Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK


KODE MATA KULIAH (PMB60002)

NAMA ASISTEN: Kurnia Saputri

KELOMPOK 10 / Akuakultur B

Naufal Fadhlurrahman Casmadi 205080500113028


Danu Wildansyah 205080500113030
Nova Rahma Dhiyanti 205080500113026
Syamsul Muarif 205080500113024
Muhammad Rofi Zhahirizki 205080500113022

ROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang Maha Pengasih

lagiMaha Penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan laporan praktikumDasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik.

Tujuan dari penyelesaian laporan praktikum ini agar memenuhi tugas

praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik.Terima kasih kami haturkan kepada

semua pihak yang mendukung didalam penyusunan laporan praktikum ini.

Harapan kami semoga laporan praktikumini dapat bermanfaat,

khususnya bagi pembaca untuk menambah wawasan baru atau pengetahuan baru.

Kami menyadari laporan praktikum ini masih banyak kekurangan yang mungkin tidak

disadari dan dengan keterbatasan yang kami miliki. Kritik dan saran dari pembaca

akan diterima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan kesempurnaan laporan

praktikum ini.

Kediri, Maret 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………….……...iii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Maksud.................................................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................................2

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan..........................................................3

BAB II ANALISIS PROSEDUR.......................................................................4

2.1 Sterilisasi Alat........................................................................................4

2.2 Pengambilan Sampel dan Sentrifugasi..................................................6

2.3 Pembuatan Media.................................................................................7

2.4 Pengenceran Bakteri dan Jamur.........................................................10

2.5 Penanaman Bakteri dan Jamur...........................................................11

2.6 Perhitungan Koloni Bakteri dengan Metode TPC................................11

2.7 Perhitungan Kepadatan Sel Bakteri dengan Haemocytometer............12

2.8 Isolasi Bakteri......................................................................................13

2.9 Pewarnaan Gram....................................................................................14

2.10 Pengambilan Sampel Alga................................................................17

iii
2.11 Penentuan Kelas Alga.......................................................................17

2.12 Pengamatan Hifa dan Jamur.............................................................17

BAB 3 ANALISIS HASIL...............................................................................18

3.1 Perbedaan Alat Sebelum dan Sesudah Sterilisasi..............................18

3.2 Perhitungan Koloni Bakteri dengan Metode TPC................................19

3.3 Perhitungan kepadatan Sel Bakeri dengan Haemocymeter................21

3.4 Pewarnaan Gram................................................................................22

3.5 Penentuan Kelas Alga.........................................................................23

3.6 Pengamatan Hifa................................................................................25

BAB IV PENUTUP........................................................................................27

4.1 Kesimpulan.........................................................................................27

4.2 Saran..................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................29

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Streak Bakteri 4 Kuadran pada Media Agar……………………………...14

Gambar 2. (a) Bakteri Gram Positif, (b) Bakteri Gram Negatif……………………….17

Gambar 3. Grafik Perhitungan Metode TPC……………………………………..…….20

Gambar. 4 grafik perhitungan Haemocytometer……………………………………….22

v
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu mikros artinya

kecil, bios artinya hidup, dan logos artinya ilmu. Mikrobiologi merupakan suatu ilmu

tentang organisme hidup yang berukuran mikroskopis. Mikrobiologi adalah bidang

keilmuan yang menelaah mengenai organisme hidup yang berukuran mikroskopis.

Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme yaitu: bakteri, protozoa,

virus, algae dan cendawan mikroskopis. Mikrobiologi merupakan ilmu yang didalam

nya mempelajari berbagai segi dari mikroba atau jasad renik dalam hal dimana

keberadaannya, ciri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya maupun organisme

yanglain,pengendaliannya, dan peranannya dalam kesehatan dan kesejahteraan

manusia. Mikroba erat hubungannya dengan kehidupan kita, sebagian bermanfaat

dan menunjang kehidupan dan yang lain dapat menyebabkan penyakit. Contoh:

dalam pembuatan anggur, keju, yogurt, penisilin, dan dalam memproses limbah.

Dunia mikroba baru ditemukan sekitar 300 tahun yang lalu dan baru dipahami dan

dihargai 200 tahun kemudian. Selama 40 tahun terakhir mikrobiologi muncul sebagai

bidang biologi yang sangat berarti.

Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang organisme yang

memiliki ukuran mikroskopis mulai dari keberadaanya, hubungan dengan kehidupan

sampai dengan manfaat nya. Mikrobiologi menjelaskan bahwa beberapa kelompok

yang masuk ke dalam kelompok mikroorganisme diantara nya ada bakteri,

protozoa,virus dan lainya. Mikrobiologi dapat menuntun kita untuk memanfaatkan

mikroorganisme disekitar kita agar lebih bermanfaat. Manfaat dari mikroorganisme

1
disekitar kita itu beragam bisa untuk membuat keju, yogurt, ataupun yang paling

sering kita temukan di Indonesia itu dalam pembuatan tempe. Kehidupan kita begitu

erat hubungan nya dengan mikroba jadi bidang keilmuan mikrobiologi ini cukup

penting untuk dipelajari walaupun bidang keilmuan ini masih terbilang baru namun

memiliki peran penting bagi pemanfaatan dan pengetahuan tentang mikroorganisme

1.2 Maksud

Maksud dari praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik adalah untuk

menambah pengetahuan dan pemahaman tentang sterilisasi, pembuatan media,

pengencerean, penanaman, teknik isolasi pada cawan petri, analisis pewarnaan

gram, pengamatan hifa pada jamur, dan perhitungan koloni bakteri dengan metode

TPC serta kepadatan sel bakteri dengan haemocytometer.

1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik yaitu:

1. Mengetahui dan mampu mengenali alat-alat yang digunakan pada saat

praktikum serta cara sterilisasi alat dan bahan.

2. Mengetahui dan mampu membuat media, melakukan pengenceran serta

penanaman bakteri dan jamur.

3. Mengetahui dan mampu melakukan teknik isolasi pada cawan petri.

4. Mengetahui dan mampu melakukan analisis pewarnaan gram.

5. Mengetahui dan mampu mengamati hifa jamur di bawah mikroskop.

6. Mengetahui dan mampu menghitung koloni bakteri dengan metode TPC.

7. Mengetahui dan mampu menghitung kepadatan sel bakteri dengan

haemocytometer

2
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik dilaksanakan pada tanggal 26

Februari sampai 6 Maret 2021 untuk kelas B01 dan B02, serta tanggal 26 Maret -10

April 2021 untuk kelas AK-A dan AK-B. Praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik

dilakukan setiap hari Jum’at dan Sabtu. Praktikum ini dilaksanakan dengan metode

daring yaitu dilakukan di rumah masing-masing melalui aplikasi zoom.

3
BAB II ANALISIS PROSEDUR

2.1 Sterilisasi Alat

a. Cawan petri

Cawan petri merupakan alat yang berfungsi sebagai wadah media

penanaman bakteri ataupun jamur. Sebelum digunakan cawan petri harus melalui

proses sterilisasi terlebih dahulu agar terbebas dari segala macam bentuk kehidupan

mikroorganisme. Proses sterilisasi cawan petri dimulai dengan membungkus cawan

petri menggunakan kertas, kertas yang digunakan dapat berupa kertas bekas akan

tetapi ada prosedur penggunaan kertas bekas dalam membungkus cawan petri yaitu

kertas bekas yang masih bersih atau polos berada dibagian dalam sedangkan

bagian yang terdapat tulisan atau tinta berada di bagian luar. Hal ini dikarenakan jika

kertas yang terdapat tinta berada dibagian dalam ketika proses sterilisasi dapat

menyebabkan kertas basah dan tinta dapat menempel pada permukaan cawan petri

yang dapat mengganggu penglihatan ketika melakukan pengamatan. Cawan petri

yang berukuran lebih kecil berada didalam cawan yang berukuran lebih besar

kemudian cawan yang berukuran kecil diposisikan berada diatas. Cawan petri

diletakkan di tengah kertas lalu dibungkus menggunakan kertas dengan rapat.

b. Pipet volume (pembungkusan)

Pipet volume merupakan alat yang berfungsi untuk mengambil larutan dalam

jumlah yang lebih presisi dengan skala 1-10 ml. Pipet harus melalui proses sterilisasi

terlebih dahulu sebelum digunakan tujuannya agar cairan yang akan diambil tidak

terkontaminasi dengan pihak luar. Proses sterilisasi pipet volume dimulai dari tahap

pembungkusan menggunakan kertas, kertas yang digunakan dapat berupa kertas

4
bekas yang dibagi menjadi 4 bagian dengan pola potongan memanjang. Ada

prosedur penggunaan kertas bekas dalam membungkus pipet volume, yaitu kertas

bekas yang masih bersih atau polos berada dibagian dalam sedangkan bagian yang

terdapat tulisan atau tinta berada di bagian luar. Hal ini dikarenakan jika kertas yang

terdapat tinta berada dibagian dalam ketika proses sterilisasi dapat menyebabkan

kertas basah dan tinta dapat menempel pada permukaan pipet volume.Ujung pipet

di tutup dengan kapas agar tertutup dengan sempurna. Pipet dibungkus dengan

cara melilitkan kertas pada sisi luar pipet hingga seluruh bagian tertutup dengan

rapat, setelah itu bagian kertas pada kedua ujung pipet volume dilipat dan diikat

dengan tali secukupnya agar tertutup rapat dan kertas tidak terlepas pipet volume

siap untuk disterilisasi.

c. Blue tip

Blue tip adalah alat laboratorium kesehatan maupun alat-alat laboratorium

penelitian yang mempunyai fungsi untuk mengambil larutan. Blue tip di buat dari

bahan yang berkualitas yang kuat dan persisi. Blue Tip digunakan pada mikropipet

untuk mengambil larutan dalam ukuran mikro (100µl sampai 1000µl).Blue tip terbuat

dari Polypropylene (PP) yang memiliki kejernihan yang tinggi dan merupakan bahan

anti air yang sangat bagus sehingga blue tip ini dirancang untuk menjaga retensi

sampel dalam tip. Blue tip tahan pada suhu 121°C, yang berarti blue tip akan tahan

bila dilakukan proses sterilisasi menggunakan autoklaf

d. Pengoperasian autoklaf

Autoklaf merupakan alat untuk mensterilisasi suatu alat atau bahan dengan

metode sterilisasi basah pada suhu 121°C dan tekanan sebesar 1 atm (0,15 Mpa)

selama 15 – 20 menit. Cara pengoperasian autoklaf yang pertama adalah buka tutup

bagian atas autoklaf lalu keluarkan keranjang tempat alat dan bahan yang akan di

5
sterilisasi. Masukan akuades kedalam ruang sterilisasi sampai menutup sistem

pemanas. Letakkan alat dan bahan pada keranjang, lalu masukkan kedalam

autoklaf, dan tutup kembali autoklaf. Pastikan klep keluarnya uap berada dalam

posisi berdiri atau terbuka lalu nyalakan autoklaf. Lampu indikator akan menyala,

kemudian atur temperaturpada suhu maksimal. Biarkan uap air keluar dari klep lalu

tutup klep kearah kesamping dan tunggu hingga suhu 121°C kemudian turunkan

temperatur hingga lampu indikator yang semula berwarna hijau berubah menjadi

warna kuning. Atur timer pada posisi 15 menit, setelah waktu habis turunkan

temperatur kesuhu minimal setelah itu matikan autoklaf, lalu buka klep secara

perlahan hingga indikator tekanan menunjukan angka 0, kemudian tutup autoklaf

dapat dibuka.

2.2 Pengambilan Sampel dan Sentrifugasi

Paktikun Dasar Dasar Mikrobiologi Akuatik, pengambilan sampel alga

dilakukan di kolam budidaya ikan Laboratrium Budidaya Ikan Divisi Reproduksi Ikan,

kolam Perpustakaan UB, air selokan dan air sumur. Untuk pengambilan sampel

bakteri dan jamur diambil dari kolam budidaya ikan bagian atas dan bawah di

Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Reproduksi Ikan, kolam perpustakaan UB, dan air

sumur yang masing masing dimasukkan kedalam botol film yang berbeda, kemudian

sampel diambil sebanyak 1 ml dengan pipet volume lalu dimasukkan ke dalam tube

appendorf. Disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm, setelah itu

supernatan dibuang kemudian sampel diambil dan diakumulasi pellet pada satu tube

appendorfsebanyak 1 ml.

Sentrifugasi merupakan metode sedimentasi yang bertujuan untuk

memisahkan partikel-partikel dari suatu cairan atau larutan berdasarkan berat

6
jenisnya dengan memberikan gaya sentripetal. Cara menggunakan alat sentrifugasi

adalah yang pertama alat sentrifugasi dihidupkan, kemudian tombol open ditekan

untuk membuka, kemudian buka penutup bagian dalam, lalu tube

appendorfdiletakkan dengan penempatan yang seimbang, lalu ditutup dengan

penutup bagian dalam dan tutup alat sentrifugasi. Indikator temperatur, waktu dan

kecepatan diatur sesuai dengan kebutuhan, lalu untuk memulai proses sentrifugasi

tombol start ditekan dan tunggu hingga selesai. Tekan tombol stop jika sudah

selesai lalu ditekan lalu tombol open untuk membuka alat sentrifugasi dan tutup

bagian dalam dibuka setelah itu tube appendorf dikeluarkan, kemudian alat ditutup

kembali dan dimatikan.

2.3 Pembuatan Media

a. TSA

Trypton Soya Agar (TSA) merupakan media padat untuk penanaman bakteri.

Pembuatan media TSA ini dimulai dari tahap penimbangan TSA yang dibutuhkan

dan dimasukkan kedalam erlenmeyer, lalu pengukuran akuades sebanyak 20 ml dan

dimasukkan ke dalam erlenmeyer, yang kemudian keduanya dicampur dan

dihomogenkan. Penghomogenan dilakukan dengan cara diaduk membentuk pola

angka delapan. Larutan yang berada dalam erlenmeyer yang sudah melalui proses

penghomogenan, kemudian erlenmeyer ditutup dengan kapas lalu dibungkus

dengan aluminium foil dan diikat dengan karet gelang. Pengikatan dengan keret

gelang bertujuan agar aluminium foil yang berfungsi untuk melindungi erlenmeyer

pada saat perebusan dan sterilisasi tidak terlepas. Erlenmeyer yang sudah

dibungkus lalu direbus selama 15 menit, setelah itu disterilisasi dalam autoklaf

selama 15 menit. Tujuan dari sterilisasi erlenmeyer untuk menghindari media

7
terkontaminasi mikroorganisme lain. Adapun rumus yang digunakan untuk

menghitung banyaknya TSA yang dibutuhkan, yaitu :

40
× cawan petri×20 ml=…gr
1000 ∑

Keterangan :

40/1000 : jumlah komposisi media per liter

∑ cawan petri : jumlah cawan petri yang digunakan

20 ml : banyaknya akuades yang dibutuhkan

b. TSB

Trypton Soya Broth(TSB) merupakan media cair untuk penanaman bakteri.

Pembuatan media TSB ini dimulai dari tahap penimbangan TSB yang dibutuhkan

dan dimasukkan kedalam erlenmeyer, lalu pengukuran akuades sebanyak 10 ml dan

dimasukkan ke dalam erlenmeyer, yang kemudian keduanya dicampur dan

dihomogenkan. Penghomogenan dilakukan dengan cara diaduk membentuk pola

angka delapan. Larutan yang berada dalam erlenmeyer yang sudah melalui proses

penghomogenan kemudian dibungkus untuk dilakukan pemanasan, kemudian

erlenmeyer ditutup dengan kapas lalu dibungkus dengan aluminium foil dan diikat

dengan karet gelang agar aluminium foiltidak terlepas. Erlenmeyer yang sudah

dibungkus lalu dipanaskan diatas hotplate lalu dituang kedalam tabung reaksi

sebanyak 10 ml kemudian tabung reaksi ditutup dengan kapas dan dibungkus

dengan aluminium foil dan plastic wrap setelah itu disterilisasi dalam autoklaf selama

15 menit. Adapun rumus untuk menghitung jumlah TSB yang dibutuhkan, yaitu:

8
30
×jumlah tabung reaksi×10=…gr
1000

Keterangan :

30/1000 : jumlah komposisi media per liter

∑ tabung reaksi : jumlah cawan petri yang digunakan

10 ml : banyaknya akuades yang dibutuhkan

c. PDA

Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media padat untuk penanaman

jamur. Pembuatan media PDA ini dimulai dari tahap penimbangan PDA yang

dibutuhkan dan dimasukkan kedalam erlenmeyer, lalu pengukuran akuades

sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, yang kemudian keduanya

dicampur dan dihomogenkan. Proses penghomogenan bertujuan untuk mencampur

atau melarutkan media. Proses penghomogenan dilakukan dengan cara

menggoyangkan erlenmeyer membentuk pola angka delapan. Erlenmeyer yang

sudah dihomogenkan ditutup dengan kapas lalu dibungkus dengan aluminium foil

dan diikat dengan karet gelang agar aluminium foi ltidak terlepas. Erlenmeyer yang

sudah dibungkus, kemudian dipanaskan diatas hotplate setelah itu disterilisasi

didalam autoklaf selama 15 menit agar terbebas dari mikroorganisme lain yang

dapat menyebabkan media terkontaminasi. Adapun rumus untuk menghitung

banyaknya PDA yang dibutuhkan, yaitu:

39
× cawan yang dipakai×20=…gr
1000 ∑

9
Keterangan :

39/1000 : Jumlah komposisi media per liter

∑ cawan petri : Jumlah cawan petri yang digunakan

20 ml : Banyaknya akuades yang dibutuhkan

d. Na-fis

Natrium Fisiologis (Na-Fis) merupakan larutan yang digunakan untuk

melakukan pengenceran bertingkat. Pembuatan Na-Fis ini dimulai dari tahap

penimbangan NaCl yang dibutuhkan dan dimasukkan kedalam beaker glass, lalu

pengukuran akuades sebanyak 9 ml. NaCl dan akuades dimasukkan ke dalam

erlenmeyer untuk kemudian keduanya dicampur dan dihomogenkan. Proses

penghomogenan dilakukan untuk mendapatkan Na-Fis 0,9%. Masukkan masing-

masing sebanyak 9 ml dari Na-Fis yang telah didapat kedalam tabung reaksi.

Tabung reaksi yang telah dimasukkan 9 ml Na-Fis kemudian ditutup dengan kapas

lalu dimasukkan kedalam beaker glass. Lapisi atau bungkus dengan aluminium

foildan diikat dengan karet gelang agar tidak lepas. Beaker glass yang sudah

dibungkus kemudiandisterilisasi didalam autoklaf selama 15 menit. Adapun rumus

untuk menghitung banyaknya NaCl yang dibutuhkan, yaitu:

0,9
× tabung reaksi×9ml=…gr
100 ∑

Keterangan :

0,9/100 : Jumlah konsentrasi NaCl per ml

10
∑ tabung reaksi : Jumlah cawan petri yang digunakan

9 ml : Banyaknya akuades yang dibutuhkan

2.4 Pengenceran Bakteri dan Jamur

Pengenceran bakteri dimulai dengan mengambil sampel bakteri sebanyak 1

ml lalu disentrifugasi sampel bakteri yang telah disentrifugasi lalu dimasukkan ke

dalam tabung reaksi 1 dan dicatat sebagai 10−1 . Habis dihomogenkan dengan vortex

mixer pada tabung reaksi 1 diambil 1 ml dan dimasukkan ke tabung reaksi 2 dan

dicatat sebagai 10−2 dari tabung reaksi 2 diambil 1 ml dan dimasukkan ke tabung

reaksi 3 begitu seterusnya sampai tabung reaksi 10−7 . lalu diambil 1 ml (1000µl)

pada tabung reaksi 10−5 ., 10−6 ., dan 10−7 dan terlihat hasilnya. Tujuan dari

pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang

tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran

tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel.

Pengenceran jamur dimulai dengan mengambil sampel jamur sebanyak 1 ml

lalu di sentrifugasi. Sampel jamur yang telah disentrifugasi dimasukkan ke dalam

tabung reaksi 1 dan dicatat sebagai 10−1. Dihomogenkan dengan vortex mixer pada

tabung reaksi 1 diambil 1 ml dan dimasukkan ke tabung reaksi 2 dan dicatat sebagai

10−2 setelah itu dari tabung reaksi 2 diambil 1 ml dan dimasukkan ke tabung reaksi

3. Diambil 0,1 ml (100µl) pada tabung reaksi 10−2 . dan 10−3 dan terlihat hasilnya.

Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah

mikroba yang terdapat dalam cairan, maka semakin banyak tingkat pengenceran

akan meghasilkan mikroba yang semakin sedikit.

11
2.5 Penanaman Bakteri dan Jamur

a. Metode Tuang

Metode tuang dimulai dengan menuang sempel bakteri sebanyak 1 ml (1000µl)

dengan mikropipet pada cawan petri lalu dimasukkan media TSA sebanyak 15-20 ml

pada masing-masing cawan petri kemudian ditunggu sampai membentuk agar.

Proses pencampuran media dengan suspensi bakteri dengan cara menggoyangkan

cawan petri membentuk angka delapan di atas meja, atau menggoyangkan ke kiri,

ke kanan, ke depan, ke belakang, putar ke kiri tiga kali dan putar ke kanan tiga kali,

lalu didiamkan sampai media menjadi padat (mengeras). Media yang sudah

mengeras dibungkus dengan plastic wrap lalu dibalik. Hal ini berfungsi untuk

menghindari ada nya tetesan air yang mungkin melekat pada dindin tutup cawan

petri yang terjatuh ke dalam sampel. Cawan petri diinkubasi selama 24 jam di dalam

inkubat pada saat penuangan media agar, dianjurkan untuk memperhatikan suhu

media supaya tidak melebihi 45°C. Kondisi ini dikarenakan suhu di atas 45°C dapat

membunuh sebagian mikroba, kecuali untuk tujuan menghitung bakteri yang bersifat

termofilik maka suhu media agar dapat diatur pada suhu > 55°C.

b. Metode Cair

Metode cair dimulai dengan menuang sempel bakteri sebanyak 1 ml (1000µl)

dengan mikropipet pada tabung reaksi yang berisi media TSB lalu ditutup dengan

kapas dan dibungkus dengan plastic wrap. Habis itu dimasukkan ke dalam beaker

glass dan dibungkus kembali dengan aluminium foil. Diinkubasi selama 24 jam di

dalam incubator. Metode medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat

tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur

cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial

12
pengenceran. Semakin tinggi pegenceran peluang untuk mendapatkan satu sel

semakin besar. Pada media cair pertumbuhan mikroba ditandai dengan kekeruhan

mikroba.

c. Metode Tebar

Prinsip metode sebar sama seperti pada metode tuang, perbedaan

mendasar kedua metode tersebut yaitu pada cara menyebarkan suspensi bakteri

pada media agar. Dimasukkan media PDA 15-20 ml ke dalam cawan petri lalu

ditunggu hingga menjadi agar dan kemudian dimasukkan sampel sebanyak 0,1 ml

(100µl) lalu diratakan dengan triangle dan dibungkus dengan plastic wrap lalu

dibalik. Hal ini berfungsi untuk menghindari ada nya tetesan air yang mungkin

melekat pada dinding tutup cawan petri yang terjatuh ke dalam sampel. Cawan petri

diinkubasi dalam inkubator selama 36 jam. Prinsip metode sebar yaitu suspensi

bakteri disebar secara merata dengan menggunakan penyebar khusus yang terbuat

dari gelas atau logam yang dibentuk seperti huruf “L” (yang dikenal dengan sebutan

Conrad’s rod) atau “segitiga sama kaki” dengan tangkainya. Mikroba yang tumbuh

pada metode ini yaitu mudah mengalami kontaminasi terutama pada saat

melakukan penyebaran suspensi bakteri pada permukaan media agar.

2.6 Perhitungan Koloni Bakteri dengan Metode TPC

Perhitungan koloni bakteri dengan metode tpc diawali dengan mengambil

sampel bakteri dari cawan petri yang berisi medium dan sampel dari incubator.

Proses perhitungan menggunakan alat colony counter. Penguunaan colony counter

cukup mudah dengan meletakan cawan petri di atas lampu bulat yang berada pada

alat. Atur posisi kaca pembesar agar sejajar dengan cawan petri dan sampai sampel

dapat terlihat dengan jelas. Hubungkan pen dengan alat agar dapat merekam

13
perhitungan nya. Tandai koloni yang terlihat dengan pen secara teliti nanti hasil

perhitungan akan tertera pada alat. Tekan tombol riset jika sudah selesai melakukan

perhitungan. Koloni bakteri yang ditemukan dihitung dengan rumus dan

didokumentasikan. Adapun rumus untuk menghitung koloni bakteri:

Keterangan:

N : Jumlah koloni produk (koloni/ml)

∑C : Jumlah koloni pada cawan yang dihitung

n1 : Jumlah koloni pada pengenceran pertama yg dihitung

n2 : Jumlah koloni pada pengenceran kedua yg dihitung

d : Pengenceran pertama yang dapat dihitung

2.7 Perhitungan Kepadatan Sel Bakteri dengan Haemocytometer

Perhitungan kepadatan sel bakteri dengan metode haemocytometer, sampel

bakteri di diambil sebanyak 1 ml yang sebelumnya sudah di isolasi . Sampel yang

diambil diencerkan ke dalam 10 atau 15 ml aquades lalu dihomogenkan. Ambil 1

tetes sampel yang sudah dihomogenkan dan dimasukan ke dalam haemocytometer

yang telah ditutup cover glass. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x,

100x, 400x, dan 1000x. Fokuskan sampai terlihat bakterinya, jika sudah terlihat

kepadatan bakteri dihitung dengan menggunakan rumus haemocytometer, sebagai

berikut :

14
π
N= x 250.000 x p
5

Keterangan:

N: Jumlah kepadatan bakteri (sel/ml)


µ: Jumlah sel bakteri pada 5 bidang pandang
5: Jumlah bidang pandang
p: Banyaknya pengenceran

2.8 Isolasi Bakteri

Melakukan isolasi bakteri dimulai dengan memanaskan ose loop di atas

bunsen setelah itu ambil 1 sel bakteri dengan ose loop yang sudah disterilkan.

Oleskan dengan cara di gores pada medium isolasi (TSA steril) dengan metode 4

kuadran kemudian dibungkus dengan plastic warp dan diinkubasi dalam inkubator

selama 24 jam. Tujuan isolasi yaitu dapat mengidentifikasi suatu jenis bakteri

tertentu baik dari kelimpahan maupun morfologinya. Memperoleh biakan murni

dapat dilakukan isolasi yang diawali dengan pengenceran bertingkat. Proses isolasi

mikroba adalah memisahkan mikroba satu dengan mikroba lain yang berasal dari

campuran berbagai mikroba untuk dapat mempelajari sifat biakan, morfologi dan

sifat mikroba lainnya.

15
Gambar 2. Streak Bakteri 4 Kuadran pada Media Agar

2.9 Pewarnaan Gram

Berdasarkan pewarnaan gram, bakteri dapat dibedakan menjadi dua yaitu,

bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Pewarnaan gram berdasarkan metode,

dengan membuat olesan tipis suspensi dari isolat bakteri berumur 24 jam pada gelas

objek yang bersih kemudian dikeringkan dan difiksasi diatas bunsen. Pewarnaan

gram bakteri diambil menggunakan ose loop yang sudah dipijarkan terlebih dahulu

lalu digesekkan pada objek glass kemudian di fiksasi di atas bunsen agar bakteri

mati dan melekatkan sampel pada objek. Tetesi kristal violet dan didiamkan selama

satu menit, bilas menggunakan aquades. Tetesi kembali objek glass dengan iodium

dan didiamkan selama 2 menit lalu di bilas menggunakan aquades. disemprot

alkohol 70 % dan dibilas menggunakan akuades. Safranin sebagai tahapan akhir

pewarnaan gram safranin berfungsi mewarnai kembali sel sel yang telah kehilangan

zat utama setelah perlakukan alkohol. Amati objek tersebut dibawah mikroskop

dengan pembesaran 40x, 100x, 400x, 1000x, kemudian dokumentasikan.

16
(a) (b)

Gambar 2. (a) Bakteri Gram Positif, (b) Bakteri Gram Negatif

2.10 Pengambilan Sampel Alga

Pengambilan sampel alga dilakukan di kolam budidaya ikan Laboratrium

Budidaya Ikan Divisi Reproduksi Ikan, kolam Perpustakaan UB, air selokan dan air

sumur. Proses pengabilan diawali dengan mengambil sebanyak 1ml dengan pipet

tetes. Air sampel yang sudah diambil dimasukan kedalam botol film lalu diberi tanda

menggunakan kertas label agar tidak tertukar dengan sampel lainya. Kertas label

ditempelkan pada botol film untuk menandai sampel. Terakhir dokumentasikan hasil

pengamatan.

2.11 Penentuan Kelas Alga

Alga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang sangat melimpah di alam

dan alga dapat digolongkan dalam makroalga dan mikroalga. Tumbuhan ini dapat

hidup dan bertahan dengan kondisi yang beragam dengan pola pertumbuhan dan

17
adaptasi yang sangat baik. penentuan alga dilakukan dengan melakukan

pengambilan sampel dan pembuatan preparat terlebih dahulu. Preparat selesai

dibuat langsung kita amati di mikroskop dengan perbesaran 40x,100x,400x, dan

1000x. Tentukan filum alganya kita memperhatikan perdasarkan pengamatan

mikroskop. Jika sudah ditentukan jenis filum alga nya baru setelah itu kita

dokumentasikan.

2.12 Pengamatan Hifa dan Jamur

Jamur adalah mikroorganisme eukariotik yang ada dimana-mana

(ubiquitous), bersifat nonfotosintetik dan kebanyakan berperan sebagai saprofit.

Beberapa di antaranya sebagai parasit pada tumbuhan dan hewan tingkat tinggi.

Pengamatan hifa dan jamur diawali dengan memijarkan ose loop yang akan

digunakan pada bunsen sebagai upaya aseptis. Ambil hifa jamur menggunakan ose

loop setelah diambil goreskan ose loop pada cover glass. Cover glass yang sudah di

goreskan ditetesi dengan Na-fisiologis sebanyak 1 tetes. Ditutup dengan object

glass cekung dengan sudut 45 ° untuk mengurangi ada nya gelembung pada saat

proses penutupan. Amati sampel dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x,100x,

400x, dan 1000x jika sudah diamati hasil pengamatan dapat kita dokumentasikan.

18
BAB III ANALISIS HASIL

3.1 Perbedaan Alat Sebelum dan Sesudah Sterilisasi

Hasil pengamatan praktikum dasar-dasar mikrobiologi akuatik. Akuakultur

materi pengenalan alat dan sterilisasi yang dilaksanakan secara daring di rumah

masing – masing pada tanggal 27 maret 2021. Kelompok 10 mendapati hasil bahwa

alat yang sudah disterilisasi memiliki perbedaan sebelum dan sesudah. Cawan

petrisebelum di sterilisasi kodisi nya berdebu, kusam dan kotor sementara itu

bluetip juga kusam dan kotor pipet volum berdebu dan kusam. Dilakukan sterilisasi

menggunakan autoclave selama 15-20 menit terdapat peubaahn pada alat cawan

petri, bluetip dan pipet volume menjadi lebih bersih dan berembun.

Menurut Florence (2012), kita dapat mengetahui kondisi alat yang sudah di

gunakan untuk tindakan odontektomi setelah di sterilisasi menggunakan autoklaf

dan menggunakan oven. pengecatan gram maupun klein untuk IB Geobacillus

stearothermophilu dan strip spora Bacillus atrophaeuspada alat/preparat dilakukan

pada saat pasca autoklafikasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada kah

mikroorganisme seperi bakteri dan spora yang masih tumbuh ataupun tersisa

setelah proses autoklafisasi Hasil yang ditunjukan setelah proses autoklafisasi

bahwa IB Geobacillus stearothermophilustidak mengalami perubahan warna ini

menunjukan jika proses sterilisasi berjalan dengan baik. Hasil pada pengecatan

gram yang dibuat dari strip spora Bacillus atrophaeusmenunjukan tidak adanya

bentuk vegetative bakteri dan juga jumlah koloni dari Bacillus atrophaeusmengalami

penurunan yang cukup drastis itu berarti proses terilisasi berhasil

19
Dilihat dari hasil yang didapat oleh kelompk 10 maupun literatur dapat kita

ketahui bahwa proses sterilisasi dapat membuat alat lebih bersih dan besar dari

debu. Tidak hanya membersihkan alat saja proses sterilisasi dapat mecegah tumbuh

nya bakteri maupun spora dan juga dapat membunuh atau mengurangi

mikroorganisme yang ada pada alat sebelum disterilisasi. Sterilisasi dapat dilakukan

menggunakan autoklaf maupun oven. Setiap alat memiliki efisiensi serta waktu yang

berbeda dalam melakukan sterilisasi. Proses sterilisasi sangat penting untuk

menjaga alat tetap bersih dan steril karna jika alat tidak di bersihkan atau disterilkan

setelah digunakan maka alat tersebut dapat menjadi media perantara perpindahan

bakteri maupun mikroorgansime yang tersisa pada alat.

3.2
HASIL
600
JUMLAH KOLONI (CFU)

500 516.6
400
362.16
300 313.51 HASIL
291.44 290.49
200
198.19
100 145.17

0
8 9 10 11 12 13 14

KELOMPOK

Perhitungan Koloni Bakteri dengan Metode TPC

20
Gambar 3. Grafik Perhitungan Metode TPC

Hasil perhitungan koloni bakteri dengan metode TPC pada praktikum dasar

dasar mikrobiologi akuatik yang telah dilaksanakan oleh kelompok 8-14 pada shift

dua mendapatkan hasil sebagai berikut. Kelompok 8 mendapatkan hasil perhitungan

dengan metode TPC sebesar 561,60×105 CFU . Kelompok 9 mendapatkan hasil

perhitungan dengan metode TPC sebesar 362,162×105 CFU . Kelompok 10

mendapatkan hasil perhitungan dengan metode TPC sebesar 291,44×105 CFU .

Kelompok 11 mendapatkan hasil perhitungan dengan metode TPC sebesar

198,19×105 CFU . Kelompok 12 mendapatkan hasil perhitungan dengan metode

TPC sebesar 145,17×105 CFU . Kelompok 13 mendapatkan hasil perhitungan

dengan metode TPC sebesar 290,49×105 CFU . Kelompok 14 mendapatkan hasil

perhitungan dengan metode TPC sebesar 313,51×106 CFU .

Menurut Alawiyyah, et al. (2017), untuk mengetahui jumlah koloni bakteri

pada sampel yang telah diidentifikasi dbutuhkan perhitungan koloni bakteri dengan

metode TPC.Perhitungan TPC dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri yang

21
terhitung dikalikan faktor pengercer per ml. Bakteri yang tumbuh dihitung

menggunakan teknik Total Plate Count (TPC) dengan memperhatikan warna koloni.

Setiap koloni yang tumbuh direinokulasi pada media penanaman. Proses

pengamatan morfologi bakteri baru dapat dilakukan ketika proses penghitungan

jumlah koloni bakteri selesai. pada proses pengamatan morfologi bakteri dilakukan

dengan teknik pewarnaan Gram dan diamati pada mikroskop dengan perbesaran

40x, 100x, 400x, dan 1000X.

Perhitungan menggunakan rumus dilakukan setela koloni bakteri yang

terdapat pada cawan petri dihitung menggunakan colony counter. Penghitungan

menggunakan colony counter bertujuan untuk mendapatkan jumlah koloni pada

masing masing cawan petri. Hasil perhitungan koloni bakteri menggunakan metode

TPC yang dilakukan olek kelompok 8-14 mendapatkan hasil yang beragam. Dimana

tingkat kepadatan bakteri tertinggi didapat oleh kelompok 9 dengan hasil

362,162×105 CFU . Sedangkan hasil terrendah didapat oleh kelompok 10 dengan

hasil penghitungan sebesar 291,44×10-5 CFU.

3.3 Perhitungan kepadatan Sel Bakeri dengan Haemocytometer

Grafik Perhitungan Kepadatan Sel


JUMLAH KOLONI
Bakteri dengan Haemocytometer
(sel/ml)

150
)

117
100 89,5
60,5 65,5
51 49,5 51
50
0
8 9 10 11 12 13 14
KELOMPOK

Gambar. 4 grafik perhitungan Haemocytometer

22
Hasil perhitungan kepadatan sel bakteri dengan menggunakan

haemocymeter pada praktikum dasar dasar mikrobiologi akuatik yang dilaksanakan

oleh kelompok 8-14 pada shift kedua mendapatkan hasil berikut. Kelompok 8

mendapatkan hasil perhitungan kepadatan sel bakteri dengan

haemocytometersebesar 60,5×10−6 sel/ml. Kelompok 9 mendapatkan hasil

perhitungan kepadatan sel bakteri dengan haemocymeter sebesar 51×10−6 sel/ml.

Kelompok 10 mendapatkan hasil perhitungan kepadatan sel bakteri dengan

haemocytometer sebesar 49,5×10−6 sel/ml. Kelompok 11 mendapatkan hasil

perhitungan kepadatan sel bakteri dengan haemocytometer sebesar 65,5×10−6

sel/ml. Kelompok 12 mendapatkan hasil perhitungan kepadatan sel bakteri dengan

haemocytometer sebesar 89,5x106 sel/ml. Kelompok 13 mendapatkan hasil

perhitungan kepadatan sel bakteri dengan haemocytometer sebesar 117×10−6

sel/ml. Kelompok 14 mendapatkan hasil perhitungan kepadatan sel bakteri dengan

haemocytometer sebesar 51×106 sel/ml.

Menurut Nanda Febrinwati, et al. (2020),Pada pengukuran parameter kualitas

air yang bertujuan untuk menentukan pengaruh dari masing-masing parameter

terhadap pertumbuhan mikroalga Chaetoceros amami, pengukuran ini juga berperan

penting dalam membandingkan pengaruh konsentrasi limbah yang berbeda

terhadap pertumbuhan mikroalga. Pada pengukuran parameter yang dilakukan

setiap harinya dengan menggunakan termometer untuk parameter suhu,

+¿¿
Refraktometer untuk salinitas dan pH meter untuk media kultur. Seperti Nitrat N O 3

23
−¿ ¿
dan Fosfat PO 4 pengukuran tersebut dilakukan pada saat awal dan akhir kultur

untuk mengetahui N/P rasio dalam media.

Kesimpulanya hasil perhitungan kepadatan sel bakteri dengan menggunakan

haemocymeter pada praktikum dasar dasar mikrobiologi akuatik yang dilaksanakan

oleh kelompok 8-14 pada shift kedua mendapatkan hasil berikut. Kelompok 10

mendapatkan hasil perhitungan kepadatan sel bakteri dengan haemocymeter

sebesar 49,5×10−6 sel/ml. Kelompok 11 mendapatkan hasil perhitungan kepadatan

sel bakteri dengan haemocymeter sebesar 65,5×10−6 sel/ml. Kelompok 14

mendapatkan hasil perhitungan kepadatan sel bakteri dengan haemocymeter

sebesar 51×106 sel/ml.Pengukuran parameter kualitas air bertujuan untuk

menentukan pengaruh dari masing-masing parameter terhadap pertumbuhan

mikroalga Chaetoceros amami Selain itu, pengukuran ini juga berperan penting

dalam membandingkan pengaruh konsentrasi limbah yang berbeda terhadap

pertumbuhan mikroalga.

3.4 Pewarnaan Gram

Praktikum Dasar-dasar mikrobiologi akuatik Akuakultur materi pewarnaan

gram yang dilaksanakan secara daring di rumah masing – masing pada tanggal 12

april 2021. Kelompok 8 mendapatkan hasil bakteri gram positif,kelompok 9

menghasilkan bakteri gram positif,kelompok 10 mendapatkan hasil bakteri gram

positif. kelompok 11 mendapatkan hasil bakteri gram negatif, kelompok 12

mendapatkan hasil bakteri gram positif, kelompok 13 mendapatkan hasil bakteri

gram negatif, Kelompok 14 mendapatkan hasil bakteri gram positif.

24
Menurut Lenni dan Yekki (2011), Gram positif pada pewarnaan gram di

tandai dengan adanya warna ungu hal ini disebabkan kompleksnya zat warna pada

kristal violet-yodium. Peptidoglikan yang tebal dengan lipid yang tipis merupakan

struktur dari gram positif meskipun diberi larutan pemucat aseton alkohol warna

ungu tidak berubah. Penampakan bakteri gram negatif bewarna merah/merah muda

hal tersebut di karenakan pada gram negatif memiliki struktur dinding sel dengan

kandungan peptidoglikan yang tipis dengan kandungan lipid yang tinggi. Zat safranin

dalam pewarnaan akhir sangat berpengaruh dalam penentukan gram negatif dan

gram positif. Reagen yang digunakan untuk pewarnaan gram ialah kristal violet,

lugol, alkohol, dan safranin.

Berdasarkan praktikum dasar dasar mikrobiologi tahun 2021 yang di

laksanakan secara daring kelas akuakultur B shift 2 mendapatkan data dalam materi

pewarnaan gram yang berbeda beda, terdiri dari kelompok 8,9,10,12,14

mendapatkan hasil bakteri gram positif dan kelompok 11 dan 13 mendapatkan

hasilbakteri gram negatif ,hasil pengamatan lebih banyak yang mendapatkan bakteri

gram positif. Bakteri gram positif dan negatif mempunyai struktur yang berbeda oleh

karena itu dalam pewarnaan gram mendapatkan warna yang berbeda positif di

tandai dengan ungu sedangkan negatif di tandai warna merah/ merah muda.

3.5 Penentuan Kelas Alga

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik

yang dilaksanakan secara daring dirumah masing masing, diperoleh data dari

kelompok 8-14 dalam satu shift. Hasil pengamatan dari kelompok 8 didapatkan

bahwa alga tersebut merupakan speses Tolypothrix sp. dari kelas Cyanophyta.Hasil

pengamatan dari kelompok 9 didapatkan bahwa alga tersebut merupakan

25
spesiesNostoc sp. dari kelas Cyanophyta. Hasil pengamatan dari kelompok 10

didapatkan bahwa alga tersebut merupakan speses Synendra sp. dari kelas

Chlorophyta.Hasil pengamatan dari kelompok 11 didapatkan bahwa alga tersebut

merupakan sepses Nostoc sp. dari kelas Cyanophyta. Hasil dari kelompok 12 dan

13 ditemukan spesies alga Oscillatoria sp. dari kelas Cyanophyta. Hasil pengamatan

dari kelompok 14 didapatkan bahwa alga tersebut merupakan spesies Chlorella sp.

dari kelas Chlorophyta. Berdasarkan hasil pengamatan pada kelompok 9, alga

tersebut merupakan Nostoc sp. dari kelas Cyanophyta.Nostoc sp. berbentuk

filament, merupakan rangkaian sel yang disebut trachoma yang dikelilingi selaput

gatin. Umumya gatin ini berkumpul dalam satu matriks yang dapat dikenali

bentuknya. Nostoc sp. hidup pada perairan air tawar, air payau dan laut. Reproduksi

Nostoc sp. terbagi menjadi 3 yaitu dengan pembelahan sel, fragmentasi atau

memutuskan bagian tubuh, dan spora yang merupakan sel vegetative.

Cyanophyta merupakan salah satu jenis plankton atau ganggang yang

memiliki pigmen dominan hijau biru sehingga sering juga disebut sebagai ganggang

hijau biru. Cyanophyta disebut sebagai Cyanobacteria. Organisme ini memiliki sifat

diantara bakteri dan ganggang, yaitu mampu berfotosintesis, namun memiliki

struktur sel seperti bakteri itu merupakan asal mula kenapa disebut Cyanobacteria.

Merupakan mahluk hidup tertua yang berperan besar dalam sikuls biogeokimia serta

satu-satunya kelompok organisme yang mampu mengikat nitrogen dari udara

melalui heterokista.Nostoc sp. merupakan alga dari kelas Cyanophyta. Memiliki ciri

ciri sel nya sel eukariotik, memiliki membrane inti dan nukleus, lentur, sel tidak

memilik flagel serta dinding sel tebal yang disebut dengan peptidoglikan. Sedangkan

Nostoc sp. sendiri memiliki ciri tubuh berbentuk filament, merupakan rangkaian sel

yang disebut trachoma yang dikelilingi selaput gelatin. Selaput gelatn yang ada pada

26
sel akan berkumpul menjadi satu matriks agar dikenali bentuknya. Habitat dari

Nostos sp. sendiri berada di perairan air tawar, air payau dan laut.

Nostoc sp., genus ganggang biru-hijau dengan sel-sel yang tersusun dalam

rantai miripmanik yang dikelompokkan bersama dalam suatu massa agar-agar.

Mulai dari mikroskopishingga seukuran kacang, massa Nostoc sp. dapat ditemukan

di tanah dan mengambang di airyang tenang. Reproduksi adalah dengan

fragmentasi. Sel berdinding tebal khusus (akinete)memiliki kemampuan untuk

menahan pengeringan dalam waktu yang lama. Setelah 70tahun penyimpanan

kering, jumlah yang sama dari satu spesies berkecambah menjadifilamen

ketika dibasahi. Seperti kebanyakan ganggang biru-hijau, Nostoc sp. mengandung

duapigmen, phycocyanin biru dan phycoerythrin merah, serta klorofil, dan

memilikikemampuan untuk memperbaiki nitrogen dalam sel khusus yang

disebut heterocysts.Spesies terestrial telah digunakan sebagai sumber makanan

tambahan di Asia.

3.6 Pengamatan Hifa

Pada praktikum Dasar-dasar mikrobiologiakuatik Akuakultur materi pengatan

hifa yang dilaksanakan secara daring di rumah masing – masing pada tanggal 12

April 2021. Dengan mengidentifikasi ciri mikroskopis dari hifa pada masing-masing

kelompok. Didapatkan hasil kelompok 8 hifa yang teridentifikasi masuk ke dalam

kelas phycomycota,kelompok 9 hifa yang teridentifikasi masuk ke dalam kelas

phycomycota,kelompok 10 hifa yang teridentifikasi masuk ke dalam kelas

phycomycota, kelompok 11 hifa yang teridentifikasi masuk ke dalam kelas

Ascomycota,kelompok 12 hifa yang teridentifikasi masuk ke dalam kelas

phycomycota,kelompok 13 hifa yang teridentifikasi masuk ke dalam kelas

27
phycomycota dan kelompok 14 hifa yang teridentifikasi masuk ke dalam kelas

deutreomycota.

Menurut Dewi dan Aziz (2011), umum nya setiap hifa memiliki ciri

mikroskopis yang berbeda-beda terdapat 56 isolat yang teridentifikasi masuk ke

dalam genus rhyzopus. Pengamatan mikroskopis berdasarkar warna, bentuk tubuh

dan ciri khusus lainya. Identifikasi di lihat dari ciri hifa secara mikroskopis . Hifa yang

teridentifikasi memiliki ciri hifanya tidak memiliki septa, memiliki stolon dan rhizoid

yang jika sudah tua warna nya akan berubah menjadi lebih gelap/hitam. Terdapat

noda yang digunakan sebagai tempat untuk tumbuh oleh sporangifora dan juga

rhizoid. Sporangifora biasanya memiliki ukuran yang besar dan warna yang

gelap/hitam. Memiliki kolumela yang bentuk nya agak bulat dan memproduksi

sporangia pada ujung sporangiofora, pertumbuhannya cepat, serta memiliki bentuk

miselium yang bentuk nya seperti kapas.

Jika dilihat dari hasil pengamatan hifa yang dilakukan oleh 7 kelompok

terdapat kelas hifa yang berbeda-beda. Namun sebagian besar mendapatkan hifa

yang masuk ke dalam kelas phycomycota, sama hal nya seperti literatur mereka

mendapatkan isolate berupa hifa yang masuk genus rhyzopus dimana genus

tersebut masuk ke dalam kelas phycomycota kelas phycomycota pada umum ya

memiliki ciri mikroskopis yaitu memeiliki ciri tidak memili septa.Mempunyai stolon

dan rhizoid yang warna nya gelap jika sudah tua. Sporangifora tumbuh pada noda

dimana pada noda tersebut juga terbentuk rhizoid, warna dari sporangia hitam dan

besar. Bentuk kolumela agak bulat dan apofissis cepat. Memiliki bentuk miselium

seperti kapas.

28
29
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hasil praktikum dasar dasar mikrobiologi akuatik, dalam proses sterilisasi

mengguakan autoklaf, alat yang telah disterilisasi selama 15-20 menit terdapat

peubaahan, pada alat cawan petri, bluetip dan pipet volume menjadi lebih bersih dan

berembun. Perhitungan koloni bakteri dengan metode TPC kelompok 10

mendapatkan hasil 291,44×10-5 CFU. Lalu pada perhitungan kepadatan sel bakteri

menggunakan Haaemocytometerkelompok 10 mendapatkan hasil kepadatan

sebesar 49,5×10−6 sel/ml. Proses pewarnaan gram pada bakteri kelompok 10

mendapatkan hasil bakteri gram positif. Kemudian pada penentuan kelas alga, pada

sampel alga yang diamati oleh kelompok 10 didapatkan hasil bahwa alga tersebut

termasuk spesies Synendra sp. dari kelas Chlorophyta. Kemudian pada pengamatan

hifa pada jamur, kelompok 10 memperoleh hasil yaitu hifa yang teridentifikasi

merupakan kelas phycomycota.

4.2 Saran

Saran praktikum kali ini diharap praktikan dapat lebih berhati-hati pada saat

melakukan praktikum tetap mematuhi SOP lab yang sudah ditentukan. Perhatikan

juga ketentuan setaip penggunaan alat jangan sampai salah karna dapat berdampak

pada alat. Untuk materi pengamatan hifa dan penentuan alga praktikan diharap lebih

telti dalam mengidentifikasi agar tidak salah dalam menentukan hifadan alga nya

30
nanti. Dan perlu di perhatikan bahwa seluruh alat harus tetap dalam keadaan steril

sebelum ataupun setelah digunakan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Budiharjo, A., & Suprihadi, A. (2017). Isolasi enumerasi dan deteksi molekuler gen

toxr pada bakteri vibrio parahaemolyticus dari tambak udang vannamae

di rembang. Jurnal Akademika Biologi, 6(3): 96-102

Dewi, R. S dan Aziz., S. (2011). Isolasi rhizopus oligosporus pada beberapa

inokulum tempe di kabupaten banyumas. Molekul. 6(2) : 93 - 104

Febrinawati. N., Putri. B., Hudaidah. S. (2020). Pemanfaatan limbah budidaya udang

vaname (Litopenaeus vannamei) sebagai media kultur Chaetoceros

amami. Jurnal perikanan. 10(1) : 20-28.

Fitri, L dan Yasmin, Y.(2011). Isolasi dan Pengamatan morfologi koloni bakteri

kitinolitik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. 3(2); 20-25

Kasrina,S.I dan Wahyu. E.J. (2012). Ragam jenis mikroalga di air rawa kelurahan

bentiring permai kota Bengkulu sebagai alternative sumber belajar biologi

SMA. Jurnal Exacta. 5(1):36-44.

Meliawaty, F. (2012). Efisiensi sterilisasi alat bedah mulut melalui inovasi oven

dengan ozon dan infrared. JKM. 11(2) : 147-167.

Putri, M.H et al.(2017). Mikrobiologi. Pusat pendidikan sumber daya manusia

kesehatan. Jakarta Selatan. 401 hlm

Whitton, B.A. (2011). Cyanobacteria (Cyanophyta). In: The freshwater algal flora of

theBritish Isles. An identification guide to freshwater and terrestrial

algae. Cambridge. Cambridge University Press.

Yanuhar. U., Al-Hamidy, I.,and Caesar, N. R. (2019). Treatment of Chlorella sp.

extract on heatshock cluster (HSC) response from the tissue and

32
bloodcells proliferationof Epinephelus fuscoguttatuslanceolatus

infected by Viral NervousNecrosis. Earth and Environmental. Science.

236(1) : 129-135.

33

Anda mungkin juga menyukai