Anda di halaman 1dari 18

MIKROBIOLOGI HASIL TERNAK

LAPORAN PRAKTIKUM

“PERHITUNGAN KOLONI BAKTERI PADA SAMPEL USUS DAN


TELUR AYAM”

Disusun Oleh :

I GUSTI AGUNG DEWI ADITYASTITI ASTAWA

1903511097

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum yang berjudul
“PERHITUNGAN KOLONI BAKTERI PADA SAMPEL USUS DAN TELUR
AYAM” ini tepat pada waktunya dan dalam keadaan sehat.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Mikrobiologi Hasil Ternak. Selain itu laporan ini diharapkan dapat menambah
wawasan kepada pada pembaca mengenai perhitungan koloni bakteri yang sangat
penting bagi kehidupan makhluk hidup.

Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. I Made Mudita S.Pt.,
M.P., beserta Bapak/Ibu dosen team teaching dari mata kuliah Mikrobiologi Hasil
Ternak yang telah membimbing dan memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai mata kuliah ini.

Saya menyadari penulisan dari laporan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segi penyusunan, tata bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai acuan
untuk dapat lebih baik lagi dalam penulisan laporan di masa yang akan datang.

Karangasem, 4 Mei 2021

I Gusti Agung Dewi Adityastiti Astawa

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
2.1 Telur Ayam ............................................................................................... 4
2.2 Usus Ayam ............................................................................................... 4
2.3 Perhitungan Mikroba ................................................................................ 5
2.4 Media Pertumbuhan Mikroba ................................................................... 5
BAB 3. MATERI DAN METODE ......................................................................... 8
3.1 Materi ....................................................................................................... 8
3.2 Metode ...................................................................................................... 8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 11
4.1 Hasil........................................................................................................ 11
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 11
BAB 5. PENUTUP ............................................................................................... 13
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13
5.2 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme atau mikroba merupakan semua makhluk yang berukuran


beberapa mikron atau dapat lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah
bakteri, cendawan atau jamur tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk
golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya
nampak dengan mikroskop elektron (Dwidjoseputro, 1990). Mikroorganisme
disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme sering kali bersel tunggal
(uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler) (Madigan, 2009).

Pertumbuhan mikroba dapat diketahui dengan mengamatinya di dalam suatu


substrat semisal makanan atau sisa tubuh makhluk hidup. Pada laboratorium,
mikroba ditumbuhkan dengan berbagai media seperti EMBA dan NA seperti yang
sudah dilakukan pada praktikum sebelumnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
pertumbuhan, maka diperlukan perhitungan jumlah mikroba tersebut. Perhitungan
mikroba dapat dilakukan dengan menghitung koloninya ataupun menghitung sel
dari mikroba tersebut.

Perhitungan jumlah bakteri merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk bisa
mengetahui berapa banyak koloni bakteri yang terdapat pada suatu media, baik itu
koloni sel yang hidup maupun koloni sel bakteri yang mati. Koloni bakteri adalah
sekumpulan dari bakteri sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk
suatu koloni- koloni. Perhitungan koloni bakteri adalah suatu cara yang digunakan
untuk mengetahui jumlah total koloni bakteri yang tumbuh pada suatu media
pembiakan. Secara mendasar terdapat dua cara untuk menghitung jumlah bakteri,
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Perhitungan secara langsung antara lain
adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai
atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan
perhitungan secara tidak langsung ada beberapa cara yaitu : metode cawan petri
(total plate count), perhitungan melalui pegenceran, perhitungan jumlah terkecil
atau terdekat (MPN methode), cara kekeruhan atau turbidimetri (Hadioetomo &
Ratna, 1990).

1
Penggunaan metode perhitungan secara langsung (Direct methode) digunakan
untuk menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup.
Sedangkan perhitungan bakteri secara tidak langsung digunakan untuk menentukan
jumlah bakteri yang hidup saja (Rosmania dan Yanti, 2020). Setiap perhitungan
jumlah bakteri baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki kelemahan
masing-masing. Jumlah bakteri masih belum mendekati hasil maksimal
dikarenakan perhitungan yang melibatkan sel hidup maupun sel mati bakteri,
keterbatasan alat dan bahan saat perhitungan, keperluan persiapan alat dan bahan
yang cukup panjang, ketelitian penelitian oleh peneliti dan lain-lain (Wibowo dan
Andrivani, 2016).

Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni
yang besar dimana jumlah koloni dapat dihitung sebagai satu koloni dan satu rantai
koloni (Pelgzar dan Reid, 1958). Oleh karena itu, praktikum ini perlu dilakukan
untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada di dalam suatu bahan atau media.
Dalam praktikum ini media yang digunakan yaitu telur dan usus ayam sebagai salah
satu makanan yang berasal dari hewan ternak. Telur dan usus ayam merupakan
salah satu pangan asal ternak yang sering dikonsumsi. Harganya yang terjangkau
dan mudah didapatkan menjadi alasan sebagian masyarakat gemar mengkonsumsi
usus dan telur ayam.

Selain itu, seiring perkembangan zaman dan bertambahnya kesadaran terhadap


kesehatan menjadikan keamanan pangan asal ternak merupakan salah satu standar
yang menjadi tuntutan konsumen. Standar ini juga telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
(Ditjen PKH, 2009). Untuk itu perhitungan jumlah mikroorganisme pada suatu
produk pangan sangat penting dilakukan untuk menetapkan keamanan suatu
sediaan farmasi dan makanan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitu :

1. Bagaimana cara menghitung mikroba pada sampel usus dan telur ayam ?

2
2. Apa saja alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan perhitungan
mikroba pada sampel usus dan telur ayam ?
1.3 Tujuan

Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu agar mahasiswa mengetahui


bagaimana cara menghitung koloni bakteri pada suatu bahan atau produk secara
langsung.

1.4 Manfaat

Manfaat dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu mahasiswa diharapkan dapat


menghitung koloni bakteri pada suatu bahan atau produk dengan baik.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telur Ayam

Usus ayam adalah bahan makanan hewani yang banyak mengandung protein. Usus
ayam merupakan organ bagian dalam ayam yang berfungsi sebagai organ
pencernaaan, sehingga banyak bakteri yang bersarang di dalam usus. Oleh sebab
itu usus ayam memiliki sifat yang mudah rusak jika tidak segera dibersihkan lebih
dari 4 jam setelah dipotong dan cepat busuk karena hanya dapat disimpan maksimal
2 hari pada suhu 20ºC. Jika lebih dari 2 hari usus ayam sudah berubah warna
menjadi putih pucat kebiruan dan bau busuk yang menusuk sehingga tidak layak
untuk dikonsumsi (Armayani, 2017).

Pada ternak yang sehat, komposisi mikroorganisme patogen akan membuat koloni
dan memulai infeksi yang serius. Mikroorganisme yang terdapat dalam usus
merupakan ekosistem yang kompleks yang terdiri atas sejumlah besar bakteri.
Saluran pencernaan ayam mengandung lebih dari 640 spesies bakteri. Komposisi
mikroorganisme saluran pencernaan dapat dipengaruhi oleh pakan dan lingkungan
(Apajalahti, et al., 2004). Stabilitas mikroorganisme juga dapat dipengaruhi oleh
antibiotik dan komponen lain yang terdapat dalam usus (Garigga, et al., 1998).

2.2 Usus Ayam

Telur merupakan bahan pangan yang digemari masyarakat karena sarat akan
protein, lemak tak jenuh, vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh manusia
(Warsito, et al., 2015; Mulza, et al., 2013). Selain itu, telur adalah salah satu sumber
protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna dan harganya lebih
terjangkau dibandingkan dengan protein hewani lainnya.

Telur rentan rusak/mudah pecah dan memiliki daya simpan yang pendek (Nurhadi,
2012). Pada saat penyimpanan, telur bisa rusak secara fisik, kimia maupun biologis
(Hardianto, et al., 2012). Umumnya kerusakan telur secara biologis, terjadi karena
masuknya bakteri. Masuknya bakteri ini berasal dari kotoran yang menempel pada
kulit telur, kotoran dari feses, tanah atau suatu bahan yang mengandung bakteri.
Selain itu, bakteri dapat masuk ke dalam kulit telur yang retak atau menembus kulit
telur melalui pori-pori telur (Lubis, et al., 2012).

4
2.3 Perhitungan Mikroba

Jumlah mikroba pada suatu produk dapat diperkirakan jumlahnya dengan suatu
metode perhitungan, yaitu perhitungan langsung (indect count) jumlah sel atau
biomassa mikroba. Perhitungan secara tidak langsung bertujuan untuk mengetahui
jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup (variabel count).

Sel dihitung langsung di bawah mikroskop atau dengan perhitungan partikel


elektronik (electronic particle counter). Pengukuran langsung mikroba seperti
massa sel ditentukan dengan menimbang atau mengukur berat seluruh sel biomassa
dapat dikoreksikan dengan jumlah sel dengan membandingkannya pada kurva
standar. Penghitungan tidak langsung jumlah sel mikroorganisme dalam sampel di
konsentrasikan dan ditanam pada media yang sesuai. Pertmbuhan mikroorganisme
seperti pembentukan koloni dalam medium agar digunakan untuk memperkirakan
jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam sampel (Anonim, 2008).

Metode hitungan cawan menggunakan teori bahwa setiap sel akan hidup
berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi
jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini
membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan (inokulasi
pada cawan) hasil pengenceran. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasi dan
kemudian dihitung jumlah koloni yang terbentuk. Cawan yang dipilih untuk
penghitungan koloni, sesuai dengan kaidah statistik. Analisis pangan terhadap
kemungkinan adanya bakteri patogen merupakan standar yang diharuskan untuk
mengetahui kualitas pangan dan menjamin keamanan pangan (De Boer dan
Beumer, 1999).

2.4 Media Pertumbuhan Mikroba

Media pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari


campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media yang berupa
molekumolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media
pertumbuhan dapat dilakukan isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni dan
juga manipulasi komposisi media pertumbuhan (Pratiwi, 2015). Pembuatan media

5
didasarkan pada fungsi komposisi media dan konsistensinya sehingga dapat tumbuh
dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Medium adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan (nutrien)
yang dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme.
Mikroorganisme juga merupakan mahluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan
medium yang harus mengandung semua zat yang diperlukan untuk
pertumbuhannya, yaitu antara lain senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat,
lemak, mineral, dan vitamin). Medium digunakan untuk melihat gerakan dari suatu
gerakan mikroorganisme apakah bersifat motil atau nonmotil, medium ini
ditambahkan bahan pemadat 50% (Hadietomo, 1990).

Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah,


menguji sifatsifat fisiologis dar perhitungan jumLah mikroba, dimana dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk
menghindari kontaminasi pada media. (Hadietomo, 1993) Media yang dituang
hendaknya tidak terlalu panas, karena selain mengganggu proses penuangan (media
panas dapat menyebabkan tangan menjadi panas), media panas masih
mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup. sehingga
mengganggu proses pengamatan. Pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam
media agar. Kultur diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat
kuat kemudian diletakkan dalam incubator. Pada metode pour platec volume kultur
sebanyak 0,1-1,0 ml diambil dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
Kemudian ditambahkan media agar cair dan dilakukan pencampuran antara kultur
dan media dengan memutar cawan petri secara pelan pada permukaan yang rata.
Karena sampel dicampur dengan media agar.

Menurut Pelgzar dan Reid (1958), klasifikasi medium berdasarkan fungsinya


digolongkan menjadi 7 golongan, yaitu:

1. Medium umum, media yang ditambahkan bahan-bahan yang bertujuan


menstimulasi pertumbuhan mikroba secara umum. Contoh Nutrient Agar
(NA) untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri, Potato Dextrose Agar
(PDA) untuk menstimulir pertumbuhan fungi.

6
2. Medium khusus, merupakan medium untuk menentukan tipe pertumbuhan
mikroba dan kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan
kimia tertentu misalnya, medium tetes tebu untuk Saccharomyces
cerevisiae.
3. Media diperkaya (enrichment media), media yang ditambahkan bahan-
bahan tertentu untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang diinginkan.
Hal ini dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang
jumlahnya sedikit dalam suatu campuran berbagai mikroba, contoh
Chocolate media dan Yeast-Extract-poptasium Nitrat Agar.
4. Media selektif, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu
yang akan menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang
ada dalam suatu spesimen. Inhibitor yang digunakan berupa antibiotik,
garam dan bahan-bahan kimia lainnya.
5. Media diferensial, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan kimia
atau reagensia tertentu yang menyebabkan mikroba yang tumbuh
memperlihatkan perubahan-perubahan spesifik sehingga dapat dibedakan
dengan jenis lainnya.
6. Medium penguji (assay medium), yaitu medium dengan susunan tertentu
yang digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu dengan bantuan
bakteri misalnya medium untuk menguji vitamin-vitamin, antibiotika dan
lain-lain.
7. Medium perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang
digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan, misalnya
medium untuk menghitung jumlah bakteri E.coli air sumur.

7
BAB 3. MATERI DAN METODE
3.1 Materi

Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu :

1. Hari/Tanggal : 26 April 2021


2. Pukul : 11.15-14.15
3. Tempat : kediaman masing-masing (daring)

Alat

Pada praktikum kali ini, memerlukan beberapa alat seperti :

1. Tabung reaksi
2. Cawan petri
3. Pipet otomatis
4. Laminar flow
5. Lampu bunsen
6. Portex
7. Blender
8. Timbangan
9. Mesin inkubator

Bahan

Beberapa bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu :

1. Usus ayam
2. Telur ayam
3. Pepton
4. Media NA
3.2 Metode

Prosedur kerja di dalam perhitungan koloni bakteri secara tidak langsung dapat
dibagi menjadi tiga proses. Pertama pengambilan sampel, kedua pemupukan, ketiga
penghitungan bakteri. Secara lengkap prosedur tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :

8
Pencampuran media usus ayam dengan kultur :

1. Blender usus ayam hingga halus.


2. Penimbangan Cultur.
3. Usus ayam halus ditimbang sebanyak 10 gram.
4. Selanjutnya pencampuran usus ayam dengan cairan cultur sebanyak 10 kali
dengan jumlah 100 gram keseluruhanya.
5. Langkah selanjutnya usus ayam yang sudah berisi cairan diportex agar lebih
homogen.

Pencampuran media telur :

1. Blender telur ayam utuh hingga tercampur rata.


2. Timbang telur ayam yang sudah diblender hingga sebanyak 10 gram.
3. Selanjutnya pencampuran telur ayam dengan cairan sebanyak 10 kali
dengan jumlah 100 gram keseluruhanya.
4. Langkah selanjutnya telur ayam yang sudah tercampur cairan diportex agar
lebih homogen.

Pengenceranan berseri sampel larutan :

1. Selanjutnya pengenceran berseri larutan telur dan larutan usus ayam.


2. Larutan teersebut dituangkan ke dalam tabung reaksi secara berseri dengan
masing-masing berisi 4,5 ml.
3. Selanjutnya tabung reaksi pertama yang sudh berisi larutan di portex,
setelah tabung pertama diportex larutanya di ambil 0,5 ml dituang ke tabung
reaksi kedua diulang hingga ke tabung reaksi ke-lima.
4. Dengan masing-masing harus diportex.

Pemasukan bakteri ke dalam cawan petri dengan memasukan media :

1. Pertama setrilisasi alat yang digunakan untuk memasukan media.


2. Panaskan cawan petri dan panaskan cairan yang digunakan untuk media
tersebut.
3. Tuangkan media kedalam cawan petri langsung ditutup.
4. Setelah dituang dicawan petri lalu diputar-putar agar media tercampur rata
dalam cawan petri.

9
5. Selanjutnya cawan petri yang sudah terisi media dimasukan kedalam wadah
agar memudahkan proses inkubasi.
6. Selanjutnya media didalam wadah dimasukan ke incubator untuk proses
inkubasi.
7. Setelah 24 jam didalam inkubator, selanjutnya di keluarkan dari mesin
inkubator.
8. Selanjutnya proses penghitungan bakteri, dengan proses penghitungan
maka cawan petri di bagi 4 bagian setiap cawan petrinya ditandai dengan
spidol.

Pemupukan yang dilakukan menggunakan metode tuang :

1. Ambil 1 ml inokulan dengan pengenceran 10-5 dan 10-6.


2. Masukkan inokulan ke dalam 2 cawan petri berbeda.
3. Tuang media NA sebanyak 20ml dan homogenkan dengan cara memutar
cawan membentuk angka 8.
4. Biarkan sampai memadat dan inkubasikan dengan suhu 37ºC selama 24 jam
dalam posisi terbalik.
5. Koloni siap dihitung.

Penghitungan bakteri :

1. Ambilah media kultur bakteri yang telah dibuat sehari sebelum praktikum
dari inkubator.
2. Baliklah cawan petri dengan media kultur yang berada diatas.
3. Berilah garis menggunakan spidol pada cawan petri menjadi empat bagian
yang sama.
4. Kemudian, hitunglah jumlah koloni bakteri.
5. Jika terdapat koloni besar yang menyatu maka koloni bakteri tersebut
dihitung sebagai satu koloni.

10
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Pada praktikum ini tidak didapatkan hasil secara langsung karena praktikum
dilaksanakan secara daring. Oleh karena itu, hasil dari praktikum ini adalah
simulasi, yakni :

Tabel Data Hasil Perhitungan Koloni Bakteri


No Media Pengenceran Jumlah Jumlah Jumlah CFU
Koloni Koloni
CFU/g
1. Usus ayam 10-1 58 5,8 ×102 580
2. Usus ayam 10-2 215 21,5 × 103 21.500
3. Usus ayam 10-3 144 14,4 × 104 144.000
4. Usus ayam 10-4 355 35,5 × 105 3.550.000
5. Usus ayam 10-5 122 12,2 × 106 12.200.000
6. Telur ayam 10-1 605 60,5 × 102 6.050
7. Telur ayam 10-2 338 33,8 × 103 33.800
8. Telur ayam 10-3 156 15,6 × 104 156.000
9. Telur ayam 10-4 Kontaminasi Kontaminasi Kontaminasi
10. Telur ayam 10-5 34 3,4 × 106 3.400.000

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan yang diperolah, dapat terlihat pada media Usus ayam
dengan pengenceran 10-1 kali dengan berulang-ulang hingga pengenceran 10-5
terjadi pertumbuhan bakteri dengan koloni berjumlah koloni yang cukup tinggi
dengan setiap perlakuan berbeda. Terdapat kelompok yang semakin tinggi
pengenceran, jumlah koloni bakteri yang dihasilkan justru semakin banyak seperti
pada pengenceran 10-4. Sehingga hasil dari kelompok tersebut dikatakan tidak
sesuai dimana prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah. Hal ini dapat
disebabkan karena konsentrasi bakteri di dalam sampel yang membuat bakteri
berkoloni secara masif dan ketidaktelitian praktikan dalam perhitungan bakteri

11
sehingga ada kemungkinan praktikan menghitung koloni yang berpasang-pasangan
dihitung tersendiri sehingga jumlah koloni terlihat banyak.

Sedangkan percobaan mengunakan media telur ayam dengan pengenceran 10-1


hingga pengenceran 10-5 terjadinya pertumbuhan bakteri koloni yang stabil sejalan
dengan jumlah koloni semakin rendah mulai dari pengenceran yang pertama (10-1).
Hal ini sesuai dengan prinsip pengenceran yaitu semakin banyak jumlah
pengenceran, bakteri yang dihasilkan semakin sedikit. Selain itu percobaan
mengunakan media telur ayam dengan pengenceran 10-1 kali yang dilakukan
dengan berulang-ulang hingga pengenceran 10-5 terjadi pertumbuhan bakteri koloni
dengan berjumlah koloni lebih rendah dari percobaan koloni dari usus ayam, karena
pada perhitungan koloni pada pengenceran 10-4 tidak adanya bakteri yang tumbuh
didalamnya maka terjadinya kontaminasi terhadap pertumbuhanya. Jadi sudah
terlihat penambahan jumlah koloni yang signifikan seiring dengan bertambahnya
pengenceran. Hal ini dapat dikaitkan dengan konsentrasi bakteri di dalam sampel
yang membuat bakteri berkoloni secara masif. Akan tetapi, akibat dari jumlahnya
yang banyak menyebabkan bakteri berkoloni secara besar-besaran sehingga koloni
tersebut dihitung sebagai satu koloni. Dengan adanya media yang ditumbuhi
beberapa jenis bakteri. Dengan jumlah koloni yang memiliki 30-300 koloni.

12
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Perhitungan jumlah bakteri merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk bisa
mengetahui berapa banyak koloni bakteri yang terdapat pada suatu media. Salah
satu produk pangan yang berasal dari produk peternakan yaitu usus dan telur ayam
perlu dilakukan perhitungan jumlah mikroorganisme pada sampel tersebut karena
sangat penting dilakukan untuk menetapkan keamanan suatu sediaan farmasi dan
makanan dari suatu produk atau bahan pangan. Pada percobaan pertumbuhan
bakteri dengan usus ayam menunjukan data yang dimana semakin besar tingkat
pengenceran maka semakin banyak koloni bakteri yang tumbuh. Tetapi pada media
telur ayam pada pengenceran 10-4 tidak ditemukan bakteri yang serupa akibat
terkontaminasi. Hal ini membuktikan bahwa bakteri hanya mampu hidup pada
suatu media yang cocok dengan bakteri tersebut. Sementara itu kegagalan dalam
pertumbuhan bakteri dapat terjadi akibat ketidaksesuaian lingkungan hidup bakteri
dengan bakteri itu sendiri.

5.2 Saran

Praktikan sebaiknya dapat lebih teliti lagi dalam menghitung bakteri yang ada
sehinggga data yang didapatkan dapat lebih akurat. Serta diharapkan dapat
menentukan media yang sesuai dengan bakteri yang ada agar tidak terjadi
kegagalan dalam proses pertumbuhan bakteri.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Media Pertumbuhan Mikrobiologi. Dalam


file:///C:/Documents%20and%20Settings/User%204732Z/My%20Documen
ts/media-pertumbuhan-mikroorganisme.htmL diakses pada tanggal 3 Mei
2021.

Apajalahti, J., Kettunen, A., dan Graham, H., 2004. Characteristic of the
gastrointestinal microbial communities, with special reference to the chicken.
J. Poultry Sci., 60(1), pp. 223-232.

Armayani, S., 2017. Pemeriksaan Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Usus


Ayam. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

De Boer dan Beumer, R. R., 1999. Methodology for Detection and Typing of
Foodborne Microorganisms. International Journal of Food Microbiology,
Volume 50, p. 119–130.

Ditjen PKH, 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009


Tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan.

Dwidjoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Garigga, M., Pascual, M., Monfort, J. M. & Huga, M., 1998. Selection of
lactobacilli for chicken probiotic adjuncts. J. Appl. Microbiol., 84(1).

Hadioetomo & Ratna, 1990. Mikrobiologi Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.

Hardianto, G., Suarjana, K. & Rudyanto, M. D., 2012. Pengaruh Suhudan Lama
Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Ayam Kampung Ditinjau dari Angka
Lempeng Total Bakteri. Indonesia Medicus Veterinus, 1(1).

Lubis, H. A., Suarjana, G. K. & Rudyanto, M. D., 2012. Pengaruh Suhu dan Lama
Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Ayam Kampung Terhadap Jumlah
Escherichia coli. Indonesia Medicus Veterinus, 1(1.

Madigan, MT. 2009. Brock Biology of Microorganisms (edisi ke-Edisi ke-12). San
Francisco: Pearson Benjamin Cummings. hlm. hlm. 2. ISBN

14
9780321536150. Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Mikroorganisme
diakses pada tanggal 4 Mei 2021.

Mulza, D. P., Ratnawulan & Gusnedi, 2013. Uji Kualitas Telur Ayam Ras Terhadap
Lamanya Penyimpanan Berdasarkan Sifat Listrik. Pillar of Physics
Universitas Negeri Padang, 1(2).

Nurhadi, M., 2012. Kesehatan Masyarakat Veteriner. Yogyakarta: Gosye


Publishing.

Pelgzar dan Reid. 1958. Mycrobiology. Mc Graw-Hill Compan: Tokyo.

Pratiwi, Kartika Gema. 2015. Mikrobiologi Umum: Perhitungan Jumlah Koloni


Mikroba. Dalam https://tikagpravitri.blogspot.com/2015/09/mikrobiologi-
umum-perhitungan-jumlah.html diakses pada tanggal 3 Mei 2021.

Rosmania, Fitri Yanti. 2020. Perhitungan jumlah bakteri di Laboratorium


Mikrobiologi menggunakan pengembangan metode Spektrofotometri. Jurnal
Penelitian Sains 22 (2) 2020: 76-86.

Warsito, H., Rindiani & Fafa, N., 2015. Ilmu Bahan Makanan Dasar. 1st penyunt.
Yogyakarta: Nuha Medika

Wibowo, A.P.W., dan Andrivani, R. 2016. Perhitungan Jumlah Bakteri Escherichia


coli dengan Pengolahan Citra Melalui Metode Thresholding dan Counting
Morphology. Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan, 2(3): 235-243.

15

Anda mungkin juga menyukai