Anda di halaman 1dari 45

bahas kamari gaga2 bab 4, kalau ba copy usahaakan parafrase kamari

bab 2 olo 13/12/2022


apalagi dapus kase sesuai, kalau kak mo priksa tida sesuai - 50 ya

Laporan Praktikum

MIKROBIOLOGI FARMASI DASAR


“PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN
MIKROORGANISME”

Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Mikrobiologi Farmasi Dasar

OLEH

KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : C-S1 FARMASI 2021
ASISTEN : RAHAYU ANATASYA PUTRI ABDULLAH

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
LEMBAR PENGESAHAN
MIKROBIOLOGI FARMASI DASAR
“PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN
MIKROORGANISME”

OLEH :

KELOMPOK IV (EMPAT)
KELAS C-S1 FARMASI 2021

1. SRI WAHYUNI HIOLA (821421087) laki laki dulu baru


prmpuan urutkan sesuai
2. RISKA ALIFIA NANDA (821421089) nim
3. NUR ANDHITA PUTRI DJALIL (821421094) kase ditengah

4. MOH GUNAWAN ABAS (821421114)


5. INAYAH MAURA A. POMALINGO (821421118)

Gorontalo, Desember 2022 NILAI


Mengetahui,
Asisten

RAHAYU ANATASYA PUTRI ABDULLAH


KATA PENGANTAR
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji syukur bagi Allah SWT dengan nikmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum Mikrobiologi Farmasi dengan judul “Pengaruh
Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme”. Adapun tujuan dari menulis
laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas laporan praktikum dari Asisten pada
Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Selain itu, Laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme.
Kami mengucapkan terima kasih kepada penanggung jawab Laboratorium
Mikrobiologi Farmasi dan asisten Laboratorium Mikrobiologi Farmasi yang telah
memfasilitasi kami dalam melakukan Praktikum Mikrobiologi Farmasi.
Kami juga menyadari bahwa tak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan pengampu mata kuliah demi
penyempurnaan tulisan ini.
Semoga laporan yang kami tulis dapat bermanfaat buat siapapun yang
membacanya, sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Gorontalo, November 2022

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Percobaan...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Percobaan.................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
2.1 Dasar Teori................................................................................................ 4
2.2 Uraian Bahan ............................................................................................ 7
2.3 Uraian Media .......................................................................................... 11
2.4 Uraian Bakteri ......................................................................................... 13
2.5 Kajian Penelitian Yang Relevan ............................................................. 14
BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................... 16
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................. 16
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 16
3.3 Cara Kerja ............................................................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 19
4.1 Hasil ........................................................................................................ 19
4.2 Pembahasan............................................................................................. 21
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 27
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 27
5.2 Saran ....................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme (makhluk) kecil yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Organisme kecil itu disebut dengan mikroorganisme, mikroba atau jasad renik. Dalam
mikrobiologi tercakup lima kelompok mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, alga,
protozoa dan virus. Mikroorganisme diketahui sangat beraneka ragam, dan ditemukan
pada hampir semua tempat di bumi ini. Penelitian yang dilakukan oleh ahli-ahli
mikrobiologi menghasilkan berbagai aspek penting yang menentukan berkembangnya
mikrobiologi sebagai ilmu dasar dan terapan. Kemajuan pengetahuan dalam bidang
molekuler, rekayasa genetika dan bioteknologi tidak lepas dari peran mikrobiologi
(Kandou, 2019).
Dalam mikrobiologi, dibutuhkan suatu teknik khusus untuk mempelajari
mikroorganisme. Di dalam laboratorium mikrobiologi dan bakteriologi untuk
menumbuhkan dan mempelajari sifat-sifat mikroorganisme seperti bakteri diperlukan
suatu media sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme. Pengembangan media
kultur bakteri memegang peranan yang sangat penting di bidang mikrobiologi. Dengan
mengisolasi suatu bakteri dan menumbuhkanya dengan media buatan kita dapat
mengidentifikasi, dan mempelajari sifat suatu bakteri.
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.
Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil
(mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa
kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan
industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan
organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar
perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks (Siboro,
2018).
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat

1
morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient
yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang
memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam
persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda – beda. Untuk
berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrient serta
faktor lingkungan yang sesuai.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan percobaan pengaruh lingkungan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme, mengingat pentingnya peran percobaan ini
dilakukan khususnya dibidang kesehatan. Diharapkan pula dengan dilakukannya
percobaan ini dapat menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa terkait dengan
bagaimana pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
1.2 Rumusan Masalah
1. bagaimana pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba?
2. Bagaimana pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroba?
3. Bagaimana pengaruh cahaya matahari (UV) terhadap pertumbuhan mikroba?
4. Bagaimana pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan mikroba?
5. Bagaimana pengaruh zat kimia terhadap pertumbuhan mikroba?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh suhu terhadap
pertumbuhan mikroba
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh pH terhadap
pertumbuhan mikroba
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh cahaya matahari (UV)
terhadap pertumbuhan mikroba
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh tekanan osmotik
terhadap pertumbuhan mikroba
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh zat kimia terhadap
pertumbuhan mikroba
1.4 Manfaat Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh suhu terhadap
pertumbuhan mikroba

2
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh pH terhadap
pertumbuhan mikroba
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh cahaya matahari
(UV) terhadap pertumbuhan mikroba
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh tekanan osmotik
terhadap pertumbuhan mikroba
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh zat kimia
terhadap pertumbuhan mikroba

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme juga merupakan
mahluk hidup yang mudah beranak pinak dan berpotensi untuk menghasilkan berbagai
produk bernilai ekonomis tinggi bagi manusia, misalnya antibiotic, vaksin dan enzim.
Potensi ini dapat termanfaatkan manakala manusia dapat membujuk mikroorganisme
ini guna menghasilkan apa yang diharapkan. Mikroorganisme merupakan makhluk
hidup yang memiliki ukuran yang sangat kecil. Mikroorganisme ada yang hanya
terdiri dari sel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Setiap sel
memiliki kemampuan untuk mengalami pertumbuhan, memperbanyak diri, dan
menghasilkan energi (Kumar 2012).
2.1.2 Jenis- jenis mikroorganisme
Jenis-jenis mikroorganisme menurut Ulfayani Mayasari (2020), antara lain:
1. Bakteri
Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas
dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang
hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan. Ukuran sel bakteri pada umumnya
adalah 0,5-1,0 µm, dan mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat atau kokus, batang
atau Bacillus, dan bentuk spiral
Bakteri yang keberadaanya banyak sekali ini, memungkinkan untuk menjadi
salah satu penyebab penyakit pada manusia Bakteri yang menyebabkan penyakit pada
manusia adalah bakteri patogen (Maryati,2013)

Gambar 2.1
Bakteri
4
2. Virus
Virus adalah suatu jasad renik yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat
dilihat dengan mikroskop elektron yang menginfeksi sel organisme biologis, parasit
intraseluler obligat yang berukuran antara 20-300 nm, bentuk dan komposisi kimianya
bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA atau DNA saja.
Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang terdiri dari
asam nukleat yang dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama virion. Virion tidak
melakukan aktivitas biosinteis dan reproduksi. Pada saat virion memasuki sel inang,
baru kemudian akan terjadi proses reproduksi. Virus ketika memasuki sel inang akan
mengambil alih aktivitas inang untuk menghasilkan komponen- komponen pembentuk
virus.Virus ukurannya sangat kecil dan dapat melalui saringan (filter) bakteri. Ukuran
virus umumnya 0,01-0,1 µ. Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa.
Untuk melihat virus diperlukan mikroskop elektron. Sifat-sifat virus yang penting
antara lain:
1) Virus hanya mempunyai 1 macam asam nuklein (RNA atau DNA)
2) Untuk reproduksinya hanya memerlukan asam nuklein saja.
3) Virus tidak dapat tumbuh atau membelah diri seperti mikrobia lainnya

Gambar 2.2
Virus
3. Fungi (Jamur)
Jamur adalah tumbuhan tanpa klorofil dan hidup bergantung dengan makhluk
hidup lainnya. Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik
yang mempunyai inti dan organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan benang-
benang sel tunggal panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut dengan miselium.
Miselium merupakan massa benang yang cukup besar dibentuk dari hifa yang saling

5
membelit pada saat jamur tumbuh. Jamur mudah dikenal dengan melihat warna
miseliumnya. Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak
bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup
dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan
senyawa pati dari organisme lain (Putri, 2020)

Gambar 2.3
Fungi (Jamur)
4. Algae
Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan
perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki organ
seperti yang dimiliki tumbuhan seperti akar, batang, daun, dan sebagainya. Karena itu
alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus. Alga merupakan organisme
yang hidup di habitat perairan baik itu di perairan air tawar ataupun air laut. Sebagian
dari spesies alga hidup di suhu yang sangat dingin seperti perairan dingin ataupun di
puncak gunung. Namun ada juga spesies alga yang hidup perairan bersuhu tinggi pada
batu-batuan dan sumber air panas seperti di Yellowstone National Park. Selain di
perairan, alga juga dapat hidup pada tanah yang lembab, pohon dan permukaan batuan
(Nurrohman, 2016)

Gambar 2.4
Algae

5. Protozoa
Protozoa merupakan hewan bersel satu dan memiliki bentuk yang bermacam-

6
macam, ada yang tetap dan tidak tetap. Pada protozoa yang berbentuk tetap ini
dikarenakan karena telah meiliki pelliculus (kulit) dan ada beberapa yang memiliki
cangkang kapur

gantii

Gambar 2.5
Protozoa

2.1.4 Faktor Pengaruh Pertumbuhan Bakteri


Menurut Arivo debi (2017), Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri adalah:
1. Nutrien
Nutrien atau zat makanan yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri harus
mengandung sumber karbon, sumber nitrogen, mineral (sulfur, fosfat) dan faktor-
faktor pertumbuhan yang meliputi asam amino, purin, pirimidin dan vitamin.
Persyaratan untuk pertumbuhan bakteri beraneka ragam sesuai dengan jenis
bakterinya. Beberapa bakteri dapat memperbanyak diri pada berbagai jenis nutrisi,
sedangkan yang lain mempunyai kekhususan dan hanya membutuhkan jenis nutrisi
tertentu untuk pertumbuhanya
2. Suhu
Suhu optimal untuk pertumbuhan bagi bakteri sangat bervariasi tergantung
pada jenis bakteri itu sendiri. Pada suhu yang tepat (optimal), sel bakteri dapat
memperbanyak diri dan tumbuh sangat cepat. Sedangkan pada suhu yang lebih
rendah atau lebih tinggi, masih dapat memperbanyak diri, tetapi dalam jumlah yang
lebih kecil dan tidak secepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada suhu
optimalnya.
3. Kelembaban
Kelembapan sangat penting untuk pertumbuhan bakteri, bakteri membutuhkan
kelembapan tinggi yang umumnya untuk pertumbuhan bakteri yang baik dibutuhkan

7
kelembapan diatas 85%. Udara yang sanagat kering dapat membunuh bakteri, tetapi
kadar kelembapan minimum yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan bakteri
bukanlah merupakan nilai pasti.

4. Pencahayaan cahaya yang berasal dari sinar matahari dapat mempengaruhi


pertumbuhan bakteri. Bakteri lebih menyukai kondisi gelap, karena terdapatnya sinar
matahari secara langsung dapat menghambat pertumbuhan bakteri
5. Oksigen
Kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu mencerminkan mekanisme yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Berdasarkan kebutuhan oksigen
tersebut, bakteri dapat dipisahkan menjadi lima kelompok:
a) Anaerob obligat yang tumbuh hanya dalam keadaan tekanan oksigen
sangat rendah dan oksigen bersifat toksik.
b) Anaerob aerotoleran yang tidak mati denga adanya paparan oksigen.
c) Anaerob fakultatif, dapat tumbuh dalam keadaan aero dan anaerob
d) Aerob obligat membutuhkan oksigen untuk pertumbuhanya
e) Mikroaerofilik yang tumbuh baik pada tekanan oksigen rendah, tekanan
tinggi dapat menghambat pertumbuhannya
6. Konsentrasi ion hydrogen (pH) pH pembenihan juga mempengaruhi kuman,
kebanyakan kuma pathogen mempunyai pH optimum 7,2 – 7,6. Meskipun suatu
pembenihan pada mulanya baik bagi suatu kuman, tetapi pertumbuhan kuman
selanjutnya juga akan terbatas Karena produk metabolism kuman itu sendiri. Hal ini
terutama dijumpai pada kuman yang bersifat fermentatif yang menghasilkan sejumlah
besar asam-asam organik yang bersifat menghambat.
7. Tekanan osmotik Suatu tekanan osmotik akan sangat mempengaruhi bakteri
jika tekanan osmotik lingkungan lebih besar (hipertonis) sel aka mengalami
plasmolisis. Sebaliknya jika tekanan osmotik lingkungan yang hipotonis akan
menyebabkan sel membengkak dan juga akan megakibatkankan rusaknya sel. Oleh
karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat
tekanan osmotic yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan
tekanan osmotic dengan lingkungannya tidak boleh terlalu besar

8
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Depkes RI, 1979; Rowe et al, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol
Rumus molekul : C2H5OH
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus struktur :

H3C OH

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah


bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan
dalam eter
Khasiat : Sebagai antiseptic dan desinfektan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
di tempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai larutan yang digunakan untuk mensterilkan alat
2.2.2 Ammonia (Kemenkes RI, 2014)
Nama resmi : AMMONIA
Nama lain : Ammonia
Rumus molekul : NH4OH
Berat molekul : 34,46 g/mol
Rumus struktur :

9
Pemerian : Cairan, tidak berwarna; berasap, bau merangsang. Jika
diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
2.2.3 Aquades (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Aquadest, Air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Struktur :

Kelarutan : Larut dalam semua jenis larutan


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunyai rasa, tidak
berbau
Khasiat : Pelarut
Kegunaan : Sebagai Pembilas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.4 Aqua Pro injeksi (Ditjen POM, 1979 Hal 96)
Nama Resmi : AQUA PURIFICATA
Nama Latin : Aqua pro injeksi
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : H2O


Berat Molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunyai rasa,
tidak berbau
Kelarutan : Larut dengan pelarut yang paling polar

10
Khasiat : Dapat melarutkan berbagai zat
kase lurus urba
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.5 Asam asetat (Kemenkes, 2014)

Nama resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama lain : Asam asetat, cuka, CH


Rumus molekul : CH3COOH

Berat Molekul : 60,05 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk,rasa asam,


tajam

Kelarutan : Larut dalam air dengan etanol (95%) dengan gliserol p

Khasiat : Sebagai pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi


2.2.6 Asam klorida (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam klorida
Rumus Molekul : HCl
Berat Molekul : 36,46 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika


diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang
Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam air.

11
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai medium pH asam
2.2.7 Natrium Klorida (Ditjen POM, 2014; Pubchem, 2022)
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama lain : Natrium Klorida
Rumus molekul : NaCl
Berat molekul : 58,44 g/mol
Rumus struktur :
?????

Pemerian : Hablur heksadel tidak berwarna atau serbuk hablur putih


tidak berbau, rasa asin
Kelarutan : Lebih mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut dalam
etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Sumber ion dan ion natrium
Kegunaan : Sebagai pereaksi
2.3 Uraian Mikroba Uji
2.3.1 Bakteri Staphylococcus epidermidis
1. Klasifikasi Staphylococcus epidermidis
Klasifikasi Staphylococcus epidermidis menurut Soedarto (2015) yaitu
Divisi : Eukariota
Kelas : Schizomycetes gantiii yang
Ordo : Eubacteriales lebe jelas

Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus Gambar 2.6
Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus epidermidis epidermidis
2. Morfologi Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram positif, tidak bergerak,
tidak berspora, pada media kultur padat berbentuk kokus berkelompok tidak teratur,

12
susunannya mirip anggur, menonjol, berkilau, tidak menghasilkan pigmen, berwarna
putih porselen sehingga Staphylococcus epidermidis disebut Staphylococcus albus.
Berbentuk sferis dengan diameter 1µm dan tersebar dalam kelompok regular. Koloni
Staphylococcus epidermidis memiliki penampakan bulat halus timbul dan mengkilap,
berwarna abu-abu hingga putih, bersifat nonmotil dan tidak membentuk spora.
Staphylococcus tumbuh optimal pada suhu 37℃ dalam media aerob atau
mikroaerofilik dan membentuk pigmen terbaik (Namvar et al., 2014)

3. Patogenesis Staphylococcus epidermidis


Staphylococcus epidermidis terdapat sebagai flora normal pada kulit manusia
dan pada umumnya tidak menjadi masalah bagi orang normal yang sehat.
Patogenitasnya merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang
dihasilkannya. Akan tetapi, kini organisme ini menjadi patogen oportunitis yang
menyebabkan infeksi nosokomial pada bagian persendian dan pembuluh darah.
Staphylococcus epidermidis memproduksi toksin atau zat racun. Bakteri ini juga
memproduksi semacam lendir yang memudahkannya untuk menempel dimana-mana,
termasuk di permukaan alat-alat yang terbuat dari plastik atau kaca (Kaper et al,
2012).
4. Cara Penularan
Staphylococcus epidermidis memproduksi toksin atau zat racun. Bakteri ini
juga memproduksi semacam lendir yang memudahkannya untuk menempel dimana-
mana, termasuk di permukaan alat-alat yang terbuat dari plastik atau kaca. Lendir
tersebut membuat Staphylococcus epidermidis lebih tahan terhadap fagositosis (salah
satu mekanisme pembunuhan bakteri oleh sistem kekebalan tubuh) dan beberapa
antibiotika tertentu (Yonanda dkk., 2016).
2.4 Uraian Media
2.4.1 Nutrient Agar (NA)
a. Pengertian Nutrient Agar
Nutrient Agar (NA) adalah salah satu contoh media yang sering digunakan
untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan bakteri. Nutrient Agar (NA)
merupakan media biakan yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Nurtrien

13
Agar (Na) adalah media dengan nutrisi minimal dan protein yang konsentrasi rendah.
Pertumbuhan koloni pada media ini menandakan bakteri nonfastidious dan tidak
memerlukan suplemen khusus. Natrien Agar (Na) banyak digunakan sebagai media
penyimpanan bakteri (Departemen Mikrobiologi Klinik, 2015).
b. komposisi Nutrient Agar

Pepton 5,0 gram


Ekstrak daging sapi 3,0 gram
gantiii
Air suling 1000 mL

c. Petunjuk
Media NA (Oxoid) sebanyak 28 gram dilarutkan ke dalam 1 liter akuades,
kemudian diaduk dan dipanaskan menggunakan magnetic stirrer, setelah itu
dimasukkan ke tabung reaksi ditutup menggunakan kapas kemudian disterilkan
dengan autoclave dengan suhu 121ºC selama 15 menit.
literatur??
2.4.2 Nutrient Broth (NB)
1. Pengertian Nutrient Broth
Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar
adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris antara Nutrient Agar dengan
Nutrient Broth yaitu Nutrient Agar berbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk cair.
Susunan kimia sama-sama sintetik. Fungsi kimia dari Nutrient Agar dan Nutrient
Broth sebagai medium umum. Medium Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang
berwarna coklat yang memiliki konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari
sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri sama
seperti medium NA (Suhardi, 2013).
2. Komposisi Nutrient Broth gantii + literatur
Bahan Komposisi
Pepton 10 gram
Ekstrak daging sapi 3 gram
NaCl 5 mL gram
3. Petunjuk

14
Semua bahan tersebut dilarutkan dengan aquadest sebanyak 500ml dalam
beaker glass sambil diaduk, dan volume digenapkan menjadi 1000 mL dengan air
limbah tekstil. Diatur pH yang berkisar antara 6,8-7,2 dan dibiarkan hingga mendidih
serta homogen. Selanjutnya disterilkan pada autoklaf 121OC dengan tekanan 1,5 atm.
Pada medium NB 50% volume aquadest diganti oleh air limbah sebagai media
adaptasi bagi bakteri. lietratur?
2.5. Kajian Penelitian Yang Relevan
Jurnal yang mendukung laporan ini adalah
2.5.1 Debi Arivo, Nurul Annissatussholeha (2017), “Pengaruh Tekanan
Osmotik, Ph, Dan Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli”
Vol 4, No 3.
Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Tekanan Osmotik, Ph, Dan Suhu
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli” bertujuan untuk untuk mengetahui
pertumbuhan optimal bakteri E. coli berdasarkan pengaruh tekanan osmotik, pH, dan
suhu dalam pertumbuhannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimental
Laboratorik dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel yang digunakan
berupa bakteri E. coli. liat dikelompok yang kak so acc

Metode Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pertumbuhan


optimal bakteri E. coli berdasarkan pengaruh tekanan osmotik, pH, dan suhu dalam
pertumbuhannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimental Laboratorik
dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel yang digunakan berupa
bakteri E. coli.
Hasil penelitian menunjukkan Terdapat perbedaan nilai tekanan osmotik, pH,
dan suhu terhadap pertumbuhan bakteri E. coli berdasarkan nilai absorbansi pada pada
masing-masing setiap perlakuan. Berdasarkan pengaruh tekanan osmotik,bakteri E.
coli memiliki pertumbuhan optimal pada tekanan osmotik sebesar 0.5% dengan nilai
absorbansi sebesar 0.486 nm.
Kesimpulannya pada perlakuan perbedaan ph, E. Coli paling optimal
ditumbuhkan pada ph 7 dengan nilai absorbansi sebesar 0.42 nm. Sedangkan pada
perlakuan perbedaan suhu, pertumbuhan E. Coli paling optimal ditumbuhkan pada
suhu 37 0C dengan nilai absorbansi sebesar 0.227 nm. Nilai absorbansi

15
mengindikasikan tingkat kekeruhan media terhadap pertumbuhan E. Coli. Semakin
tinggi nilai absorbansi berarti semakin keruh media pertumbuhan yang berarti semakin
banyak pertumbuhan bakteri dalam media tersebut.

16
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Mikrobiologi Farmasi percobaan pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme dilaksanakan pada hari Rabu, 2 November 2022
pukul 15.00 sampai dengan 18.00 WITA, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi
Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah Autoklaf, Batang
pengaduk, Bunsen, Cawan petri, Disposible, Gelas kimia, Gelas ukur, Indicator pH,
Jarum inokulum (ose), Mikropipet, Penangas air, Oven Inkubator, Rak tabung,
Tabung reaksi dan Timbangan analitik.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah alkohol 70%,
amonia, asam asetat, aqua pro injeksi, aquadest, medium Nutrient Agar & Nutrient
Broth, dan natrium klorida.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pengaruh Suhu
1. Disiapkan empat tabung reaksi yang telah diberi etiket, masing- masing
tabung diberi tanda 5 °C, 25 °C, 37 °C, dan tabung terakhir sebagai kontrol.
2. Dimasukkan pada masing-masing tabung medium NB sebanyak 5 ml.
3. Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri ke dalam masing-
masing tabung
4. Diinkubasi selama 1x24 jam
5. Diamati kekeruhannya
3.3.2 Pengaruh pH

1. Disiapkan 4 tabung reaksi.Diberi tanda pada masing-masing tabung pH 3,


Ph 7, pH 9, dan kontrol Kemudian masukkan pada masing-masing tabung
medium NB sebanyak 5 ml.
2. Ditambahkan asam asetat untuk pH 3, aqua pro injeksi untuk pH 7, dan
17
amonia untuk pH 9
3. Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri ke dalam masing-
masing tabung reaksi
4. Diinkubasi selama 1x24 jam
5. Diamati kekeruhannya
3.3.3 Pengaruh Cahaya
1. Disiapkan 3 cawan petri.
2. Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri ke dalam masing-
masing cawan petri
3. Ditambahkan medium NA sebanyak 10 ml (suhu 45-50 °C), di homogenkan
kemudian di biarkan memadat
4. Setelah itu, cawan petri pertama dibungkus dengan kertas karbon dan
biarkan terpapar matahari selama 15 menit, cawan petri kedua, tidak
dibungkus karbon dan dibiarkan terpapar matahari selama 15 menit.
Sedangkan cawan petri yang ketiga adalah kontrol
5. Diinkubasi selama 1x24 jam
6. Diamati kekeruhannya
3.3.4 Pengaruh Tekanan Osmotik
1. Disiapkan 4 cawan petri, diberi label 0,3%, 0,9%, 15%
2. Dimasukkan medium NA sebanyak 10 ml, lalu di tambahkan larutan NaCl
dengan masing-masing konsentrasi 0,3%, 0,9%, 15%.
3. Digoreskan masing-masing suspense bakteri ke dalam masing-masing
cawan petri
4. Diinkubasi selama 1x24 jam
5. Diamati kekeruhannya

3.3.5 Pengaruh Zat Kimia


1. Disiapkan 4 buah cawan petri
2. Dimasukkan larutan antiseptic, desinfektan, antibiotic, pengawet, aqua pro
injeksi kedalam masing masing vial
3. Dimasukkan papper disk kedalam masing-masing vial tersebut, dan rendam
selama 30 menit.
4. Disiapkan dua buah cawan petri, kemudian dimasukkan masing- masing dua

18
ose suspensi bakteri ke dalam masing-masing cawan petri
5. Ditambahkan medium NA sebanyak 10 ml (suhu 45 50 °C), di homogenkan
6. Ditanamkan paper disk yang telah direndam ke dalam cawan petri kemudian
di biarkan memadat
7. Diinkubasi selama 1x24 jam
8. Diamati kekeruhannya

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

pH
Mikroba Kontrol
3 7 9

Staphylococcus
epidermidis

Tidak terdapat Terdapat Tidak terdapat


pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan

4.1.2 Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

Suhu
Mikroba Kontrol
o o o
5C 25 C 37 C

Staphylococcus
epidermidis

Tidak terdapat Tidak terdapat Terdapat


pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan

20
4.1.3 Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

Pertumbuhan Mikroba
Mikroba Perlakuan Kontrol
Tidak dipaparkan
mana yang dipaparkan?
Staphylococcus Dibungkus
epidermidis

Terdapat pertumbuhan Terdapat


pertumbuhan

Tidak
dibungkus

Terdapat pertumbuhan Terdapat


pertumbuhan

4.1.4 Pengaruh Tekanan Osmotik Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

Tekanan Osmotik
Mikroba mana kontrol??
0,3% 0,9% 15%

Staphylococcus
epidermidis

Tidak terdapat Terdapat Tidak terdapat


pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan

21
4.1.5 Pengaruh Zat Kimia Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

Zat Kimia
Mikroba Kontrol
Antiseptik Pengawet Desinfektan kontrol ada yang positif
dan negatif

Staphylococcus
epidermidis

Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat


pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme Waluyo (2009) berpendapat bahwa mikroorganisme
merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa mikron atau lebih kecil lagi.
Kelompok mikroorganisme yang paling banyak tersebar di udara bebas adalah bakteri,
jamur (termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalga. Belum ada mikroorganisme
yang habitat aslinya di udara. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila
dibandingkan dengan di air atau di tanah. Mikroorganisme udara dapat dipelajari dalam
dua bagian, yaitu mikroorganisme udara di luar ruangan dan mikroorganisme udara di
dalam ruangan. Mikroorganisme paling banyak ditemukan di dalam ruangan.
Pada percobaan pertama yaitu tentang pengaruh suhu pada pertumbuhan
mikroorganisme. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
bunsen, dispo 10ml dan 5ml, erlenmeyer, inkubator, jarum ose, rak tabung, Tabung
reaksi. Dan bahan yaitu: Aquadest dan Alkohol. Setelah itu, menyiapkan empat tabung
reaksi yang telah diberi label dan ditanda 5ºC, 25ºC, 37ºC, dan tabung terakhir sebagai
kontrol. Alasan penggunaan tabung reaksi menurut Zakirman (2020), yaitu tabung
reaksi berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan larutan/ bahan kimia serta sebagai
tempat mengembangbiakan mikroba dalam media cair. Langkah selanjutnya
dimasukkan pada tabung reaksi masing-masing medium NB sebanyak 10 ml,

22
penggunaan medium NB karena Nutrient Broth (NB) termasuk ke dalam media umum
yang digunakan untuk menumbuhkan biakan secara general. NB diformulasikan dengan
sumber karbon dan nitrogen supaya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bakteri (Laboffe
sama dan Pierce, 2005). pindaj+h, caka untuk apa ini?
dengan Setelah itu, dipijarkan jarum ose dalam api bunsen untuk mengambil suspense
kelompok
sblah bo bakteri dan dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi. hal ini menurut Waluyo
dpe caka
(2011), bertujuan untuk mematikan mikroorganisme lain yang tidak diinginkan. Setelah
ada ganti
itu diinkubasi selama 1x24 jam karena Dwidjoseputro (2004), menyatakan bahwa
inkubasi bakteri dilakukan selama 24 jam karena pada waktu tersebut bakteri
dimungkinkan telah berada pada fase logaritmik atau eksopensial, pada fase tersebut
bakteri melakukan pembelahan secara konstan dan jumlah sel meningkat. Alasan
penyimpanan bakteri pada suhu dingin karena Khomsan (2004) berpendapat bahwa
pada suhu dingin dapat mempertahankan mutu (jangka pendek atau beberapa hari) dan
apabila disimpan pada suhu beku dapat bertahan dalam jangka waktu sampai selama
satu tahun. Selain itu Abrar (2013), juga menyatakan bahwa penyimpanan dengan suhu
dingin juga dapat menghancurkan mikroba-miroba pembusuk, pada suhu dingin
kenaikan konsentrasi padatan intraselulesr sehingga mengakibatkan perubahan fisik dan
kimia sel-sel bakteri. Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang terpenting yang
memengaruhi pertumbuhan organisme. Suhu dapat memengaruhi mikroorganisme
dalam dua cara yaitu apabila suhu naik, kecepatan metabolisme juga turun dan
pertumbuhan diperlambat. Sedangkan menurut Pleczar dan Chan (2008), waktu 24 jam
merupakan waktu panen, dimana waktu tersebut telah berada pada fase logaritmik atau
eksponensial yang jumlah selnya terbanyak yaitu mencapai 10 sampai 15 milyar sel
bakteri per mililiter. Dan pada langkah terakhir diamati kekeruhannya.
Hasilnya diperoleh bakteri bahwa bakteri S.epidermidis tumbuh pada kondisi
suhu lingkungan yaitu 37oC dan tidak tumbuh pada suhu 5oC dan 25oC. Menurut Prats
(2006), bakteri umumnya tumbuh pada suhu optimal yaitu 37 – 40oC. Pendapat yang
mendukung dinyatakan oleh Suriani (2013), bahwa setiap mikroba termasuk bakteri
mempunyai suhu optimum, maksimum dan minimum untuk pertumbuhannya. Jika suhu
lingkungan lebih kecil dari suhu minimum atau lebih besar dari suhu maksimum
pertumbuhannya maka aktivitas enzim akan terhenti bahkan pada suhu yang terlalu
tinggi akan terjadi denaturasi enzim.

23
BAHAS KAMARI ULANG KASE GAGA BAB 4

Pada percobaan kedua yaitu tentang pengaruh pH pada pertumbuhan


mikroorganisme. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
Bunsen, Cawan petri, Dispo 10 ml, Inkubator, Jarum ose, Labu Erlenmeyer, Rak
tabung, Tabung reaksi. Dan bahan yaitu: Aquadest, Alkohol, asam asetat (CH3COOH).
Indikator dan medium NB. Pada langkah pertama percobaan ialah menyiapkan empat
tabung reaksi yang telah diberi tanda pada setiap tabung pH 3, pH 7, dan pH 9. Setelah
itu pada masing-masing tabung yang telah diberi etiket ditambahkan NB sebanyak 10
ml. Llorens (2010), menyatakan alasan penggunaan nutrient broth sebagai medium yaitu
NB diformulasikan dengan sumber karbon dan nitrogen supaya dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi bakteri. Langkah selanjutnya, untuk pH 3 ditambahkan asam asetat
(CH3COOH) untuk menurunkan pH Menurut Kertesz (2001). Dan kemudian untuk pH 9
ditambahkan ammonia hidroksida untuk menaikkan pHnya. Penggunaan amonia
menurut Yuniasari (2009), dilakukan karena amonia bersifat basa dan memiliki
kemampuan menetralisir asam, kemudian dimasukkan satu ose suspense bakteri
kedalam masing-masing tabung. Pada langkah terakhir diinkubasi selama 24 jam untuk
diamati kekeruhannya.
Hasilnya diperoleh bakteri bahwa bakteri S.epidermidis tumbuh pada kondisi
lingkungan yang netral (pH 7) dan tidak tumbuh pada kondisi lingkungan yang asam
(pH 3) maupun pada kondisi lingkungan yang basa (pH 9). Hal ini sesuai dengan
pendapat Suriani (2013), bahwa bakteri memerlukan suatu pH optimum (6,5 - 7,5)
untuk tumbuh optimal. Selain itu pendapat yang serupa dinyatakan oleh Pelczar (2016),
bahwa pengaruh pH terhadap pertumbuhan bakteri ini berkaitan dengan aktivitas enzim.
Enzim ini dibutuhkan oleh beberapa bakteri untuk mengkatalis reaksi-reaksi yang
berhubungan dengan pertumbuhan bakteri. Apabila pH dalam suatu medium atau
lingkungan tidak optimal maka akan mengganggu kerja enzim-enzim tersebut dan
akhirnya mengganggu pertumbuhan bakteri itu sendiri.
Pada percobaan ketiga yaitu tentang pengaruh cahaya pada pertumbuhan
mikroorganisme, Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu:

24
Bunsen, Cawan petri, Dispo 10 ml, Erlenmeyer, Inkubator, Jarum ose, Rak tabung,
Tabung reaksi. Dan bahan yaitu: Aquadest, Alkohol, bakteri S.epidermidis serta
medium NA. Langkah selanjutnya yaitu disiapkan tiga cawan petri, kemudian
dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri kedalam masing-masing cawan
petri, selanjutnya yaitu ditambahkan medium NA sebanyak 10 ml, dihomogenkan
kemudian dibiarkan memadat. Menurut Waluyo (2016), media padat diperoleh dengan
penambahan agar. Agar berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai pemadat
karena tidak dapat diuraikan oleh mikroba dan membeku pada suhu diatas 45ºC.
Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5-2,0%. ada pake kertas
ganti kalimat jangan kata kemudian didepan
Kemudian dibungkus cawan petri pertama dengan kain hitam karbon, bukan kain
dan dibiarkan
hitam
terpapar pada suhu ruangan dan tidak dipaparkan pada cahaya matahari selama 15
menit, cawan petri kedua, tidak dibungkus kain hitam dan dibiarkan juga pada suhu
ruangan tanpa cahaya matahari selama 15 menit, sedangan cawan petri ketiga adalah
control, selanjutnya yaitu diinkubasi 1x 24 jam. Pleczer dan Chan (2008) berpendapat
bahwa inkubasi bakteri dilakukan selama 24 jam karena pada waktu tersebut bakteri
dimungkinkan telah berada pada fase logaritmik atau eksponensial, pada fase tersebut
bakteri melakukan pembelahan secara konstan dan jumlah sel meningkat. Kemudian
diamati kekeruhannya pada saat media sudah selesai di inkubasi. Baljeet et al. (2015),
menyatakan bahwa kekeruhan terjadi akibat adanya pertumbuhan bakteri. Hal ini juga
didukung oleh pendapat Purnamasari (2013) dalam penelitiannya, bahwa sumber
kekeruhan kemungkinan berasal dari organisme kontaminan, medium, atau infusa.
Hasilnya diperoleh bakteri bahwa bakteri S.epidermidis tumbuh pada kondisi
media yang tidak terkena paparan cahaya. Menurut Sawadarna (2007), secara umum
cahaya memiliki sifat merusak sel mikroorganisme yang tidak mempunyai pigmen
fotosintesa. Kerusakan yang disebabkan oleh sinar atau cahaya sinar ultraviolet, infrared,
sinar-X dan sinar gamma dapat merusak sel dan menghambat pertumbuhan dari
mikroorganisme. Menurut Kencana (2004), menyatakan bahwa bakteri Staphylococcus
epidermidis setelah diberi radiasi

25
gelombang ultrasonic, dinding selnya akan pecah dan bentuk selnya akan
mengkerut atau mengecil dengan susunan yang tidak beraturan.
kenapa Pada percobaan keempat yaitu tentang pengaruh tekanan osmotik
beda beda pada pertumbuhan mikroorganisme, Adapun alat dan bahan yang
ukuran
digunakan pada percobaan ini yaitu: Bunsen, Cawan petri, Dispo 10
margin ini??
ml, Erlenmeyer, Inkubator, Jarum ose, dan Rak tabung. Dan bahan
yaitu: Aquadest, Alkohol, bakteri S.epidermidis serta medium NA.
Langkah selanjutnya yaitu disiapkan empat cawan petri, kemudian
ditambahkan medium NA sebanyak 10 ml, dibiarkan memadat ,
kemudian dimasukkan larutan NaCl dengan masing-masing
konsentrasi 0,3 %, 0,9%, dan 15 %. Dimasukkan masing-masing dua
ose suspensi bakteri kedalam masing-masing cawan petri. Menurut
Waluyo (2016), media padat diperoleh dengan penambahan agar. Agar
berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai pemadat karena
tidak dapat diuraikan oleh mikroba dan membeku pada suhu diatas
45ºC. Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5-
2,0%. Pada langkah terakhir diinkubasi selama 24 jam untuk diamati
kekeruhannya. Hasilnya diperoleh bakteri bahwa bakteri S.epidermidis
tumbuh pada kondisi media dengan tingkat osmolaritas pada 0,9%. Hal
ini sesuai dengan pendapat Arivo (2020), bahwa bakteri S.epidermidis,
pada kondisi 8,5% NaCl pertumbuhannya dapat terhambat, pertumbuhan
bakteri S.epidermidis dapat berlangsung pada kondisi NaCl 0,9%. Hal
serupa juga dikemukakan oleh Pleczer dan Chan (2008), bahwa bila
bakteri ditempatkan didalam larutan berisikan natrium klorida jauh
dibawah 1%, maka aliran air akan terbalik, yaitu air akan mengalir dari
larutan masuk ke dalam sel. Proses demikian dinamakan plasmolisis.
Terbentuk tekanan osmotik di dalam sel akibat akumulasi air dalam
jumlah yang besar di situ. Bakteri memiliki dinding sel yang kaku yang
dapat menahankan perubahan tekanan osmotik, sehingga biasanya tidak
menunjukkan perubahan bentuk ataupun ukuran

26
yang mencolok bila terjadi plasmolisis
Pada percobaan kelima yaitu tentang pengaruh zat kimia pada pertumbuhan
mikroorganisme, Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
Antbiotik, Antiseptik, Aqua Pro Injeksi, Bunsen, Cawan petri, Desinfektan, Dispo 10
ml, Erlenmeyer, Inkubator, Pengawet, Pipet Mikro, dan Rak tabung. Dan bahan yaitu:
Aquadest, Alkohol, bakteri S.epidermidis serta medium NA. Langkah pertama yaitu
disiapkan dua cawan petri dan papper disk. Papper disk menurut Ariyani (2018),
berfungsi sebagai tempat menampung zat antimikroba. Kemudian direndam papper
disk dalam larutan antibiotik, antiseptik, dan desinfektan selama 30 menit.
Dimasukkan masing-masing satu pipet mikron suspensi bakteri kedalam masing-
masing cawan petri. Selanjutnya ditambahkan 10 mL medium NA. Menurut Waluyo
(2016), media padat diperoleh dengan penambahan agar. Agar berasal dari ganggang
merah. Agar digunakan sebagai pemadat karena tidak dapat diuraikan oleh mikroba
dan membeku pada suhu diatas 45ºC. Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam
media adalah 1,5-2,0%. Setelah 30 menit, papper disk yang telah direndam kemudian
di tanamkan pada cawan petri. Pada langkah terakhir diinkubasi selama 24 jam untuk
diamati kekeruhannya.
Hasilnya diperoleh bakteri bahwa bakteri S.epidermidis tidak tumbuh pada
kondisi lingkungan yang dicemari oleh antibiotik, antiseptik, desinfektan dan
pengawet. Desinfektan memiliki zona hambat yang terbesar dengan diameter zona
hambat sebesar 21 mm sedangan antiseptik memiliki zona hambat yang terkecil
dengan diameter zona hambat sebesar 5 mm. Menurut Hamdiyati (2012), antiseptik
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisma; desinfektan dapat menghambat
pertumbuhan sel vegetatif pada materi yang tidak hidup; dan bahan kemoterapetik
dapat merusak/menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan hidup,
dihasilkan oleh mikroorganisme. Kontrol positif yakni kloramfenikol memiliki
diameter zona hambat sebesar 15 mm sedangkan kontrol negatif berupa aqua pro
injeksi tidak memiliki zona hambat.
Kemungkinan kesalahan pada praktikum kali ini adalah pada saat mengambil
kultur bakteri mengunakan jarum ose terkadang terlalu dalam sehingga dapat merusak
media pertumbuhan dari kultur bakteri. Selain itu juga masih ada kekurangan dalam
hal menumbuhkan bakteri dengan metode gores
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Setiap mikroba mempunyai suhu optimum, maksimum dan minimum untuk
pertumbuhannya. Jika suhu lingkungan lebih kecil dari suhu minimum atau
lebih besar dari suhu maksimum pertumbuhannya maka aktivitas enzim akan
terhenti bahkan pada suhu yang terlalu tinggi akan terjadi denaturasi enzim.
2. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan bakteri berkaitan dengan aktivitas enzim.
Enzim diperlukan bakteri untuk mengkatalis reaksi-reaksi yang berhubungan
dengan pertumbuhan bakteri. Apabila pH dalam suatu medium atau lingkungan
tidak optimal maka akan mengganggu pertumbuhan bakteri itu sendiri. Ketika
pH menurun atau meningkat maka sifat gugus asam amino akan berubah,
sehingga menyebabkan bakteri tidak dapat tumbuh optimal dan akan
mempengaruhi produk metabolisme yang akan dihasilkannya.
3. Cahaya memiliki sifat merusak sel mikroorganisme yang tidak mempunyai
pigmen fotosintesa. Kerusakan yang disebabkan oleh sinar atau cahaya sinar
ultraviolet, infrared, sinar-X dan sinar gamma dapat merusak sel dan
menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme.
4. tekanan osmosis sangat diperlukan oleh bakteri untuk mempertahankan bakteri
agar tetap hidup. Jika bakteri berada pada larutan yang hipertonik atau
konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi yang ada dalam sel
bakteri, maka akan terjadi keluarnya cairan dari sel bakteri melalui membran
sitoplasma yang disebut plasmolisis. Sebaliknya, apabila bakteri berada pada
larutan yang hipotonis maka dapat mengakibatkan pecahnya sel bakteri akibat
cairan masuk ke dalam sel tersebut yang disebut plasmoptisa.
5. Pengaruh zat kimia dalam hal ini disinfektan (Soklin dan Vixal), pengawet dan
antibiotik (Kloramfenikol), menunjukkan adanya zona hambat. Hal ini
menandakan disikfektan, pengawet dan antibiotik yang digunakan memiliki
aktivitas menghambat ataupun membunuh pertumbuhan mikroba.

28
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten
Saran kami untuk asisten yakni agar selalu senantiasa bisa lebih membimbing
praktikan dalam melaksanakan praktikum. sehingga praktikan dapat menjalankan
prosedur kegiatan dengan lebih baik.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Agar kiranya dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat
laboratorium, serta dapat memaksimalkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam
praktikum sehingga praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih maksimal.
5.2.3 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan untuk dapat lebih melengkapi sarana dan prasarana dalam proses
perkuliahan khususnya dalam pelaksanaan praktikum, sehingga mahasiswa dapat
melaksanakan praktikum dengan lebih baik dan lebih optimal.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati & Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan dan Balita.
Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.

Arivo, Debi., Nurul Annissatussholeha, 2017. Pengaruh Tekanan Osmotik pH, dan
Suhu terhadap pertumbuhan Bakteri E. coli. Jurnal Ilmu Kedokteran dan
kesehatan, Vol 4, No. 3.

Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2003. Biologi. Jilid 2. Edisi Kelima.
Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Cappucino, J.G, dan Sherma, N. 2013. Manual Laboratorium Mikrobiologi Edisi


8. Jakarta: ECG.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2020. Materia Medika Indonesia. Jilid


IV. Cetakan Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Jakarta.

Departemen Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.


2015. Buku Ajar Pemeriksaan Mikrobiologi pada Penyakit Infeksi. Surabaya:
Sagung Seto.

Kaper, F.H. et al., 2012. Medical Mikrobiology. New York: Thieme.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2015.

Kumar, P & Clark, ML 2012, Kumar and Clark's Clinical Medicine E-Book,
Elsevier, New York.

Maryati, K., & Suryawati, J. 2013. Sosiologi Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu


Sosial. Jakarta: Erlangga.

Namvar A. E., Bastarahang S., Abbasi N., Ghehi G. S., Farhadbakhtiarian S., Arezi
P., et al. 2014. “Clinical characteristic of Staphylococcus epidermidis: a
systematic review”. GMS Hygiene and Infection Control. 9 (3).

Putri. O. N. 2020. Implementasi Metode CNN Dalam Klasifikasi Gambar Jamur


Pada Analisis Image Processing. Yogyakarta: Program Studi Statistika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam
Indonesia
Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran, 107, 118, 201-207, 295, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.

Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.

Soedarto. 2015. Mikrobiologi Kedokteran . jakarta: CV. Sagung Seto.


LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat dan Bahan
a). Alat
No Nama Alat Gambar Fungsi

1. Autoklaf Untuk mensterilkan alat

2. Bunsen Untuk pemanasan,


strelisasi, dam pembakaran

3. Cawan petri Untuk membiakan


mikroorganisme

4. Dispoable Untuk mengambil media


atau suspensi bakteri

5. Incubator Untuk menumbuhkan


Mikroorganisme atau
bakteri

6. Jarum inoculum Untuk mengambil suspensi


(ose) bakteri dari dalam tabung
reaksi
7. Labu Erlenmeyer Untuk menampung larutana
bahan atau cairan

8. Oven Untuk memanaskan atau


mengeringkan peralatan
laboratorium

9. Rak tabung Untuk meletakkan tabung


reaksi

10. Tabung reaksi Untuk menaruh sampel dan


menumbuhakn mikroba
b). Bahan
No Nama Bahan Gambar Fungsi

1. Alkohol Untuk membersihkan


Alat-alat

2. Aluminium foil Untuk menutup mulut


erlenmeyer atau
tabung reaksi

3. Amoniak Untuk menaikkan ph

4. Aquades Sebagai pelarut

5. Bakteri S.aureus Sebagai bakteri uji


5. Indikator ph Untuk mengukur dan
Mengetahui ph
larutan

6. Untuk menurunkan
Hcl pH sampel

7. Kapas Untuk menutup mulut


tabung reaksi dan
erlenmeyer

8. Kain hitam Untuk membungkus


cawan petri ketika
medium dipaparkan
dibawah matahari

9. Medium Na Untuk menumbuhkan


dan mengembangkan
bakteri

10. Medium Nb Untuk menumbuhkan


bakteri
Lampiran 2 Diagram Alir
1. Pengaruh Suhu

Pengaruh suhu

- Disiapkan empat tabung reaksi yang telah diberi etiket, masing-


masing diberi tanda 50c, 280c, 370c, dan tabung terakhir sebagai
control.
- Dimasukkan pada masing-masing tabung medium NB sebanyak 10
ml.
- Dimasukkan masing-masing 20 mikron suspensi bakteri kedalam
masing-masing tabung.
- Diinkubasi selama 1x24 jam
- Diamati kekeruhannya

Hasil

2. Pengaruh pH
Pengaruh pH
- Disiapkan empat tabung reaksi
- Diberi tanda pH 3, pH 7, pH 9, dan control pada setiap tabung
- Dimasukkan pada masing-masing tabung medium NB sebanyak10
ml
- Ditambahkan hcl pada pH 3, pH 7 adalah netral, dan ditambahkan
amoniak pada pH 9
- Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri kedalam
masing-masing tabung
- Diinkubasi selama 1x24 jam
- Diamati pertumbuhannya

Hasil
3. Pengaruh Cahaya

Pengaruh
cahaya

- Disiapkan tiga cawan petri


- Dimasukkan masing-masing dua ose suspensi bakteri kedalam
masing-masing cawan petri
0
- Ditambahkan medium NA sebanyak 10 ml (suhu 45-50 c),
dihomogenkan kemudian dibiarkan memadat
- Dibungkus cawan petri pertama dengan kertas karbon dan dibiarkan
terpapar matahari selama 15 menit, cawan petri kedua, tidak
dibungkus karbon dan dibiarkan terpapar matahari selama 15 menit,
sedangkan cawan petri ketiga adalah control
- Diinkubasi selama 1x24 jam
- Diamati pertumbuhannya

Hasil
Lampiran 3 Skema Kerja
1. Pengaruh suhu

Disiapkan empat Dimasukkan pada Dimasukkan


tabung reaksi yang masing-masing masing-masing
tabung medium dua ose suspense
telah diberi etiket, bakteri ke dalam
NB sebanyak 10
masing-masing ml masing-masing
diberi tanda 5˚C, tabung

25˚C, 37˚C, dan


tabung terakhir
sebagai control.

Diamati Disimpan pada


kekeruhannya suhu 50c, 280 c,
350 c
2. Pengaruh pH

Disisapkan empat Diberi tanda pH 3, Dimasukkan pada


tabung reaksi pH 7, pH 9, dan masing-masing
control pada tabung medium
masing-masing NB sebanyak 15
tabung ml

Diinkubasi Dimasukkan Ditambahkan hcl


selama 1x24 jam masing-masing pada pH 3, pH 7
dua ose suspense adalah pH netral,
bakteri ke dalam dan ditambahkan
masing-masing amoniak pada Ph
tabung 9

Diamati
kekeruhannya
3. Pengaruh cahaya

Disiapkan tiga Dimasukkan Ditambahkan


cawan petri masing-masing 20 medium Na
mikron suspensi sebanyak 10 ml
bakteri ke dalam suhu (45 – 45̊̊˚C),
masing-masing dihomogenkan
cawan petri kemudian
dibiarkan
memadat

Diamati Diinkubasi 1x24 Dibungkus cawan


pertumbuhannya jam petri pertama
dengan kain hitam
dan dibiarkan
terpapar matahari
selama 15 menit,
cawan petri kedua,
tidak dibungkus
kain hitam dan
dibiarkan terpapar
matahari selama 15
menit

Anda mungkin juga menyukai