PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak potensi pangan lokal diantaranya dari
jenis kacang-kacangan. Pemanfaatan kacang- kacangan lokal merupakan
alternatif sumber protein nabati yang murah dan terjangkau oleh
masyarakat Indonesia. Indonesia memiliki beraneka jenis kacang-
kacangan yang potensinya belum sepenuhnya tergali. Kacang merah
(Phaseolus vulgaris L.), kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dan kacang
tunggak (Vigna unguiculata) merupakan jenis kacang yang berpotensi
untuk dikembangkan dalam berbagai produk industri pangan (Fachruddin,
2000).
Kacang merah adalah jenis kacang-kacangan yang bisa dengan
mudah ditemukan, bahkan di pasar-pasar tradisional dan harganya pun
relatif murah.Kacang merah sejauh ini masih terbatas dalam produksi
makanan, yakni berupa sup kacang merah, kue-kue atau sebagai campuran
sayur dan lauk pauk seperti rendang. Untuk mengembangkan
keanekaragaman dan pemanfaatan kacang merah, maka dilakukan dengan
cara memanfaatkan kacang merah dalam pembuatan sari kacang merah
dengan berbagai macam rasa, namun rasa yang digunakan adalah rasa
sintetis bukan berasal dari buah-buahan asli, hal tersebut pun terjadi pada
produk sari kacang merah (Kabarimbo, 2008).
Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) merupakan komoditas
kacang- kacangan yang sangat dikenal masyarakat. Menurut Badan Pusat
Statistik (2011), produksi kacang merah di Indonesia tergolong cukup
tinggi, yaitu mencapai 116.397 ton pada tahun 2010. Karena aplikasi yang
terbatas dan pendeknya umur simpan yang dimiliki leguminosa dalam
bentuk mentah, maka perlu dilakukan penanganan pasca panen atau
penyimpanan kacang merah.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui perubahan kacang merah pada letak
penyimpanan yang berbeda ?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi kerusakan kacang merah
?
3. Bagaimana cara mengetahui pengukuran kadar air pada kacang
merah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan kacang merah pada letak penyimpanan
yang berbeda.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kerusakan kacang
merah.
3. Untuk mengetahui pengukuran kadar air pada kacang merah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
B. Kandungan Gizi
Komposisi gizi kacang merah kering per 100 g
4
C. Manfaat Kacang Merah
5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Praktikum Peyimpanan
Waktu dan Tanggal
Hari/Tanggal : Jum’at/ 30 Maret 2018
Waktu : 08.00-Selesai
Tempat: Laboratorium Teknologi Pangan
Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Timbangan Digital
b. Kantong Kain
c. Gelas Ukur 100 ml
2. Bahan :
a. Kacang Merah 300 gram
Langkah Kerja
1. Masukkan kacang merah kedalam gelas ukur 100 ml untuk
mengetahui dan meghitung densitas kamba pada kacang merah
2. Setelah itu timbang berat kacang merah yang ada pada 100 ml
gelas ukur.
3. Kemudian timbang kacang merah masing-masing 125 gram
sebanyak 2 kali.
4. Masukkan kacang merah pada 2 kantong kain, masing-masing
disimpan diletakkan dirak dan di lantai.
5. Lakukan pengamatan mutu kacang sebelum dan selama
penyimpanan 1 bulan (Lakukan pengamatan tiap minggu)
6
B. Praktikum Kadar Air
Waktu dan Tanggal
Hari/Tanggal : Jum’at/ 30 Maret 2018
Waktu : 08.00-Selesai
Tempat: Laboratorium Kimia
Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Botol Timbang
b. Eksikator
c. Oven
d. Timbang Digital
2. Bahan :
a. 2 gram kacang merah
Langkah Kerja
1. Panaskan oven pada suhu 100 derajat C, masukkan botol
timbang kosong ke dalam oven dan keringkan selama 1 jam.
2. Keluarkan botol timbang dari oven, masukkan botol timbang
ke dalam eksikator dan tunggu sampai dingin kemudian
timbang dan catat beratnya (a)
3. Timbang 2 gram sampel dalam botol timbang, catat beratnya,
kemudian keringkan botol dan bahan dalam oven selama 2 jam
(b)
4. Keluarkan bahan dari oven, kemudian masukan kedalam
eksikator dan timbang kembali beratnya (c1)
5. Setelah itu masukkan kembali kedalam oven selama 10 menit,
kemudian dinginkan dalam eksikator dan timbang setelah
dingin (c2)
7
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
8
B. Data Pengamatan Kacang Merah B (Disimpan di lantai)
Minggu Berat Kerusakan Kotor Densitas Benda Organoleptik
(g) (%) (%) Kamba Asing
I 125 27,824 - 0,5847 - Warna : Merah
Bau : Khas
Kacang
Tekstur : Halus
II 106,52 20,3 - 0,62 - Warna : Merah
Tua
Bau : Khas
Kacang
Tekstur : Lembab
III 105,73 18,94 - 0,591 - Warna : Merah
Tua
Bau : Tengik
Tekstur : Lembab
IV 103,65 28.09 - 0,605 - Warna : Merah
Tua
Bau : Tengik
Tekstur : Lembab
9
C. Data Pengamatan Kadar Air
Minggu Kadar Air
I 13,9024%
IV 13,2353%
Keterangan Minggu I :
- Berat A = 24,53 g
- Berat B = 26,58 g
- Rata-Rata Berat C = C1+C2 : 2 = 26,30 + 26,29 : 2 = 26,295 g
- Kadar Air = (b-a) – (c-a) : (b-a) X100% = (26,58-24,53) – (26,295 –
24,53 ) : (26,58-24,53) X100% = 13,9024%
Keterangan Minggu IV :
- Berat A = 24,53 g
- Berat B = 26,57 g
- Rata-Rata Berat C = C1+C2 = 26,31 + 26,29 : 2 = 26,3 g
- Kadar Air = (b-a) – (c-a) : (b-a) X 100% = (26,57-24,53) – (26,3-
24,53) : (26,57-24,53) X 100% = 13,2353%
10
BAB V
PEMBAHASAN
11
- Sinar matahari, kacang B disimpan di lantai yang letaknya jauh dari
sinar matahari. Jika kacang A yang terkena sinar matahari berubah
warna menjadi lebih pucat, maka kacang B yang tidak terkena sinar
matahari akan memiliki warna yang lebih gelap. Hal ini juga
dipengaruhi adanya kelembaban.
- Udara, udara khususnya oksigen yang terkandung di dalamnya
merupakan penyebab utama ketengikan bahan pangan yang berlemak.
12
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Perubahan Penyimpanan :
a. Kacang A : Adanya penurunan berat bersih, peningkatan
kerusakan, warna menjadi lebih pucat, aroma nya menjadi tengik
dan memiliki tekstur kering.
b. Kacang B : Adanya penurunan berat bersih, peningkatan
kerusakan, warna menjadi lebih gelap , aroma nya menjadi tengik
dan memiliki tekstur lembab.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi kerusakan kacang :
a. Reaksi non enzimatis
b. Sinar matahari
c. Udara
3. Adanya perbedaan hasil kadar air pada minggu ke I dan ke IV yang di
sebabkan oleh :
a. Suhu
b. Ukuran bahan
c. Kadar Air
B. Saran
Kedua penyimpanan yang dilakukan pada praktikum ini bukan lah
penyimpanan yang baik, dikarenakan kedua penyimpanan tersebut masih
dilakukan dengan kurang tepat. Pada penyimpanan kacang A lebih baik
diletakkan jauh dari paparan sinar matahari, baik langsung maupun tidak
lansgung. Dan pada kacang B lebih baik di beri alas apabila ingin
meletakkan kacang di lantai, hal itu dilakukan agar tidak berdampak pada
kelembaban kacang.
13
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, Srikandi, FG. Winarno, dan Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi
Pangan. Jakarta : Gramedia
Umrah, St. Andi. dan Dahlan, Andi. 2018. PENGARUH KONSUMSI KACANG
MERAH TERHADAP PENGOBATAN ANEMIA PADA IBU HAMIL
DI PUSKESMAS SENDANA KOTA PALOPO. Palopo.
14
LAMPIRAN
15