Laporan KCV
Laporan KCV
Praktikum
FITOKIMIA I
“KROMATOGRAFI CAIR VAKUM”
Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Fitokimia I
OLEH
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : C-S1 FARMASI 2021
ASISTEN : SUNARYO DJIBU, A.Md. Farm
FITOKIMIA I
“Kromatografi Cair Vakum”
OLEH
KELOMPOK IV (EMPAT)
KELAS C-S1 FARMASI 2021
Mengetahui Asisten
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Manfaat Praktikum..................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum....................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah…................................................................................3
1.5 Prinsip Percobaan…................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4
2.1 Dasar Teori..............................................................................................4
2.2 Uraian Tanaman....................................................................................17
2.3 Uraian Bahan........................................................................................27
BAB III METODE PRAKTIKUM...................................................................31
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...........................................................31
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................31
3.3 Cara Kerja.............................................................................................31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................35
4.1 Hasil Percobaan.....................................................................................35
4.2 Pembahasan...........................................................................................36
BAB V KESIMPULAN...................................................................................38
5.1 Kesimpulan...........................................................................................38
5.2 Saran.....................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
i
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
menggunakan metode kimia, dan untuk memahami hal ini seorang farmasis
dituntut untuk mempelajari salah satu cabang ilmu di farmasi yakni fitokimia.
Fitokimia atau kimia tumbuhan sangat berkaitan erat dengan organik
bahan alam dari biokimia tumbuhan. Kemajuan fitokimia sangat dibantu dengan
metode penjaringan untuk menjaring tumbuhan sehingga diperoleh senyawa yang
khas. Setiap gugus senyawa atom memiliki keanekaan dan jumlah yang banyak
dan tidak sama. Hal tersebut yang membuat metode identifikasi senyawa kimia
berbeda antara fitokimia, kimia organik, sintesis organik. Analisis fitokimia
merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari metode atau cara
analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara
keseluruhan atau bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi atau pemisahan. Isolasi
atau pemisahan zat aktif dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya
adalah metode kromatografi cair vakum.
Kromatografi cair vakum merupakan suatu metode fraksinasi
yangmemisahkan ekstrak menjadi fraksi-fraksi yang lebih sederhana. Dimana
pada pemisahan tersebut menggunakan kolom yang berisi fase diam dan untuk
mengalirkan fase geraknya dengan menggunakan bantuan vakum. Kromatografi
cair vakum dilakukan untuk memisahkan senyawa metabolit sekunder secara
kasar dengan menggunakan silikia gel sebagai absorben dan menggunakan eluen
n- heksan:etil asetat dan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan dalam
penarikan eluen. Kromatografi cair vakum (KCV) adalah salah satu metode yang
dapat digunakan untuk memisahkan (+)-katekin dari gambir dimana kepolaran
fase gerak sangat menentukan hasil pemisahan yang diperoleh.
Berdasarkan uraian diatas dan pentingnya seorang farmasis mengetahui
metode kromatografi cair vakum untuk memisahkan atau mengisolasi senyawa
yang terdapat di dalam tanaman, maka dilakukan praktikum fitokimia ini agar
mahasiswa farmasi dapat mengetahui tanaman yang berada dilingkungan sekitar
yang dapat dijadikan bahan obat.
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan kromatografi cair vakum?
2. Bagaimana prinsip kerja kromatografi cair vakum?
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang di maksud dengan kromatografi
cair vakum.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Bagimana prinsip kerja kromatografi cair
vakum.
1.4 Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang di maksud dengan
kromatografi cair vakum.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui Bagimana prinsip kerja kromatografi
cair vakum.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
4
2.1.3 Peralatan KCV
Alat yang digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap yang
dihubungkan dengan pompa vakum serta wadah penampung fraksi. Walaupun
KCV memerlukan jumlah sampel yang lebih banyak dari pada kromatografi lapis
tipis (KLT), KCV tetap ekonomis dalam sisi biaya (Stahl,E.1985)
Gambar 2.1.3
Alat Fraksinasi
5
a. Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan melarutkan fasa
diam dalam fase gerak yang akan digunakan. Campuran kemudian dimasukkan ke
dalam kolom dan dibuat merata. Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk
lapisan fase diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan (Sarker et al.,
2006).
b. Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara
memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi. Fase diam
tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan digunakan (Sarker et al.,
2006). Preparasi sampel saat akan dielusi dengan KCV juga memiliki berbagai
metode seperti preparasi fasa diam. Metode tersebut yaitu cara basah dan cara
kering (Canell, 1998).
Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan sampel dalam
pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam KCV. Larutan dimasukkan
dalam kolom kromatografi yang telah terisi fasa diam. Bagian atas dari sampel
ditutupi kembali dengan fasa diam yang sama. Sedangkan cara kering dilakukan
dengan mencampurkan sampel dengan sebagian kecil fase diam yang akan
digunakan hingga terbentuk serbuk. Campuran tersebut diletakkan dalam kolom
yang telah terisi dengan fasa diam dan ditutup kembali dengan fase diam yang
sama (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).
2.1.5 Faktor Retensi
Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi
dengan jarak yangditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah: Nilai Rf
sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapatdigunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel.
Senyawa yangmempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang
rendah, begitu juga sebaliknya.Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar.
Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga
menghasilkan nilai Rf yang rendah.Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8.
6
Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalahmengurangi kepolaran eluen,
dan sebaliknya (Sarker et al., 2006).
2.1.6 Cara Menggunakan KLT
KLT sangat berguna untuk mengetahui jumlah komponen dalam sampel.
Peralatan yangdigunakan untuk KLT adalah chamber (wadah untuk proses KLT) ,
pinset, plat KLT, dan eluen. langkah-langkah memakai KLT Potong plat sesuai
ukuran. Biasanya, untuk satu spot menggunakan plat selebar 1 cm.Berarti jika
menguji 3 sampel (3 spot) berarti menggunakan plat selebar 3 cm.Buat garis dasar
(base line) di bagian bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat, dangan akhir di
bagian atas. Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah
disiapkan sejajar, tepat diatas base line. Jika sampel padat, larutkan pada pelarut
tertentu. Keringkan totolan.Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing
eluen ke dalam chamber dan campurkan. Tempatkan plat pada chamber berisi
eluen. Base line jangan sampai tercelup oleh ulen. Tutuplah chamber .Tunggu
eluen mengelusi sampel sampaimencapai garis akhir, di sana pemisahan akan
terlihat.Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset, keringkan dan
ukur jarak spot. Jika spot tidak kelihatan, amati pada lampu UV. Jika masih tak
terlihat, semprot dengan pewarna tertentu seperti kalium kromat atau ninhidrin
(Sarker et al., 2006).
2.1.7 Keutungan dan Kerugian KCV
Menurut Sarker et al (2006), Keutungan dan kerugian KCV sebagai
Berikut:
A. Keuntungan pada KCV
a) Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil di banding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase
gerak lebih lambat (10-100μl/menit).
b) Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih
ideal jika digabung dengan spectrometer massa.
c) Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas
misal sampel klinis
7
B. Kerugian KCV
a) Membutuhkan waktu yang cukup lama.
b) Sampel yang dapat digunakan terbatas.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Tanaman Tembelekan (Lantana camara)
1. Klasifikasi
Gambar 2.2.3
Tembelekan (Lantana camara)
9
Pada daun tembelekan sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia,
tumbuhan tembelekaan terutama bagian daun tembelekan bermanfaat sebagai
obat alami. Tumbuhan ini termasuk dalam kelompok family Verbenancae.
Menurut Wijaya et al (2016), Verbenancae mengandung senyawa metabolit
sekunder seperti flavonoid, terpenoid, minyak atsiri dan lainnya. Senyawa
metabolit sekunder di dalam tumbuhan merupakan hasil sintesis yang terjadi
dalamtumbuhan itu sendiri. Metabolit sekunder berperan penting dalam
interaksi antara tanamn dan serangga secara konstitusif. Terjadinya senyawa
organic yang kompleks sehingga menghasilkan sederet golongan senyawa.
Penelitian lebih lanjut juga dilakukan oleh Leboe et al (2015), yaitu
dengan melakukan uji aktivitas mukolitik ekstrak etanol pada daun Lantana
camara secarain vitro untuk mengetahui fakta ilmiah mengenai kebenaran
bahwa tanaman tersebut dapat mengatasi batuk. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan adanya aktivitas mukolitik pada konsentrasi 0,1%; 0,5% dan 1%
dimana ekstrak etanol dengan konsentrasi 0,5% memiliki aktivitas mukolitik
setara dengan asetilsistein 0,1% secara in vitro (Leboe et al, 2015)
2.2 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 2020)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
Rumus struktur :
1
kloroform dan dalam eter
Khasiat : Sebagai antiseptic dan desinfektan
Kegunaan : Sebagai larutan yang digunakan untuk
mensterilkan alat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
2.3.2 Metanol (Dirjen POM. 2020)
Nama Resmi : METANOL
Nama Lain : Metanol Absolute
Rumus Molekl : CH3OH
Berat Molekul : 32,04g/mol
Rumus Struktur :
1
terbakar.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, larut dalam aseton,
kloroform, diklorometana, eter, dan beberapa
pelarut organic.
Kegunaan : Sebagai eluen.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.3.5 N-heksana (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979)
Nama Resmi : HEXAMINUM
Nama Lain : Heksamina
Rumus Molekul : C6H12N4
Berat molekul : 140.19 g/mol
Rumus Struktur :
1
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Partisi Cair-cair dilaksanakan pada tanggal 15 April 2023 pukul
07.00-10.00 WITA. Pelaksanaan praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi
Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan yaitu alat KCV,cawan porselin, gelas beaker, gelas
ukur, gunting, kertas perkamen, lap halus, lap kasar, neraca analitik, spatula, vial.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah, aquadest, alkohol 70%, alumunium foil, etil
asetat, ektrak Tembelekan (Lantara camara), kertas saring, label, metanol, N-
heksan, silika gel dan tisu.
3.4 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang sampel ekstrak kental sebanyak 2 gram
4. Ditimbang silika gel sebanyak 2 gram
5. Dicampurkan ekstrak kental dan silika gel kedalam cawan porselin hingga
ekstrak menjadi serbuk.
6. Dibuat pelarut dengan perbandingan masing-masing yaotu N-heksan
100%, N-heksan : etil (3:2), N-heksan : etil (2,5:2,5), etil asetat 100%, N-
heksan : etil (2:3), metanol 100%, metanol : N-heksan (2,5:2,5) dalam 50
mL
7. Dimasukan kertas saring ke dalam corong vakum
8. Dimasukan 1 gram silika gel kedalam corong kemudian dipadatkan
9. Ditambahkan eluen pertama yang sudah dibuat
10. Dilakukan ekstraksi dengan menggunakan alat KCV dan dilakukan hal
yang sama pada eluen lainnya.
11. Dimasukkan ekstrak ke dalam vial
1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel Perbandingan eluen Gambar
Heksan 100%
Heksan : Etil
(2:3)
Tembelekan
(Lantana camara)
Heksan : Etil
(2,5:2,5)
Etil 100%
1
Heksan : Etil
(3:2)
Methanol : heksan
(2,5:2,5)
Methanol 100%
Methanol : Heksan
(3:2)
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan Kromatografi Cair
Vakum (KCV), menurut Ghisalberti (2008), kromatografi Cair Vakum (KCV)
merupakan salah satu metode fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract
menjadi fraksi-fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan
kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa
vakum. Fasa
1
diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau alumunium oksida (Ghisalberti,
2008).
Pada percobaan ini, digunakan ekstrak kental tembelekan (Lantana
camara). Selanjutnya disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Adapun alat
yang digunakan pada percobaan ini yaitu, batang pengaduk, gelas ukur, gelas
kimia, pompa vakum dan vial. Sedangkan bahan yang digunakan, yaitu alkohol
70%, aluminium foil, aquadest, etil asetat, ekstrak kental, label, methanol, N-
heksan, dan tisu..
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengukur pelarut, digunakan
beberapa variasi eluen yang terdiri dari n-heksan (100 %), n-heksan : etil asetat
(3:2), n-heksan : etil asetat (2,5 : 2,5), n-heksan : etil asetat (2:3), etil asetat (100
%), metanol : n-heksan (3:2), metanol : n-heksan (2,5 : 2,5), metanol : n-heksan
(2:3) dan methanol (100 %). Masing-masing dari pelarut ini diukur sesuai dengan
perbandingannya dalam 50 mL dan dimasukkan kedalam botol vial yang telah
dilabel sesuai dengan perbandingannya.
Ditimbang silika gel, setelah itu dicampurkan silika gel dan ekstak kental
masing masing sebanyak 2 gram, menurut yahya (2017), silika gel dapat
mengoptimalkan proses pemisahan. Lalu dimasukkan ke dalam corong vakum
yang sudah diletakkan kertas saring sebelumnya, menurut yahya (2017),
alasan menggunakan kertas saring setelah silika yaitu untuk meratakan
permukaan silika gel dan untuk memisahkan kotoran yang terdapat didalam fraksi
yang dibuat karena kertas saring memiliki sifat yang selektif sehingga hanya zat
dengan ukuran volume kecil yang menembus kertas saring. Hasil yang telah
didapatkan diletakkan di vial.
Adapun kemungkinan kesalahan pada praktikum kali ini adalah kurang
telitinya praktikan pada saat praktikum berlangsung.
1
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1
DAFTAR PUSTAKA
Eistein Yazid, 2005, Kimia Fisika Untuk Paramedis, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Sarker,SD., Latif,Z and Gray .Al.2006. Natural Product Isolation. Humana Press
inc . Totowa New jersey.
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit ITB
: Bandung.