Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI PANGAN
“Uji Kualitas Mikrobiologi Pada Makanan Berdasarkan Angka
Lempeng Total Koloni Bakteri ”

Dosen Pengampu:
Zora Olivia, S.Farm, M.Farm, Apt

Disusun Oleh:
Golongan/Kelompok : D/4

1. Kummala Nuzulul Fajri G42172159


2. Yanuari Eky Syahfitri G42172161
3. Triana Ambarwati G42172167
4. Kuntum Nur Afiyah G42172175
5. Putri Mardyana G42172186
6. Devia Marta Bellantika G42172202
7. Aprilia Dwi Wulandari G42172203

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1. 1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1. 2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1. 3 Tujuan.......................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat............................................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 6
2.1 Metode Menghitung Jumlah Mikroba ............................................................................. 6
2.2 Penanaman Media ....................................................................................................... 7
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Hitungan Cawan ................................................... 10
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ................................................................................ 11
3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................................................ 11
3.2. Alat dan Bahan .............................................................................................................. 11
3.3. Prosedur Kerja ............................................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 15
4.1 Hasil ............................................................................................................................... 15
4.2 Pembahasan .................................................................................................................... 16
DISKUSI .................................................................................................................................. 22
BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 23
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 23
5.2 Saran ............................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 24
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 25

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami sebagai tim penyusun dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini yang berjudul “ Uji Kualitas Mikrobiologi Pada Makanan Berdasarkan Angka
Lempeng Total Koloni Bakteri ”. Laporan praktikum ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Mikrobiologi Pangan. Penyusun berterima kasih kepada Ibu Zora Olivia,
S.Farm, M.Farm, Aptselaku dosen pembimbing dalam penulisan laporan praktikum ini,
Bapak / Ibu teknisi, kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan, semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan praktikum ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kritik dan saran dari pembaca yang
membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan karya tulis ini sebagai bahan pijakan
di kemudian hari.
Harapan penyusun, semoga laporan praktikum ini bermanfaat dan menjadi bahan
bacaan bagi kita.

Jember, 14 Oktober 2018

Tim Penyusun

3
BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan
bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan
makanan atau minuman. Dalam bahan pangan, tentu saja belum sepenuhnya steril dan
masih dimungkinkan terdapat suatu koloni bakteri, oleh sebab itu perlu dilakukan
pengujian bahan makanan (Jutono, 1980).
Mikroba dapat dijumpai pada berbagai jenis bahan makanan, baik makanan yang
berbentuk padat maupun makanan yang berbentuk cair. Untuk mengetahui jumlah
bakteri yang terkandung pada 1 gram sampel bahan makanan padat atau 1 ml bahan
makanan cair yang diperiksa, maka perlu dilakukan pengenceran sampel tersebut. Hasil
pengenceran ini kemudian diinokulasikan pada medium lempeng dan diinkubasikan.
Setelah masa inkubasi, jumlah koloni bakteri dihitung dengan memperhatikan faktor
pengencerannya (Fardiaz, 1992).
Metode hitungan ini didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel bakteri yang
dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni (Hastuti, 2015). Sedangkan menurut
Fardiaz (1992) bahwa metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba
di dalam bahan pangan adalah metode hitugan cawan. Prinsip hitungan cawan adalah
jika sel yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel tersebut akan
berkembangbiak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan
mata menggunakan mikroskop. Metode hitung cawan dapat dibedakan menjadi dua cara
yaitu metode tuang dan metode pengenceran. Meode tuang, jumlah sampel (1 ml atau 0,1
ml) dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian
digoyangkan supaya tersebar merata.
Prinsip pengenceran adalah semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan,
maka semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu saat didapat hanya satu mikroba
pada satu tabung. Inkubasi dilakukan 2×24 jam karena jumlah mikroba maksimal yang
dapat dihitung, optimal setelah masa tersebut yaitu akhir inkubasi. Selama masa
inkubasi, sel yang masih hidup akan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh
mata (Waluyo, 2004). Hasil perhitungan di atas dinyatakan dalam ALT (Angka Lempeng
Total) (Djide, 2005). Sampel bahan makanan padat atau bahan makanan cair yang dapat
4
diuji kualitas mikrobiologi makanan berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) koloni
bakteri seperti kue bolu, prol tape, susu UHT, dan sirup marjan.
Oleh karena itu dilakukan praktikum uji kualitas mikrobiologi makanan
berdasarkan Angka Lempeng Total koloni bakteri agar mahasiswa mampu melakukan uji
kualitas mikrobiologi sampel makanan padat atau cair berdasarkan Angka Lempeng
Total (ALT) koloni bakteri sifat fisikokimia.
1. 2 Rumusan Masalah
 Bagaimana cara melakukan uji kualitas mikrobiologi sampel makanan padat atau
cair berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri sifat fisikokimia?
1. 3 Tujuan
 Untuk melakukan uji kualitas mikrobiologi sampel makanan padat atau cair
berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri sifat fisikokimia.
1.4 Manfaat
 Mahasiswa dapat melakukan uji kualitas mikrobiologi sampel makanan padat
atau cair berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri sifat
fisikokimia.

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Menghitung Jumlah Mikroba


Menurut Fardiaz (1992), metode yang dapat digunakan untuk menghitung
jumlah mikrobia didalam bahan pangan adalah metode hitungan cawan. Prinsip dari
metode hitungan cawan adalah jika sel yang masih hidup ditumbuhkan pada medium
agar, maka sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode
hitung cawan dapat dibedakan atas dua cara, yaitu :
1. Metode Tuang
Pada metode tuang, jumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang
dikehendaki dimasukkan kedalam cawan petri, kemudian digoyangkan supaya sampel
tersebar merata.
2. Metode Permukaan
Pada metode permukaan, agar-agar steril dituangkan kedalam cawan petri
setelah membeku sebanyak 0,1 ml, contoh yang telah diencerkan di inokulasikan pada
permukaan agar-agar dan diratakan dengan batang gelas melengkung (hockey
stik) steril.
Perhitungan jumlah koloni dilakukan dengan hitungan cawan (Total Plate
Counts) berdasarkan pertumbuhan dapat dilihat langsung tanpa mikroskop (Fardiaz,
1992). Pada metode ini, teknik pengenceran merupakan hal yang harus dikuasai.
Sebelum mikroorganisme ditumbuhkan dalam media, terlebih dahulu dilakukan
pengenceran sampel menggunakan larutan fisiologis. Tujuan dari pengenceran sampel
yaitu mengurangi jumlah kandungan mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat
diamati dan diketahui jumlah mikroorganisme secara spesifik sehingga di dapatkan
perhitungan yang tepat. Pengenceran memudahkan dalam perhitungan koloni
(Fardiaz, 1993). MenurutWaluyo (2005), tahapan pengenceran dimulai dari membuat
larutan sampel sebanyak 10 ml (campuran 1 ml/1gr sampel dengan 9 ml larutan
fisiologis). Dari larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan masukkan ke dalam 9 ml
larutan fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-2. Dari pengenceran 10-2
diambil lagi 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan
fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-3, begitu seterusnya sampai mencapai
pengenceran yang kita harapkan.
Secara keseluruhan, tahap pengenceran di jelaskan dalam gambar berikutini :
6
2.2 Penanaman Media
Setelah dilakukan pengenceran, kemudian dilakukan penanaman pada media
lempeng agar. Setelah di inkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan di amati dan
dihitung. Koloni merupakan sekumpulan mikroorganisme yang memiliki kesamaan
sifat seperti bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat yang perlu di
perhatikan pada koloni yang tumbuh di permukaan medium adalah sebagai berikut:
 Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya berupa satu titik, namun ada pula yang
melebar sampai menutup permukaan medium.
 Bentuk. Ada koloni yang bulat dan memanjang. Ada yang tepinya rata dan tidak rata.
 Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata dengan permukaan medium, ada pula
yang timbul di atas permukaan medium.
 Halus kasarnya pemukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang
permukaannya kasar dan tidak rata.
 Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat da nada yang
permukaannya suram.
 Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.
 Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lender, ada yang keras dan kering.
Selanjutnya perhitungan dilakukan terhadap cawan petri dengan jumlah koloni
bakteri antara 30-300. Perhitungan Total Plate Count dinyatakan sebagai jumlah
koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengencer.

7
Menurut Jutono (1980), tidak semua jumlah bakteri dapat dihitung. Ada
beberapa syarat perhitungan yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Jumlah koloni tiap petri di antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang
memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.
2. Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas petri dish, koloni
tersebut dikenal sebagai spreader.
3. Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turut antara
pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih
kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah
mikrobia dari hasil pengenceran sebelumnya.
4. Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata. Dalam perhitungan
jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran. Pada pengenceran
dengan menggunakan botol cairan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga
kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh
perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun pengenceran yang terlalu
tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya
relatif rendah.
5. Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan
tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara 30
sampai 300 sel mikrobia per ml, per gr, atau per cm permukaan (Fardiaz, 1992)
Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak
jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit jumlah mikrobia, dimana suatu
saat di dapat hanya satu mikrobia pada satu tabung. Inkubasi dilakukan selama 2 x 24
jam karena jumlah mikrobia maksimal yang dapat dihitung, optimal setelah masa
tersebut yaitu akhir inkubasi. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata (Waluyo, 2004).

Adapun rumus untuk menghitung jumlah koloni per ml adalah sebagai berikut:
ALT Koloni Bakteri =

8
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖
1
+ 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
Hasil perhitungan diatas dinyatakan dalam ALT (Angka Lempeng Tunggal)
(Djide,2005) Hasil yang didapat sebagai angka lempeng total harus mengikuti aturan-
aturan sebagai berikut :
1. Angka yang ditulis hanya dua angka, yaitu angka pertama di depan koma dan angka
kedua di belakang koma. Jika angka ketiga ≥ 5, maka dibulatkan menjadi satu angka
lebih tinggi dari angka kedua.
2. Apabila setelah pembulatan tersebut menyebabkan perubahan pada angka pertama
maka angka tingkat pengenceran dinaikkan menjadi satu angka lebih tinggi daripada
angka sebelumnya. Misalnya 1,95x103 diubah menjadi 2,0x 104.
3. Jika semua tingkat pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni pada
semua cawan petri, maka hanya jumlah koloni bakteri pada tingkat pengenceran
terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 3,0 dikalikan tibgkat
pengenceran tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
4. Jika semua tingkat pengenceran menghasilkan jumlah lebih dari 300 koloni pada
semua cawan petri, maka hanya jumlah koloni bakteri pada tingkat pengenceran
tertinggi yang dihitung, misalnya dengan cara menghitung jumlah koloni pada
seperempat bagian cawan petri, kemudian hasilnya dikalikan 4. Hasil perhitungan
dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan tingkat pengenceran tetapi jumlah
sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
5. Jika terdapat 2 tingkat pengenceran yang menghasilkan jumlah antara 30 dan 300
koloni dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua tingkat
pengenceran terendah ≤ 2, maka harus ditentukan rerata dari kedua nilai tersebut
dengan memeperhitungkan tingkat pengencerannya. Jika perbadingan anatara hasil
tertinggi dan terendah > 2, maka yang dilaporkan hanya hasil terkecil.
Pengambilan contoh dilakukan secara aseptis dan pada setiap pengenceran
dilakukan pengocokan kira-kira sebanyak 25 kali untuk memisahkan sel-sel mikroba
yang bergabung menjadi satu. Pengenceran secara decimal memudahkan dalam
perhitungan jumlah koloni, sedangkan pengenceran yang bukan secara desimal,
misalnya 1 : 5, 1 : 25, dan seterusnya jarang dilakukan karena tidak praktis dalam
perhitungannya. Untuk mengetahui jumlah mikroba pada permukaan luar bahan,
contohnya dapat dilakukan dengan metode sebar. Sebagai salah satu metode

9
perhitungan metode hitungan cawan ini memiliki kelebihan dan kekurangan
(Fardiaz,1992).
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Hitungan Cawan
 Kelebihan dari metode hitungan cawan, yaitu :
1. Masih hidup yang hidup yang dihitung
2. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang memiliki penamapakan
pertumbuhan spesifik.
 Kekurangannya, yaitu:
1. Hasil hitungannya tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena
beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.
2. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang
berbeda.
3. Jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.

10
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Hari : Selasa
Tanggal : 9 Oktober 2018
Jam : 07.00 – 09.00 WIB
Tempat : Laboratorium Analisis Zat Gizi, Politeknik Negeri Jember
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan selama praktikum adalah shaker, lampu spirtus,
pipet steril, laminar air flow, labu erlenmeyer 100 ml, tabung reaksi, mortar dan
pistle, blender.
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan selama praktikum adalah sampel bahan
makanan padat 10 gram, sampel bahan makanan cair 10 ml, medium lempeng plate
count agar (PCA) 6 buah, larutan air pepton 0,1 % sebanyak 90 ml, 5 tabung reaksi
berisi larutan air pepton 0,1% @ 9 ml dan alkohol 70%, lisol, sabun cuci, korek
api.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Sampel bahan makanan padat
Langkah pertama adalah menyiapkan 1 buah labu Erlenmeyer berisi 90 ml air
pepton 0,1% dan siapkan 5 tabung reaksi berisi air pepton 0,1% @ 9 ml, lalu
berikan kode A,B,C,D dan E. Menyiapkan 6 buah medium lempeng yang diberi
kode A,B,C,D,E dan F. Menimbang 10 gram sampel makanan padat, kemudian
secara aseptik masukkan kedalam 90 ml air pepton 0,1% dalam labu erlenmeyer
tersebut. Kemudian ambil 1 ml suspensi dalam tabung A, lalu kocok dengan
memutar diantara dua tangan atau dengan shaker. Lalu mengambil 1 ml suspensi
dalam tabung reaksi B. Melakukan pengenceran bertahap tersebut sampai dengan
tabung reaksi E, maka diperoleh suspensi dengan tingkat pengenceran 10-1, 10-2,
10-3, 10-4, 10-5,10-6. Secara aseptik mengambil 0,1 ml masing-masing suspensi
tersebut, lalu percikan diatas permukaan medium lempeng dengan kode yang
sesuai. Tutup cawan petri berisi medium lempeng tersebut, lalu putar-putar cawan
petri tersebut sehingga percikan inokulum tadi tersebar secara merata pada
permukaan medium lempeng. Inkubasikan biakan pada medium lempeng tersebut
11
pada suhu 37oC setelah 1x24 jam amati dan hitung jumlah koloni bakteri yang
tumbuh pada medium lempeng itu. Pilihlah medium yang ditumbuhi 30-300 koloni
bakteri. Hitung Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri yang terdapat pada
tiap gram sampel bahan makanan padat berdasarkan tingkat pengencerannya.

Persiapan alat dan bahan

10 gram Timbangan
Penimbangan sampel
sampel
makanan padat

Penambahan bahan Labu


90 ml air
secara teknik aseptik erlenmeyer
pepton 0,1%

Pengambilan suspensi
1 ml suspensi
dalam tabung A

Pemutaran suspensi tabung A Shaker

Pengambilan 1 ml suspensi
dalam tabung B

Pengenceran bertahap sampai


tabung reaksi E

Pengambilan 0,1ml suspensi


secara teknik aseptik

Percikan diatas permukaan


medium lempeng dan tutup
cawan petri
Putar cawan petri hingga
percikan inokulum tersebar
merata

Biakan medium Pengikubasian pada suhu 37oC


lempeng 1x24 jam

Pengamatan dan perhitungan


jumlah dan 12
ALT koloni
bakteri yang tumbuh
3.3.2. Sampel bahan makanan cair
Langkah pertama yaitu menyediakan 10 ml bahan makanan cair , lalu
masukkan dalam 90 ml air pepton 0,1% dalam labu erlenmeyer. Kemudian ambil
1 ml suspensi dalam tabung A, lalu kocok dengan memutar diantara dua tangan
atau dengan shaker. Lalu mengambil 1 ml suspensi dalam tabung reaksi B.
Melakukan pengenceran bertahap tersebut sampai dengan tabung reaksi E, maka
diperoleh suspensi dengan tingkat pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5,10-6.
Secara aseptik mengambil 0,1 ml masing-masing suspensi tersebut, lalu percikan
diatas permukaan medium lempeng dengan kode yang sesuai. Tutup cawan petri
berisi medium lempeng tersebut, lalu putar-putar cawan petri tersebut sehingga
percikan inokulum tadi tersebar secara merata pada permukaan medium lempeng.
Inkubasikan biakan pada medium lempeng tersebut pada suhu 37oC setelah 1x24
jam amati dan hitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada medium lempeng
itu. Pilihlah medium yang ditumbuhi 30-300 koloni bakteri. Hitung Angka
Lempeng Total (ALT) koloni bakteri yang terdapat pada tiap gram sampel bahan
makanan cair berdasarkan tingkat pengencerannya.

10 ml bahan
Persiapan alat dan bahan
makanan cair

Penambahan 90 ml air pepton Labu


0,1% erlenmeyer

Pengambilan suspensi dalam


tabung A

Pemutaran suspensi tabung A Shaker

Pengambilan 1 ml suspensi
dalam tabung B

13
Pengenceran bertahap sampai
tabung reaksi E

Pengambilan 0,1ml suspensi


secara teknik aseptik

Percikan diatas permukaan


medium lempeng dan tutup
cawan petri

Putar cawan petri hingga


percikan inokulum tersebar
merata

Biakan medium
Pengikubasian pada suhu 37oC
lempeng
1x24 jam

Pengamatan dan perhitungan


jumlah dan ALT koloni
bakteri yang tumbuh

14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 kue bolu
 ALT 10-2 = ~ X 1 X 0,1 = ~ bakteri ( tak terhingga )
10-2
 ALT 10-3 = ~ X 1 X 0.1 = ~ bakteri (tak terhingga )
10-3
 ALT 10-4 = 79 X 1 X 0,1 = 79.000 bakteri
10-4
 ALT 10-5 = 220 X 1 X 0,1 = 2.200.000 bakteri
10-5
 ALT 10-6 = ~ X 1 X 0,1 = ~ bakteri (tak terhingga )
10-6
4.1.2 Prol Tape
 ALT 10-2 = 73 X 1 X 0,1 = 730 bakteri
10-2
 ALT 10-3 = 18 X 1 X 0,1 = 1.800 bakteri
10-3
 ALT 10-4 = 44 X 1 X 0,1 = 44.000 bakteri
10-4
 ALT 10-5 = 14 X 1 X 0,1 = 140.000 bakteri
10-5
 ALT 10-6 = 2 X 1 X 0,1 = 200.000 bakteri
10-6

4.1.3 Susu UHT


 ALT 10-2 = 1 X 1 X 0,1 = 10 bakteri
10-2
 ALT 10-3 = 0 X 1 X 0,1 = 0 (tidak ditemukan koloni )
10-3

 ALT 10-4 = ~ X 1 X 0,1 = ~ bakteri (tak terhingga )

15
10-4
 ALT 10-5 = 5 X 1 X 0,1 = 50 bakteri
10-5
 ALT 10-6 = 0 X 1 X 0,1 = 0 (tidak ditemukan koloni)
10-6

4.1.4 Sirup marjan


 ALT 10-2 = ~ X 1 X 0,1 = ~ bakteri ( tak terhingga )
10-2
 ALT 10-3 = 6 X 1 X 0,1 = 600 bakteri
10-3
 ALT 10-4 = 2 X 1 X 0,1 = 2000 bakteri
10-4
 ALT 10-5 = 2 X 1 X 0,1 = 20. 000 bakteri
10-5
 ALT 10-6 = ~ X 1 X 0,1 = ~ bakteri (tak terhingga )
10-6

4.2 Pembahasan
Prinsip dari metode hitungan cawan atau Total Plate Count (TPC) adalah
menumbuhkan sel mikroorganisme yang masih hidup pada media agar, sehingga
mikroorganisme akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini
merupakan metode yang paling sensitif untuk menentukan jumlah
mikroorganisme.Dengan metode ini, kita dapat menghitung sel yang masih hidup,
menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam media tersebut serta dapat mengisolasi
dan mengidentifikasi jenis koloni mikroba tersebut.
Pada metode ini, teknik pengenceran merupakan hal yang harus dikuasai.Sebelum
mikroorganisme ditumbuhkan dalam media, terlebih dahulu dilakukan pengenceran
sampel menggunakan larutan fisiologis yaitu air pepton.Tujuan dari pengenceran sampel
yaitu mengurangi jumlah kandungan mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat
diamati dan diketahui jumlah mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan
perhitungan yang tepat.Pengenceran memudahkan dalam perhitungan koloni (Fardiaz,

16
1993). Menurut Waluyo (2005), tahapan pengenceran dimulai dari membuat larutan
sampel sebanyak 10 ml (campuran 1 ml/1gr sampel dengan 9 ml larutan fisiologis). Dari
larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan masukkan kedalam 9 ml larutan fisiologis
sehingga didapatkan pengenceran 10-2. Dari pengenceran 10-2 diambil lagi 1 ml dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan
pengenceran 10-3, begitu seterusnya sampai mencapai pengenceran yang kita harapkan
yaitu 10-6.
Setelah dilakukan pengenceran, kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng
agar.Setelah diinkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan diamati dan
dihitung.Koloni merupakan sekumpulan mikroorganisme yang memiliki kesamaan sifat
seperti bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan
pada koloni yang tumbuh di permukaan medium adalah sebagai berikut:
 Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya berupa satu titik, namun ada pula yang
melebar sampai menutup permukaan medium.
 Bentuk. Ada koloni yang bulat dan memanjang. Ada yang tepinya rata dan tidak rata.
 Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata dengan permukaan medium, ada pula
yang timbul diatas permukaan medium.
 Halus kasarnya pemukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang
permukaannya kasar dan tidak rata.
 Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat da nada yang
permukaannya suram.
 Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.
 Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lender, ada yang keras dan kering.
Selanjutnya perhitungan dilakukan terhadap cawan petri dengan jumlah koloni bakteri
antara 30-300. Perhitungan Total Plate Countdinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri
hasil perhitungan dikalikan faktor pengencer. Keuntungan dari metode TPC adalah dapat
mengetahui jumlah mikroba yang dominan. Keuntungan lainnya dapat diketahui adanya
mikroba jenis lain yang terdapat dalam contoh. Adapun kelemahan dari metode ini
adalah:
 Memungkinkan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba, seperti
pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel.

17
 Memungkinkan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya.
Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan
jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi.
 Memungkinkan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di seluruh
permukaan media,sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan
mikroba lain tersebut tidak terhitung.
 Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara 30
– 300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan
penghitungan yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni akan
menghasilkan hal yang sama karena terjadi persaingan diantara koloni.
 Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang
umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau lebih.
Uji Total Plate Count menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang
dapat diamati secara visual dan dihitung. Sebelum diuji di media padat, sampel terlebih
dahulu harus diencerkan. Pengenceran sampel dilakukan terhadap sediaan yang akan
didentifikasi kemudian ditanam pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang
tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang
sesuai.Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300.
Total Plate Count dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan
faktor pengencer. Sedangkan data yang dilaporkan sebagai Standard Plate Count (SPC)
harus mengikuti peraturan sebagai berikut (SNI 01-2897-1992):
1. Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara
25-250 koloni.
2. Bila salah satu dari cawan petri menunjukkan jumlah koloni ≤25 atau ≥250 maka
hitunglah jumlah rata-rata koloni, kemudian dikalikan dengan faktor pengencerannya.
3. Bila cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah
koloni antara 25-250. hitunglah jumlah koloni dari masing-masing tingkat
pengenceran, dikalikan dengan faktor pengencerannya dan rata-rata jumlah koloni
dari kedua pengenceran tersebut.
4. Bila hasil perhitungan diatas, pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi diperoleh
jumlah koloni rata-rata ≥2kali jumlah koloni rata-rata pengenceran dibawahnya, maka
dipilih tingkat pengenceran yang lebih rendah.

18
5. Bila tidak satupun koloni tumbuh dalam cawan, maka Total Plate Count dinyatakan
sebagai <1 dikalikan faktor pengenceran terendah.
6. Jika seluruh cawan menunjukkan jumlah koloni ≥ 250, dipilih cawan dari tingkat
pengenceran tertinggi kemudian dibagi menjadi beberapa bagian atau sector (2,4 atau
8) dan dihitung jumlah koloni dari satu sektor.
Teknik pengenceran sampel dilakukan pada metode cawan tuang (pour plate). Pada
metode tuang, sejumlah sampel dari hasil pengenceran sebanyak 1 ml dimasukkan
kedalam cawan petri, kemudian ditambahkan media yang telah disterilkan sebanyak 15-
20 ml. Kemudian cawan petri digoyang agar media dan sampel tercampur rata dan
biarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan
media yang kaya oksigen, tetapi ada pula yang tumbuh didalam media yang tidak begitu
banyak mengandung oksigen.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kualitas mikrobiologi makanan
berdasarkan angka lempeng total koloni bakteri. Sempel yang digunakan pada praktikum
ini ada 4 yaitu kue bolu, prol tape, susu uht, dan sirup marjan rasa pisang susu.
Berdasarkan data yang didapat diketahui bahwa ALT koloni bakteri pada :
1. Kue bolu
Pada tingkat pengenceran 10-2 dan 10-3, jumlah koloni bakteri yang ditemukan
tidak terhingga. Hal ini disebabkan koloni bakteri yang tumbuh lebih dari 300 koloni
sehingga tidak dapat dihitung. Pada tingkat pengenceran 10-4, jumlah koloni yang
ditmukan adalah 79 koloni. Hasil yang diperoleh dari hitungan ALT koloni bakteri
pada pengenceran 10-4 yaitu 79.000 bakteri. Pada pengenceran 10-5, koloni yang
ditemukan adalah 220 koloni. Hasil yang diperoleh dari hitungan ALT koloni bakteri
yaitu 2.200.000 bakteri. Pada pengenceran 10-6, koloni yang ditemukan tidak
terhingga. Hal ini disebabkan koloni bakteri yang tumbuh lebih dari 300 koloni
sehingga tidak dapat dihitung. Jumlah keseluruhan bakteri yang ditemukan dari
tingkat Pengenceran terendah (10-2) hingga tingkat pengenceran tertinggi (10-6)
berjumlah 229 koloni bakteri. Hasil yang diperoleh dari pengenceran 10-4 dan 10-5
memiliki rata-rata 1.139,500.
Menurut BPOM nilai maksimum koloni 1 x 104 dan SNI- ISO 4833- 1:2013
jika lebih dari itu makanan itu tidak layak makan. Jumlah tersebut mempengaruhi
perhitungan ALT koloni. Koloni yang ditemukan pada praktikum ini < 300 sehingga
ALT koloni yang dihitung adalah dari koloni yang ada pada tingkat pengenceran
terendah yaitu 10-4.
19
2. Prol Tape
Pada tingkat pengenceran 10-2, jumlah koloni bakteri yang ditemukan adalah
73 koloni. Hasil yang diperoleh dari hitungan ALT koloni bakteri yaitu 730 bakteri.
Pada tingkat pengenceran 10-3, jumlah koloni yang ditmukan adalah 18 koloni. Hasil
yang diperoleh dari hitungan ALT koloni bakteri yaitu 1.800 bakteri. Pada
pengenceran 10-4, koloni yang ditemukan adalah 44 koloni. Hasil yang diperoleh dari
hitungan ALT koloni bakteri yaitu 44.000 bakteri. Pada pengenceran 10-5, koloni
yang ditemukan adalah 14 koloni. Hasil yang diperoleh dari hitungan ALT koloni
bakteri yaitu 140.000 bakteri. Pada pengenceran 10-6, koloni yang ditemukan adalah 2
koloni. Hasil yang diperoleh dari hitungan ALT koloni bakteri yaitu 200.000 bakteri.
Jumlah keseluruhan bakteri yang ditemukan dari tingkat pengenceran terendah (10-2)
hingga tingkat pengenceran tertinggi (10-6) berjumlah 151 koloni bakteri. Hasil yang
diperoleh rata rata 77,306.
Berdasarkan peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia
dalam makanan pada Kue berbasis sayur, umbi-umbian dan kacang-kacangan
(gadung, singkong (tape), talas, kentang, ubi jalar, jamur) adalah 1x104cfu/g (BSNI
BPOM, 2009). Pada makanan yang diteliti merupakan prol tapeyang berbahan
dasar tape (hasil fermentasi dari singkong) didapatkan hasil 4,2 x 106cfu/gr
berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa makanan tersebut tidak
layak dikonsumsi karena melebihi batas maksimum, dalam hal inibatas maksimum
menurut BSNI BPOM (2009) adalah konsentrasi maksimum cemaran yang
diizinkan terdapat dalam makanan.
Jumlah tersebut mempengaruhi perhitungan ALT koloni. Koloni yang
ditemukan pada praktikum ini >30 sehingga ALT koloni yang dihitung adalah dari
koloni yang ada pada tingkat pengenceran terendah yaitu 10-2.
3. Susu UHT
Pada tingkat pengenceran 10-2, jumlah koloni bakteri yang ditemukan adalah 1
koloni. Hasil yang diperoleh dari hitungan ALT koloni bakteri yaitu 10 bakteri. Pada
tingkat pengenceran 10-3 dan 10-6, jumlah koloni yang ditmukan adalah 0 koloni.
Tidak ditemukannya koloni pada pengenceran 10-3 dan 10-6 ini karena susu UHT steril
dan dapat dikonsumsi. Pada pengenceran 10-4, koloni yang ditemukan tidak terhingga.
Hal ini disebabkan koloni bakteri yang tumbuh lebih dari 300 koloni sehingga tidak
dapat dihitung. Pada pengenceran 10-5, koloni yang ditemukan adalah 5 koloni. Hasil
20
yang diperoleh dari hitungan ALT koloni bakteri yaitu 50 bakteri. Jumlah keseluruhan
bakteri yang ditemukan dari tingkat pengenceran terendah (10-2) hingga tingkat
pengenceran tertinggi (10-6) berjumlah 6 koloni bakteri. Hasil yang diperoleh rata rata
30.
Menurut BPOM nilai maksimum < 10 koloni/0,1 ml agar dapat dikonsumsi.
Jumlah tersebut mempengaruhi perhitungan ALT koloni. Koloni yang ditemukan
pada praktikum ini <30 sehingga ALT koloni sehingga dianggap cemaran atau
kontaminasi.
4. Sirup marjan
Pada tingkat pengenceran 10-2, jumlah koloni bakteri yang ditemukan tidak
terhingga. Hal ini disebabkan koloni bakteri yang tumbuh lebih dari 300 koloni
sehingga tidak dapat dihitung. Pada tingkat pengenceran 10-3, jumlah koloni yang
ditmukan adalah 6 koloni. Hasil yang diperoleh dari hitungan ALT koloni bakteri
yaitu 600 bakteri. Pada pengenceran 10-4, koloni yang ditemukan adalah 2 koloni.
Hasil yang diperoleh dari hitungan ALT koloni bakteri yaitu 2.000 bakteri. Pada
pengenceran 10-5, koloni yang ditemukan adalah 2 koloni. Hasil yang diperoleh dari
hitungan ALT koloni bakteri yaitu 20.000 bakteri. Pada pengenceran 10-6, koloni yang
ditemukan tidak terhingga. Hal ini disebabkan koloni bakteri yang tumbuh lebih dari
300 koloni sehingga tidak dapat dihitung. Jumlah keseluruhan bakteri yang ditemukan
dari tingkat pengenceran terendah (10-2) hingga tingkat pengenceran tertinggi (10-6)
berjumlah 10 koloni bakteri. Hasil yang diperoleh rata rata 9.266,6.
Menurut BPOM nilai maksimum koloni 5 x 102 jika lebih dari nilai
maksimum makanana tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Jumlah tersebut
mempengaruhi perhitungan ALT koloni. Koloni yang ditemukan pada praktikum ini
>30 sehingga ALT koloni sehingga dianggap cemaran atau kontaminasi.

21
DISKUSI

1. Berapakah angka lempeng total koloni bakteri pada beberapa macam makanan yang
diperiksa?
Jawab : Makanan yang diteliti Angka Lempeng Total koloni bakteri adalah
Prol Tape Angka Lempeng Total yang didapat adalah 4,2 x 106 cfu/gr.
2. Bagaimana kualitas mikrobiologi makanan yang telah diperiksa berdasarkan angka
lempeng total koloni bakteri ?
Jawab : Berdasarkan peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba
dan kimia dalam makanan pada Kue berbasis sayur, umbi-umbian dan
kacang-kacangan (gadung, singkong (tape), talas, kentang, ubi jalar, jamur)
adalah 1x104cfu/g (BSNI BPOM, 2009). Pada makanan yang diteliti
merupakan prol tapeyang berbahan dasar tape (hasil fermentasi dari
singkong) didapatkan hasil 4,2 x 106cfu/gr berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa makanan tersebut tidak layak dikonsumsi karena
melebihi batas maksimum, dalam hal inibatas maksimum menurut BSNI
BPOM (2009) adalah konsentrasi maksimum cemaran yang diizinkan
terdapat dalam makanan.
3. Dari manakah asal bakteri kontaminan pada makanan tersebut?
Jawab: Bakteri kontaminan pada makanan Prol Tape kemungkinan berasal dari
bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Prol Tape tidak higienis
atau dikarenakan dalam proses penjualannya yang terpapar secara langsung
dengan udara. Bakteri di udara akan menempel, tumbuh dan kembang biak
di makanan tersebut, dalam hal ini adalah Prol Tape Makanan merupakan
sumber nutrisi (substrat) yang baik bagi pertumbuhan bakteri.

22
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Sirup mardjan, kue bolu, prol tape, dan susu UHT tidak layak dikonsumsi
karena memiliki Angka Lempeng Total (ALT) koloni kapang yang melebihi batas
ALT maksimal. Hal ini disebabkan lama dan cara penyimpanan yang kurang baik
sehingga bahan makanan tersebut ditumbuhi kapang dalam julah sedikit maupun
dalam jumlah banyak.
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum sebaiknya praktikan harus terampil dalam
melakukan pengenceran serta tetap menjaga kesterilan medium maupun alat dan
bahan. Sebaiknya praktikam menghitung jumlah koloni yang tumbuh dalam cawan
dengan teliti. Untuk itu perlu mengikuti dan memahami prosedur yang telah
ditetapkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedarwati dan S. Budiyantono, 1989. Analisis
Pangan (Petunjuk Laboratorium). PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 365 hal.
Djide Natsir, 2004. Mikrobiologi Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi Farmasi.Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Fardiaz, Srikandi. 1992. MikrobiologiPangan I. Jakarta: PT GramediaPustaka.
Fardiaz, S., 1993.AnalisisMikrobiologiPangan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Hastuti, S.U. 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. UMM Press. Malang.
Jutono, J. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Departemen
Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Prees.
[BSN].Badan Standardisasi Nasional. 1992. Mutudan Cara Uji Biskuit (SNI 01- 2973-1992).
BSN. Jakarta
[BSN]. Badan Standardisasi Nasional . 2009. SNI 7474-2009 Tentang Fermentasi. Jakarta:
BSN.

24
LAMPIRAN

Alat dan Bahan

Teknik Aseptik Pemasukan laturan pepton 0,1% pada


Erlenmeyer dan Tabung Reaksi

Pemasukan Sampel dan pengambilan 1 ml suspensi Pengenceran bertahap


A ke B dan perlakuan bertahap

Pengambilan 0,1 ml suspensi pada medium Penginkubasian dengan suhu 370c


Lempeng dan perataan selama 24 jam

25

Anda mungkin juga menyukai