maka media harus memenuhi beberapa syarat, yaitu
mengandung semua nutrisi yang mudah dicerna mikroorganisme,
mempunyai pH, tekanan osmosis dan tegangan permukaan yang sesuai
serta steril.
2. Isolasi adalah rangkaian proses pemisahan mikroorganisme agar
didapatkan kultur murni (isolat) yang kemudian ditumbuhkan pada media
terpisah agar dapat tumbuh dengan baik. Tujuan dilakukannya isolasi yaitu

32
agar didapatkan kultur murni yang baik. Inokulasi adalah proses
memindahkan mikroba dari media lama ke media baru dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi. Tujuan dilakukannya inokulasi yaitu untuk
mempermudah identifikasi mikroorganisme dan juga menjaga
mikroorganisme tersebut bebas dari kontaminasi zat pengotor lainnya.
3. sifat-sifat pertumbuhan yang umum dimiliki oleh koloni bakteri yaitu
bentuk dari koloni yang bulat, memanjang, tepi rata dan tidak rata, warna
koloni ada yang berwarna putih, kekuning-kuningan, coklat, merah,
jingga, biru dan hijau
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan untuk dapat lebih melengkapi sarana dan prasarana dalam proses
perkuliahan khususnya dalam pelaksanaan praktikum, sehingga mahasiswa dapat
melaksanakan praktikum dengan lebih baik dan lebih optimal.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Agar kiranya dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat
laboratorium, serta dapat memaksimalkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam
praktikum sehingga praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih
maksimal.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Saran kami untuk asisten yakni agar selalu senantiasa bisa lebih membimbing
praktikan dalam melaksanakan praktikum. sehingga praktikan dapat menjalankan
prosedur kegiatan dengan lebih baik.
5.2.4 Saran Untuk Praktikan
Diharapkan untuk praktikan agar dapat melaksanakan praktikum dengan baik,
serta dapat bekerjasama satu dengan yang lain, dan juga diharapkan agar selalu
dapat menjaga kebersihan laboratorium.

33

Anda mungkin juga menyukai