Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA KUANTITATIF MIKROORGANISME


MENGGUNAKAN METODE MPN (MOST PROBABLE NUMBER)
MATA KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN

DOSEN PEMBIMBING
ARYA ULILALBAB, STP.,M.Kes
CUCUK SUPRIHARTINI., STP.M.Kes.

DISUSUN OLEH :

1. CHOLIFATUL HIKMAH U.U. ( 2017.05.003 )


2. ISLAMIAH DEWI MASHINTA ( 2017.05.010 )
3. LORENO HENDRAWAN ( 2017.05.013 )
4. M. HENDIKA WISNU F. ( 2017.05.015 )
5. RAFIKA ISNA NARISWARI ( 2017.05.021 )

AKADEMI GIZI KARYA HUSADA KEDIRI


2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat hidayah dan izinnya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum dengan judul
“Analisa Kuantitatif Mikroorganisme Menggunakan Metode MPN (Most Probable
Number)” di mana dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah “Mikrobiologi Pangan”, saat penyusunan
laporan ini kami mengalami kendala atau hambatan namun semua dapat diatasi dengan
baik karena bantuan dari semua pihak yang membantu kami dalam penyusunan laporan ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami.
Kami yakin laporan yang kami susun ini, masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan
laporan kami berikutnya.

Pare, 3 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................... i

KATA PENGANTAR.......................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.2 Latar belakang................................................................................. 1
1.3 Tujuan............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Bahan............................................................................... 3
2.2 Tinjauan Proses............................................................................... 6
BAB III METODE PRATIKUM
3.1 Pelaksanaan Praktikum................................................................... 8
3.2 Alat.................................................................................................. 8
3.3 Bahan.............................................................................................. 8
BAB IV HASIL PRAKTIKUM
4.1 Hasil Praktikum.............................................................................. 11
4.2 Pembahasan Praktikum................................................................... 15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................... 18
5.2 Saran............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk, maka seiring
dengan itu pula terjadi perkembangan pusat jajanan masyarakat. Perkembangan
pusat jajanan ini tidak hanya berupa warung/kedai, tapi juga berupa tempat jajanan
di pinggir jalan, yaitu berupa gerobak. Salah satu produk yang banyak dijual yaitu
berupa sari tebu segar, hal ini mendapat sambutan positif dari masyarakat terlebih
saat musim kemarau. Mengkonsumsi minuman tersebut dapat menghilangkan rasa
dahaga dan menguntungkan baik bagi penjual maupun pembeli.
Tebu adalah salah satu tanaman yang kandungan gulanya sangat tinggi
sehingga dijadikan bahan baku utama pembuatan gula pasir. Selain diolah menjadi
salah satu kebutuhan pokok masyarakat berupa gula, tebu juga dapat dinikmati
secara langsung dengan cara menggiling kemudian mengambil sarinya
menggunakan alat giling sederhana. Sari tebu, begitulah kebanyakan orang
menyebut minuman segar yang didapat dari hasil penggilingan tebu dan diambil
sarinya. Sari tebu tersebut adalah minuman alami yang proses pembuatannya
sangat sederhana. Hanya dengan cara menggiling atau memeras batang tebu hingga
keluar sarinya (Anonim, 2008).
Seiring dengan itu, yang menjadi pokok permasalahan adalah apakah es sari
tebu yang dikonsumsi masyarakat tersebut sudah memperhatikan prinsip-prinsip
sanitasi pangan yang benar dan dianjurkan, sehingga dapat menghasilkan produk
minuman higieni dan tidak menimbulkan penyakit yang serius pada konsumen.
Fardiaz (1993) menyatakan bahwa dalam beberapa tahap proses pengolahan
kadang-kadang dapat menambah jumlah dan jenis mikroba yang terdapat di dalam
makanan, misalnya kontaminasi dari alat-alat pengolahan yang digunakan,
penyimpanan pada kondisi yang memungkinkan untuk pertumbuhan mikroba dan
sebagainya. Pengolahan dan penyimpanan yang kurang baik juga dapat merangsang
pertumbuhan bakteri patogen.
Berdasarkan permasalahan di atas maka telah dilakukan praktikum
mikrobiologi pangan untuk menentukan jumlah bakteri koliform dalam minuman
sari tebu menggunakan metode MPN (Most Probable Number).

iv
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Untuk menentukan jumlah bakteri koliform dalam sari tebu.
1.2.2 Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui prinsip metode MPN.
2. Untuk mengetahui fungsi dari media LB.
3. Untuk mengetahui kualitas sari tebu.

v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Bahan


2.1.1 Pengertian Sari Tebu
Nira tebu merupakan cairan hasil perasan yang diperoleh dari
penggilingan tebu yang memiliki warna coklat kehijauan. Nira tebu selain
mengandung gula, juga mengandung zat-zat lainnya (zat non gula).
Kandungan gula pada nira tebu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu cara pemeliharaan, jenis tebu, iklim, dan umur tebu
(Widyastuti, 1999). Perolehan nira tebu yang mengandung sukrosa,
diperoleh dari tebu dengan pemerahan dalam unit penggilingan setelah
melalui proses dalam unit pencacah tebu. Proses ini dimaksudkan untuk
mempermudah proses ekstraksi berikutnya. Dalam unit penggilingan tebu,
nira terperah keluar, yang tersisa adalah ampas (Kultsum, 2009).
Nira memiliki sifat yang tidak tahan lama disimpan, setelah 4 jam
akan terjadi penurunan pH, hal ini disebabkan terjadinya proses fermentasi
oleh khamir. Untuk menjaga agar supaya tidak terjadi proses fermentasi
selama penyimpanan, maka perlu dicari cara terbaik untuk mempertahankan
mutu nira tersebut (Laksamahardja, 1993).
Menurut hasil penelitian bahar (2005) didapatkan seluruh sampel
minuman air tebu tercemar oleh bakteri koliform dan ditemukan beberapa
jenis bakteri yaitu Eschericia coli, Klebsiella pneumoniae, Enterobacter
sp.,Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, dan Proteus vulgaris. Hasil
penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian oleh Anggraini et al.
(2011) yang menunjukkan semua sampel minuman air tebu di pasar
tradisional kota Pekanbaru juga tercemar oleh bakteri koliform.

2.1.2 Pengertian Bakteri Coliform


Bakteri Coliform adalah jenis bakteri yang umum digunakan sebagai
indikator penetuan kualitas sanitasi makanan dan air. Coliform sendiri
sebenarnya bukan penyebab dari penyakit-penyakit bawaan air, namun
bakteri jenis ini mudah untuk dikultur dan keberadaannya dapat digunakan
sebagai indikator keberadaan organisme patogen seperti bakteri lain, virus
atau protozoa yang banyak merupakan parasit yang hidup dalam sistem
pencernaan manusia serta terkandung dalam feses. Organisme indikator

vi
digunakan karena ketika seseorang terinfeksi oleh bakteri patogen, orang
tersebut akan mengekskresi organisme indikator jutaan kali lebih banyak
dari pada organisme patogen. Hal inilah yang menjadi alasan untuk
menyimpulkan bila tingkat keberadaan organisme indikator rendah maka
organisme patogen akan jauh lebih rendah atau bahkan tidak ada sama
sekali (Servais, 2007).
Bakteri Coliform dijadikan sebagai bakteri indikator karena tidak
patogen, mudah serta cepat dikenal dalam tes laboratorium serta dapat
dikuantifikasikan, tidak berkembang biak saat bakteri patogen tidak
berkembang biak, jumlahnya dapat dikorelasikan dengan probabilitas
adanya bakteri patogen, serta dapat bertahan lebih lama daripada bakteri
patogen dalam lingkungan yang tidak menguntungkan (Slamet, 2004).
Adanya bakteri coliform didalam makanan atau minuman
menunjukkan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik yang berbahaya bagi
kesehatan. Bakteri Coliform dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu Coliform
fecal misalnya Escherichia coli dan Coliform nonfecal misalnya
Enterobacter aerogenes. Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari
kotoran hewan atau manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes ditemukan pada
hewan atau tumbuhan yang telah mati. Adanya Escherichia coli pada air minum
menandakan air tersebut telah terkontaminasi feses manusia dan mungkin juga
mengandung patogen usus. Uji kualitatif Coliform secara lengkap terdiri dari tiga
tahap yaitu uji dugaan (Presumtive test ), uji penetapan (Confirmed test ), dan
uji pelengkap (Completed test ) (Sahdan, 2010).
Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain.
Lebih tepatnya sebenarnya, bakteri Coliform fekal adalah bakteri indikator
adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan Coliform fekal menjadi
indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif
dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah,
cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh
bakteri Coliform adalah Escherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi,
Coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan Coliform,
artinya, kualitas air semakin baik (Hartini, 2011)

2.1.3 Pengertian Lactose Broth

vii
Lactose broth digunakan sebagai medium untuk mendeteksi
kehadiran coliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu
pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk salmonela dan dalam mempelajari
fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya(Partic, 2008). Pepton dan
ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk metabolisme bakteri.
Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk
organisme Coliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah
presumptive test untuk Coliform. Lactose broth dibuat dengan komposisi
0,3% ekstrak beef;0,5%; pepton; dan 0,5% laktosa

2.2 Tinjauah Proses


2.2.1 Pengertian Metode MPN
Metode MPN merupakan salah satu metode perhitungan secara tidak
langsung. Perhitungan dengan cara tidak langsung dilakukan hanya untuk
mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup
saja (viable count).
Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi
daripada pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung
larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel jasad renik.
Beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari satu sel, sedangkan
tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan demikian setelah inkubasi
diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang dinyatakan
sebagai tabung positif sedang tabung lainnya negatif. Metode MPN
biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh
yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh
berbentuk padat dengan melakukan pengenceran terlebih dahulu (Fardiaz,
1996).
Untuk metode MPN (most probable number) digunakan medium
cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan
jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan pada
mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung
gas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini
digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2 dan 10-3.
Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel

viii
nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel,
2008).

ix
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Pelaksanaan Praktikum


Hari/Tanggal : Rabu/ 28 November 2018
Waktu : 10.00-Selesai
Tempat: Laboratorium Mikrobiologi
3.2 Alat
a. Pipet steril
b. Hot Plate
c. Bunsen
d. Tabung Reaksi Steril
e. Durham
f. Inkubator
g. Autoklaf
h. Oven Kering
3.3 Bahan
a. Alkohol 70%
b. Sari Tebu
c. Aquades Steril
d. LC (Lactose Broth)
3.4 Langkah Kerja

Menyiapkan alat.

Mencuci semua alat kemudian di sterilisasi.

Menyeterilkan aquades menggunakan autoklaf.

Membuat media lactose broth


x
Memasukkan media ke dalam tabung reaksi yang terdapat durham
didalamnya sebanyak 9 buah masing-masing 9 ml.

Memastikan tidak ada gelembung pada durham.

Menyeterilkan media menggunakan autoklaf

Membuat pengenceran.

Mengambil 1 ml sampel dan memasukkan kedalam 9 ml aquades


steril (10-1)

Mengocok pengenceran hingga homogen

Mengambil 1 ml larutan dari tabung pengenceran 10-1

Memasukkan kedalam 9 ml aquades steril jadilah pengenceran 10-2

Melakukan hal yang sama hingga pengenceran 10-5

Mengambil 1 ml pengenceran 10-3 , 10-4 dan 10-5

xi
Memasukkan masing-masing ke dalam 9 tabung berisi medium
dan tabung durham.

Menginkubasikan tabung pada suhu 35◦C

Menginkubasikan tabung pada suhu 35◦C

Melakukan pengamatan pada 24 jam pertama dan 24 jam


kedua.

xii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Dari hasil pengujian di laboratorium di dapatkan hasil seperti berikut :
Nilai MPN Sampel
Lama Kombinasi MPN/
Pengenceran
Inkubasi Tabung 100
ml
MPN Tabel X
P-3 P-4 P-5 1/ Pengenceran
yang ditengah
3 3 3 1400 X 104 =
Keruh dan Keruh dan Keruh dan 1,4 X 107
adanya adanya adanya
24 Jam 3-3-3 1400
gelembung gelembung gelembung
dalam dalam dalam
durham. durham. durham.
3 3 3 1400 X 104 =
Keruh dan Keruh dan Keruh dan 1,4 X 107
adanya adanya adanya
48 Jam 3-3-3 1400
gelembung gelembung gelembung
dalam dalam dalam
durham. durham. durham.

Data pada hari pertama dan data pada hari kedua menunjukkan hasil seri yang sama
yaitu 3-3-3. Untuk mengetahui nilai MPN/gram kita dapat melihat dan
mencocokkan hasil seri dengan tabel MPN kombinasi 3 seri tabung. Berikut tabel
yang dapat digunakan :

xiii
Tabel MPN Seri Tabung 333

JUMLAH TABUNG (+) GAS PADA Index


PENAMBAHAN MPN/100
3x 10 ml 3 X 1 ml 3 x 0,1 ml ml

0 0 0 0
0 0 1 3
0 1 0 3
0 1 1 6.1
0 2 0 6.2
0 3 0 9.4
1 0 0 3.6
1 0 1 7.2
1 1 0 7.4
1 0 2 11
1 1 1 11
1 2 0 11
1 2 1 15
1 3 0 16
2 0 0 9.2
2 0 1 14
2 0 2 20
2 1 0 15
2 1 1 20
2 1 2 27
2 2 0 21
2 2 1 28
2 2 2 35
0 0 0 0
0 0 1 3
0 1 0 3
0 1 1 6.1
0 2 0 6.2
0 3 0 9.4
1 0 0 3.6
1 0 1 7.2
1 1 0 7.4
1 0 2 11
1 1 1 11
1 2 0 11
1 2 1 15
1 3 0 16
2 0 0 9.2
2 0 1 14
2 0 2 20

xiv
2 1 0 15
2 1 1 20
2 1 2 27
2 2 0 21
2 2 1 28
2 2 2 35
2 0 2 20
2 1 0 15
2 1 1 20
2 1 2 27
2 2 0 21
2 2 1 28
2 2 2 35
2 3 0 29
2 3 1 36
3 0 0 23
3 0 1 38
3 0 2 64
3 1 0 43
3 1 1 75
3 1 2 120
3 1 3 160
3 2 0 93
3 2 1 150
3 2 2 210
3 2 3 290
3 3 0 240
3 3 1 460
3 3 2 1100
3 3 3 >1100

Sumber: FDA’s Bacterial Analitycal Manual, Journal of Validation Technology, 2010

xv
Jumlah Tabung (+) Gas Index MPN Per
10 ml 1 ml 0,1 ml 100 ml
0 0 0 <3
0 0 1 3
0 1 0 3
1 0 0 4
1 0 1 7
1 1 0 7
1 1 1 11
1 2 0 11
2 0 0 9
2 0 1 14
2 1 0 15
2 1 1 20
2 2 0 21
2 2 1 28
3 0 0 23
3 0 1 39
3 0 2 64
3 1 0 43
3 1 1 75
3 1 2 120
3 2 0 93
3 2 1 150
3 2 2 210
3 3 0 240
3 3 1 460
3 3 2 1100
3 3 3 1400
Sumber : Penuntun Bakteriologi, Sumarno

 Dengan melihat tabel kita dapat mengetahui jumlah index MPN/100 ml dari hasil

seri yaitu 3-3-3. Berdasarkan tabel dari sumber FDA’s Bacterial Analitycal Manual,

Journal of Validation Technology seri 3-3-3 menunjukkan jumlah index MPN/100

ml sebanyak <1100. Sementara pada tabel sumber penuntun bakteriologi seri 3-3-3

menunjukkan jumlah index MPN/100 ml sebanyak 1400.

xvi
4.2 Pembahasan Hasil Praktikum

Metode MPN merupakan salah satu metode perhitungan secara tidak


langsung. Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di
dalam sampel yang berbentuk cair.
Untuk metode MPN (Most Probable Number) digunakan medium cair
dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah
tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan pada mediumnya baik
itu berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung
durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri
pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2, dan 10-3.
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh data tentang
kandungan mikroba pada sari tebu. Pada pengamatan hari pertama seluruh tabung
durham menunjukkan adanya gelembung yang berarti positif adanya bakteri
coliform. Kemudian pada pengamatan hari kedua seluruh tabung durham masih
menunjukkan adanya gelembung yang berarti positif adanya bakteri coliform. Dari
data tersebut di dapatkan bahwa sari tebu yang diuji positif mengandung bakteri
coliform. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan warna menjadi keruh
dan munculnya gelembung pada tabung durham setelah masa inkubasi. Seri yang
dihasilkan adalah seri 3-3-3 . Berdasarkan tabel dari sumber FDA’s Bacterial
Analitycal Manual, Journal of Validation Technology seri 3-3-3 menunjukkan
jumlah index MPN/100 ml sebanyak <1100. Sementara pada tabel sumber
penuntun bakteriologi seri 3-3-3 menunjukkan jumlah index MPN/100 ml sebanyak
1400. Hasil ini menunjukkan bahwa sari tebu memenuhi syarat mutu minuman sari
buah dikarenakan 1400 koloni/100ml sama dengan 14 koloni/ml. Nilai APM
koliform yang didapat masih dalam batas maksimum cemaran mikroba menurut
SNI 3719:2014 yaitu 20 koloni/ml.
Pada uji MPN ini kami menggunakan media berupa Lactose Broth. Lactose
broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran Coliform dalam air,
makanan, produk susu, dan mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada
umumnya. Medium Lactose broth memiliki komposisi 0.3% ekstrak beef, 0.5%
pepton, dan 0.5% laktosa. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial
untuk metabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat

xvii
difermentasi untuk organisme Coliform. Pada saat memasukkan sampel ke dalam
media dilakukan dengan cara mendekatkan tabung di dekat bunsen (fiksasi)
perlakuan fiksasi ini bertujuan untuk menjaga kesterilan dari media sehingga tidak
terkontaminasi dengan udara.
Prinsip kerja yang steril dan aseptis merupakan prinsip kerja yang harus
dilakukan pada saat melakukan praktikum atau penelitian di Laboratorium
Mikrobiologi. Kerja aseptis adalah kerja pada kondisi tercegah dari serangan agen
infeksi yang dapat menginfeksi jaringan atau material yang steril. Untuk mencapai
kondisi aseptis diperlukan teknik-teknik aseptik (Benson, 2001). Sementara itu,
kerja yang steril berarti kerja pada kondisi bebas dari semua bentuk hidup
mikroorganisme, termasuk endospora dan virus. Namun, kondisi steril tidak
terbebas dari kehadiran prion. Proses atau tahapan kerja untuk menghilangkan atau
mematikan seluruh bentuk hidup mikroorganisme dan virus disebut sterilisasi.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode, baik metode fisik maupun
kimia (Nester dkk., 2004).
Sterilisasi mempunyai bermacam-macam metode. Metode-metode sterilisasi
tersebut antara lain metode penyalaan (flaming), panas-kering, autoclaving,
tyndalisasi, filtrasi, dan inspisasi (Collins & Lyne, 2004). Namun, metode yang
paling umum dan mendasar untuk digunakan dalam sterilisasi adalah metode
autoclaving, panas-kering, dan filtrasi (Harley & Prescott, 2002). Laboratorium
Mikrobiologi harus mempunyai sejumlah alat yang dapat menunjang proses
praktikum dan penelitian di dalamnya seperti autoklaf, oven dan inkubator.
Autoklaf adalah sebuah alat yang digunakan untuk melakukan sterilisasi
dengan memanfaatkan panas uap air di bawah tekanan. Temperatur panas uap air
pada tekanan atmosfer hanya mencapai 100 °C. Akan tetapi, temperatur akan
meningkat dengan adanya tekanan, misalnya pada tekanan 1 bar (kira-kira 15
lb/in2) temperatur menjadi 121°C. Bakteri akan dibunuh pada temperatur tersebut
kurang lebih selama 15-20 menit (Collins & Lyne, 2004; Black, 2008). Oven
adalah alat yang digunakan pula dalam melakukan sterilisasi. Berbeda dengan
autoklaf, oven tidak memanfaatkan panas uap air untuk melakukan sterilisasi. Oven
dapat mensterilkan barang-barang dengan memanfaatkan aliran udara panas. Aliran
udara panas tersebut didapatkan secara elektrik. Barang-barang yang disterilkan

xviii
oleh oven antara lain cawan petri, labu erlenmeyer, pipet, dan objek metal (Collins
& Lyne, 2004: 45). Barang pecah belah tersebut akan tergores dan rusak apabila
diberikan panas uap air (Harley & Prescott, 2002). Inkubator adalah alat yang
digunakan untuk menginkubasi atau mengerami suatu biakan. Inkubator
menyediakan kondisi temperatur yang optimum untuk mikroorganisme bisa
melakukan pertumbuhan. Inkubator memiliki alat pengatur suhu, sehingga
temperatur dapat diatur sesuai biakan yang akan diinkubasi. Inkubator
memanfaatkan panas-kering seperti oven. Pada beberapa jenis inkubator,
kelembapan disediakan dengan memberikan air di dalam inkubator selama periode
pertumbuhan mikroba. Lingkungan yang basah memperlambat dehidrasi pada
medium sehingga menghindari kondisi lingkungan yang bias (Cappuccino &
Sherman, 2001).

xix
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Sampel pada sari tebu dinyatakan positif mengandung bakteri coliform yang
dapat dilihat dari adanya perubahan warna menjadi keruh dan adanya
gelembung pada tabung durham.
2. Data yang diperoleh dari sampel sari tebu pada hari pertama menghasilkan
kombinasi 3 3 3 yang menunjukkan nilai index MPN/100 ml sebanyak < 1100.
3. Data yang diperoleh dari sampel sari tebu pada hari kedua juga menghasilkan
kombinasi 3 3 3 yang menunjukkan nilai index MPN/100 ml sebanyak < 1100.
4. Metode MPN merupakan salah satu metode perhitungan secara tidak langsung.
Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam
sampel yang berbentuk cair.
5. Medium Lactose broth memiliki komposisi 0.3% ekstrak beef, 0.5% pepton,
dan 0.5% laktosa. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk
metabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat
difermentasi untuk organisme Coliform.

5.2 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka kami memberikan saran yang
sangat bermafaat dan dapat membantu, yaitu :
a) Sebelum melakukan praktikum pastikan semua alat dan bahan di sterilisasi.
b) Sebaiknya praktikum dilakukan di ruangan yang aseptis, terutama praktikum
yang menentukan nilai pada mikroorganisme.

xx
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini D, Chandra, F & Fitrianita, 2011, ‘Uji Bakteriologis dan Gambaran Higiene
Penjual Air Tebu Di Pasar Tradisional Kota Pekanbaru’, Jurnal, Fakultas Kedokteran,
Universitas Riau, Pekanbaru

Anonim. 2008. Kasiat Sari Tebu 2008. (dalam jurnal Yasri, W. Deteksi Kehadiran Mikroba
Indikator Dalam Es Sari Tebu Segar di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.
Pekanbaru)

Bahar,E. 2005, ‘Uji Bakteriologis Terhadap Minuman Segar Air Tebu yang Beredar Di
Pasar Raya Padang’, Majalah Kedokteran Andalas, vol. 29, no. 2

Benson. 2001. Microbiological application lab manual, 8th ed.

Black, J. G. 2008. Microbiology, 7th ed.

Cappuccino, J. G. & N. Sherman. 2002. Microbiology: A laboratory manual.

Collins, C. H. & P. M. Lyne. 2004. Collins & Lyne's microbiological methods.

Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta.
(dalam jurnal Yasri, W. Deteksi Kehadiran Mikroba Indikator Dalam Es Sari Tebu
Segar di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Pekanbaru)

Fardiaz, S. (1996). Prinsip HACCP Dalam Industri Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian
IPB. Bogor.

FDA’s Bacterial Analitycal Manual, Journal of Validation Technology, 2010.

Gobel, B. R., Zaraswati, D.& As`adi , A.,2008. Mikrobiologi Umum Dalam


Praktek,Makassar,Universitas Hasanuddin.

Harley & Prescott. 2002. Laboratory exercises in microbiology, 5th ed.

Hartini, P. B. Studi Keamanan Mikrobiologi Makanan jajanan Di Kantin Falesa IPB. Bogor: IPB,
2011.

Laksamahardja, M.P., 1993. Pembuatan Gula Merah. Makalah Temu Tugas, Aplikasi
Teknologi Perkebunan B.P, Kalimantan Barat.

xxi
Kultsum, U., 2009. Pengaruh Variasi Nira Tebu (Saccharum officinarum) dari beberapa
Varietas Tebu dengan Penambahan Sumber Nitrogen (N) dari Tepung Kedelai Hitam
(Glycine soja) sebagai Substrat terhadap Efisiensi Fermentasi Etanol. Skripsi. Jurusan
Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang, Malang.

Nester, E. W., D. G. Anderson, C. E. Roberts, N. N. Pearsall & M. T. Nester. 2004.


Microbiology: A human perspective, 4th ed

Sahdan, Nona. 2010. Analisis Bakteri Coliform Pada Jajanan Anak Sekolah SD Inpres
Bontomanai Makassar . Skripsi. Jurusan Biologi UIN Alauddin Makassar:

Servais, Pierre. 2007. Fecal bacteria in the rivers of the Seine drainage network (France).
Sources, fate and modeling; Université Libre de Bruxelles; Bruxelles. Di kutip dari
tulisan Sasnita Sahabuddin. 2010. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang di
Kabupaten Manokwari. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Papua. Manokwari.

Slamet, Juli Soemirat. 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Sumarno.,1987, Penuntun Bakteriologi, Karyono, Yoyakarta.

Widyastuti, C., 1999. Diktat Kuliah Teknologi Gula. UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya.

xxii
LAMPIRAN

 Hasil Inkubasi Selama 24 Jam


-
Pengenceran 10-3

-
Pengenceran 10-4

-
Pengenceran 10-5

 Hasil Inkubasi Selama 48 Jam

xxiii
-
Pengenceran 10-3

-
Pengenceran 10-4

-
Pengenceran 10-5

xxiv
xxv

Anda mungkin juga menyukai