Anda di halaman 1dari 24

Laporan

Praktikum
FITOKIMIA I
“KROMATOGRAFI CAIR VAKUM”
Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Fitokimia I

OLEH

KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : C-S1 FARMASI 2021
ASISTEN : SUNARYO DJIBU, A.Md. Farm

LABORATORIUM BAHAN ALAM FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
Lembar Pengesahan

FITOKIMIA I
“Kromatografi Cair Vakum”

OLEH
KELOMPOK IV (EMPAT)
KELAS C-S1 FARMASI 2021

1. ASRI SEPTYANI KADIR (821421000)


2. DEWI SINTA LAMAGA (821421046)
3. MEYLISA PUTRI BOKIU (821421102)
4. SYAHLA SALSABILA ALAMRI (821421006)

Gorontalo, April 2023 NILAI

Mengetahui Asisten

SUNARYO DJIBU, A.Md. Farm


KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan
sebaik-baiknya. Sholawat serta salam tak lupa pula tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan para sahabat Nya dan semoga curahan rahmat Nya sampai
kepada kita semua.
Pada kesempatan kali ini kami selaku penyusun laporan hendak
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para asisten yang telah
memberikan ilmu dan bimbingannya sehingga kami bisa menyelesaikan laporan
Parktikum Fitokimia I berjudul “Kromatografi Cair Vakum” dengan baik karena
membuat laporan adalah tugas wajib kami sebagai mahasiswa.
Kami sebagai penyusun laporan menyadari sepenuhnya laporan ini masih
terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya, maka
kami memohon kriteria dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
dari makalah ini. Semoga laporan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
umumnya dan bagi kami khususnya.
Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, April 2023

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Manfaat Praktikum..................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum....................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah…................................................................................3
1.5 Prinsip Percobaan…................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4
2.1 Dasar Teori..............................................................................................4
2.2 Uraian Tanaman....................................................................................17
2.3 Uraian Bahan........................................................................................27
BAB III METODE PRAKTIKUM...................................................................31
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...........................................................31
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................31
3.3 Cara Kerja.............................................................................................31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................35
4.1 Hasil Percobaan.....................................................................................35
4.2 Pembahasan...........................................................................................36
BAB V KESIMPULAN...................................................................................38
5.1 Kesimpulan...........................................................................................38
5.2 Saran.....................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

i
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada negara yang sedang berkembang, Sebagian besar penduduknya masih


menggunakan obat tradisional, terutama untuk kebutuhan Kesehatan. Menurut
resolusi promoting the role of traditional medicine in health system strategy for
the African region, sekitar 80% masyarakat di negara-negara anggota WHO
(World Health Organizaation) di Afrika menggunakan obat tradisional untuk
keperluan Kesehatan. Di dunia internasional, obat-obatan herbal telah diterima
sangat luas di engara berkembang dan di negara maju, dimana 65% dari 1 2
penduduk negara maju dan 80% penduduk negara berkembang telah
menggunakan obat herbal. Salah satu ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan
tanaman sebagai bahan obat yaitu Farmasi.
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan
pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan
ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk
yang cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dengan
perkataan lain, mereka yang berprofesi dalam bidang farmasi adalah seorang
pakar obat yang menguasai ilmu dan pengetahuan tentang obat secara mendalam
dari segala aspeknya. Dalam farmasi juga mempelajari berbagai ilmu terapan,
diantaranya adalah matematika, fisika, biologi, kimia, dan masih banyak cabang
ilmu lainnya. Farmasi juga mencakup banyak pengetahuan.
Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat
yang sesuai dan aman, baik melalui resep (persecription) dokter berizin, dokter
gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara
menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai. Farmasi juga mencakup
pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan (selection), aksi farmakologis,
pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan
sediaan obat (medicine). Seorang ahli farmasi juga identik dengan salah satu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana cara mengisolasi serta
memisahkan zat aktif yang terdapat pada tumbuhan atau hewan dengan

1
menggunakan metode kimia, dan untuk memahami hal ini seorang farmasis
dituntut untuk mempelajari salah satu cabang ilmu di farmasi yakni fitokimia.
Fitokimia atau kimia tumbuhan sangat berkaitan erat dengan organik
bahan alam dari biokimia tumbuhan. Kemajuan fitokimia sangat dibantu dengan
metode penjaringan untuk menjaring tumbuhan sehingga diperoleh senyawa yang
khas. Setiap gugus senyawa atom memiliki keanekaan dan jumlah yang banyak
dan tidak sama. Hal tersebut yang membuat metode identifikasi senyawa kimia
berbeda antara fitokimia, kimia organik, sintesis organik. Analisis fitokimia
merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari metode atau cara
analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara
keseluruhan atau bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi atau pemisahan. Isolasi
atau pemisahan zat aktif dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya
adalah metode kromatografi cair vakum.
Kromatografi cair vakum merupakan suatu metode fraksinasi
yangmemisahkan ekstrak menjadi fraksi-fraksi yang lebih sederhana. Dimana
pada pemisahan tersebut menggunakan kolom yang berisi fase diam dan untuk
mengalirkan fase geraknya dengan menggunakan bantuan vakum. Kromatografi
cair vakum dilakukan untuk memisahkan senyawa metabolit sekunder secara
kasar dengan menggunakan silikia gel sebagai absorben dan menggunakan eluen
n- heksan:etil asetat dan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan dalam
penarikan eluen. Kromatografi cair vakum (KCV) adalah salah satu metode yang
dapat digunakan untuk memisahkan (+)-katekin dari gambir dimana kepolaran
fase gerak sangat menentukan hasil pemisahan yang diperoleh.
Berdasarkan uraian diatas dan pentingnya seorang farmasis mengetahui
metode kromatografi cair vakum untuk memisahkan atau mengisolasi senyawa
yang terdapat di dalam tanaman, maka dilakukan praktikum fitokimia ini agar
mahasiswa farmasi dapat mengetahui tanaman yang berada dilingkungan sekitar
yang dapat dijadikan bahan obat.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan kromatografi cair vakum?
2. Bagaimana prinsip kerja kromatografi cair vakum?
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang di maksud dengan kromatografi
cair vakum.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Bagimana prinsip kerja kromatografi cair
vakum.
1.4 Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang di maksud dengan
kromatografi cair vakum.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui Bagimana prinsip kerja kromatografi
cair vakum.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori

2.1.1 Pengertian Kromatografi cair vakum


Kromatografi Suction Column atau vacuum liquid chromatography (VLC)
atau kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi kolom
khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak.
Kondisi vakum adalah alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke
bawah. Metode ini sering digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak non
polar atau ekstrak semipolar (Raymond, 2005).
Kromatografi kolom cair dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau pada
tekanan lebih besar dari atmosfer dengan menggunakan bantuan tekanan luar
misalnya gas nitrogen. Untuk keberhasilan praktikan di dalam bekerja dengan
menggunakan kromatografi kolom vakum cair, oleh karena itu syarat utama
adalah mengetahui gambaran pemisahan cuplikan pada kromatografi lapis tipis
(Harris, 1982).
Kromatografi vakum cair dilakukan untuk memisahkan golongan senyawa
metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel sebagai absorben
dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat : metanol (elusi gradien)
dan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan penarikan eluen (Helfman,
1983).
2.1.2 Prinsip KCV
Prinsipnya yaitu adsorpsi dan partisi yang dipercepat bantuan pompa
vakum. Keuntungan dari metode ini adalah prosesnya cepat dan senyawa tertarik
secara sempurna. Kerugiannya adalah pemisahanya tidak sempurna karena
senyawa yang ditampungbercampur dalam suatu penampungan tidak seperti pada
kolom konvensional yang dipisahkan berdasarkan warna, sehingga pemisahannya
lebih maksimal.(Helfman, 1983).

4
2.1.3 Peralatan KCV
Alat yang digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap yang
dihubungkan dengan pompa vakum serta wadah penampung fraksi. Walaupun
KCV memerlukan jumlah sampel yang lebih banyak dari pada kromatografi lapis
tipis (KLT), KCV tetap ekonomis dalam sisi biaya (Stahl,E.1985)

Gambar 2.1.3
Alat Fraksinasi

2.1.4 Cara kerja Kromatografi cair vakum


Adapun cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi
dikemas kering (biasanya dengan penjerap mutu KLT 10-40 μm) dalam keadaan
vakum agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut
yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan
lagi.Kolom dipisah sampai kering dan sekarang siap dipakai (Hostettman, 1986).
Kromatografi vakum cair merupakan salah satu jenis dari kromatografi
kolom.Kromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan campuran larutan
dengan perbandingan pelarut dan kerapatan dengan menggunakan bahan kolom.
Kromatografi kolom lazim digunakan untuk pemisahan dan pemurnian senyawa
(Schill, 1978).
Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan dalam
KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom terbagi menjadi dua macam,
yaitu:

5
a. Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan melarutkan fasa
diam dalam fase gerak yang akan digunakan. Campuran kemudian dimasukkan ke
dalam kolom dan dibuat merata. Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk
lapisan fase diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan (Sarker et al.,
2006).
b. Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara
memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi. Fase diam
tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan digunakan (Sarker et al.,
2006). Preparasi sampel saat akan dielusi dengan KCV juga memiliki berbagai
metode seperti preparasi fasa diam. Metode tersebut yaitu cara basah dan cara
kering (Canell, 1998).
Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan sampel dalam
pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam KCV. Larutan dimasukkan
dalam kolom kromatografi yang telah terisi fasa diam. Bagian atas dari sampel
ditutupi kembali dengan fasa diam yang sama. Sedangkan cara kering dilakukan
dengan mencampurkan sampel dengan sebagian kecil fase diam yang akan
digunakan hingga terbentuk serbuk. Campuran tersebut diletakkan dalam kolom
yang telah terisi dengan fasa diam dan ditutup kembali dengan fase diam yang
sama (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).
2.1.5 Faktor Retensi
Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi
dengan jarak yangditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah: Nilai Rf
sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapatdigunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel.
Senyawa yangmempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang
rendah, begitu juga sebaliknya.Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar.
Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga
menghasilkan nilai Rf yang rendah.Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8.

6
Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalahmengurangi kepolaran eluen,
dan sebaliknya (Sarker et al., 2006).
2.1.6 Cara Menggunakan KLT
KLT sangat berguna untuk mengetahui jumlah komponen dalam sampel.
Peralatan yangdigunakan untuk KLT adalah chamber (wadah untuk proses KLT) ,
pinset, plat KLT, dan eluen. langkah-langkah memakai KLT Potong plat sesuai
ukuran. Biasanya, untuk satu spot menggunakan plat selebar 1 cm.Berarti jika
menguji 3 sampel (3 spot) berarti menggunakan plat selebar 3 cm.Buat garis dasar
(base line) di bagian bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat, dangan akhir di
bagian atas. Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah
disiapkan sejajar, tepat diatas base line. Jika sampel padat, larutkan pada pelarut
tertentu. Keringkan totolan.Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing
eluen ke dalam chamber dan campurkan. Tempatkan plat pada chamber berisi
eluen. Base line jangan sampai tercelup oleh ulen. Tutuplah chamber .Tunggu
eluen mengelusi sampel sampaimencapai garis akhir, di sana pemisahan akan
terlihat.Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset, keringkan dan
ukur jarak spot. Jika spot tidak kelihatan, amati pada lampu UV. Jika masih tak
terlihat, semprot dengan pewarna tertentu seperti kalium kromat atau ninhidrin
(Sarker et al., 2006).
2.1.7 Keutungan dan Kerugian KCV
Menurut Sarker et al (2006), Keutungan dan kerugian KCV sebagai
Berikut:
A. Keuntungan pada KCV
a) Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil di banding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase
gerak lebih lambat (10-100μl/menit).
b) Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih
ideal jika digabung dengan spectrometer massa.
c) Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas
misal sampel klinis

7
B. Kerugian KCV
a) Membutuhkan waktu yang cukup lama.
b) Sampel yang dapat digunakan terbatas.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Tanaman Tembelekan (Lantana camara)
1. Klasifikasi

Gambar 2.2.3
Tembelekan (Lantana camara)

Menurut Nuraini (2014), klasifikasi tanaman tembelekan adalah sebagai


berikut:
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Lantana
Spesies : Lantana camara L
2. Morfologi
Tembelekan merupakan perdu tegak atau setengah merambat. Termasuk
anggota famili Verbenaceae yang berasal dari Amerika tropis. Cabangnya
memilikibanyak, ranting yang berbentuk segi empat, ada varient yang berduri
serta ada yangtidak berduri tinggi 2 m. memiliki bau yang khas. Daunnya
tunggal, berbentuk bulat telur, ujung meruncing, bergerigi, permukaan atas
berambut banyak dan terasa kasar saat diraba (Nuraini, 2014).
Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara L.) merupakan tumbuhan
yang biasanya tumbuh liar, dapat juga sebagai tanaman hias dan tanaman
pagar. Tumbuhan ini tersebar di daerah tropis. Tempat hidup tanaman ini
dapat
8
ditemukandi tempat terbuka yang langsung terkena sinar matahari. Tanaman
tembelekan digunakan sebagi pengusir serangga (Suwertayasa et al., 2013).
Lantana merupakan salah satu genus dalam familia Verbenacea dengan
jumlah spesies sekitar 150 spesies. Salah satu spesies yang termasuk dalam
kelompok ini adalah tembelekan. Tumbuhan ini memiliki habitus perdu tegak
atausetengah merambat dengan bau khas yang merupakan tanaman asli daerah
tropis. Tembelekan memiliki variasi morfologi serta sitologi yang begitu besar
sehingga membuat tumbuhan ini memiliki sinonim yang begitu banyak (Kalita
et al., 2015).
3. Kandungan Kimia
Menurut penelitian Yadav (2017), tentang uji kandungan fitokimia pada
tumbuhan tembelekan, ditemukan adanya senyawa golongan alkaloid,
glikosida, fitosterol, protein, asam amino, diterpen, fenol, tanin dan flavonoid.
Ekstrak daun tembelekan juga mengandung senyawa fenolik seperti salisilat,
gentisic, asam p- resolsilat, vanillic, caffeic ferulic asam p-hidroksibenzoat.
kunurin, dan 6-methyl coumarin yang dianalisis dengan HPLC Selain itu
tembelekan juga mengandung senyawa toksin yaitu Lantaden A dan Lantaden
13 Lantana camara juga merupakan tanaman beracun karena
mengandungalpha-lantadene. Lantadene dapat menyebabkan mual, muntah,
diare, sesak napas,gagal ginjal, gagal jantung dan bahkan kematian. Dimana
bagian tanaman yang lebih berpotensi menyebabkan gejala keracunan ketika
dikonsumsi yaitu bagian buah jika dibandingkan dengan bagian tanaman
lainnya (Carstairs et al, 2010).
4. Khasiat
Manfaat pada tanaman tembelekan sangat banyak disetiap bagian
tanaman tersebut memiliki manfaat. Akar tanaman tembelek berfungsi sebagai
Pereda demam, penghilang nyeri dan menghentkan perdarahan. Selain itu juga
ada manfaatlain dalam pemanfaatan luar sebagai radang kulit, eksim jamur
kulit, luka berdasar, dan gigitan serangga. Apabila pada bagian daun sangan
berkhasiat untuk menghilangkan gatal, anti toksik, menghilangkan bengkak dan
rangsang muntah. Bagian bunga tembelekan berfungsi untuk penghenti
pendarahan (Nuraini, 2014).

9
Pada daun tembelekan sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia,
tumbuhan tembelekaan terutama bagian daun tembelekan bermanfaat sebagai
obat alami. Tumbuhan ini termasuk dalam kelompok family Verbenancae.
Menurut Wijaya et al (2016), Verbenancae mengandung senyawa metabolit
sekunder seperti flavonoid, terpenoid, minyak atsiri dan lainnya. Senyawa
metabolit sekunder di dalam tumbuhan merupakan hasil sintesis yang terjadi
dalamtumbuhan itu sendiri. Metabolit sekunder berperan penting dalam
interaksi antara tanamn dan serangga secara konstitusif. Terjadinya senyawa
organic yang kompleks sehingga menghasilkan sederet golongan senyawa.
Penelitian lebih lanjut juga dilakukan oleh Leboe et al (2015), yaitu
dengan melakukan uji aktivitas mukolitik ekstrak etanol pada daun Lantana
camara secarain vitro untuk mengetahui fakta ilmiah mengenai kebenaran
bahwa tanaman tersebut dapat mengatasi batuk. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan adanya aktivitas mukolitik pada konsentrasi 0,1%; 0,5% dan 1%
dimana ekstrak etanol dengan konsentrasi 0,5% memiliki aktivitas mukolitik
setara dengan asetilsistein 0,1% secara in vitro (Leboe et al, 2015)
2.2 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 2020)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
Rumus struktur :

Rumus molekul : C2H6O


Berat molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas.
Mudah terbakar dengan memberikan nyala
biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

1
kloroform dan dalam eter
Khasiat : Sebagai antiseptic dan desinfektan
Kegunaan : Sebagai larutan yang digunakan untuk
mensterilkan alat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
2.3.2 Metanol (Dirjen POM. 2020)
Nama Resmi : METANOL
Nama Lain : Metanol Absolute
Rumus Molekl : CH3OH
Berat Molekul : 32,04g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas.


Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk
cairan jernih tidak berwarna
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.3.4 Etil asetat (Rowe, 2009)
Nama Resmi : ETHYL ACETATE
Nama Lain : Acetic acid ethyl ester, acetic ester
Rumus molekul : C4H8O2
Berat molekul : 88,01 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, mudah menguap


dengan aroma seperti buah, harum, mudah

1
terbakar.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, larut dalam aseton,
kloroform, diklorometana, eter, dan beberapa
pelarut organic.
Kegunaan : Sebagai eluen.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.3.5 N-heksana (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979)
Nama Resmi : HEXAMINUM
Nama Lain : Heksamina
Rumus Molekul : C6H12N4
Berat molekul : 140.19 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur mengkilap, tidak berwarna, atau serbuk


hablur putih, tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12.5 mL
etanol(95 %) P dan dalam lebih kurang 10
bagian kloroform P.
Kegunaan : Sebagai eluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

1
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Partisi Cair-cair dilaksanakan pada tanggal 15 April 2023 pukul
07.00-10.00 WITA. Pelaksanaan praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi
Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan yaitu alat KCV,cawan porselin, gelas beaker, gelas
ukur, gunting, kertas perkamen, lap halus, lap kasar, neraca analitik, spatula, vial.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah, aquadest, alkohol 70%, alumunium foil, etil
asetat, ektrak Tembelekan (Lantara camara), kertas saring, label, metanol, N-
heksan, silika gel dan tisu.
3.4 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang sampel ekstrak kental sebanyak 2 gram
4. Ditimbang silika gel sebanyak 2 gram
5. Dicampurkan ekstrak kental dan silika gel kedalam cawan porselin hingga
ekstrak menjadi serbuk.
6. Dibuat pelarut dengan perbandingan masing-masing yaotu N-heksan
100%, N-heksan : etil (3:2), N-heksan : etil (2,5:2,5), etil asetat 100%, N-
heksan : etil (2:3), metanol 100%, metanol : N-heksan (2,5:2,5) dalam 50
mL
7. Dimasukan kertas saring ke dalam corong vakum
8. Dimasukan 1 gram silika gel kedalam corong kemudian dipadatkan
9. Ditambahkan eluen pertama yang sudah dibuat
10. Dilakukan ekstraksi dengan menggunakan alat KCV dan dilakukan hal
yang sama pada eluen lainnya.
11. Dimasukkan ekstrak ke dalam vial

1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel Perbandingan eluen Gambar

Heksan 100%

Heksan : Etil
(2:3)

Tembelekan
(Lantana camara)

Heksan : Etil
(2,5:2,5)

Etil 100%

1
Heksan : Etil
(3:2)

Methanol : heksan
(2,5:2,5)

Methanol 100%

Methanol : Heksan
(3:2)

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan Kromatografi Cair
Vakum (KCV), menurut Ghisalberti (2008), kromatografi Cair Vakum (KCV)
merupakan salah satu metode fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract
menjadi fraksi-fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan
kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa
vakum. Fasa

1
diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau alumunium oksida (Ghisalberti,
2008).
Pada percobaan ini, digunakan ekstrak kental tembelekan (Lantana
camara). Selanjutnya disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Adapun alat
yang digunakan pada percobaan ini yaitu, batang pengaduk, gelas ukur, gelas
kimia, pompa vakum dan vial. Sedangkan bahan yang digunakan, yaitu alkohol
70%, aluminium foil, aquadest, etil asetat, ekstrak kental, label, methanol, N-
heksan, dan tisu..
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengukur pelarut, digunakan
beberapa variasi eluen yang terdiri dari n-heksan (100 %), n-heksan : etil asetat
(3:2), n-heksan : etil asetat (2,5 : 2,5), n-heksan : etil asetat (2:3), etil asetat (100
%), metanol : n-heksan (3:2), metanol : n-heksan (2,5 : 2,5), metanol : n-heksan
(2:3) dan methanol (100 %). Masing-masing dari pelarut ini diukur sesuai dengan
perbandingannya dalam 50 mL dan dimasukkan kedalam botol vial yang telah
dilabel sesuai dengan perbandingannya.
Ditimbang silika gel, setelah itu dicampurkan silika gel dan ekstak kental
masing masing sebanyak 2 gram, menurut yahya (2017), silika gel dapat
mengoptimalkan proses pemisahan. Lalu dimasukkan ke dalam corong vakum
yang sudah diletakkan kertas saring sebelumnya, menurut yahya (2017),
alasan menggunakan kertas saring setelah silika yaitu untuk meratakan
permukaan silika gel dan untuk memisahkan kotoran yang terdapat didalam fraksi
yang dibuat karena kertas saring memiliki sifat yang selektif sehingga hanya zat
dengan ukuran volume kecil yang menembus kertas saring. Hasil yang telah
didapatkan diletakkan di vial.
Adapun kemungkinan kesalahan pada praktikum kali ini adalah kurang
telitinya praktikan pada saat praktikum berlangsung.

1
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


kromatografi cair vakum (KCV) adalah salah satu metode yang dapat digunakan
untuk memisahkan (+)-katekin dari gambir dimana kepolaran fase gerak sangat
menentukan hasil pemisahan yang diperoleh. Prinsip kerja KVC adalah partisi dan
adsorpsi komponen senyawa yang pemisahannya dibantu dengan tekanan dari alat
vakum.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Jurusan
Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang
ada pada laboratorium yang digunakan.
5.2.2 Saran Laboratorium
Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan-kelengkapan yang ada
dalam laboratorium, agar para praktikan dapt lebih mudah, cepat, dan lancar
dalam melakukan suatu percobaan.
5.2.3 Saran Asisten
Kami mengharapkan agar kiranya dapat terjadi kerjasama yang lebih baik
lagi antar asisten dan praktikan saat berada di laboratorium maupun diluar
laboratorium.

1
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta:


Erlangga.

Eistein Yazid, 2005, Kimia Fisika Untuk Paramedis, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Ghisalberti, E.L. 2008. Detection and Isolation of Bioactive Natural Products


dalam Bioactive Natural Product: Detection, Isolation and Structural
Determination 2nd Edition. New York: CRC Press.

Harris, et.al. 1982. An Introduction To Chemical Analysis, Savders College


Publishing Philadelpia : Holt-Savders Japan.

Heftmann, E. 1983. Steroids Dalam Kromatografi, Fundamentals and Aplication,


Amsterdam.

Hostettmenn, K, dkk. 1986. Cara Kromatografi Preparatif. ITB: Bandung

Sarker,SD., Latif,Z and Gray .Al.2006. Natural Product Isolation. Humana Press
inc . Totowa New jersey.

Schill, Goran. 1978. Separation Methods, Swedish Phasma Centrical Press,


Stockholm.

Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit ITB
: Bandung.

Yahya. 2017. Ekstraksi, Kromatografi dan Elektroforesis. Fakultas Teknologi


Pertanian IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai